Jodoh Harus Sesuai Rencana Allah

 

Terkait dengan masalah  jodoh  dan  keluarga,  kita harus melihat skenario besar  Tuhan  menciptakan  manusia.  Jika Firman Tuhan menunjukkan bahwa manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah, maka itu berarti Allah sendiri juga memiliki Pribadi seperti manusia yang adalah makhluk sosial yang membutuhkan relasi dengan pribadi lain. Allah juga membutuhkan obyek untuk dikasihi dan mengasihi, untuk ber- fellowship dengan pribadi lain, diperhatikan dan memperhatikan, disenangkan dan menyenangkan. Allah juga mau menemukan tempat-Nya bagi pribadi manusia sebagai anak-anak-Nya dan menempatkan mereka sesuai dengan tempat dan kedudukannya. Dan anak-anak-Nya harus menempatkan Allah Bapa di tempat- Nya. Jika demikian relasi keduanya akan terjalin indah, yaitu suatu hubungan yang harmonis; persekutuan yang sangat luar biasa membahagiakan.


RENCANA ALLAH

Terkait dengan masalah  jodoh  dan  keluarga,  kita harus melihat skenario besar  Tuhan  menciptakan  manusia.  Jika Firman Tuhan menunjukkan bahwa manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah, maka itu berarti Allah sendiri juga memiliki Pribadi seperti manusia yang adalah makhluk sosial yang membutuhkan relasi dengan pribadi lain. Allah juga membutuhkan obyek untuk dikasihi dan mengasihi, untuk ber- fellowship dengan pribadi lain, diperhatikan dan memperhatikan, disenangkan dan menyenangkan. Allah juga mau menemukan tempat-Nya bagi pribadi manusia sebagai anak-anak-Nya dan menempatkan mereka sesuai dengan tempat dan kedudukannya. Dan anak-anak-Nya harus menempatkan Allah Bapa di tempat- Nya. Jika demikian relasi keduanya akan terjalin indah, yaitu suatu hubungan yang harmonis; persekutuan yang sangat luar biasa membahagiakan.

Salah satu kemungkinan yang paling kuat yang bisa dipercayai berkenaan dengan maksud Allah menciptakan manusia sebagai pribadi-pribadi yang hidup adalah karena  Allah Bapa merupakan pribadi yang berkehendak membangun suatu keluarga dan menikmati kehidupan bersama-sama dengan keluarga yang dibangun-Nya tersebut. Inilah awal dari sejarah Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah peta dari rencana Allah yang besar dan cerdas, bagi kemuliaan-Nya dan menunjukkan hakikat dan nilai-nilai keindahan Allah yang menakjubkan.

Keluarga yang dibangun oleh Allah Bapa, haruslah keluarga yang memiliki kerelaan untuk menjadi obyek untuk dikasihi dan subyek mengasihi Allah Bapa, pribadi untuk bisa ber- fellowship dengan Allah Bapa, diperhatikan dan memperhatikan, disenangkan dan menyenangkan, serta  mengabdi  kepada  Allah Bapa sebagai Allah-Nya. Hal ini dimaksudkan agar relasi antara Bapa dan anak-anak adalah relasi harmonis yang tidak dipaksakan; natural sempurna.

Sebenarnya Allah Bapa telah memiliki keluarga dengan Putra Tunggal yang telah bersama-sama dengan Dia sebelum dunia dijadikan. Entah berapa juta atau milyar bahkan trilyun tahun, Bapa bersama dengan Sang Putra dalam kebahagiaan sempurna. Kebahagiaanituterganggu olehkarena pemberontakan oknum yang diciptakan-Nya, yang dikenal sebagai Lusifer dan malaikat yang dihasutnya (Ay. 4:28; Yes. 14:12-19; Yeh. 28:12-19; Why. 12: 1-6). Untuk menanggulangi sepak terjang Lusifer ini, Allah menciptakan manusia.

Allah menciptakan manusia pertama, yaitu Adam, bukan tanpa tujuan dan bukan tanpa misi serta tanggung jawab yang harus ditunaikan. Manusia dipanggil untuk membela kepentingan Bapa. Kalau Anak Tunggal-Nya -yaitu Sang Logos- bersama- sama dengan Bapa menciptakan dunia ini (Yoh. 1:1-10), tetapi anak-anak Allah yang lain -yaitu Adam dan Hawa- dipersiapkan untuk mengalahkan Iblis agar “Nama Bapa dimuliakan, Kerajaan-Nya atau pemerintahan-Nya datang dan kehendak-Nya dijunjung tinggi secara mutlak di bumi ini.” Manusia diciptakan juga dengan maksud tertentu. Manusia menerima mandat, yaitu untuk berkembang-biak memenuhi bumi dan menaklukkannya. Tentu di dalamnya juga diberi mandat untuk mengalahkan Lusifer yang jatuh, yang dibuang ke bumi. Dalam hal ini kita menemukan tidak ada sesuatu yang gratis. Manusia sebagai anak Allah diciptakan untuk berjuang.

Namun ternyata manusia pertama telah gagal untuk melaksanakan kehendak Bapa, maka Allah mengutus Putra Tunggal-Nya untuk mengalahkan Iblis dan menyelamatkan manusia agar menjadi keluarga Kerajaan-Nya. Bapa menciptakan anak-anak-Nya yang lain untuk bersama-sama dengan Diri-Nya dan Putra Tunggal-Nya menikmati kemuliaan-Nya. Inilah yang dimaksud dengan kemuliaan yang disediakan sebelum dunia dijadikan. Anak-anak yang lain di sini adalah kita, umat pilihan- Nya, yang harus mengikuti jejak Tuhan Yesus sebagai pemenang, agar Tuhan Yesus menjadi yang sulung di antara banyak saudara (Rm. 8:28-29). Sebagai pemenang artinya hidup sesuai dengan kehendak Bapa. Tetapi anak-anak Allah yang dipilih ini harus berjuang seperti Yesus berjuang.

Untuk menjadi keluarga Allah, kita harus menjadi pemenang, artinya hidup seperti Tuhan Yesus hidup. Harus mengalami kemenangan seperti Dia juga telah mengalami kemenangan; taat sampai mati bahkan mati di kayu salib. Suatu kehidupan yang dipersembahkan kepada Allah sepenuhnya. Hanya orang yang menang melawan Lusifer yang menjadi anggota Kerajaan. Dan untuk menjadi pemenang, seseorang harus memiliki gairah hidup Anak Allah. Inilah “rule of the game”-nya.

Kepada kita, umat pilihan, diberi kesempatan untuk menentukan atau memilih apakah mau mengasihi Tuhan atau tidak. Mereka yang mengasihi Tuhan akan digarap Allah menjadi anggota keluarga-Nya (Rm. 8:28; 1Kor. 2:9). Tetapi mereka yang tidak mengasihi, akan terkutuk (1Kor. 16:22). Dalam hal ini  kita menemukan betapa indahnya hidup ini. Indahnya hidup ini terletak pada kesempatan yang Tuhan berikan untuk mengasihi Allah Bapa, supaya kita masuk menjadi anggota keluarga-Nya. Itulah sebabnya hukum terutama adalah mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Hal ini paralel dengan pertanyaan Tuhan Yesus kepada Simon Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Lalu Tuhan berkata lagi “Gembalakan domba-domba-Ku”. Orang-orang yang menjadi anggota keluarga Allah ini juga disebut sebagai mempelai Tuhan. Tuhan menghendaki orang percaya menjadi mempelai-Nya (2Kor. 11:2-3).

Dunia ini akan binasa menjadi lautan api. Tuhan menyediakan dunia lain yang lebih baik. Semua yang Tuhan ciptakan sejak semula di bumi ini akan diulang. Di dunia yang akan datang nanti, semua keindahan yang pernah Tuhan ciptakan di bumi ini akan diulang dengan keadaan yang lebih sempurna, karena tidak ada dosa. Sebagai umat pilihan, kita harus memfokuskan diri pada kehidupan yang akan datang nanti. Jangan karena salah memilih jodoh seseorang kehilangan kesempatan berharga untuk mempersiapkan diri sebagai pemenang yang dilayakkan menjadi anggota keluarga Allah. Sejak muda seorang anak manusia harus dipersiapkan untuk menjadi anggota keluarga Allah. Sehingga memiliki pemahaman apakah hidup itu dan bagaimana manusia yang benar itu. Dengan demikian ia akan memililih jodoh berdasarkan pengertiannya akan hidup dan sesuai dengan pemahamannya mengenai standar manusia yang baik. Sehingga jodohnya adalah mempelai Tuhan juga. Dengan demikian jodoh di bumi bisa tetap menjadi teman abadinya.

Salah satu kemungkinan yang paling kuat yang bisa dipercayai berkenaan dengan maksud Allah menciptakan manusia sebagai pribadi-pribadi yang hidup adalah karena Allah Bapa merupakan Pribadi yang berkehendak membangun suatu keluarga dan menikmati kehidupan bersama-sama dengan keluarga yang dibangun-Nya tersebut.

Jangan karena salah memilih jodoh seseorang kehilangan kesempatan berharga untuk mempersiapkan diri sebagai pemenang yang dilayakkan menjadi anggota keluarga Allah.

Jaminsen

Welcome, TO BE LIKE JESUS

Post a Comment

Previous Post Next Post