MUKJIZAT SEBAGAI TANDA
Dalam Perjanjian Baru kita menemukan mandat Tuhan Yesus bagi orang percaya
agar mereka memberitakan Injil sampai ke ujung bumi dan Tuhan berjanji akan
menyertai dengan tanda-tanda (Mrk. 16:17-18. “Tanda-tanda ini akan menyertai
orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka
akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang
ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka;
mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan
sembuh.”). Kata “tanda” dalam teks asli adalah semeion. Semeion arti
harafiahnya adalah pemberi arah atau petunjuk jalan. Jadi, mukjizat bukanlah
tujuan, tetapi tanda atau penunjuk arah. Jika seseorang memberitakan Injil di
tempat di mana masyarakat belum mendengar Injil dan belum mengenal Allah yang
hidup, maka mukjizat dapat membuka jalan agar mereka yang tidak mengenal Allah
yang benar dan Juruselamat, dapat mengenal Dia.
Jadi, mengapa mukjizat disebut sebagai tanda atau berfungsi sebagai
penunjuk arah? Pertanyaan ini harus dijawab dengan benar supaya orang Kristen
mengerti benar fungsi mukjizat dalam hidup orang percaya secara umum dan
pelayanan pekerjaan Tuhan. Kalau seseorang menginjil ke sebuah daerah yang
tidak pernah mengenal Allah Israel, Allah Abraham, Ishak dan Yakub, mereka
tidak mengenal ada Allah yang menciptakan langit dan bumi yang mengutus
Putra-Nya yang tunggal, dengan cara bagaimanakah kita memperkenalkan Allah
kepada mereka? Tentu tidak cukup dengan kata-kata, tetapi harus ada “bukti”.
Apakah benar Yesus anak Allah yang berkuasa, yang mati dan bangkit dari
kematian? Untuk menjawab masalah ini, maka Tuhan menyertakan kuasa-Nya yang
menghasilkan mukjizat untuk membuka mata pengertian orang kafir untuk mengenal
Allah yang benar.
Demikianlah pada seluruh perjalanan pelayanan Tuhan Yesus disertai
tanda-tanda ajaib dan mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Hal itu dimaksudkan
agar orang-orang Yahudi dapat mendengar kebenaran dan mengenal bahwa Yesus
adalah utusan Allah. Mengenai hal tersebut, Tuhan Yesus berkata: “Aku tahu,
bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang
berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya,
bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yoh. 11:42). Kita harus memerhatikan
frase “oleh karena orang banyak yang berdiri di sini… supaya mereka percaya”.
Jelaslah di sini bahwa mukjizat dilakukan untuk orang yang belum percaya atau
baru ikut-ikutan menjadi Kristen.
Dalam hal ini kita sangat setuju atas keyakinan bahwa mukjizat masih
berlaku, yaitu selama masih dibutuhkan untuk membuka mata manusia yang tidak
mengenal adanya Allah yang benar dan Yesus Kristus satu-satunya Juruselamat.
Dalam pelayanan, dijumpai hamba-hamba Tuhan yang dipakai Tuhan secara luar biasa
dalam hal ini. Namun demikian, harus tetap disadarkan bahwa Kekristenan bukan
hanya sekadar mengalami mukjizat. Setelah mereka percaya kepada Tuhan Yesus,
mereka harus mengalami pertumbuhan iman untuk menjadi serupa dengan Yesus,
sebab itulah maksud keselamatan agar kita menjadi serupa dengan Yesus sebagai
model manusia yang dikehendaki oleh Allah (Rm. 8:28-29).
Dalam suatu peristiwa, Tuhan menegur orang-orang yang kelihatannya akrab
hendak mengikut Tuhan Yesus tetapi tidak memiliki nilai pengiringan yang benar.
Kepada mereka dengan tegas Tuhan Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda,
melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” (Yoh. 6:26). Kata
“tanda” dalam teks ini adalah semeion yang sama artinya dengan mukjizat. Dalam
pernyataan-Nya tersebut, Tuhan hendak menasihati mereka agar jangan hanya
karena berkat jasmani dari mukjizat yang Tuhan kerjakan mereka mengiring Yesus.
Tetapi harus melihat arah atau penunjuk ke mana mereka harus bertumbuh atau
melangkah.