NASIHAT DALAM MEMILIH TEMAN HIDUP
Ada beberapa langkah dan pertimbangan
dalam memilih jodoh. Sangat penting untuk sungguh mengembangkan kepekaan untuk
dapat mengerti kehendak Tuhan. Dibutuhkan kepekaan mendengar suara Tuhan,
menggunakan hati nuarni yang optimal dan rasio yang aktif. Cinta memang bisa
membuat seorang anak muda menjadi buta, tetapi anak-anak Allah tidak boleh
menjadi buta, sebab Roh Kudus memimpin kita. Dalam memilih jodoh seluruh
potensi rohani harus dikembangkan agar dapat digunakan secara
optimal untuk mengerti kehendak dan rencana Allah. Oleh sebab itu orang muda
harus sungguh bertumbuh dalam iman sebelum memilih teman hidup.
Hal paling utama dalam pemilihan jodoh
adalah orang percaya tidak boleh menikah dengan orang yang tidak seiman. Dalam
hal ini Firman Tuhan tegas dan memperingatkan orang muda untuk tidak “merupakan
pasangan yang seimbang dengan orang yang tidak percaya” (2Kor. 6:14- 15). Dalam
Perjanjian Lama Tuhan melarang keras kawin campur antara umat pilihan Allah
bangsa Israel dengan bangsa kafir (Neh. 13:26-27; Kel. 34:16; Ul. 7:3).
Perkawinan dengan orang tidak seiman menjanjikan harga mahal yang tidak dapat
kita bayar, bukan saja dapat menghambat iman kita, tetapi juga menggugurkan
iman kita.
Berhubung teman hidup adalah pasangan
hidup sampai kekekalan, maka orang muda harus sungguh-sungguh mengenali calon
pasangan hidupnya dengan cermat dan setajam mungkin. Inilah perlunya masa
berpacaran yang sehat. Untuk ini hindari “pengenalan tubuh”. Ingat! percumbuan
dalam berpacaran membutakan mata kita untuk mengenal dengan baik calon teman
hidup kita. Dalam hal ini hindari percumbuan dalam berpacaran. Bahaya
bercumbuan dalam masa saling mengenal atau berpacaran: Pria akan terbakar nafsu
seksualnya yang akhirnya perlu atau memaksa terlaksananya ejakulasi. Bagi
wanita lebih kecil resikonya sebab wanita tidak mudah terbakar gairah seksnya
seperti pria. Ini berarti sang pria tidak atau kurang penghargaan terhadap
pasangannya. Selain itu juga membentuk kebiasaan yang buruk (kecanduan),
sehingga lebih mudah (pintu masuk) terhadap terjadinya senggama. Ini berarti
bisa terjadi hubungan seks di luar pernikahan. Percumbuan dalam masa berpacaran
membuat seseorang gagal untuk mengenal dengan baik pria atau wanita yang
menjadi pacarnya. Sebab seorang yang terbakar hawa nafsunya menjadi “buta”.
Perlu dipertimbangkan, kalau untuk memilih sesuatu barang fana saja seseorang
dapat berlaku sedemikian teliti, mengapa tidak dalam hal memilih jodoh?
Hendaknya orang muda memilih teman hidup yang matang dan dewasa. Kedewasaan itu meliputi: dewasa usia, dewasa rohani (mental dan kepribadian). Sama-sama beragama Kristen bukanlah ukuran suami atau istri yang baik. Sebab kedewasaan rohani seseorang tidak ditentukan oleh status agama semata-mata, tetapi waktu berjalan dalam Tuhan dan kerelaannya menyangkal diri setiap hari. Juga dewasa finansial, artinya mampu secara finansial membangun rumah tangga atau berkeluarga. Seorang pemuda yang belum mampu berdiri sendiri, tetapi sudah mencoba membawa pasangan kepada jenjang pernikahan, adalah isarat bahwa pria tersebut tidak bertanggung jawab.
Faktor penting yang tidak boleh diabaikan
adalah meminta petunjuk dan pertimbangan orang tua, pembina rohani (konselor)
atau orang yang dapat kita percayai dapat memberikan petunjuk dan arahan yang
baik. Nasihat dan petunjuk orang tua atau Pembina, pada umumnya lebih obyektif.
Walaupun kita tidak lagi hidup pada zaman Siti Nurbaya, tetapi pertimbangan
orang tua “harus” didengar. Orang tua pada umumnya mempunyai wawasan pandangan
yang luas, oleh karenanya sangat diperlukan. Dalam hal ini pandangan orang tua
mutlak dibutuhkan.
Apakah orang tua bisa memilihkan jodoh
untuk anaknya? Kalau kita kembali pada penciptaan mula-mula, tertulis bahwa
Allah yang memilih jodoh untuk Hawa. Memang pada waktu itu tidak ada manusia
lain, tetapi kisah pemilihan jodoh untuk Ishak adalah pola pemilihan jodoh yang
ditunjukkan Allah. Dengan satu kondisi, Abraham sudah mengenal hambanya
Eliazar yang diambil sumpahnya untuk tidak mengambilk perempuan
sembarangan. Ternyata Eliazar pun berdoa memohon petunjuk Tuhan. Kalau Adam
tidak jatuh dalam dosa, Adam bisa memiliki pikiran dan persaan Allah. Maka
tidak sulit Adam memilihkan jodoh untuk anaknya dan seterusnya anaknya akan
memilih jodoh untuk cucunya. Tetapi kalau orang tua tidak mengenal kebenaran,
memilih jodoh karena ukuran yang salah, berarti memang kecelakaan. Namun
demikian pada umumnya orang tua tidak akan menolak kalau melihat calon
menantunya berpenampilan dan berkarakter baik.
Dalam memilih jodoh orang muda harus
mempertimbangkan faktor-faktor antara lain: latar belakang ekonomi, suku,
bangsa, suku, tingkat pendidikan, latar belakang keluarga, usia dan lain
sebagainya. Orang muda sering menutup mata terhadap hal ini. Suatu saat ketika
sudah menikah baru merasakan kesenjangan yang sangat menyusahkan. Memilih jodoh
tidak boleh hanya dengan perasaan, tetapi dengan nalar yang sehat dan
realistis.
Akhirnya, memilih lawan jenis untuk
menikah harus dilandasi cinta yang tulus. Bukan sekadar karena berbelas kasihan
kepada calon pasangan, sekadar ingin punya pasangan berhubung sudah tua
-khususnya bagi kaum wanita-, sekadar ingin berketurunan, sekadar mematuhi
hukum tak tertulis masyarakat yaitu harus menikah, dorongan paksa pihak lain,
dorongan biologis atau birahi semata-mata dan dorongan rasa sepi (kesepian).
Cinta memang bisa membuat seorang anak
muda menjadi buta, tetapi anak-anak Allah tidak boleh menjadi buta, sebab Roh
Kudus memimpin kita.
Memilih jodoh tidak boleh hanya dengan
perasaan, tetapi dengan nalar yang sehat dan realistis.