Pelayanan Tanpa Batas
Setelah melayani
pekerjaan puluhan tahun, barulah saya menyadari benar apa yang dimaksud dengan
pelayanan itu. Pada dasarnya, yang saya pahami mengenai pelayanan selama ini
adalah apa yang saya lihat dari para pejabat gereja, aktivisnya, dan pendidikan
teologi yang saya pelajari di sekolah tinggi teologi. Pengertian saya dulu
mengenai pelayanan adalah kegiatan di sekitar gereja yang dilakukan oleh mereka
yang memiliki legitimasi (pengesahan) untuk pelayanan, yaitu para pejabat
gereja dan yang lulus dari sekolah Alkitab. Konsep saya mengenai pekerjaan
pelayanan antara lain khotbah, memimpin puji-pujian, mengorganisir serta
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan gereja. Itulah sebabnya,
kalau saya mengajak orang melayani Tuhan itu berarti ikut serta dalam kegiatan
gereja. Konsep pelayanan yang tidak tepat ini membatasi pelayanan secara
utuh dan lengkap yang seharusnya dilakukan setiap orang percaya bagi Tuhan.
Harus diingat, bahwa menyembah Allah harus dalam Roh dan kebenaran, artinya
ibadah yang tidak dibatasi oleh ruangan dan waktu serta sistem yang dibuat
manusia (Yoh. 4:24). Konsep yang salah mengenai pelayanan menutup peluang
banyak anak Allah untuk melayani pekerjaan-Nya, sehingga banyak
orang-orang yang tidak pernah melayani Tuhan sepanjang umur hidupnya.
Selama ini tanpa disadari
telah bertahun-tahun terbangun “kerajaan manusia di dalam gereja” yang menjurus
kepada “game” atau permainan manusia bukan pekerjaan Tuhan. Kegiatan
orang Kristen hanya diakui telah mewakili pemerintahan Tuhan, apabila melakukan
pekerjaan Tuhan di dalam gereja. Hal ini mengesankan bahwa tidak ada kegiatan
di luar gereja yang merupakan kegiatan perwujudan pemerintahan Tuhan dalam
kehidupan orang percaya. Dalam sejarah gereja telah tercatat kesalahan ini
(Mat. 23:15). Para pejabat gereja mengambil keuntungan materi dan non
materi dari konsep yang salah tersebut. Mereka menjadi sangat berkuasa
mendominasi kehidupan umat dan memanipulasi kehidupan umat untuk kepentingan
pribadi dan institusi dengan menggunakan nama Tuhan. Sebagai akibatnya,
terbentuk strata dalam gereja, strata pelayan Tuhan dan bukan pelayan Tuhan.
Timbul konsep pekerjaan gereja dan pekerjaan dunia, imam dan awam.
Hari ini kesalahan
tersebut terulang. Dengan munculnya nabi-nabi palsu yang mengatasnamakan Tuhan,
mengajarkan ajaran-ajaran yang sebenarnya tidak Alkitabiah mempengaruhi umat
untuk tenggelam dengan kegiatan gereja, seolah-olah itulah yang disebut sebagai
mencari dan melayani Tuhan untuk menjadi umat yang berkenan kepada-Nya guna
meraih berkat jasmani dan sorga. Padahal kenyataannya tidaklah demikian,
kegiatan gereja baru sebagian dari usaha untuk mencari dan melayani Tuhan.
Kerajaan manusia di dalam
gereja harus diganti menjadi Kerajaan Tuhan, artinya bahwa pemerintahan Tuhan
harus terselenggara dalam kehidupan orang percaya dalam seluruh kegiatannya,
bukan hanya dalam lingkungan gereja. Pelayanan yang benar adalah pelayanan
tanpa batas. Pelayanan tanpa batas artinya usaha yang dilakukan demi
kepentingan atau keuntungan Tuhan sehingga memuaskan dan menyenangkan hati-Nya
(Gal. 1:10). Ini adalah pelayanan yang tidak dibatasi oleh ruangan, berarti
bukan hanya di lingkungan gereja dan lembaga-lembaga Kristen. Tempat pelayanan
orang percaya adalah seluruh wilayah di mana mereka dapat menyelenggarakan
hidup bagi kepentingan sesama.
Dalam hal ini, kita harus
belajar apa yang dimaksud dengan ibadah. Ibadah atau yang di lingkungan gereja
juga sering disebut sebagai kebaktian bukan hanya terselenggara di gereja,
tetapi di manapun orang percaya berada harus beribadah atau berbakti kepada
Tuhan. Dalam Roma 12:1, ibadah yang sejati adalah mempersembahkan tubuh sebagai
korban yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Ini berarti ketika
seseorang menggunakan seluruh potensi dalam kehidupannya untuk kepentingan
Tuhan berarti itulah ibadahnya. Untuk Tuhan bukan berarti hanya ditujukan bagi
kegiatan gereja, tetapi ditujukan juga untuk kepentingan sesama manusia. Kata
“ibadah” dalam Roma 12:1 ini adalah “latreia” yang lebih tepat
diterjemahkan “service”, melayani. Jadi kalau selama ini banyak orang
berpikir bahwa pelayanan adalah kegiatan gereja semata-mata, maka ini adalah
suatu kebodohan yang sangat merugikan. Dengan pemahaman pelayanan seperti ini,
maka tidak akan mungkin terjadi praktik menjual nama Yesus.
Tags:
Renungan Harian