MANDAT DI EDEN
KETIKA IBLIS memberontak melawan Allah, Allah
tidak seketika bisa membinasakan. Ada rule atau hukum atau aturan tuk bisa
menunjukkan bahwa Iblis bersalah dan pantas dihukum. Rupanya pada waktu itu
belum ada pembuktian bahwa tindakan Iblis bersalah dan patut dihukum, sebab
jika pada waktu itu sudah bisa terbukti Iblis bersalah, niscaya Iblis sudah
dihukum. Bagaimana membuktikan bahwa Iblis bersalah? Jawaban yang paling logis
adalah Allah harus menciptakan makhluk yang taat melakukan kehendak-Nya,
menjadi makhluk seperti yang dikehendaki-Nya atau yang dirancang-Nya. Untuk ini
Allah melahirkan anak-Nya yang lain, yaitu Adam.
Manusia yang diciptakan ini diharapkan dapat menampilkan suatu kehidupan yang bersekutu dengan Bapa, taat, menghormati.
memuliakan Allah dan meninggikan Allah Bapa serta mengabdi dan melayani-Nya secara pantas. Hal itu menjadi pembuktian terhadap kesalahan Iblis, sehingga ia bisa dihukum. Inilah rule of the game-nya_ Kalau ada pertanyaan: mengapa bukan malaikat lain yang tidak jatuh yang membuktikan kesalahan Lusifer? Jawabnya adalah bahwa Lusifer bukanlah malaikat, tetapi anak Allah. Itulah sebabnya Allah harus menciptakan anak-Nya yang lain (Yeh. 28: 1219).
Ternyata Allah menciptakan manusia bukan sekadar ingin memiliki makhluk yang segambar dengan diri-Nya, ditempatkan dalam sebuah taman untuk mengelolanya. Tentu tidak sesederhana itu Ada rancangan atau agenda yang lebih besar dari hal tersebut. Ternyata manusia diciptakan untuk menggenapi rencana Bapa, yaitu mengalahkan Iblis dengan membuktikan bahwa ia bersalah (corpus delicti). Itulah sebabnya bahan dasar yang dimiliki manusia pada hakikatnya adalah dari dalam Allah sendiri, yaitu melalui hembusan nafas-Nya. Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan diri-Nya sendiri. Sangat luar biasa. Hal itu dilakukan Bapa agar manusia bisa mengalahkan Lusifer yang jatuh tersebut. Di sini manusia menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mengakhiri sepak terjang Lusifer.
Mandat untuk menaklukkan Lusifer jelas sekali pada mandat yang diberikan kepada manusia yang tertulis dalam Kejadian 1:28. “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”
Dalam teks ini nampak sekali mandat untuk berperang melawan musuh Allah dan mengalahkannya. Beranak cucu (Ibr. 1159; peru) dan bertambah banyak (lbr. nm; urevu) dimaksudkan agar yang berhak mewarisi Kerajaan-Nya adalah manusia. Allah hendak menggantikan posisi Lusifer dengan manusia. Penuhi bumi dalam teks aslinya adalah umil'u (lbr. …'?m). Kata ini selain berarti mengisi atau memenuhi (to fill be full) juga bisa berarti menyelesaikan (accomplish; be at end) dan juga berarti menguduskan (consecrate). Bumi harus dipenuhi oleh keturunan Adam dan menyingkirkan makhluk lain yang membuat tidak kudus. Kata “taklukkan” dalam teks ibraninya adalah wekivshuha (agua!) dari akar kata kavash (WID). Kata ini bukan hanya berarti menaklukkan ( to conquer) tetapi juga menguasai dan memperbudak ( bring into bondage, force, keep under, subdue, bring into subjection). Dan manusia harus berkuasa atas makhluk ciptaan. Ini berarti manusia dijadikan raja oleh Allah. Manusia dikehendaki menjadi tuan bagi kemuliaan Allah. Kata berkuasa dalam teks aslinya adalah uredu (411a) dari akar kata radah (TIT!) artinya memerintah (have dominion, rule, over, dominate, prevail against, reign)
Dari penjelasan di atas ini yang penting yang hendak dikemukakan adalah bahwa manusia harus menghadapi segala rintangan kehidupan. Bukan hanya yang material, tetapi juga yang non material. )ustru yang non material inilah yang lebih berat, yaitu Lusifer dengan malaikat-malaikat yang jatuh (Yes. 14:12: Yeh. 28:18) Di bumi ini manusia harus bisa mengalahkan atau menaklukkannya.
Dalam perjalanan sejarah kehidupan, ternyata manusia gagal memenangkan pergumulan melawan Lusifer. Manusia malah mengikuti jejak atau jalan Lusifer, manusia juga ingin menjadi seperti Allah. Ada sebagian jejak Iblis yang ditularkan kepada manusia. Hal inilah yang membuat manusia tidak bisa lagi mencapai kesucian Allah. Manusia telah kehilangan kemuliaan Allah, Manusia pertama gagal menggenapi rencana Allah.
Lusifer adalah makhluk surgawi yang sangat besar kemungkinan juga adalah pangeran Allah dulunya. Dalam Yehezkiel 28:2 ia disebut sebagai pangeran. Kata “raja” dalam Yehezkiel 28:2 (dalam teks bahasa Indonesia) sebenarnya adalah “pangeran” (lbr. -"VV1’3; ; nagid). Barulah di ayat 12 sebutan raja memang raja; melek (Ibr. 'I???) Lusifer sangat besar kemungkinan hendak dipersiapkan sebagai penguasa. Ia diciptakan untuk melakukan kehendak Allah Bapa dan hidup dalam persekutuan yang harmonis dengan Allah, itulah sebabnya ia di tempatkan di dekat Kerubim, tempat dimana Allah bertakhta (Yeh. 28: 13). Lusifer adalah makhluk berpribadi yang segambaran dengan Allah yang dirancang untuk ada dalam persekutuan dengan Allah. Tetapi ia memberontak.
Untuk membuktikan kesalahan Lusifer agar ia pantas dihukum, harus ada makhluk yang diciptakan oleh Allah yang segambaran dengan Allah yang bisa hidup dalam persekutuan dengan Allah. Mahkluk yang diciptakan untuk membuktikan kesalahan Lusifer yang jatuh tersebut adalah manusia. Dengan demikian sejatinya Adam di taman Eden bukan hanya dididik untuk bisa taat, tetapi bisa mencapai suatu persekutuan yang ideal dengan Allah untuk membuktikan bahwa Lusifer bersalah dan pantas dihukum.
Kegagalan manusia pertama menyisakan persoalan, siapakah yang dapat mengalahkan Iblis atau membuktikan bahwa Iblis bersalah dan pantas untuk dihukum? Tidak ada jalan lain, kecuali Anak Tunggal yang bersama-sama dengan Bapa. Anak Tunggal Bapa harus turun ke bumi menjadi manusia, di mana dalam segala hal Ia disamakan dengan manusia (Ibr. 2:17). Allah Anak menjadi manusia untuk membuktikan bahwa ada pribadi yang bisa taat tanpa syarat kepada Bapa dan mengabdi sepenuhnya (Flp. 2:5-11; Yoh. 4:34). Hal ini akan membuktikan bahwa tindakan Iblis salah dan patut dihukum.
Selama ini hampir semua orang beragama yang memercayai kisah Adam dan Hawa beranggapan bahwa taman Eden di mana mereka pertama kali ditempatkan Allah adalah taman yang nyaman sekali tanpa masalah. Hidup mereka bergulir tanpa perjuangan. Itulah surga manusia. Pemikiran ini muncul karena yang dibayangkan adalah taman yang penuh dengan buah-buahan yang segar, bunga-bunga yang bermekaran dan wangi, air gemericik yang bersih untuk diminum tanpa perlu difilter, semua binatang yang tidak membahayakan sebagai teman dan lain sebagainya. Pandangan ini sebenarnya salah atau tidak tepat. Sejatinya, di taman itu bukan hanya ada keindahan seperti yang digambarkan di atas, tetapi manusia juga diperhadapkan pada pergumulan dalam perjuangan menyelamatkan dirinya dan keturunannya melawan suatu kuasa yang sangat jahat.
Ternyata Adam ditempatkan di suatu tempat, dimana ia harus berhadapan dengan Iblis, ular tua. Manusia harus menentukan nasib dirinya dan keadaan semua keturunannya, bahkan nasib bumi ini. Di taman itu manusia harus mengemban tugas besar dari Bapa. Tugas besar itu adalah membuktikan bahwa Iblis bersalah dan patut dihukum. Dengan cara bagaimana manusia membuktikan bahwa Iblis bersalah kepada Bapa dan patut dihukum? Dengan pembuktian dalam bentuk cara hidup yang menaati dan menghormati Bapa sepantasnya, dan itu sama dengan memuliakan Bapa. ]ika kehidupan Adam benar, taat kepada Allah, maka terbukti bahwa yang pernah dilakukan oleh Iblis adalah salah. Dengan demikian, sebenarnya Eden adalah taman perjuangan, di mana manusia harus bergumul melawan kuasa jahat.
Manusia belum bisa hidup nyaman selama oknum jahat itu belum dihukum. Taman Eden juga adalah taman harapan, artinya diharapkan di taman itu tidak lagi ada “oknum jahat” yang berusaha menjatuhkan manusia. Kalau manusia menang terhadap Iblis dengan ketaatan kepada Bapa, maka manusia bisa berkata bahwa segala kuasa . di bumi ada dalam tangan manusia. Jika demikian barulah taman tersebut menjadi taman yang benar-benar indah tanpa masalah. Tetapi dalam perjalanan sejarah manusia, ternyata manusia jatuh dalam dosa, manusia kalah. Tuhan Yesuslah yang tampil dan mengalahkan Iblis dengan ketaatan-Nya. Tuhan Yesuslah yang mengatakan segala kuasa di surga dan di bumi dalam tangan-Nya (Mat. 28:18-20). Bumi ini akhirnya akan menjadi lautan api dan umat pilihan akan ditempatkan di taman yang lain (langit baru dan bumi yang baru).