BERSIKAP DENGAN BENAR
Dalam 2 Timotius 3:1-5 salah satu ciri gairah
atau spirit manusia pada zaman akhir ini adalah menjadi hamba uang. Dari hal
ini, sangatlah jelas bahwa cinta uang yang Firman Tuhan nyatakan sebagai akar
segala kejahatan, harus dibahas secara mendalam dan tepat (1Tim. 6:10). Kata
“cinta uang” dalam teks aslinya adalah philarguria (φιλαργυρία). Kata ini gabungan dari dua kata, yaitu
philar dan guria. Philar berasal dari kata phileo yang artinya bersahabat,
bukan sekadar berteman; adapun guria berarti uang. Kata “teman” dalam bahasa
Yunani adalah hetairos. Jadi, philarguria berarti bersahabat dengan uang. Hal
ini menunjuk kedekatan dan keterikatan seseorang dengan uang.
Cinta uang artinya keadaan hati yang merasa
tidak bahagia jika tidak memiliki uang dalam jumlah tertentu yang diharapkan
dapat membahagiakan dirinya. Orang seperti ini akan selalu mengharapkan dan
berusaha memiliki uang dalam jumlah yang lebih banyak untuk dapat memenuhi
semua keinginannya guna membeli atau memperoleh sesuatu. Biasanya ia juga tidak
bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Sebenarnya, bukan uang itu
sendiri yang dicintai, tetapi segala sesuatu dalam dunia ini (dari barang,
kepuasan daging, kedudukan, dan kehormatan) yang dapat diraih dengan uang.
Tentu semua itu diharapkan dapat membahagiakan hidupnya. Dengan demikian, orang
seperti ini hidupnya bergantung pada kekayaan.
Karena uang, seseorang bisa membunuh, menipu,
tidak setia kepada pasangan hidupnya, melanggar sumpah jabatan, korupsi,
serakah, egois, sewenang-wenang terhadap sesama, kejam, perang, merusak
ekosistem bumi, angkuh, lupa diri, berkhianat terhadap sesama, membangkitkan
nafsu berkuasa, mengkhianati Tuhan, dan lain sebagainya. Orang yang bersahabat
dengan uang atau cinta uang pasti jahat. Tuhan tidak akan berjalan dengan orang
seperti ini. Orang yang tidak benar mengenai keuangan yang sama dengan “tidak
setia dalam hal Mamon yang tidak jujur”, tidak akan pernah dapat mengerti
kebenaran, sebagaimana tertulis dalam Lukas 16:11, Jadi, jikalau kamu tidak
setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan
kepadamu harta yang sesungguhnya? Sebenarnya kalimat “harta yang sesungguhnya”
dalam teks aslinya adalah alethinon (ἀληθινὸν). Kata ini berarti kebenaran. Kata yang
sama yang digunakan oleh Tuhan Yesus ketika Ia mengatakan: Akulah Jalan,
Kebenaran dan Hidup. Jadi, kalau seseorang cinta uang, maka ia tidak dapat
mengenal kebenaran. Dengan demikian, orang yang tidak benar mengenai uang,
tidak akan pernah dapat dimerdekakan dari dosa (Yoh. 8:31-36).
“Dosa” dalam teks aslinya di sini adalah
hamartia (ἁμαρτία), yang artinya tidak mengenai sasaran atau meleset. Kata ini yang paling
banyak digunakan dalam Injil. Meleset atau yang sama dengan tidak mengenai
sasaran, maksudnya adalah tidak sampai pada maksud Allah menciptakan manusia
atau tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Inilah maksud keselamatan
itu. Orang yang cinta uang pasti tidak mengalami keselamatan, sebab hanya
kebenaran yang memerdekakan. Dengan demikian, orang yang tidak memiliki sikap
yang benar terhadap uang tidak dapat dikembalikan ke rancangan semula Allah,
sebab selalu meleset. Memang mereka bisa menjadi orang yang baik di mata
masyarakat, tetapi ia tidak pernah bisa hidup dalam ketepatan sesuai dengan
kehendak Allah, padahal panggilan orang percaya adalah panggilan untuk sempurna
seperti Bapa; ketepatan berpikir, berucap, dan berperilaku setiap hari.
Tuhan Yesus mengatakan kita harus melepaskan
diri dari segala milik agar layak menjadi murid-Nya (Luk. 14:33). Melepaskan
diri dari segala milik berarti juga terlepas dari belenggu cinta uang. Orang
yang masih terikat dengan percintaan uang, tidak akan dapat berubah dari kodrat
manusia ke kodrat Ilahi dan bertumbuh dalam keselamatan. Bisa dimengerti kalau
orang muda yang kaya dalam Matius 19, walau sungguh-sungguh bermaksud mengikut
Tuhan Yesus untuk memiliki hidup kekal, menjadi gagal. Karena hatinya telah
terikat oleh kekayaan. Akhirnya, orang muda tersebut memilih dunia daripada
mengikut Tuhan Yesus.
Oleh sebab itu seseorang harus bersikap benar
terhadap uang agar tidak terjebak dalam cinta akan uang. Sikap yang benar
adalah menjadikan kekayaan atau uang untuk bersahabat dengan Tuhan. Kita
mengikatkan diri dengan Tuhan atau bersahabat dengan Tuhan, menggunakan Mamon
atau uang. Bukan sebaliknya, yaitu bersahabat dengan Mamon dengan menggunakan
Tuhan. Jadi, kalau kita bekerja mencari uang semata-mata karena kita mau
melayani Tuhan. Uang menjadi sarana yang luar biasa untuk memenuhi rencana
Tuhan.
Kenyataan dalam hidup ini, uang sudah menjadi
segala-galanya bagi hampir semua orang hari ini. Kita harus menantang keras
filosofi cinta uang ini dalam kehidupan kita pribadi dan dalam gereja Tuhan.
Kita sendiri harus melepaskan diri kita dari ikatan cinta uang, seberat dan
sesulit apa pun usaha tersebut. Tidak terlepas dari belenggu cinta uang berarti
membawa diri kepada kegagalan mengalami dan memiliki keselamatan. Inilah yang
disebut sebagai dosa materialisme. Seseorang yang masih materialistis tidak
akan dapat menantang zaman ini, sebab ia sendiri adalah bagian dari zaman ini.