“Ledakan Cinta Kasih”
Dalam perjalanan pelayanan Tuhan Yesus, kita
temukan ledakan cinta kasihNya kepada Bapa-Nya. Tindakan Yesus di Bait Suci
merupakan contohnya. Ketika melihat halaman Bait Suci digunakan untuk jual
beli, Tuhan Yesus menjadi marah dan melakukan suatu tindakan yang sangat
radikal. Tindakan itu diungkapkan dengan kalimat, “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku”
(Yoh. 2:17). Ia menjungkirbalikkan meja tempat para penukar uang melakukan
transaksi dan mengusir para pedagang hewan korban dengan cemeti. Ini pasti
membuat halaman bait Suci menjadi heboh. Tindakan ini suatu keberanian yang
luar biasa. Mengherankan, ternyata Tuhan Yesus tidak didemo dan dikeroyok oleh
para pedagang.
Ledakan cinta kasih Tuhan Yesus dalam fragmen
penyucian Bait Suci adalah ledakan cinta kasih yang paling mulia di sepanjang
sejarah alam semesta. Ini diharapkan dapat dimiliki pengikut-pengikut Yesus.
Memang, mengikuti-Nya berarti mengikuti jejak-Nya, termasuk ledakan cinta
kasih-Nya kepada Bapa di Surga.
Ledakan itu juga ditunjukkan dengan sikap
Tuhan Yesus yang tetap bertahan menantikan perempuan Samaria di sumur Yakub
dekat Kota Sikhar ketimbang masuk kota mencari makanan, walalupunIa sudah letih
dan lapar. Tuhan Yesus berkata, “Makanan-Ku
ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”
(Yoh. 4:34).
Dalam seluruh perjalanan pelayanan Tuhan
Yesus, tampak kecintaan kepada Bapa yang ditandai dengan ketaatan-Nya sampai
mati bahkan mati di kayu salib (Flp 2:5–9). Inilah ketaatan yang tak bersyarat,
dipersembahkan tanpa menuntut upah. Di dalam hal ini tidak pernah kita temukan
Ia menuntut upah. Tuhan Yesus juga mengajar orang percaya untuk memiliki sikap
seperti ini. Ia memampukan setiap orang percaya untuk memiliki sikap seperti
yang Ia miliki. Itulah sebabnya dikatakan Ia menjadi yang sulung diantara
banyak saudara (Rm. 8:29).
Tuhan Yesus juga pernah menasihati, “Demikian jugalah kamu. Apabila
kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu
berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa
yang kami harus lakukan”. (Luk. 17:10). Tidak tersirat sama sekali
adanya upah sebagai motivasi seseorang melakukan suatu tugas atau kewajiban
yang diberikan. Secara jelas Tuhan Yesus mengajarkan bahwa dalam segala sesuatu
yang kita kerjakan bagi Dia, kita tidak boleh mengharapkan atau menantikan
upah.