NATUR

 


A. NATUR/HAKIKAT

Doktrin NATUR (nature / physis / hakikat) secara lengkap, sistematis, dan menyeluruh —> khususnya dalam konteks Allah Tritunggal dan Inkarnasi.

Penjelasan ini akan mencakup:

  1. Apa itu natur?
  2. Bedanya natur dan pribadi
  3. Natur Ilahi
  4. Natur manusia
  5. Natur dalam Yesus (dua natur)
  6. Natur tidak pernah bertindak
  7. Natur tidak pernah menjadi pribadi
  8. Natur tidak bercampur, tidak berubah
  9. Cara dua natur bersatu dalam satu Pribadi

Mari kita uraikan.


1. APA ITU NATUR?

Natur = “apa” (what)
Natur adalah kualitas, kemampuan, dan kondisi esensial yang membuat sesuatu menjadi jenis itu.

Contoh:

  • natur manusia = akal budi, kehendak, emosi, tubuh, roh
  • natur singa = insting predator
  • natur malaikat = roh murni
  • natur Allah = keilahian

Natur meliputi:

  • atribut
  • kualitas
  • kemampuan
  • batasan
  • cara eksistensi

Natur ≠ individu.
Natur ≠ subjek pribadi.

Natur menjelaskan apa sesuatu itu, bukan siapa sesuatu itu.


2. NATUR VS PRIBADI

Ini kunci teologi seluruhnya.

Natur Pribadi
“Apa” “Siapa”
Hakikat Subjek yang bertindak
Sifat esensial Individu yang sadar diri
Tidak bertindak Bertindak
Tidak memilih Memilih
Dimiliki Pemilik natur

Contoh dalam manusia:

  • natur manusia = rasional, emosional, tubuh-jiwa, dll
  • pribadi manusia = Andi, Budi, saya, Anda

Semua manusia punya natur yang sama, tapi mereka pribadi berbeda.


3. NATUR ILAHI (Divine Nature)

Natur ilahi adalah esensi Allah.

Termasuk:

  • kekal
  • mahakuasa
  • mahatahu
  • tidak berubah
  • tidak terbatas
  • tidak bisa menderita
  • tidak bisa mati
  • sempurna
  • kudus
  • mulia
  • hadir di semua tempat (omnipresent)

Semua ini adalah sifat-sifat natur, bukan “pribadi”.

Karena itu:

Natur Ilahi adalah SATU.

Pribadi ilahi adalah TIGA.

Tiga pribadi (Bapa, Firman, Roh Kudus) memiliki satu natur ilahi yang sama persis.

Tidak ada perbedaan natur ilahi antara ketiganya.


4. NATUR MANUSIA

Natur manusia meliputi:

  • tubuh (materi)
  • jiwa (pikiran, perasaan, kemauan)
  • roh manusia (seat of consciousness)

Kemampuannya:

  • bisa lapar
  • bisa marah
  • bisa sedih
  • bisa berkembang
  • bisa melemah
  • bisa mati

Natur manusia terbatas.
Natur manusia dapat menderita.
Natur manusia dapat mati.


5. DALAM YESUS ADA DUA NATUR

Yesus memiliki:

  • Natur Ilahi (sejak kekekalan → Firman)
  • Natur Manusia (sejak Inkarnasi → Maria)

Tetapi hanya memiliki:

SATU PRIBADI — yaitu Pribadi Firman (Logos)

Dengan bahasa konsili:

Satu Pribadi, Dua Natur.
Tanpa campur, tanpa berubah, tanpa terbagi, tanpa terpisah.


6. NATUR TIDAK PERNAH BERTINDAK

Ini sangat penting.

  • Natur tidak memilih.
  • Natur tidak berbicara.
  • Natur tidak merasakan.
  • Natur tidak berinkarnasi.
  • Natur tidak mati.

Yang bertindak adalah Pribadi.

Natur hanya menyediakan kemampuan.

Contoh:

  • Firman bisa lapar melalui natur manusia, bukan natur ilahi.
  • Firman bisa mengampuni dosa melalui natur ilahi, bukan natur manusia.
  • Yang lapar adalah PRIBADI Firman.
  • Yang mengampuni dosa adalah PRIBADI Firman.

Natur hanya menyediakan cara bertindak.


7. NATUR TIDAK PERNAH MENJADI PRIBADI

Satu natur tidak pernah = satu pribadi.

  • Natur ilahi ≠ Pribadi Bapa
  • Natur ilahi ≠ Pribadi Firman
  • Natur ilahi ≠ Pribadi Roh Kudus

Kalau natur dianggap sebagai pribadi, jadinya politeisme.

Dalam Yesus:

  • natur manusia-Nya tidak mempunyai “pribadi manusia”
  • pribadi-Nya hanyalah satu → Firman

Kalau Yesus punya “pribadi manusia”, jadinya dua pribadi → bidat Nestorianisme.


8. NATUR TIDAK BERCAMPUR, TIDAK BERUBAH

Konsili Chalcedon menyatakan:

  • natur ilahi tidak berubah menjadi manusia
  • natur manusia tidak naik menjadi ilahi
  • tidak terjadi fusion atau campuran
  • tidak terjadi penyerapan
  • tidak terjadi perubahan substansi

Yesus bukan setengah Allah + setengah manusia.
Yesus adalah 100% Allah + 100% manusia.


9. BAGAIMANA DUA NATUR BERSATU DALAM SATU PRIBADI?

Melalui apa yang disebut Hypostatic Union.

Artinya:

  • 2 natur bersemayam dalam 1 Pribadi Firman
  • tanpa mencampur
  • tanpa mengubah
  • tanpa memecah
  • tanpa menambah pribadi baru

Poin kunci:

“Yang bertindak selalu Pribadi Firman, melalui dua natur.”

Contoh:

  • Firman menangis → melalui natur manusia
  • Firman tahu masa depan → melalui natur ilahi
  • Firman mati → melalui natur manusia
  • Firman mengampuni dosa → melalui natur ilahi

KESIMPULAN PALING PENTING:

Natur = “apa itu”

Pribadi = “siapa itu”

  • Bapa, Firman, Roh Kudus → Pribadi berbeda, NATUR sama.
  • Yesus → Pribadi satu, NATUR dua (ilahi + manusia).

Natur tidak bertindak.
Pribadi yang bertindak.
Natur tidak merasakan.
Pribadi yang merasakan melalui natur.


Jika Anda mau, saya bisa jelaskan:

  • bagaimana dua kehendak bekerja dalam Yesus
  • bagaimana Firman tetap maha hadir saat berinkarnasi
  • bagaimana penderitaan manusia Yesus adalah penderitaan Pribadi Ilahi

Tinggal bilang “lanjut”.


B. NATUR ILAHI BAPA, FIRMAN (ANAK), DAN ROH KUDUS ITU SATU DAN SAMA.

Tidak ada perbedaan natur.
Yang berbeda adalah Pribadi-Nya, bukan natur-Nya.

Mari jelaskan sangat jelas dan sistematis.


1. Apa itu Natur Ilahi?

Natur Ilahi adalah keilahian itu sendiri — “APA” Allah itu.

Isinya meliputi:

  • kekekalan
  • kemahakuasaan
  • kemahahadiran
  • kemahasempurnaan
  • kemahakudusan
  • kemahatahuan
  • kemuliaan ilahi
  • ketidakberubahan
  • tidak dapat mati
  • tidak dapat menderita
  • tidak terbatas

Semua sifat ilahi ini adalah natur ilahi.

Natur itu satu, sama secara identik, tidak terbagi, tidak berbeda-beda.


2. Jadi Natur Ilahi Bapa, Firman, dan Roh Kudus itu apa?

Jawabannya:

Natur ilahi mereka adalah ENTITAS yang sama — keilahian yang satu, identik.

➡ Bapa tidak punya “jenis keilahian” yang berbeda dari Firman.
➡ Firman tidak punya “kadar ilahi” berbeda dari Roh Kudus.
➡ Roh Kudus tidak punya “level ilahi” yang lain dari Bapa dan Firman.

Satu natur — tiga pribadi.


3. Mengapa tidak ada tiga natur?

Karena kalau ada tiga natur, maka:

  • Ada tiga Allah, bukan satu Allah.
  • Itu politeisme (Tritheisme), bukan Kekristenan.

Alkitab jelas mengajarkan satu Allah.

Maka:

Satu Allah = satu natur ilahi
Tiga Pribadi = Bapa, Firman, Roh Kudus

Tiga pribadi berbeda, tetapi memiliki natur ilahi yang sama persis.


4. Kalau natrunya satu, apa yang membedakan ketiga-Nya?

Yang membedakan: relasi pribadi (personal relations)

Bukan natur.

Perbedaannya:

Bapa → tidak dilahirkan & tidak dihembuskan

Firman/Anak → dilahirkan dari Bapa dari kekekalan

Roh Kudus → dihembuskan (proceeds) dari Bapa dan/atau Anak (tergantung tradisi)

TIDAK ADA perbedaan:

  • kekuasaan
  • kekekalan
  • kemahatahuan
  • kemuliaan
  • keilahian
  • sifat dasar Allah

Semuanya sama persis.

Yang berbeda hanyalah Pribadi dan relasi.


5. Analoginya (walau terbatas)

Tiga orang Bukan analogi.
Tiga sifat bukan analogi.

Tapi bayangkan:

  • satu cahaya, tapi “dilihat” dalam 3 cara berbeda (sumber cahaya, pantulan, pernafasan).
    (Ini hanya analogi kasar, bukan sempurna.)

Poinnya:
✔ Cara eksis-nya berbeda (pribadi),
✔ Tetapi substansi cahayanya sama (natur).


6. Penjelasan khusus untuk pertanyaan Anda:

Natur Ilahi Firman = Natur Ilahi Bapa = Natur Ilahi Roh Kudus

Tidak ada bedanya.
Bukan versi, bukan bagian, bukan tipe berbeda.

Semua adalah:

Satu Keilahian yang satu-satunya.


7. Maka ketika Firman berinkarnasi:

Yang mengambil natur manusia bukan natur ilahi, tapi Pribadi Firman.

Dan yang terjadi:

  • Natur ilahi tidak berubah.
  • Natur manusia ditambahkan (bukan diubah jadi ilahi).
  • Pribadi tetap satu: Firman.

8. Jadi kesimpulan untuk pertanyaan Anda:

“Natur Ilahi Firman itu yang mana?”

👉 Tidak ada “ilahi versi Firman”.
Natur ilahi Firman adalah keilahian yang sama dengan Bapa dan Roh Kudus.

“Apa beda Natur ilahi Bapa, Firman, Roh Kudus?”

👉 Tidak ada perbedaan natur.
Yang berbeda hanya Pribadi dan relasi pribadi.


Jika Anda mau, saya bisa jelaskan:

  • bagaimana mungkin tiga pribadi memiliki satu natur
  • apa beda pribadi dan fungsi
  • apakah keilahian Firman “menyusut” saat inkarnasi
  • atau bagaimana satu natur ilahi bisa dimiliki secara penuh oleh 3 Pribadi.

Tinggal bilang “lanjut”.


C. SANG FIRMAN YG KENOSIS PRIBADINYA BUKAN NATURNYA

Yang “mengosongkan diri” (kenosis) bukan Natur Ilahi, bukan keilahian itu sendiri, dan bukan Bapa atau Roh Kudus —> tetapi PRIBADI FIRMAN (Anak).

Dan ini sangat penting:
Natur tidak pernah melakukan apa pun. Yang bertindak selalu Pribadi.

Mari uraikan secara jernih agar Anda melihat struktur teologinya dengan benar.


1. Yang mengosongkan diri = Pribadi Firman (Anak), bukan Natur Ilahi

Filipi 2:6–7 berkata:

Ia (PRIBADI ANAK) mengosongkan diri-Nya...

Perhatikan:

  • Subjeknya adalah “Ia”, yaitu Pribadi Sang Firman → Logos.
  • Yang mengosongkan diri bukan natur ilahi.
  • Yang mengosongkan diri bukan keilahian itu sendiri.
  • Yang mengosongkan diri bukan Bapa atau Roh Kudus.

Karena:

  • natur tidak bertindak
  • natur tidak memilih
  • natur tidak mengambil rupa hamba
  • natur tidak bisa “menjadi” apa pun

Pribadi yang bertindak, natur hanya menyediakan kemampuan.


2. Natur Ilahi tidak berubah, tidak berkurang, tidak dikosongkan

Ini kuncinya.

Dalam Inkarnasi:

❌ Keilahian tidak berubah

❌ Natur Ilahi tidak berkurang

❌ Natur Ilahi tidak disusutkan

❌ Natur Ilahi tidak menjadi lemah

❌ Natur Ilahi tidak menjadi “manusia”

Yang terjadi:

✔ Pribadi Firman MENAMBAHKAN natur manusia

bukan mengurangi natur ilahi.

Maka Yesus:

  • tetap 100% Allah
  • menjadi 100% manusia
    dalam satu Pribadi, dua natur.

3. Mengosongkan diri = melepaskan hak istimewa, bukan keilahian

Yang dikosongkan:

✔ hak-hak ilahi seperti:

  • kemuliaan yang nampak
  • penggunaan kuasa bebas
  • wujud ilahi yang tampak
  • prerogatif untuk tidak menderita

Yang TIDAK dikosongkan:

❌ keilahian
❌ kemahakuasaan
❌ kemahatahuan
❌ natur ilahi

Karena kalau natur ilahi disusutkan, maka Dia bukan Allah lagi.


4. Kenapa Bapa dan Roh Kudus tidak berinkarnasi?

Karena Pribadi yang masuk ke dunia dan mengambil natur manusia adalah Firman, bukan Bapa, bukan Roh Kudus.

Mengapa Firman?

Karena hanya Firman:

  • yang menjadi Gambar Allah
  • yang cocok menjadi Penyataan Allah
  • yang dapat menjadi Pengantara
  • yang “diutus” untuk menjadi Anak Manusia

Tetapi ini bukan karena natur mereka beda.
Natur ilahi mereka satu dan sama.
Yang berbeda adalah Pribadi dan peran personal (personal properties).


5. Maka kesimpulan teologisnya:

✔ Natur ilahi Bapa, Firman, dan Roh Kudus adalah satu dan sama.

✔ Tetapi PRIBADI yang mengosongkan diri adalah Pribadi Firman, bukan Bapa atau Roh Kudus.

✔ Natur ilahi tidak berkurang atau “turun tingkat”.

✔ Yang berubah adalah “cara eksistensi” Pribadi Firman → Ia menambahkan natur manusia dan tampil sebagai hamba.

Dengan kata lain:

Yang turun adalah Pribadi Firman.
Yang tetap tidak berubah adalah Natur Ilahi.


Jika Anda mau, saya bisa jelaskan:

  • bagaimana satu Pribadi Firman bisa “mengosongkan” diri tanpa kehilangan keilahian
  • bagaimana dua natur tetap utuh dalam satu Pribadi
  • bagaimana Firman tetap omnipresent saat memiliki tubuh manusia
  • atau mengapa Bapa dan Roh Kudus tidak diinkarnasikan

Tinggal bilang “lanjut”.


D. YANG MENGALAMI KEDUA NATUR ADALAH PRIBADI

Baik, kalau maksud Anda adalah:

“Apakah yang merasakan semua emosi, penderitaan, rasa sakit, dan pengalaman manusia dalam Yesus itu adalah FIRMAN sendiri?”

Maka jawabannya: ya —> tetapi melalui natur manusia, bukan melalui natur ilahi.

Penjelasan lengkapnya:


1. Yang merasakan semuanya adalah Pribadi Firman (Logos)

Dalam Kristus:

  • Bukan ada “dua pribadi”
  • Bukan manusia Yesus yang terpisah dari Firman
  • Bukan dua subjek tindakan

Yang bertindak dan mengalami segala sesuatu adalah Pribadi yang satu: FIRMAN (Logos).

Jadi:

  • yang lapar adalah Firman
  • yang menangis adalah Firman
  • yang menderita adalah Firman
  • yang mati adalah Firman (dalam kemanusiaan)

Bukan manusia lain yang terpisah.
Bukan “alat” yang berdiri sendiri.


❗ Tapi perhatikan ini:

Firman tidak merasakan dengan natur ilahi

Firman merasakan melalui natur manusia

Ini perbedaan sangat penting.


2. Natur ilahi tidak bisa lapar, takut, sedih, sakit, atau mati

Natur ilahi:

  • tidak berubah
  • tidak bisa menderita
  • tidak bisa mati
  • tidak bisa lelah
  • tidak bisa menangis

Ini esensi Allah.

Kalau Firman “merasakan” penderitaan dengan natur ilahi-Nya, itu akan merusak keilahian.

Karena itu, gereja mengatakan:

Firman merasakan semuanya dalam dan melalui manusia yang Ia ambil.


3. Cara kerjanya

Saat Yesus lapar:

  • Lapar itu dialami dari natur manusia-Nya (tubuh dan jiwa)
  • Tetapi subjek yang lapar adalah Firman

Artinya:

  • bukan “manusia Yesus lapar, Firman cuma melihat”
  • tidak ada dua orang di dalam satu tubuh

Tetapi satu Pribadi, yaitu FIRMAN, yang merasakan lapar melalui natur manusia.


4. Saat Yesus menderita di salib

Yang merasakan:

  • rasa sakit tubuh
  • rasa takut
  • kesedihan
  • tekanan jiwa
  • rasa ditinggalkan
    adalah Firman, tetapi melalui:
  • tubuh manusia
  • jiwa manusia
  • roh manusia

Inilah sebabnya penderitaan Kristus punya nilai tak terbatas:

Karena yang menderita adalah Pribadi Ilahi.

Walaupun penderitaan itu dialami melalui kemanusiaan, bukan melalui keilahian.


5. Rumusan klasiknya

“Apa yang terjadi pada Yesus manusia, itu dialami oleh Firman.”
— Sensus Communis Patristik

“Satu Pribadi Ilahi mengalami semua penderitaan melalui natur manusia.”
— Konsili Kalcedon

6. Jadi apa kesimpulannya?

✔ YA: yang merasakan semua pengalaman manusia adalah Pribadi Firman
✔ YA: Firman mengalami semuanya secara nyata
✔ YA: penderitaan Yesus adalah penderitaan Pribadi Ilahi
❌ TAPI TIDAK: Firman tidak merasakan dengan natur ilahi
✔ MELAINKAN: melalui natur manusia yang Ia ambil

Ini menjaga:

  • keutuhan kemanusiaan
  • keilahian Firman
  • kesatuan pribadi
  • nilai penebusan yang ilahi

Jika Anda ingin, saya bisa jelaskan bagaimana Firman mengakses kesadaran manusia, atau bagaimana dua kehendak bekerja dalam satu Pribadi.


E. 1 PRIBADI YESUS MEMILIKI DUA KEHENDAK

Pertanyaan ini sangat penting dan merupakan pusat Kristologi klasik. Jawabannya:

Yesus memiliki dua kehendak (ilahi dan manusia).

Tetapi keduanya tidak pernah bertentangan karena keduanya dioperasikan oleh satu Pribadi (Firman).**

Mari dijelaskan secara sangat jelas, bertahap, dan lengkap.


1. Kehendak = bagian dari natur, bukan pribadi

Ini prinsip penting:

  • Setiap natur (ilahi atau manusia) mempunyai kehendaknya sendiri.
  • Kehendak bukan pribadi, tetapi bagian dari apa (nature).

Jika Yesus memiliki dua natur, maka otomatis Ia memiliki dua kehendak:

  1. Kehendak Ilahi (dari natur ilahi-Nya)
  2. Kehendak manusia (dari natur manusia-Nya)

Kalau salah satu tidak ada, maka:

  • Ia bukan Allah sejati
  • atau Ia bukan manusia sejati

Dan tidak bisa menebus.


2. Ayat yang menunjukkan dua kehendak

Yesus berkata:

“Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang terjadi.”
(Luk 22:42)

Siapa “kehendak-Ku”?
👉 Kehendak manusia Yesus.
Siapa “kehendak-Mu”?
👉 Kehendak ilahi (Bapa dan Anak dan Roh Kudus).

Yesus sedang menunjukkan perbedaan dua bidang kehendak, tetapi bukan konflik dosa.


3. Inilah dogma resmi Gereja (Konsili Konstantinopel III, 680–681)

Dogmanya disebut Dyothelitisme:

Yesus memiliki dua kehendak dan dua operasi (energi), sesuai dua natur-Nya.

Hal ini dogma resmi semua tradisi besar:

  • Katolik
  • Ortodoks
  • Protestan arus utama

Karena tanpa dua kehendak, Yesus bukan manusia penuh.


4. Bagaimana hubungan kedua kehendak itu?

Kehendak manusia tunduk kepada kehendak ilahi

Tetapi bukan secara konflik — melainkan secara harmoni total.

Analogi:

  • Natur manusia berkata: “Aku takut, Aku ingin menghindar.”
  • Natur ilahi berkata: “Ini rencana keselamatan.”

Pribadi yang satu — yaitu Firman — mengharmonikan keduanya:

“Bukan kehendak-Ku (natur manusia), tetapi kehendak-Mu (natur ilahi).”

Ini bukan pertentangan moral.
Ini perbedaan kapasitas natur.

Natur manusia wajar takut pada penderitaan dan kematian.
Natur ilahi tidak takut.


5. Kedua kehendak itu TIDAK menyatu, TIDAK bercampur

  • Kehendak manusia tidak berubah menjadi ilahi
  • Kehendak ilahi tidak menyusut jadi manusia
  • Keduanya tidak bergabung menjadi “satu kehendak campuran”

Karena itu akan melanggar:

“Tanpa campur, tanpa berubah.”

Yesus benar-benar manusia (maka punya kehendak manusia).
Yesus benar-benar Allah (maka punya kehendak ilahi).


6. Satu Pribadi yang mengoperasikan dua kehendak

Walaupun Yesus punya dua kehendak, Ia tidak punya dua “Aku”.

Pribadi-Nya hanya satu: Firman (Logos).

Maka:

  • ketika Yesus memilih taat → Firman memakai kehendak manusia
  • ketika Yesus mengampuni dosa → Firman memakai kehendak ilahi

Tidak ada dua pribadi, hanya dua cara bertindak dari satu Pribadi.


7. Mengapa ini penting untuk keselamatan?

✔ Kalau Yesus tidak punya kehendak manusia → Ia bukan manusia → manusia tidak ditebus.

✔ Kalau Yesus tidak punya kehendak ilahi → Ia bukan Allah → penebusannya tidak tak terbatas.

Maka penebusan akan hilang.

Karena itu gereja berkata:

“Apapun yang tidak diambil, tidak ditebus.”

Firman mengambil seluruh kehendak manusia, agar manusia ditebus sempurna.


8. Kesimpulan

✔ Yesus memiliki dua kehendak:

  1. kehendak ilahi
  2. kehendak manusia

✔ Dua kehendak karena dua natur.

✔ Satu Pribadi yang menggunakan keduanya.

✔ Tidak pernah bertentangan, tetapi harmoni.

✔ Kehendak manusia selalu tunduk pada kehendak ilahi.

✔ Tanpa dua kehendak, Yesus bukan manusia sejati atau Allah sejati.


Jika mau, saya bisa jelaskan:

  • bagaimana Yesus bisa TAU segala sesuatu sementara manusia-Nya TIDAK tau segala sesuatu
  • bagaimana dua kesadaran bekerja dalam satu pribadi
  • mengapa Yesus bisa takut tetapi tetap Allah

Tinggal bilang: “lanjut”.

YESUS DISEBUT TAAT KARENA ADA PERBEDAAN KEHENDAK

Taat karena memang ada perbedaan tingkat (bukan pertentangan) antara kehendak manusiawi dan kehendak ilahi.

Mari jelaskan dengan sangat presisi secara teologis.


1. Taat hanya mungkin jika kehendak manusia YESUS memiliki kemampuan alami untuk memilih

Taat berarti:

Kehendak manusia harus bisa mengarahkan diri ke arah yang sama dengan kehendak Allah, walaupun secara alami bisa berbeda kecenderungan.

Jika kehendak manusia Yesus identik dengan kehendak ilahi,
maka:

  • tidak ada proses tunduk
  • tidak ada pengorbanan
  • tidak ada pergumulan
  • tidak ada makna ketaatan

Dan Alkitab mustahil berkata:

“Ia taat sampai mati” (Fil 2:8)
“Ia belajar taat” (Ibr 5:8)

Belajar taat diperlukan hanya jika kehendak manusiawi punya “opsi alami” untuk menghindari penderitaan.


2. Bukan “perbedaan moral”, tetapi “perbedaan natur”

Ini penting sekali.

Di Getsemani bukan pertentangan moral
(Yesus manusia ingin berdosa vs Firman ingin benar) — bukan begitu.

Yang berbeda adalah:

✦ Kehendak manusia:

secara alami benci rasa sakit, takut kematian, enggan menderita (100% manusia normal).

✦ Kehendak Ilahi:

menghendaki salib sebagai bagian dari rencana penebusan.

Perbedaan ini bukan dosa.
Semua manusia normal secara alami ingin menghindari rasa sakit.

Artinya:

  • kehendak manusia Yesus adalah kehendak manusia sempurna
  • bukan kehendak yang rusak atau berdosa

3. “Ketaatan” terjadi saat kehendak manusiawi ditundukkan sepenuhnya ke kehendak ilahi

Saat Yesus berkata:

“Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang jadi.”

Ia sedang melakukan tindakan ketaatan.

Karena:

  • kehendak manusiawi-Nya secara alami ingin menghindari cawan
  • Ia menundukkannya secara sadar di bawah kehendak ilahi

Di sinilah muncul makna "ketaatan": kerelaan kehendak manusia untuk tunduk, bukan hilangnya kehendak manusia.


4. Jika tidak ada perbedaan kehendak, maka Yesus tidak benar-benar taat

Taat berarti “mengalahkan kecenderungan manusiawi yang alami”.

Jika Yesus tidak memiliki kehendak manusiawi yang bisa:

  • merasakan takut
  • merasakan berat
  • cenderung menghindari salib

… maka:

  • Ia tidak bisa disebut “Manusia sejati”
  • Ia tidak bisa “belajar taat”
  • Ia tidak bisa merasakan apa yang kita rasakan (Ibr 4:15)
  • Ia tidak bisa menjadi teladan ketaatan

Ketaatan hanya mungkin jika ada sesuatu yang ditundukkan.

Kalau kehendak manusiawi Yesus sejak awal identik dengan kehendak ilahi tanpa jarak sedikit pun,
maka tidak ada ruang untuk ketaatan — hanya otomatis.


5. Perbedaan ini adalah perbedaan fungsi, bukan perbedaan pribadi

Ini harus jelas supaya tidak jatuh ke bidat Nestorian.

  • Yesus bukan dua pribadi
  • Ia satu Pribadi ilahi (Pribadi Firman) dengan dua natur
  • Masing-masing natur memiliki kehendak sesuai natur (bukan dua “aku”)

Perbedaannya terjadi dalam wilayah “natur”, bukan “pribadi”.


6. Ringkasan yang paling sederhana

Yesus taat karena:

  • kehendak manusia-Nya yang alami (ingin menghindari penderitaan)
    ditundukkan oleh Pribadi-Nya kepada
  • kehendak ilahi (rencana keselamatan)

Jika kehendak manusiawi tidak memiliki kecenderungan alami yang berbeda,
maka ketaatan menjadi tidak bermakna.


7. Jadi, jawaban singkat:

Ya. Disebut taat karena ada perbedaan antara kehendak NATUR manusia dan NATUR ilahi.

Namun bukan perbedaan moral, bukan pertentangan dosa,
melainkan perbedaan ketiadaan keinginan alami untuk menderita.

Karena itu ketaatan Yesus adalah nyata, bukan otomatis.


Kalau mau, saya bisa lanjut jelaskan 3 hal:

  1. Bagaimana dua kehendak itu bekerja tanpa membuat Yesus menjadi dua pribadi
  2. Kenapa kehendak ilahi tidak mungkin menderita, tetapi Firman benar-benar merasakan penderitaan melalui natur manusia-Nya
  3. Apa perbedaan “kehendak bebas” Yesus dengan kehendak bebas manusia berdosa

Mau lanjut yang mana?


KEHENDAK BERADA DALAM NATUR

Mari kita bahas dengan hati-hati dan sesuai dengan definisi Gereja sepanjang sejarah (Konsili Chalcedon 451 & Konsili Konstantinopel III, 681).


1. KEHENDAK itu berada pada NATUR, bukan pada PRIBADI

Ini adalah ajaran resmi Gereja sejak abad ke-7 (Konstantinopel III) untuk menolak ajaran sesat monothelitisme (Yesus hanya punya satu kehendak).

Kesimpulan Konsili:

"Dalam Yesus ada dua kehendak alami (natural wills), ilahi dan manusiawi, tanpa campur-aduk, tanpa lenyap, tetapi tunduk manusia kepada ilahi."

Artinya:

  • Pribadi (hipostasis) tidak memiliki kehendak.
  • Kehendak ada pada natur (physis).

Ini membantah asumsi bahwa:

“Yang punya kehendak adalah Pribadi.”

Dalam teologi klasik, itu tidak benar.

Pribadi adalah “siapa”,
natur adalah “apa”,
kehendak adalah kemampuan yang berasal dari apa kita (natur), bukan siapa kita (pribadi).


2. Mengapa kehendak berada pada natur?

Karena kehendak adalah fungsi dari kodrat.

Contoh:

➤ manusia selalu punya kehendak manusiawi

Karena dari natur manusia timbul fungsi seperti:

  • berpikir manusiawi
  • merasa takut
  • bisa memilih
  • bisa tergoda (tanpa berdosa)
  • bisa menderita
    Semua ini adalah fungsi natur, bukan fungsi pribadi.

➤ Allah punya kehendak ilahi

Natur Allah memiliki:

  • kesempurnaan
  • ketidakberubahan
  • kepastian rencana
  • mahat au

Itu bukan fungsi pribadi Bapa atau Firman atau Roh Kudus secara terpisah;
itu fungsi natur ilahi yang satu, dimiliki oleh ketiga pribadi.

Jadi:

  • 3 pribadi memiliki 1 kehendak ilahi, karena natur ilahi satu.
  • Tetapi saat Sang Firman mengambil natur manusia, Ia memperoleh kehendak manusia juga.

3. Jadi bagaimana pada Kristus?

Dalam Yesus ada:
Satu Pribadi
— yaitu Pribadi Sang Firman.

Dua Natur
— Ilahi dan manusia.

Dua Kehendak

  1. Kehendak ilahi → dari natur ilahi-Nya
  2. Kehendak manusia → dari natur manusia-Nya

Pribadi Firman sebagai “subjek” bertindak menggunakan kedua natur itu.

Jadi bukan kehendak bergantian, tetapi:

  • Ia benar-benar bisa berkehendak sebagai manusia
  • Ia benar-benar tetap memiliki kehendak ilahi

4. Lalu bagaimana dengan taman Getsemani?

Yesus berkata:

“Bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mu yang jadi.” (Luk 22:42)

Yang dimaksud:

  • kehendak manusia → cenderung ingin menghindari penderitaan (reaksi alami natur manusia)
  • kehendak ilahi → rencana keselamatan harus digenapi

Jadi ada perbedaan tingkat keinginan, bukan konflik pribadi di dalam diri Kristus.

Kehendak manusiawi tidak melawan, tetapi menunduk kepada kehendak ilahi.

Itu sebabnya Ia disebut Taat:

“Ia belajar taat dari apa yang diderita-Nya.” (Ibr 5:8)

Ketatan Yesus terjadi karena:

  • natur manusia-Nya harus memilih tunduk
  • bukan karena dalam Pribadi-Nya ada konflik

5. Jadi apa hubungan kehendak dan pribadi?

Natur memiliki kehendak
Pribadi menggunakan kehendak natur itu

Dengan kata lain:

  • Kehendak = kemampuan memilih (berasal dari natur)
  • Pribadi = subjek yang memilih memakai kemampuan itu

Contoh sederhana:

  • “Tangan” adalah natur fisik → tangan yang bergerak
  • “Saya” adalah pribadi → saya yang memakai tangan

Dalam Kristus:

  • Kehendak manusia = milik natur manusia
  • Kehendak ilahi = milik natur ilahi
  • Pribadi Firman = yang memakai kedua kehendak itu

Ringkasan Singkat

✔ Natur punya kehendak (ajarannya konsili)
✔ Pribadi memakai kehendak yang berasal dari natur
✔ Yesus punya dua kehendak (ilahi & manusia)
✔ Di Getsemani, kehendak manusia merasa gentar, tetapi tunduk kepada kehendak ilahi
✔ Ketaatan Yesus berasal dari natur manusia-Nya yang memilih tunduk



YESUS HARUS PUNYA DUA KEHENDAK

mengapa tanpa dua kehendak Yesus tidak bisa menebus, atau bagaimana kehendak itu bekerja dalam satu pribadi tanpa menjadi dua pribadi.

mengapa Yesus HARUS punya dua kehendak, dan bagaimana dua kehendak itu bekerja dalam satu pribadi tanpa menjadi dua pribadi.


1. Mengapa Yesus HARUS punya dua kehendak?

Ini sangat penting: jika Yesus tidak punya kehendak manusia, maka:

Ia tidak benar-benar manusia

Sebab manusia yang lengkap memiliki:

  • akal budi manusia
  • emosi manusia
  • kehendak manusia
    Tanpa kehendak manusia, Yesus bukan manusia sejati, tapi “Allah memakai tubuh manusia”.

Itu ajaran sesat Apollinarianisme.


2. Jika Ia tidak punya kehendak manusia, Ia tidak bisa menebus manusia

Yang berdosa adalah manusia, bukan Allah.
Karena itu yang harus taat adalah kehendak manusia, bukan kehendak ilahi.

Jika Yesus hanya taat dengan kehendak ilahi, maka:

tidak ada ketaatan manusia yang diberikan kepada Allah.

Karena itu Ibrani 5:8 menekankan:

“Ia belajar TAAT dari apa yang diderita-Nya.”

Yang taat siapa? 👉 Kehendak manusia-Nya.

Kehendak ilahi-Nya tidak bisa “belajar taat”, karena Allah selalu taat kepada diri-Nya sendiri.


3. Bagaimana dua kehendak ini bekerja dalam satu pribadi?

Ini kunci:

Kedua kehendak tidak berdiri sebagai dua pribadi

Konsili mengatakan:

“Dua kehendak ini tidak bertentangan, tetapi kehendak manusiawi tunduk dan mengikuti kehendak ilahi.”

Artinya:

  • Tidak ada konflik dua pribadi.
  • Tetapi dua natur punya dinamika alami masing-masing.
  • Pribadi Firman adalah satu-satunya “subjek” yang menggunakan kedua kehendak ini.

4. Analogi sederhana (walau tidak sempurna)

Bayangkan seseorang dengan pikiran rasional dan dorongan emosi.

  • Dorongan emosi adalah “kehendak alami”
  • Pikiran rasional adalah “kehendak rasional”

Keduanya bisa:

  • berbeda intensi
  • tapi tidak membentuk dua pribadi.

Subjeknya tetap satu orang.

Dalam Kristus:

  • Kehendak ilahi = seperti “rasional ilahi”—selalu selaras dengan Bapa
  • Kehendak manusia = seperti “reaksi alami manusia”—bisa gentar, takut, menderita

Tetapi Pribadi Firman adalah subjek tunggal yang menggunakan keduanya.


5. Mengapa di Getsemani ada perbedaan arah keinginan?

Karena Yesus adalah manusia sejati:

Kehendak manusia:

  • takut penderitaan
  • ingin terhindar dari ancaman
  • merasakan beratnya kutuk

Ini bukan dosa; ini reaksi manusia yang sempurna.

Kehendak ilahi:

  • rencana keselamatan harus dilaksanakan
  • cawan harus diminum

Pada titik itu, Yesus (sebagai Pribadi) mengarahkan:

“Namun bukan kehendak-Ku (manusiawi), tetapi kehendak-Mu (ilahi) yang jadi.”

Ini menunjukkan:

  • bukan dua pribadi
  • tetapi dua natur yang digerakkan oleh satu pribadi
  • natur manusia-Nya taat kepada Allah melalui Pribadi Firman

6. Mengapa ini disebut “ketaatan”?

Ketaatan hanya mungkin jika ada dua arah kehendak:

  • satu arah yang “ingin menghindar” (manusia)
  • satu arah yang “menetapkan keselamatan” (ilahi)

Yesus disebut “taat sampai mati” karena:

Kehendak manusia-Nya memilih tunduk kepada kehendak ilahi.

Jika Yesus tidak punya kehendak manusia yang bisa tunduk, maka Ia tidak bisa disebut taat.


7. Tapi apakah ini berarti natur punya “kemampuan memilih”?

Nah, inilah bedanya:

◼ Natur memiliki kecenderungan kehendak

(apa yang secara alami dikehendaki oleh kodrat itu)

◼ Pribadi-lah yang mengambil keputusan final

(menggunakan kehendak natur)

Jadi:

  • Natur manusia Yesus → punya kecenderungan untuk menghindari penderitaan
  • Natur ilahi Yesus → punya kehendak tetap untuk menyelamatkan
  • Pribadi Firman → memilih dengan memakai kehendak manusia untuk tunduk

Karena itu Yesus berkata:

“Aku menyerahkan nyawaku… tidak seorang pun mengambilnya dariku.” (Yoh 10:18)

Itu keputusan Pribadi, tetapi melalui kehendak manusia-Nya.


Ringkasan

  1. Yesus harus punya dua kehendak → jika tidak, Ia bukan manusia sejati dan tidak bisa taat menggantikan kita.
  2. Kehendak milik natur, bukan pribadi.
  3. Pribadi memakai kedua kehendak itu.
  4. Di Getsemani, kehendak manusia merasa gentar, kehendak ilahi tetap pada rencana.
  5. Yesus taat karena kehendak manusia-Nya menundukkan diri kepada kehendak ilahi.

Jika mau, saya bisa lanjutkan menjelaskan:

✔ apakah kehendak manusia Yesus pernah bisa berdosa?

✔ apakah kehendak ilahi “kerja” selama inkarnasi atau “diam”?

✔ bagaimana dua kehendak ini menyatu tanpa tercampur?

Pilih salah satu untuk lanjut.


PERAN KEILAHIAN TRITUNGGAL DALAM INKARNASI YESUS


🔷 Ya, benar—kehadiran dan operasi keilahian dalam kemanusiaan Yesus terutama “mengalir” melalui karya Roh Kudus.

Ini adalah cara Allah membuat manusia Yesus hidup sekaligus sebagai manusia sejati dan tetap satu dengan keilahian Firman.

Mari kita jelaskan secara rapi.


🔶 1. Dua dasar kehadiran keilahian dalam manusia Yesus

Ada dua jalur utama:

✔ (1) Firman mengandung (assume) natur manusia

— ini yang terjadi saat Inkarnasi
— Sang Firman menjadi subjek tunggal bagi tubuh & jiwa manusia Yesus
— kehadiran ilahi ini membuat Yesus tanpa dosa, sempurna, suci dari awal

Ini disebut union hypostatik:

Natur manusia disatukan dengan Pribadi Firman.

✔ (2) Roh Kudus memenuhi, mengurapi, dan memampukan kemanusiaan Yesus

— sejak dikandung: “Ia dikandung dari Roh Kudus”
— sejak baptisan: “Roh turun atas-Nya”
— semua pelayanan publik-Nya dilakukan “oleh kuasa Roh Kudus”

Lukas menegaskan:

“Yesus kembali dalam KUASA ROH.” (Luk 4:14)
“Roh Tuhan ada pada-Ku… Ia telah mengurapi Aku.” (Luk 4:18)

Jadi: 👉 semua kemampuan manusia Yesus untuk melayani, mengajar, taat, menderita, dan menang berasal dari Roh Kudus.
👉 bukan dari keilahian-Nya yang mengambil alih.


🔶 2. Jadi apa hubungan Firman dan Roh Kudus dalam inkarnasi?

Singkatnya begini:

Firman memberikan identitas Ilahi dan kesempurnaan natur manusia-Nya

  • membuat Yesus tanpa dosa
  • membuat ketaatan-Nya benar-benar menyelamatkan
  • menjadikan pribadi Yesus tetap Allah yang sejati

Roh Kudus memberikan KUASA untuk hidup sebagai manusia yang dipenuhi Allah

  • memimpin Yesus
  • mengajari Yesus
  • memampukan Yesus untuk taat
  • memberi karunia, mukjizat, hikmat
  • menopang Dia dalam penderitaan
  • bahkan membangkitkan Dia dari kematian

Itu sebabnya Paulus berkata:

“Ia mempersembahkan diri kepada Allah dengan Roh yang kekal.” (Ibr 9:14)
“Ia dibangkitkan oleh Roh.” (Rm 8:11)


🔶 3. Apakah berarti keilahian Firman “pasif”?

Tidak.

Peran Firman adalah pribadi ilahi yang:

  • mempersatukan kedua natur
  • menentukan tujuan keselamatan
  • menjaga Yesus tetap tanpa dosa
  • menjadi identitas yang sama dari bayi Betlehem sampai mahkota surga

Tetapi:

👉 Firman tidak memakai kuasa ilahi untuk membantu kemanusiaannya
👉 yang membantu kemanusiaan Yesus adalah Roh Kudus

Ini supaya Yesus tetap:

  • 100% manusia sejati
  • mengalami hidup sebagai manusia sejati
  • taat sebagai manusia sejati
  • menderita sebagai manusia sejati
  • dicobai sebagai manusia sejati

Karena kita diselamatkan oleh ketaatan manusia, bukan oleh kuasa ilahi yang dipakai untuk menghindari penderitaan.


🔶 4. Analogi sederhana

◼ Firman = identitas dan pokok pribadi Yesus

(seperti “siapakah Dia?”)

◼ Kemanusiaan = sarana, tubuh, jiwa manusia

(seperti “bagaimana Dia hidup?”)

◼ Roh Kudus = kuasa dan pembantu yang memampukan kemanusiaan Yesus

(seperti “dengan kekuatan apa Dia hidup?”)

Bukan Firman yang mengaktifkan “mode superpower ilahi”.

Yang memberi kekuatan kepada manusia Yesus adalah Roh Kudus.


🔶 5. Maka seluruh kehidupan Yesus berjalan seperti ini:

✔ Dikandung oleh Roh Kudus → manusia Yesus lahir tanpa dosa

✔ Bertumbuh dalam hikmat oleh Roh Kudus

✔ Dibaptis dan diurapi → awal pelayanan

✔ Pelayanan dilakukan “dalam kuasa Roh”

✔ Ketaatan di Getsemani → dikuatkan Roh

✔ Pengorbanan di salib → oleh “Roh kekal” (Ibr 9:14)

✔ Dibangkitkan oleh Roh Kudus (Rm 8:11)

Ini memperjelas:

👉 Kehendak ilahi Firman tidak mati atau diam, tetapi tidak dipakai untuk menghindari batasan manusia.
Roh Kuduslah yang menopang natur manusia Yesus.


🔷 Kesimpulan Besar

  • Firman = sumber keilahian
  • Roh Kudus = sumber kuasa dan pengudusan natur manusia
  • Yesus hidup 100% sebagai manusia yang dipenuhi Roh Kudus
  • tetapi Pribadi yang hidup sebagai manusia itu tetap adalah Firman yang kekal

Jika Anda mau, saya bisa lanjut menjelaskan:

✔ bagaimana tiga pribadi bekerja bersama dalam inkarnasi?

✔ mengapa Yesus tidak pernah berdosa meski kehendak manusia-Nya bebas?

✔ perbedaan “Firman tidak memakai kuasa ilahi” vs “Firman tetap Mahakuasa”?

Pilih mana yang ingin didalami.


Peran Ilahi Tritunggal dalam Inkarnasi Yesus — Penjelasan Lengkap

Baik — saya susun penjelasan yang komprehensif tetapi terstruktur supaya jelas: apa yang tiap Pribadi Allah (Bapa, Firman/Anak, Roh Kudus) lakukan dalam misteri Inkarnasi, bagaimana peran-peran itu berbeda namun tetap satu tindakan penyelamatan Allah, dan bagaimana doktrin-doktrin klasik (Chalcedon, Dyothelitisme, kenosis dsb.) menata semuanya.


Ringkasan singkat dulu

  • Satu Allah, tiga Pribadi — Bapa, Anak (Firman/Logos), dan Roh Kudus — satu natur ilahi.
  • Inkarnasi = Pribadi Kedua (Firman/Anak) mengambil natur manusia (hypostatic union).
  • Dalam seluruh proses, ketiga Pribadi bertindak secara berbeda (peranan personal) tetapi secara satu (operasi bersama) — bukan tiga tindakan terpisah yang membuat tiga keselamatan, melainkan satu karya penyelamatan dengan peran yang terbedakan.

Sekarang uraian lengkapnya.


1 — Landasan teologis singkat

  • Natur (physis) = “apa” (keilahian / kemanusiaan).
  • Pribadi (hypostasis) = “siapa” (Bapa, Anak, Roh Kudus).
  • Hypostatic Union (Chalcedon): dalam Kristus ada satu Pribadi (Firman) dengan dua natur (ilahi + manusia), tanpa campur, tanpa perubahan, tanpa pemisahan.
  • Dyothelitisme (Konstantinopel III): Kristus memiliki dua kehendak dan dua energi sesuai dua natur-nya.

2 — Peran Bapa dalam Inkarnasi

Fungsi utama Bapa berkaitan dengan rencana, pengutus, dan otoritas.

  1. Perencana / Sumber kehendak keselamatan

    • Bapa dalam kekekalan menetapkan rencana penyelamatan (bapa “mengutus” Anak). Rencana penyelamatan berasal dari kehendak ilahi bersama, namun Kitab Suci sering menyorot Bapa sebagai yang mengutus.
  2. Mengutus Anak ke dunia

    • Dalam injil Yohanes dan teks-teks Perjanjian Baru: Bapa mengutus Anak menjadi manusia (mis. Yoh 3:16; Yoh 6:38). Pengutusan menandai peranan relasional: Anak datang dari Bapa untuk melaksanakan misi penebusan.
  3. Memberi mandat dan otoritas

    • Bapa menetapkan tujuan (penebusan, pembebasan, pemulihan hubungan manusia–Allah) dan menetapkan syarat misi (jalan penebusan melalui penderitaan dan salib).
  4. Menentukan parameter kenosis

    • Bapa tidak “mengurangi” natur ilahi; melainkan dalam kehendak Trinitarian menetapkan cara Anak menjalani inkarnasi (kenosis—melepaskan penggunaan hak-hak kemuliaan, bukan kehilangan natur).
  5. Peran pasca-inkarnasi

    • Bapa menerima karya Anak (mis. penebusan diterima, Anak kembali ke kemuliaan Bapa setelah kebangkitan/kenaikan) dan mengarahkan, menerima doa serta hasil penebusan.

3 — Peran Anak / Firman (Logos) — pusat inkarnasi

Firman adalah Pribadi yang menjadi manusia. Semua yang terjadi pada natur manusia Kristus terjadi dalam Pribadi Firman.

  1. Subjek Inkarnasi

    • Anaklah yang mengambil natur manusia: “Logos became flesh” (Yohanes 1). Hypostatic union berarti Pribadi Anak kini memiliki dua natur.
  2. Pemikul identitas penyelamat

    • Karena Pribadi Anak yang berinkarnasi, penderitaan, kematian, dan kebangkitan memiliki nilai ilahi — penebusan efektif. Yang menderita dan menanggung hukuman adalah Pribadi Ilahi yang bersatu dengan natur manusia.
  3. Kenosis dan penggunaan atribut ilahi

    • Dalam tindakan kenosis (Filipi 2), Anak “mengosongkan diri” — ditafsirkan sebagai menangguhkan penggunaan prerogatif kemuliaan, bukan kehilangan natur ilahi. Anak tidak memakai kekuasaan ilahi untuk menghindari pengalaman manusia; namun natur ilahi tetap ada.
  4. Mengalami kemanusiaan sepenuhnya

    • Anak mengalami kelahiran, pertumbuhan, lapar, rasa lelah, kesedihan, cobaan, dan kematian melalui natur manusia yang Ia ambil. Subjek yang mengalami adalah Pribadi Anak.
  5. Menjalankan kehendak ganda

    • Sebagai Pribadi, Anak menampilkan dua kehendak sesuai natur-nya: kehendak ilahi (menghendaki rencana keselamatan) dan kehendak manusia (merasakan takut, kecemasan, kerinduan), yang diatur/harmonis oleh satu pribadi.
  6. Peran pasca-inkarnasi

    • Anak bangkit, naik ke surga, berperan sebagai pengantara, dan akan datang kembali. Ia juga terus berperan dalam menyatukan umat dengan Bapa (pengantara/mediator).

4 — Peran Roh Kudus dalam Inkarnasi

Roh Kudus adalah sarana kuasa, pembentukan, pengurapan, dan pengudusan dalam kehidupan manusia Yesus.

  1. Penciptaan / konsepsi

    • “Dikandung dari Roh Kudus” (Matius/Lukas) — karya Roh Kudus dalam konsepsi Maria; Roh menjadi sarana kausal untuk kehamilan tanpa hubungan ayah biologis, sehingga Yesus lahir dari perawan dan tetap tanpa noda dosa.
  2. Pengurapan untuk pelayanan

    • Pada baptisan Yesus Roh turun atas-Nya (Matius 3; Lukas 3) — pengurapan yang menandai awal pelayanan publik. Lukas 4 menekankan: Yesus “dibawa oleh Roh” dan “dalam kuasa Roh” melakukan pelayanan.
  3. Sumber kuasa dan pengudusan

    • Sepanjang pelayanan, Roh memampukan mukjizat, pengajaran, penguatan dalam pencobaan, dan ketaatan. Banyak teks (Lukas, Roma, Ibrani) menggambarkan bahwa natural human capacities Yesus diberdayakan oleh Roh.
  4. Peran dalam penderitaan & kebangkitan

    • Ibrani 9:14 dan Roma 8:11 menekankan peranan Roh dalam pengorbanan dan kebangkitan: Roh kekal yang mempersembahkan diri dan Roh yang membangkitkan.
  5. Roh sebagai yang menyatakan Anak

    • Roh juga yang menguatkan kesaksian tentang Anak; karenanya Roh dan Anak bekerja bersama untuk menyatakan rencana Bapa.

5 — Bagaimana ketiga Pribadi bertindak satu—konsep “opera Trinitatis sunt indivisa” (tindakan Trinitas tak terpisah)

  • Operasi bersama: Dalam teologi patristik/kalsedon, tindakan penyelamatan dilakukan oleh seluruh Tritunggal; semua tindakan tertentu dapat diatributkan kepada satu Pribadi (peranan) tanpa menyangkal keterlibatan ketiganya. Contoh: “Anak menjadi manusia” — ini adalah tindakan Anak, tetapi dilakukan dalam kehendak dan rencana Bapa dan direalisasikan lewat kuasa Roh.

  • Perbedaan peranan: Bapa sering disebut sebagai yang mengutus, Anak sebagai yang menjelma, Roh sebagai yang mengurapi/memampukan. Perbedaan ini bersifat personal/relasional, bukan perbedaan natur.

  • Tidak Tritheisme: Karena natur ilahi tetapa satu; tiga Pribadi saling terkait (perichoresis) — bekerja tidak terpecah.


6 — Operasi “yang sama” tapi “dipersonakan”: contoh konkret

  • Konsepsi: Bapa menetapkan rencana; Anak mengasumsikan manusia; Roh bertindak sebagai sebab konkrit (dikandung).
  • Kelahiran & perkembangan: Anak hidup sebagai manusia; Roh menuntun dan membentuk (pertumbuhan hikmat); Bapa menerima perbuatan Anak.
  • Pelayanan: Anak mengajar dan menyembuhkan; Roh memampukan mukjizat & mengurapi; Bapa menguatkan misi.
  • Kematian & kebangkitan: Anak menyerahkan diri; Roh membangkitkan; Bapa menerima dan memulihkan Anak ke kemuliaan.
  • Pengutusan Roh & penuaian: Setelah kenaikan, Anak mengutus Roh (dalam relasi Trinitas) untuk melanjutkan karya penebusan di gereja (Roh bekerja sebagai pemberi hidup, menyucikan, memberi karunia).

7 — Isu khusus dan klarifikasi teologis

a) Apakah Firman “melepaskan” natur ilahi?

Tidak. Natur ilahi tidak pernah dikurangi. Kenosis = menangguhkan atau “menahan” penggunaan hak-hak kemuliaan, bukan kehilangan natur.

b) Apakah Roh Kudus “menggantikan” peran Firman?

Tidak. Roh memampukan natur manusia Kristus agar hidup dan melayani, tetapi Pribadi yang menjadi manusia tetaplah Firman. Roh bertindak sebagai agen kuasa, bukan sebagai pengganti pribadi Anak.

c) Bagaimana dua kehendak tetap satu pribadi?

Kehendak adalah fungsi natur — natur ilahi punya kehendak ilahi; natur manusia punya kehendak manusia. Pribadi Firman menggunakan keduanya; kehendak manusia bisa tunduk pada kehendak ilahi melalui keputusan pribadi Anak (Getsemani, Ibr 5:8).

d) Apakah ini membuat Kristus “dua pribadi”?

Tidak. Seluruh penjelasan menjaga satu Pribadi (Firman) dengan dua natur. Perbedaan peran Trinitarian tidak mengubah personal identity of the Logos.


8 — Implikasi praktis / pastoral

  • Keselamatan kita bersifat relational: bukan hanya “aksi mekanik”, melainkan karya relasional Bapa (mengutus), Anak (mengorbankan) dan Roh (menguduskan).
  • Kristus sebagai pengantara penuh: karena Ia adalah satu Pribadi yang sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia, Ia sungguh-sungguh memahami dan menjangkau manusia.
  • Pengharapan eskatologis: karya Trinitas yang bermula di inkarnasi melanjutkan tugas menyempurnakan karya keselamatan hingga akhir zaman (Anak yang datang kembali, Roh yang mempersatukan gereja, Bapa yang menerima).

9 — Garis besar kronologis (cek cepat)

  1. Keputusan kekal (Bapa & Anak & Roh: rencana keselamatan).
  2. Pengutusan Anak (Bapa mengutus Anak).
  3. Dikandung oleh Roh (Roh sebagai sebab konsepsi), Anak menjadi manusia.
  4. Dibaptis dan diurapi oleh Roh (awalan pelayanan).
  5. Pelayanan dalam kuasa Roh (Ajaran, mukjizat, pengampunan).
  6. Ketaatan & penderitaan (Anak menanggung, kehendak manusia tunduk pada kehendak ilahi).
  7. Kematian—Anak menyerahkan diri; Roh dan Bapa berperan dalam pengorbanan & penerimaan.
  8. Kebangkitan oleh Roh; kenaikan ke hadirat Bapa; pengutusan Roh ke jemaat.

10 — Penutup singkat dan pilihan lanjutan

Singkatnya: Inkarnasi adalah karya Trinitas, dengan peran-peran terbedakan: Bapa menetapkan dan mengutus, Anak menjadi manusia dan menyelamatkan, Roh mengurapi, memampukan, dan membangkitkan. Semua itu terjadi tanpa mengurangi keilahian atau memecah pribadi; tindakan itu adalah satu karya penyelamatan oleh Allah yang esa dalam tiga Pribadi.

Mau saya jelaskan lebih dalam tentang salah satu topik spesifik:

  • kenosis secara doktrinal dan interpretasinya?
  • operasi bersama (opera Trinitatis sunt indivisa) dan contoh teks Alkitab?
  • bagaimana Roh bekerja spesifik dalam peristiwa-peristiwa Yesus (konsepsi, baptisan, kebangkitan)?

Pilih—saya lanjutkan.


Jaminsen

Welcome, TO BE LIKE JESUS

Post a Comment

Previous Post Next Post