Firman Tuhan Adalah Pelita Dan Pedang bermata dua

 



FIRMAN TUHAN ADALAH PELITA DAN PEDANG BERMATA DUA

Di taman Eden Allah berkomunikasi dengan mahkota ciptaan-Nya itu Adam dan Hawa secara langsung, berbicara muka dengan muka tanpa ada penghalang. Kejadian 2 dan 3 menceritakan dengan jelas bagaimana dekatnya Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya, hingga akhirnya dosa memutuskan hubungan indah tersebut. Dan akibatnya kepada Adam dan Hawa penguasa taman Eden itu adalah, diusir dan dihalau (Kej. 3:23, 24) dari tempat tinggal mereka yang nyaman itu, sejak saat itu maka komunikasi Allah dengan manusia menjadi sangat terbatas. Sejak saat itu Allah berkomunikasi kepada manusia melalui alam (Maz. 19:1- 6; 33:6-9), melalui nabi-nabi-Nya yang terdiri dari pria dan wanita. “Kata nabi (dalam bahasa Ibrani nabi) berarti “seorang yang dipanggil oleh Allah” atau seorang yang memiliki sebuah panggilan dari Allah.” Nabi adalah seorang yang menyampaikan pekabaran Ilahi. Kata bahasa Inggris prophet berasal dari bahasa Yunani prophetes, suatu kombinasi dari awalan pro, “untuk” atau “atas nama” dengan kata kerja phemi, “berbicara.” Dengan demikian artinya adalah “berbicara untuk.”1 Allah berkomunikasi melalui perantaraan nabi-nabi-Nya kepada umat-Nya karena dosa membuat kemuliaan Allah itu menghanguskan, kita dapat melihatnya pada peristiwa Musa turun dari gunung Sinai membawa dual oh batu yang baru. Keluaran 34 menceritakan setelah bersama dengan Allah selama empat puluh hari empat puluh malam, kemuliaan Allah bercahaya di wajah Musa dan hal itu menimbulkan ketakutan bagi bangsa Israel. Apalagi kalau Allah sendiri yang datang dengan kemuliaan-Nya. Itulah sebabnya Allah memilih nabi untuk menjadi perantara-Nya. Sejak penciptaan firman Allah itu sudah berkuasa, proses penciptaan mulai dari hari pertama hingga hari keenam semuanya dengan firman-Nya. “Beginilah Firman Tuhan, adalah frasa yang disebutkan ratusan kali di dalam kitab para nabi.

Apa yang disampaikan para nabi kepada banyak orang, bukan merupakan buah pikiran mereka sendiri. Mereka adalah hamba Tuhan yang hanya meneruskan apa yang dikatakan oleh Tuhan kepadanya, sehingga apa sekarang yang kita baca di dalam kitab-kitab para nabi, bukan pendapat mereka, bukan hasil refleksi iman mereka, melainkan Firman yang diucapkan oleh Tuhan.”2 Dasar iman Kekristenan terdapat dalam Alkitab, namun “menarik untuk diperhatikan bahwa kata Alkitab tidaklah terdapat dalam Alkitab itu sendiri. Kata itu berasal dari kata latin biblia, yang datang dari kata Gerika, biblios, artinya “papyrus” nama semacam bahan yang dipakai pada zaman dahulu sebagai tempat menulis buku-buku. Orang-orang Gerika menyebut bahan ini Byblos sebab mereka mendapatkannya dari pelabuhan Biblos, Phunicia.”3 Alkitab berisi dari 66 buku terdiri dari 39 Perjanjian Lama dan 27 Perjanjian Baru. Dalam sebuah buku kecil berjudul Sepucuk Surat Untuk Anda dituliskan, “Alkitab ditulis oleh 40 orang dalam jangka waktu 1600 tahun.” Inti pekabaran dari ke 66 buku yang terdapat di Perjanjian Lama dan di Perjanjian Baru adalah tentang kasih Allah yang begitu besar kepada manusia yang begitu besar dosanya. Alkitab berisi kabar baik bagi seluruh umat manusia yaitu, menjelmanya Allah menjadi manusia, kematian Yesus di kayu salib, kebangkitan-Nya dari kematian dan janji pengharapan akan kedatangan-Nya kembali untuk menjemput barang siapa yang percaya kepada-Nya, untuk dibawa ke rumah Bapa dan hidup kekal selama-lamanya. Alkitab yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berisi kitabkitab yang diwahyukan oleh Tuhan dan yang perlu di ingat adalah bahwa keduaduanya sama pentingnya. Tidak ada yang satu lebih penting dari yang lainnya, ini ibarat dua sisi mata uang masing-masing sisi bernilai, namun tanpa satu sisi maka sisi yang lainnya menjadi tidak bernilai sama sekali. Sebagaimana dituliskan oleh Tremper Longman III: “Ketika kita mempelajari Perjanjian Lama, kita akan terperanjat dengan sebuah pengertian dasar bagi kepentingan seluruh orang Kristen yaitu di pusat Perjanjian Lama terdapat Yesus Kristus. Agustinus dengan tepat menulis kalimat terkenalnya: Perjanjian Baru terutup di Perjanjian Lama; Perjanjian Lama terbuka di Perjanjian Baru.”4 Seluruh isi Alkitab adalah satu kesatuan yang terapadu yang dirancang oleh sang Pencipta sebagai media komunikasi dengan ciptaanNya yang telah berdosa itu. Jangan sekali-kali kita memilah-milahnya dan berkata yang satu cocok dan yang lainya sudah tidak sesuai lagi, sebab firman-Nya itu sempurna adanya dan yang sempurna itu tidak akan pernah menjadi kadaluarsa. Maksud mengapa Alkitab itu diberikan kepada manusia yaitu merupakan sarana oleh mana Kristus Sang Firman berbicara kepada kita seperti yang rasul Paulus nyatakan dalam II Timotius 3:16: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Alkitab adalah sebuah Road Map atau peta jalan yang menjadi panduan dari Tuhan bagi manusia agar dapat mengetahui mana jalan yang dapat dijalani dan mana yang tidak. “Ketika Allah memberikan Kitab Suci-Nya kepada manusia, ketika Ia menyuruh para nabiNya untuk menuliskan kitab-kitab suci itu, Ia memberikan kepada mereka suatu standar kelakukan, suatu penuntun yang mereka dapat ikuti.”5 Setelah terputusnya komunikasi manusia dengan Allah akibat dosa, maka melalui Alkitab Allah mengkomunikasikan segala keinginan-Nya bagi umat manusia, memberikan standar hidup yang apabila diikuti akan mendatangkan kebahagiaan yang sejati. Allah juga berkomunikasi melalui Sang Firman yaitu Allah Anak yang telah menjelma menjadi manusia, sebagaimana disebutkan dalam Yohanes 1:1,14: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” Ekkehardt Mueller selanjutnya memberikan ulasannya tentang Firman sebagai berikut: “I Yohanes 1:1 menyebut Firman hidup.” Kata itu juga terdapat dalam Yohanes 1:1-3, yang secara spesifik merujuk kepada Yesus. Dalam Wahyu 19 penunggang kuda putih disebut “Firman Allah” (Why. 19:13) yang juga merujuk kepada Yesus. Karena dalam tulisan Yohanes istilah firman dalam konteks tertentu boleh merujuk kepada Yesus.” 6 Jembatan utama yang dapat menghubungkan Pencipta dan ciptaan yang telah berdosa itu adalah Sang Firman yang berinkarnasi menjadi manusia yaitu Yesus Kristus, di dalam karya penebusan Dia mati tergantung di kayu salib di bukit Golgota, “agar barang siapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).

Dikuduskan Melalui Firman-Nya

Banyak orang ingin hidup suci dan berbagai cara mereka lakukan untuk memperoleh kesucian itu, diantaraanya dengan memisahkan diri dari masyarakat agar tidak tercemar, mereka bertapa, menjadi biarawan atau biarawati. Ada yang di kubur dalam tanah hingga ke lehernya atau duduk di atas tiang kayu yang tinggi, atau pohon yang tinggi jauh dari keramaian. Di Pilipina orang-orang yang mau menjadi suci mencambuk punggungnya sampai berdarah, dan disalibkan seperti Yesus disalibkan. Mereka ini baik pria maupun wanita berbuat demikian agar menjadi benar dan suci di hadapan Allah. Yang perlu kita lakukan adalah mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi agar kita dapat bertindak dengan benar. Paulus memberikan amaran, “Tetapi  oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan” (Roma 2:5). Kekerasan hati , kata rasul Paulus adalah sumber permasalahan renggangnya hubungan Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya. “Kata yang di terjemahkan kekerasan hati (sikap kerasa kepala) adalah kata Yunani yang berarti “kekerasan.” Dari kata yang sama itu kita mendapatkan istilah medis sklerosis. Jadi arteriosklerosis merujuk pada pengerasan arteri, suatu proses yang juga ditemukan dalam bidang rohani. Itu menggambarkan kondisi dari hati mereka yang telah menjadi tidak peka dan sensitif terhadap Allah…Alkitab secara terus menerus mengamarkan kita tentang kekerasan rohani…Seperti “Kata Yesus kepada mereka: “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian” (Mat. 19:8) dan “Ia berdukacita karena kedegilan mereka” (Mrk 3:5).”7 Bagaimanakah caranya agar kita dapat berkenan di hadapan-Nya dan hati kita kudus di hadapan Dia yang adalah kudus, akan dijelaskan berikut ini

 

Firman Allah Sebagai Pelita dan Terang

Serombongan turis memasuki sebuah gua di Mexico, ketika mereka berada di tengah-tengah gua itu, guide berkata, “ambil posisi yang baik karena sebentar lagi lampu akan dipadamkan untuk kita dapat merasakan seberapa gelapkah gelap itu.” Lampu dimatikan dan seluruh rombongan itu merasakan kegelapan yang luar biasa. Satu-satunya keinginan mereka saat itu adalah, agar lampu menyala kembali. Kegelapan yang sangat pekat dalam gua membuat rombongan itu tidak dapat melihat apapun, hanya terang dari lampu yang ada di dalam gua itulah yang mereka harapkan agar mereka dapat berjalan keluar dari gua tersebut. Kegelapan mata hati menyebabkan korupsi, selingkuh, pencurian, pemerkosaan, pembunuhan, penindasan, menggunakan obat-obat terlarang serta tindakan jahat lainnya, dimana orang yang melakukannya menganggap dengan melakukan hal diatas mereka akan mendapatkan kebahagiaan. Di sinilah manusia itu memerlukan pelita hati, agar hati-hati dengan hatinya. “Setiap orang merindukan kebahagiaan. Namun banyak orang yang mempunyai konsep yang salah dalam mencari jalan menuju kebahagiaan. Alkitab sendiri telah berkata bahwa, “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya membawa maut” (Ams. 14:12). Oleh sebab banyaknya yang salah melangkah, kita perlu bimbingan Alkitab, sebab Alkitab adalah petunjuk jalan kepada kehendak Allah dan kepada sumber kebahagiaan manusia. “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Maz. 110:105).”8 Kata pelita dalam King James Version memakai kata “lamp” menjelaskan bahwa “Firman Tuhan itu menerangi jalan agar manusia itu dapat berjalan dengan selamat di dalam kegelapan rohani dunia ini. Barang siapa yang memiliki terang untuk memimpin langkah kakinya, maka dia tidak akan tersandung meskipun jalannya dikelilingi dengan kejahatan” 9 Dan rasul Petrus pun menuliskan juga tentang firman yang berfungsi sebagai terang itu “Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu” (II Ptr. 1:19). Betapa pentingnya Alkitab, firman-Nya yang mempunyai kuasa untuk memberitahukan kepada manusia mana jalan yang lurus yang berkenan kepada-Nya. Pada saat seseorang bangun pada pagi hari, maka dia segera dihadapkan kepada pengambilan keputusan. Dan begitu sering kita dihadapkan dengan keputusan-keputusan yang sulit bagaimana kita hidup. Contohnya bagaimana kita membuat keputusan yang benar, khususnya ketika berhadapan dengan masalah moral dan etika. Sebagai contoh, ketika dihadapkan dengan euthanasia, aborsi korban pemerkosaan dan masalah etika lainnya, Allah tidak membiarkan manusia di dalam ketidak mengertian. Ada “SOP (Standard Operating Procedure)” yaitu firman-Nya sebagai standar pengambilan keputusan sebagai penuntun bagaimana kita harus bertindak, dan terutama bagaimana kita harus hidup. Alkitab adalah firman Tuhan yang menjadi penuntun hidup kita. Manusia tidaklah hidup di ruang hampa atau di dalam kekosongan, kita hidup di alam nyata yang mempunyai tujuan dan akhir. “Firman Allah terus mengingatkan kita bahwa kita tidak bisa menyelesaikan perjalanan iman kita bilamana kita memilih seolah-olah sejarah dan tujuan kita tidak menjadi masalah. “Makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah,’ sebab besok kita akan mati’ (Luk. 12:19; I Kor. 15:32) adalah falsah si jahat yang ingin agar kita melupakan jalan di mana Allah telah memimpin kita pada masa lalu dan jalan di mana Ia mau agar kita tabah menuju masa depan. Anak yang durhaka menghidupkan falsafah seperti ini, dan berakhir di kandang babi. Pembaruan terjadi hanya setelah ia mengingat rumah dan kasih bapanya, dan setelah ia mengambil langkah pertama menelusuri kembali asalusulnya. Ini mengingatkan kita perlunya mendengar Firman Allah dan perlunya mengetahui bahwa hari perhitungan tidak lama lagi.”10 Itulah sebabnya pemazmur dengan tepat berkata: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Mzm. 119:105), agar kaki kita tidak tersandung dalam jerat-jerat dosa yang setan sebarkan di mana-mana.

 

Firman Allah dan Pedang Bermata Dua

Seorang pengkotbah pernah menggambarkan Firman Tuhan, Alkitab itu seperti pisau di tangan seorang koki atau tukang masak dan seperti pisau di tangan seorang dokter bedah. Di tangan seorang koki, pisau itu akan memotong-motong bahan masakan dan kemudian tersajilah makanan yang nikmat dan lezat. Di tangan dokter bedah, pisau itu akan memotong-motong bagian tubuh manusia, akan mendatangkan rasa sakit namun akhirnya membawa kesembuhan. Demikian juga dengan firman Tuhan kadang kala ada yang enak di telinga dan menyegarkan kerohanian namun ada juga yang menyakitkan perasaan oleh karena menunjukkan dosa tetapi membawa kepada kesembuhan rohani. Kitab Ibrani berkata:” Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibr. 4:12). Kita perhatikan bagaimana firman Allah itu digambarkan.

 

Kekuatan dari Firman Itu

Firman itu hidup dan kuat ini menunjukkan kuasa yang ada di dalamnya karena “firman itu ikut memiliki sifat-sifat Allah sendiri. Firman itu hidup dan penuh aktifitas serta kuat untuk mencapai maksudnya. Di dalamnya Allah sendirilah yang aktif, dan dengan demikian Firman itu tak pernah tanpa berhasil, Firman itu membawa keselamatan atau penghakiman.”11 Firman yang hidup itu memiliki kuasa untuk menyelamatkan atau membinasakan sesuai dengan pilihan kita. Ini juga menyatakan kepada kita bahwa firman itu hidup dan tetap aktif untuk menciptakan di dalam manusia hati yang baru dan roh yang memperbaharui hidup. “Firman Tuhan itu adalah energi kekuatan di dalam pertobatan. Orang Kristen “dilahirkan kembali …oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.”12 Firman itu kuat, “kata kuat di dalam bahasa Gerikanya energes yang artinya efektif, aktif dan bertenaga. Kata energi berasal dari kata energes. Ada tenaga/kekuatan di dalam firman Allah untuk mengubah orang berdosa menjadi orang suci.”13 Ada kuasa, tenaga, energi didalam firman-Nya yang sangat dibutuhkan oleh semua orang berdosa agar dapat diubahkan kembali ke dalam peta-Nya yang semula. Lebih Tajam dari Pedang Bermata dua Pedang bermata dua mungkin jarang kita lihat pada saat ini, namun di zaman Alkitab hal ini sering kita dapatkan. “Pedang bermata dua, pedang ini pendek, dengan mata pedang yang setajam pisau cukur pada kedua sisinya agar dapat digunakan untuk menyerang, baik ke arah depan maupun ke arah belakang. Bentuknya mirip dengan pisau kecil, pendek dan tebal dengan mata pedang yang lebar.”14 Firman Tuhan di gambarkan dengan sangat tepat seperti pedang bermata dua yang tajam. Salah satu contohnya adalah firman yang disampaikan nabi Amos kepada bangsa Israel yang tegar tengkuk dan keras kepala itu. Nabi Amos adalah seorang nabi yang selalu konsisten menyampaikan firman Tuhan baik atau tidak baik waktunya. “Amos hidup pada zaman yang relatif aman, makmur dan penuh kepelisiran. Di bawah pemerintahan Jerobeam II, Israel berada pada puncak kekuasaan. Ada pertambahan jumlah orang-orang kaya yang hidup bermewah-mewah dan menuruti hawa nafsunya yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kesenangan dan pameran kemewahan mereka sangat berbeda dengan penderitaan dan kesusahan orang-orang muskin… Para hakim betindak tidak jujur, pemerintahan korup. Keadilan menjadi olok-olokan. Pemerasan, kejahatan dan kebencian golongan terlihat di mana-mana. Penyalahgunaan alkohol menyebabkan kejahatan dan dan ketidaksenonohan. Pelanggaran susila merajalela, dan berzina dengan saudaranya sudah biasa. Perampokan dan pembunuhan telah menjadi kebiasaan sehari-hari. Kebanyakan orang mengatakan dirinya beragama, tetapi hidup dalam cara menyangkal iman. Walaupun berbagai bentuk agama menarik orang-orang, agama utama adalah pemujaan diri.”15 Amos nabi yang sederhana itu dengan tegas dan berani menyampaikan firman Tuhan, dengan berkata: “Mereka benci kepada yang memberi teguran di pintu gerbang, dan mereka keji kepada yang berkata dengan tulus ikhlas. Sebab itu, karena kamu menginjak-injak orang yang lemah dan mengambil pajak gandum dari padanya, sekalipun kamu telah mendirikan rumah-rumah dari batu pahat, kamu tidak akan mendiaminya; sekalipun kamu telah membuat kebun anggur yang indah, kamu tidak akan minum anggurnya. Sebab Aku tahu, bahwa perbuatanmu yang jahat banyak dan dosamu berjumlah besar, hai kamu yang menjadikan orang benar terjepit, yang menerima uang suap dan yang mengesampingkan orang miskin di pintu gerbang. Sebab itu orang yang berakal budi akan berdiam diri pada waktu itu, karena waktu itu adalah waktu yang jahat. (Amos 5:10-13). Nabi Amos dengan tegas dan lugas menyampaikan firman Tuhan yang menyatakan sebab dan akibat dari apa yang di lakukan oleh bangsa Israel pada saat itu. Dalam banyak hal zaman nabi Amos mirip dengan zaman kita pada saat ini. Apabila terang kebenaran Tuhan dengan sengaja dilanggar, apabila perjanjian-Nya ditentang, apabila agama itu hanya formalitas dan kegiatan rutin saja tanpa pertanggungan jawaban moral dan spiritual, maka penghukuman Allah sudah pasti dan penghukuman itu melebihi pedang bermata dua. Sebab tidak pernah ada berkat tanpa tanggung jawab. “Menjadi umat pilihan jangan disalahartikan sebagai favoritisme Ilahi atau kekebalan terhadap hukuman. Tetapi sebaliknya, itu berarti lebih serius terbuka kepada penghakiman dan penghukuman Ilahi.”16 Dengan demikian tidaklah berdasarkan Alkitab pernyataan yang mengatakan sekali selamat tetap selamat walaupun tidak lagi berjalan di jalan yang benar. “Satu-satunya yang diselamatkan dari dunia ini hanyalah jiwa-jiwa yang telah dibeli dengan darah Krsitus, yang lainnya akan binasa selama-lamanya. Abunya pun tidak akan tinggal.

Tidak heran, Ia mengajak kita untuk “mendengar Firman ini,” dan Firman itu ialah Firman Kehidupan, kehidupan yang terdapat dalam Kristus dan darah yang telah dicurahkan-Nya bagi dosa-dosa dunia.”17 Dengarkan, lakukan dan jangan pernah abaikan firman itu agar kita dapat selamat. Menusuk Amat dalam Sampai Memisahkan Jiwa dan Roh, Sendi-Sendi dan Sumsum Menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum, kata-kata ini menunjukkan betapa hebatnya fungsi dan peran firman itu di dalam kehidupan kita. “Ia meresapi bagian manusia yang terdalam, seperti sebilah pisau untuk mengurai, yang mengusahakan pembukaan suatu bagian dan pembedahan yang radikal antara hal-hal yang berbeda di dalam hidup manusia. Firman itu menghakimi pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan akal manusia dan kehendaknya. Ia adalah kritik (Yunani kritikos) yang dengannya segala sesuatu dihakimi.”18 Firman Tuhan itu dapat mendeteksi sampai kerelung-relung hati manusia yang paling dalam sekalipun. “Firman Allah itu mempunyai daya tembus. Penulis surat Ibrani mengumpulkan ungkapan-ungkapan untuk menunjukkan betapa kuat daya tembus Firman Allah itu. Firman Allah itu menembus begitu dalam sehingga menghasilkan pembedaan antara jiwa dan roh.”19 Ini menunjukkan bahwa manusia itu sepenuhnya bergantung kepada Firman Allah agar dapat menyadari keadaan dirinya, apakah berada di pihak Tuhan atau di pihak setan. Setan itu adalah bapak dari segala penipu, dia sangat pintar meramu dengan mencampur sedikit dosa di dalam perkara yang benar sehingga kelihatannya dosa itu tidak lagi dosa, padahal sebenarnya hal itu akan membawa mansuia itu kepada kebinasaan. Hanya melalui Firman Tuhan saja manusia itu dapat membedakan mana kebaikan yang telah dicampur dengan sedikit dosa dan mana kebenaran yang sejati.” Firman Allah menyelidiki keinginan dan kehendak manusia dengan teliti. Keinginan (enthumesis) adalah segi emosional dari manusia, dan kehendak (ennoia) adalah segi intelektualnya. Dengan kata-kata lain penulis seolah-olah mau mengatakan: “Baik segi emosional maupun segi intelektual hidupmu harus diserahkan untuk diselidiki dengan teliti oleh Allah.”20 Firman Allah dapat menyelidiki dengan teliti bagaikan alat medis MRI (Magnetic Resonance Imaging)21 yang dapat memberikan gambaran sampai sedetail-detailnya apa yang ada di lubuk hati yang paling dalam sekalipun.

 

Firman yang Mengubahkan

Alkitab yang terdiri dari kitab-kitab yang di tuliskan oleh para nabi yang berisi uraian kasih Allah yang begitu besar kepada manusia mempunyai kuasa yang sanggup mengubahkan dan membuat berbahagia barang siapa yang ‘membaca,’ ‘mendengar’ dan ‘menuruti’ (Why. 1:3) apa yang tertulis di dalam Alkitab. President Amerika Serikat yang termasyur yaitu Abraham Lincoln mengatakan, “Saya percaya bahwa Alkitab adalah pemberian yang terbaik yang pernah Tuhan berikan kepada manusia. Semua kebaikan Juruselamat dunia dikomunikasikan kepada kita melalui buku ini.”22 Berkat dan kebahagiaan yang akan kita terima dari pemberian terbaik Tuhan ini tentunya setelah kematian Yesus di Golgota, tergantung bagaimana kita memanfaatkannya. “Alkitab sering melukiskan gambaran yang suram tentang sifat alami manusia (Yes. 59:2-4; Yer. 13:23; Roma 3:10-12)…Usaha untuk memperbaiki pola hidup kita sering gagal. Banyak gagasan hebat dari beberapa abad yang lalu telah dinyatakan untuk membuat kehidupan manusia lebih baik. Sebaliknya gagasan-gagasan ini sering memperburuk keadaan. Tetapi ada harapan bagi kita sebagai individu, harapan untuk setiap orang yang ingin diubahkan. Dan itu karena Alkitab menunujukkan kepada kita Yesus Kristus, Pencipta kita dan Penebus, dan di dalam Dia kita telah diberikan janji perubahan hidup ajaib.”23 Ada harapan, adalah kata terindah di tengah-tengah dunia yang penuh dosa dan tidak berpengharapan ini, dan harapan itu kita dapatkan di dalam Firman-Nya, harapan untuk diubahkan dari tubuh maut menjadi umat yang di selamatkan. Musa memberikan panduan yang sangat jelas tentang bagaimana kita menggunakan Firman-Nya ini di dalam kehidupan kita sehari-hari agar menjadi orang yang berbahagia dalam pengharapan akan janji-janji-Nya. Musa memberi nasehat kepada kita dengan berkata: “haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang…” (Ul. 6:7), ini perintah dan tidak dapat ditawar-tawar. “Artinya, kita tidak boleh memilih. Isu ini menyangkut jumlah waktu berkualitas yang memadai…Bukan kualitas atau kuantitas waktu yang kita sisihkan, tetapi kuantitas dari waktu berkualitas,”24 yang harus kita berikan dalam mempelajari firman Tuhan ini agar kita memperoleh manfaatnya, yaitu di ubahkan kembali kepada gambar-Nya (Imago Dei) dan rupa-Nya (Similitudo Dei). Ada kekeliruan persepsi pada zaman bangsa Israel yang sengaja di rancang oleh bapa segala dusta yaitu Iblis, yang sangat menyesatkan, yaitu, “Yeremia pernah mengkotbahkan sebuah kotbah yang terkenal yang telah dikenal sebagai ‘bait khotbah’. Yeremia berkata: ‘Jangan percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi, “Ini bait Tuhan, bait Tuhan, bait Tuhan” (Yer. 7:4). Maksudnya orang-orang Yahudi berpikir bahwa mereka aman dari kejahatan…karena mereka bertekun dalam penyembahan di dalam bait suci dan menjalankan ritual-ritual keagamaannya. Bagaimanapun, kehidupan moral mereka amat tidak menyenangkan Tuhan…Dengan mempercayai struktur fisik dan ritual bait suci, tidak akan pernah melindungi mereka dari penghakiman Allah…Iman mereka seharusnya ada di dalam Allah yang hidup dan dalam perkataan-Nya…”25 Yeremia dengan jelas berkata bahwa keselamatan hanya ada di dalam Tuhan. Tidak diragukan, bahwa firman-Nyalah yang dapat mengubah hidup. Robert Wieland menuliskan, “Apa yang disebut oleh Alkitab ketidaktaatan ialah tidak mau percaya, dan itu merupakan dosa utama sepanjang masa, Israel tidak dapat masuk ke Tanah Perjanjian karena ketidaktaatan itu.”26 Melakukan Alkitab dengan “3M” (Membaca, Mendengar, Menuruti) adalah bukti ketaatan kepada Khalik semesta alam ini dan itu merupakan merupakan langkah yang bijaksana sementara berjalan menuju tanah Kanaan semawi agar dapat tiba dengan selamat di sana.

 

Jaminsen

Welcome, TO BE LIKE JESUS

Post a Comment

Previous Post Next Post