LOVE IS
AS POWERFUL AS DEATH
Berbicara mengenai seksologi, banyak buku
telah ditulis dan ceramah atau seminar telah disampaikan. Secara pengertian
atau pengetahuan mengenai seks itu sendiri telah banyak diketahui oleh
orang-orang muda, sehingga sebenarnya tidak terlalu perlu lagi menyampaikan hal
ini dari segi teknis. Justru yang penting untuk diketahui adalah bagaimana
orang-orang muda memiliki kebijaksanaan Ilahi untuk bersikap terhadap dorongan
seksual dalam dirinya serta mengelolanya dengan cerdas. Pendidikan seks di
Barat begitu maju, tetapi kenyataannya hidup orang-orang mudanya begitu rusak
dan bejat. Hal ini membuktikan bahwa seksologi dari sudut ilmu pengetahuan
tidak cukup kuat menyelamatkan mereka dari dekadensi moral. Lagi pula,
pengetahuan mengenai seksologi dari segi teknisnya sudah dipelajari melalui
berbagai saluran dan media. Untuk ini ada beberapa pertimbangan penting yang
harus dimiliki.
Ketika seorang anak manusia mulai
menginjak remaja, maka ia harus mulai memahami dorongan seksual yang kuat di
dalam dirinya. Hal ini tidak boleh dianggap sepele. Setiap orang muda harus
mempersoalkannya dengan serius, karena hampir semua insan muda bergumul
mengenai hal ini. Gereja harus menjadikan masalah ini sebagai isu penting untuk
dipercakapkan tanpa memandang sebagai hal yang tabu. Anak-anak remaja dan
pemuda tidak boleh menerima pendidikan seks dari sumber yang salah, yang pada
dasarnya hanya menimbulkan keinginan untuk mencobanya, sehingga terjerat di
dalamnya. Dalam hal ini harus mulai dicari jalan untuk memiliki ruangan yang
cukup guna mengajarkan kebenaran yang berkenaan dengan realitas kehidupan seks
manusia.
Tuhan menempatkan dorongan ini dalam diri
manusia untuk suatu maksud dan rencana yang besar. Pertama, agar manusia memiliki
pengalaman yang hebat mengenai cinta dan dapat mengenakannya dalam hubungannya
dengan Tuhan. Firman Tuhan mengatakan bahwa cinta kuat seperti maut, kegairahan
gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api
TUHAN! (Kid. 8:6). Teks ini menunjukkan bahwa kalau cinta sudah mencengkeram
dalam diri seseorang, maka bisa mengalahkan segalanya. Betapa pentingnya
seorang pemuda atau pemudi memahami apa sebenarnya cinta itu dan tidak
melepaskan cintanya kepada obyek yang salah. Cinta kasih seseorang harus
terlebih dahulu dilepaskan kepada Tuhan atau diarahkan kepada Tuhan, sebelum
tenggelam terhadap manusia.
Kedua, agar manusia dapat berkembang untuk
menambah populasi manusia. Tentu saja populasi yang ditambahkan adalah makhluk
kekal yang dikehendaki untuk menjadi manusia yang
perkasa di bumi bagi kemuliaan Allah dan menghuni Kerajaan Surga. Inilah mandat
prokreasi. Mandat prokreasi ini mengandung kenikmatan yang tiada duanya
(rekreasi), oleh sebab itu jangan sampai orang muda terjebak dalam rekreasi,
tetapi tidak menghargai prokreasinya. Jika demikian, maka anak- anak muda tidak
menemukan cinta yang sejati dan kehidupan seks yang dirancang oleh Allah. Ini
berarti ia menyia-nyiakan anugerah seks yang sangat mulia dan berharga.
Bukan karena kurangnya pemahaman mengenai
seksologi maka anak-anak muda menyia-nyiakan kehidupan seks dan kehidupannya
secara utuh, tetapi ada semacam ketakutan hidup terasa sepi dan tidak
menggairahkan kalau tidak bercinta. Dan seks adalah salah satu faktor penting
untuk dinikmati. Dimulai dari ciuman, bercumbu sampai hubungan badan. Pikiran
sesat banyak orang muda sekarang adalah bahwa justru masa muda harus untuk
bercinta. Dan tidak bisa dikatakan bercinta dengan lengkap tanpa ciuman,
bercumbu sampai hubungan badan. Biasanya hal ini dimulai sejak seorang anak
menginjak remaja (14-17 tahun), mereka merasa sudah mulai berhak berpacaran.
Sedangkan mereka tidak memahami konsep berpacaran dan pengertian mengenai hidup
secara menyeluruh. Karena filosofi remaja dan pemuda demikian pada umumnya,
maka mereka terseret kepada gaya hidup yang salah tersebut. Suara yang berbeda
dengan filosofi tersebut dianggap kuno, merintangi hidup mereka dan mengurangi
kebahagiaan. Dalam hal ini orang tua sering juga dianggap sebagai musuh.
Kalau orang muda diberi nasihat untuk bisa
mengendalikan nafsunya dan tidak melakukan hubungan yang tidak pantas
sebelum menikah, bukan berarti mengurangi
kebahagiaan dan sukacita hidup orang muda. Hal itu tidak boleh dianggap sebagai
beban berat yang menekan, tetapi sebagai perlindungan yang tidak akan diperoleh
pada waktu lain. Ketika seorang anak manusia mulai menginjak dewasa, maka
mereka mulai mencari orang yang bisa diajak “bercinta”. Dalam hal ini mereka
tidak lagi menetapkan kriteria siapa yang patut menjadi “teman dekat” mereka.
Biasanya ukuran teman adalah mereka yang mereka anggap “mengerti dirinya”,
keren, modis dan lain sebagainya.
Bagi wanita, senang kalau diberi perhatian
khusus. Biasanya mereka akan menyenangi orang yang menyenangi
mereka. Bila tidak memiliki benteng yang kuat untuk menolak setiap
kemungkinan bernyalanya sebuah “hasrat” untuk berpacaran, maka banyak anak-anak
muda akan terjerat oleh perasaan romantisme yang mereka anggap cinta. Padahal
cinta yang sejati tidaklah sedangkal dan semiskin itu. Cinta bukan sekadar
perasaan dan gelora libido (nafsu seks). Cinta adalah komitmen dan pengertian
yang utuh mengenai kehidupan bersama di masa depan sampai kekekalan demi mandat
Allah (prokreasi).
Memang tidak ada (jarang sekali) orang
muda yang merencanakan melakukan hubungan seks pada awal berpacaran, khususnya
bagi yang baru pertama kali berpacaran. Tetapi standar hidup lingkungan
pergaulan sudah begitu rusak. Atmosfir bergaulan yang buruk akan membawa orang
muda pada hubungan seks sebelum menikah. Mereka berkata: “Kami hanya mencicipi
saja”. Tetapi kenyataanya, akhirnya mengunyah dan menelannya. Tahapannya dari
berciuman, bercumbu, patting, sampai hubungan seks.
Pengalaman pertama jatuh cinta akan
mempengaruhi diri seseorang, sampai mengubah hidup seseorang, sebab akan
sangat kuat sekali dampaknya. Dalam hal ini sering orang tua menganggap anak
mereka sedang ditenung, diguna-guna dan lain sebagainya, ketika anaknya
“bermain api asmara”. Tidak sedikit anak-anak yang sedang mabuk asmara melawan
orang tua dan jadi anak yang tidak menghormati orang tua, karena merasa
kesenangan dan kebahagiaannya dirusak atau dihalangi. Kadang- kadang mereka
hampir tidak bisa dinasehati, karena berasmara secara tidak dewasa membuat
insan muda akal sehatnya hilang.
Pengalaman berasmara akan menjadi “candu”
yang tidak bisa tidak harus dimiliki bagi orang-orang muda yang tidak memahami
hidup dengan benar. Mereka merasa tidak sanggup hidup tanpa pacar yang bisa
diajak bercinta. Biasanya pria seperti ini akan makan banyak korban wanita. Ia
sendiri akan menjadi tumpul memaksimalkan potensi guna kehidupan yang akan
datang. Bagaimanapun, kesibukan berasmara sebelum waktunya akan menyita waktu
dan perhatiannya secara signifikan. Adalah konsep yang menipu kalau seseorang
berkata bahwa berpacaran menyemangati hidup secara benar (belajar tambah giat
dan lain sebagainya).
Cinta kasih seseorang harus terlebih
dahulu dilepaskan kepada Tuhan atau diarahkan kepada Tuhan, sebelum tenggelam
terhadap manusia.
Cinta adalah komitmen dan pengertian yang
utuh mengenai kehidupan bersama di masa depan sampai kekekalan demi mandat
Allah.