NATUR/HAKIKAT/ESENSI
A. DEFINISI NATUR
Doktrin NATUR (nature / physis / hakikat) secara lengkap, sistematis, dan menyeluruh —> khususnya dalam konteks Allah Tritunggal dan Inkarnasi.
Penjelasan ini akan mencakup:
- Apa itu natur?
- Bedanya natur dan pribadi
- Natur Ilahi
- Natur manusia
- Natur dalam Yesus (dua natur)
- Natur tidak pernah bertindak
- Natur tidak pernah menjadi pribadi
- Natur tidak bercampur, tidak berubah
- Cara dua natur bersatu dalam satu Pribadi
Mari kita uraikan.
1. APA ITU NATUR?
Natur = “apa” (what)
Natur adalah kualitas, kemampuan, dan kondisi esensial yang membuat sesuatu menjadi jenis itu.
Contoh:
- natur manusia = akal budi, kehendak, emosi, tubuh, roh
- natur singa = insting predator
- natur malaikat = roh murni
- natur Allah = keilahian
Natur meliputi:
- atribut
- kualitas
- kemampuan
- batasan
- cara eksistensi
Natur ≠ individu.
Natur ≠ subjek pribadi.
Natur menjelaskan apa sesuatu itu, bukan siapa sesuatu itu.
2. NATUR VS PRIBADI
Ini kunci teologi seluruhnya.
| Natur | Pribadi |
|---|---|
| “Apa” | “Siapa” |
| Hakikat | Subjek yang bertindak |
| Sifat esensial | Individu yang sadar diri |
| Tidak bertindak | Bertindak |
| Tidak memilih | Memilih |
| Dimiliki | Pemilik natur |
Contoh dalam manusia:
- Natur manusia = rasional, emosional, tubuh-jiwa, dll
- Pribadi manusia = Andi, Budi, saya, Anda
Semua manusia punya natur yang sama, tapi mereka pribadi berbeda.
3. NATUR ILAHI (Divine Nature)
Natur ilahi adalah esensi Allah.
Termasuk:
- kekal
- mahakuasa
- mahatahu
- tidak berubah
- tidak terbatas
- tidak bisa menderita
- tidak bisa mati
- sempurna
- kudus
- mulia
- hadir di semua tempat (omnipresent)
Semua ini adalah sifat-sifat natur, bukan “pribadi”.
Karena itu:
• Natur Ilahi adalah SATU.
• Pribadi ilahi adalah TIGA.
Tiga pribadi (Bapa, Firman, Roh Kudus) memiliki satu natur ilahi yang sama persis.
Tidak ada perbedaan natur ilahi antara ketiganya.
4. NATUR MANUSIA
Natur manusia meliputi:
- tubuh (materi)
- jiwa (pikiran, perasaan, kemauan)
- roh manusia (seat of consciousness)
Kemampuannya:
- bisa lapar
- bisa marah
- bisa sedih
- bisa berkembang
- bisa melemah
- bisa mati
Natur manusia terbatas.
Natur manusia dapat menderita.
Natur manusia dapat mati.
5. DALAM YESUS ADA DUA NATUR
Yesus memiliki:
- Natur Ilahi (sejak kekekalan → Firman)
- Natur Manusia (sejak Inkarnasi → Maria)
Tetapi hanya memiliki:
SATU PRIBADI —>yaitu Pribadi Firman (Logos)
Dengan bahasa konsili:
Satu Pribadi, Dua Natur:Tanpa campur, tanpa berubah, tanpa terbagi, tanpa terpisah.
6. NATUR TIDAK PERNAH BERTINDAK
===========
- Natur tidak memilih.
- Natur tidak berbicara.
- Natur tidak merasakan.
- Natur tidak berinkarnasi.
- Natur tidak mati.
Natur hanya menyediakan KEMAMPUAN.
Contoh:
- Firman bisa lapar melalui natur manusia, bukan natur ilahi.
- Firman bisa mengampuni dosa melalui natur ilahi, bukan natur manusia.
- Yang lapar adalah PRIBADI Firman.
- Yang mengampuni dosa adalah PRIBADI Firman.
Natur hanya menyediakan cara bertindak.
7. NATUR TIDAK PERNAH MENJADI PRIBADI
Satu natur tidak pernah = satu pribadi.
- Natur ilahi ≠ Pribadi Bapa
- Natur ilahi ≠ Pribadi Firman
- Natur ilahi ≠ Pribadi Roh Kudus
Kalau natur dianggap sebagai pribadi, jadinya politeisme.
Dalam Yesus:
- Natur manusia-Nya tidak mempunyai “pribadi manusia”
- Pribadi-Nya hanyalah satu → Firman
Kalau Yesus punya “pribadi manusia”, jadinya dua pribadi → bidat Nestorianisme.
8. NATUR TIDAK BERCAMPUR, TIDAK BERUBAH
Konsili Chalcedon menyatakan:
- natur ilahi tidak berubah menjadi manusia
- natur manusia tidak naik menjadi ilahi
- tidak terjadi fusion atau campuran
- tidak terjadi penyerapan
- tidak terjadi perubahan substansi
Yesus bukan setengah Allah + setengah manusia.
Yesus adalah 100% Allah + 100% manusia.
9. BAGAIMANA DUA NATUR BERSATU DALAM SATU PRIBADI?
Melalui apa yang disebut Hypostatic Union.
Artinya:
- 2 natur bersemayam dalam 1 Pribadi Firman
- tanpa mencampur
- tanpa mengubah
- tanpa memecah
- tanpa menambah pribadi baru
Poin kunci:
“Yang bertindak selalu Pribadi Firman, melalui dua natur.”
Contoh:
- Firman menangis → melalui natur manusia
- Firman tahu masa depan → melalui natur ilahi
- Firman mati → melalui natur manusia
- Firman mengampuni dosa → melalui natur ilahi
KESIMPULAN PALING PENTING:
Natur = “apa itu”
Pribadi = “siapa itu”
- Bapa, Firman, Roh Kudus → Pribadi berbeda, NATUR sama.
- Yesus → Pribadi satu, NATUR dua (ilahi + manusia).
Natur tidak bertindak.
Pribadi yang bertindak.
Natur tidak merasakan.
Pribadi yang merasakan melalui natur.
Jika Anda mau, saya bisa jelaskan:
- bagaimana dua kehendak bekerja dalam Yesus
- bagaimana Firman tetap maha hadir saat berinkarnasi
- bagaimana penderitaan manusia Yesus adalah penderitaan Pribadi Ilahi
Tinggal bilang “lanjut”.
B. NATUR ILAHI BAPA, FIRMAN (ANAK), DAN ROH KUDUS ITU SATU DAN SAMA.
Tidak ada perbedaan natur.
Yang berbeda adalah Pribadi-Nya, bukan natur-Nya.
Mari jelaskan sangat jelas dan sistematis.
1. Apa itu Natur Ilahi?
Natur Ilahi adalah keilahian itu sendiri -… “APA” Allah itu.
Isinya meliputi:
- kekekalan
- kemahakuasaan
- kemahahadiran
- kemahasempurnaan
- kemahakudusan
- kemahatahuan
- kemuliaan ilahi
- ketidakberubahan
- tidak dapat mati
- tidak dapat menderita
- tidak terbatas
Semua sifat ilahi ini adalah natur ilahi.
Natur itu satu, sama secara identik, tidak terbagi, tidak berbeda-beda.
2. Jadi Natur Ilahi Bapa, Firman, dan Roh Kudus itu apa?
Jawabannya:
Natur ilahi mereka adalah ENTITAS yang sama —> keilahian yang satu, identik.
• BAPA tidak punya “jenis keilahian” yang berbeda dari Firman.
• FIRMAN tidak punya “kadar ilahi” berbeda dari Roh Kudus.
• ROH KUDUS tidak punya “level ilahi” yang lain dari Bapa dan Firman.
Satu natur —> tiga pribadi.
3. Mengapa tidak ada tiga natur?
Karena kalau ada tiga natur, maka:
- Ada tiga Allah, bukan satu Allah.
- Itu politeisme (Tritheisme), bukan Kekristenan.
Alkitab jelas mengajarkan satu Allah.
Maka:
• Tiga Pribadi = Bapa, Firman, Roh Kudus
Tiga pribadi berbeda, tetapi memiliki natur ilahi yang sama persis.
4. Kalau naturnya satu, apa yang membedakan ketiga-Nya?
✔ Yang membedakan: relasi pribadi (personal relations)
Bukan natur.
==========================
• Bapa → tidak dilahirkan & tidak dihembuskan
• Firman/Anak → dilahirkan dari Bapa dari kekekalan
• Roh Kudus → dihembuskan (proceeds) dari Bapa dan/atau Anak (tergantung tradisi)
TIDAK ADA perbedaan:
- kekuasaan
- kekekalan
- kemahatahuan
- kemuliaan
- keilahian
- sifat dasar Allah
Semuanya sama persis.
Yang berbeda hanyalah Pribadi dan relasi.
5. Analoginya (walau terbatas)
Tiga orang Bukan analogi.
Tiga sifat bukan analogi.
Tapi bayangkan:
- satu cahaya, tapi “dilihat” dalam 3 cara berbeda (sumber cahaya, pantulan, pernafasan).
(Ini hanya analogi kasar, bukan sempurna.)
Poinnya:
✔ Cara eksis-nya berbeda (pribadi),
✔ Tetapi substansi cahayanya sama (natur).
6. Penjelasan khusus untuk pertanyaan Anda:
Natur Ilahi Firman = Natur Ilahi Bapa = Natur Ilahi Roh Kudus
Tidak ada bedanya.
Bukan versi, bukan bagian, bukan tipe berbeda.
Semua adalah:
• Satu Keilahian yang satu-satunya.
7. Maka ketika Firman berinkarnasi:
Yang mengambil natur manusia bukan natur ilahi, tapi Pribadi Firman.
Dan yang terjadi:
- Natur ilahi tidak berubah.
- Natur manusia ditambahkan (bukan diubah jadi ilahi).
- Pribadi tetap satu: Firman.
8. Jadi kesimpulan untuk pertanyaan Anda:
❓ “Natur Ilahi Firman itu yang mana?”
👉 Tidak ada “ilahi versi Firman”.
Natur ilahi Firman adalah keilahian yang sama dengan Bapa dan Roh Kudus.
❓ “Apa beda Natur ilahi Bapa, Firman, Roh Kudus?”
Tidak ada perbedaan natur.
Yang berbeda hanya Pribadi dan relasi pribadi.
Jika Anda mau, saya bisa jelaskan:
- bagaimana mungkin tiga pribadi memiliki satu natur
- apa beda pribadi dan fungsi
- apakah keilahian Firman “menyusut” saat inkarnasi
- atau bagaimana satu natur ilahi bisa dimiliki secara penuh oleh 3 Pribadi.
C. SANG FIRMAN YG KENOSIS PRIBADINYA BUKAN NATURNYA
Yang “mengosongkan diri” (kenosis) bukan Natur Ilahi, bukan keilahian itu sendiri, dan bukan Bapa atau Roh Kudus tapi pribadi-Nya
KENOSIS—> PRIBADI FIRMAN (Anak).
Dan ini sangat penting:
Natur tidak pernah melakukan apa pun. Yang bertindak selalu Pribadi.
Mari uraikan secara jernih agar Anda melihat struktur teologinya dengan benar.
1. Yang mengosongkan diri = Pribadi Firman (Anak), bukan Natur Ilahi
Filipi 2:6–7 berkata:
Ia (PRIBADI ANAK) mengosongkan diri-Nya...
Perhatikan:
- Subjeknya adalah “Ia”, yaitu Pribadi Sang Firman → Logos.
- Yang mengosongkan diri bukan natur ilahi.
- Yang mengosongkan diri bukan keilahian itu sendiri.
- Yang mengosongkan diri bukan Bapa atau Roh Kudus.
Karena:
- natur tidak bertindak
- natur tidak memilih
- natur tidak mengambil rupa hamba
- natur tidak bisa “menjadi” apa pun
Pribadi yang bertindak, natur hanya menyediakan kemampuan.
2. Natur Ilahi tidak berubah, tidak berkurang, tidak dikosongkan
Ini kuncinya.
Dalam Inkarnasi:
❌ Keilahian tidak berubah
❌ Natur Ilahi tidak berkurang
❌ Natur Ilahi tidak disusutkan
❌ Natur Ilahi tidak menjadi lemah
❌ Natur Ilahi tidak menjadi “manusia”
Yang terjadi:
✔ Pribadi Firman MENAMBAHKAN natur manusia
bukan mengurangi natur ilahi.
Maka Yesus:
- tetap 100% Allah
- menjadi 100% manusia
dalam satu Pribadi, dua natur.
3. Mengosongkan diri = melepaskan hak istimewa, bukan keilahian
Yang dikosongkan:
Ba Bu,
✔ hak-hak ilahi seperti:
- kemuliaan yang nampak
- penggunaan kuasa bebas
- wujud ilahi yang tampak
- prerogatif untuk tidak menderita
Yang TIDAK dikosongkan:
❌ keilahian
❌ kemahakuasaan
❌ kemahatahuan
❌ natur ilahi
Karena kalau natur ilahi disusutkan, maka Dia bukan Allah lagi.
4. Kenapa Bapa dan Roh Kudus tidak berinkarnasi?
Karena Pribadi yang masuk ke dunia dan mengambil natur manusia adalah Firman, bukan Bapa, bukan Roh Kudus.
Mengapa Firman?
Karena hanya Firman:
- yang menjadi Gambar Allah
- yang cocok menjadi Penyataan Allah
- yang dapat menjadi Pengantara
- yang “diutus” untuk menjadi Anak Manusia
Tetapi ini bukan karena natur mereka beda.
Natur ilahi mereka satu dan sama.
Yang berbeda adalah Pribadi dan peran personal (personal properties).
5. Maka kesimpulan teologisnya:
✔ Natur ilahi Bapa, Firman, dan Roh Kudus adalah satu dan sama.
✔ Tetapi PRIBADI yang mengosongkan diri adalah Pribadi Firman, bukan Bapa atau Roh Kudus.
✔ Natur ilahi tidak berkurang atau “turun tingkat”.
✔ Yang berubah adalah “cara eksistensi” Pribadi Firman → Ia menambahkan natur manusia dan tampil sebagai hamba.
Dengan kata lain:
Yang turun adalah Pribadi Firman.
Yang tetap tidak berubah adalah Natur Ilahi.
Jika Anda mau, saya bisa jelaskan:
- bagaimana satu Pribadi Firman bisa “mengosongkan” diri tanpa kehilangan keilahian
- bagaimana dua natur tetap utuh dalam satu Pribadi
- bagaimana Firman tetap omnipresent saat memiliki tubuh manusia
- atau mengapa Bapa dan Roh Kudus tidak diinkarnasikan
Tinggal bilang “lanjut”.
D. YANG MENGALAMI KEDUA NATUR ADALAH PRIBADI
Baik, kalau maksud Anda adalah:
“Apakah yang merasakan semua emosi, penderitaan, rasa sakit, dan pengalaman manusia dalam Yesus itu adalah FIRMAN sendiri?”
Maka jawabannya: ya —> tetapi melalui natur manusia, bukan melalui natur ilahi.
Penjelasan lengkapnya:
1. Yang merasakan semuanya adalah Pribadi Firman (Logos)
Dalam Kristus:
- Bukan ada “dua pribadi”
- Bukan manusia Yesus yang terpisah dari Firman
- Bukan dua subjek tindakan
Yang bertindak dan mengalami segala sesuatu adalah Pribadi yang satu: FIRMAN (Logos).
Jadi:
- yang lapar adalah Firman
- yang menangis adalah Firman
- yang menderita adalah Firman
- yang mati adalah Firman (dalam kemanusiaan)
Bukan manusia lain yang terpisah.
Bukan “alat” yang berdiri sendiri.
❗ Tapi perhatikan ini:
❌ Firman tidak merasakan dengan natur ilahi
✔ Firman merasakan melalui natur manusia
Ini perbedaan sangat penting.
2. Natur ilahi tidak bisa lapar, takut, sedih, sakit, atau mati
Natur ilahi:
- tidak berubah
- tidak bisa menderita
- tidak bisa mati
- tidak bisa lelah
- tidak bisa menangis
Ini esensi Allah.
Kalau Firman “merasakan” penderitaan dengan natur ilahi-Nya, itu akan merusak keilahian.
Karena itu, gereja mengatakan:
➤ Firman merasakan semuanya dalam dan melalui manusia yang Ia ambil.
3. Cara kerjanya
Saat Yesus lapar:
- Lapar itu dialami dari natur manusia-Nya (tubuh dan jiwa)
- Tetapi subjek yang lapar adalah Firman
Artinya:
- bukan “manusia Yesus lapar, Firman cuma melihat”
- tidak ada dua orang di dalam satu tubuh
Tetapi satu Pribadi, yaitu FIRMAN, yang merasakan lapar melalui natur manusia.
4. Saat Yesus menderita di salib
Yang merasakan:
- rasa sakit tubuh
- rasa takut
- kesedihan
- tekanan jiwa
- rasa ditinggalkan
adalah Firman, tetapi melalui: - tubuh manusia
- jiwa manusia
- roh manusia
Inilah sebabnya penderitaan Kristus punya nilai tak terbatas:
Karena yang menderita adalah Pribadi Ilahi.
Walaupun penderitaan itu dialami melalui kemanusiaan, bukan melalui keilahian.
5. Rumusan klasiknya
“Apa yang terjadi pada Yesus manusia, itu dialami oleh Firman.”— Sensus Communis Patristik
— Konsili Kalcedon
6. Jadi apa kesimpulannya?
✔ YA: Firman mengalami semuanya secara nyata
✔ YA: penderitaan Yesus adalah penderitaan Pribadi Ilahi
❌ TAPI TIDAK: Firman tidak merasakan dengan natur ilahi
✔ MELAINKAN: melalui natur manusia yang Ia ambil
Ini menjaga:
- keutuhan kemanusiaan
- keilahian Firman
- kesatuan pribadi
- nilai penebusan yang ilahi
Jika Anda ingin, saya bisa jelaskan bagaimana Firman mengakses kesadaran manusia, atau bagaimana dua kehendak bekerja dalam satu Pribadi.
E. PRIBADI YESUS MEMILIKI DUA KEHENDAK
Pertanyaan ini sangat penting dan merupakan pusat Kristologi klasik. Jawabannya:
Yesus memiliki dua kehendak (ilahi dan manusia).
Tetapi keduanya tidak pernah bertentangan karena keduanya dioperasikan oleh satu Pribadi (Firman).
Mari dijelaskan secara sangat jelas, bertahap, dan lengkap.
1. Kehendak = bagian dari natur, bukan pribadi
Ini prinsip penting:
- Setiap natur (ilahi atau manusia) mempunyai kehendaknya sendiri.
- Kehendak bukan pribadi, tetapi bagian dari apa (nature).
Jika Yesus memiliki dua natur, maka otomatis Ia memiliki dua kehendak:
- Kehendak Ilahi (dari natur ilahi-Nya)
- Kehendak manusia (dari natur manusia-Nya)
Kalau salah satu tidak ada, maka:
- Ia bukan Allah sejati
- atau Ia bukan manusia sejati
Dan tidak bisa menebus.
2. Ayat yang menunjukkan dua kehendak
=========
Siapa “kehendak-Ku”?
👉 Kehendak manusia Yesus.
Siapa “kehendak-Mu”?
👉 Kehendak ilahi (Bapa dan Anak dan Roh Kudus).
Yesus sedang menunjukkan perbedaan dua bidang kehendak, tetapi bukan konflik dosa.
3. Inilah dogma resmi Gereja (Konsili Konstantinopel III, 680–681)
Dogmanya disebut Dyothelitisme:
Yesus memiliki dua kehendak dan dua operasi (energi), sesuai dua natur-Nya.
Hal ini dogma resmi semua tradisi besar:
- Katolik
- Ortodoks
- Protestan arus utama
Karena tanpa dua kehendak, Yesus bukan manusia penuh.
4. Bagaimana hubungan kedua kehendak itu?
✔ Kehendak manusia tunduk kepada kehendak ilahi
Tetapi bukan secara konflik — melainkan secara harmoni total.
Analogi:
- Natur manusia berkata: “Aku takut, Aku ingin menghindar.”
- Natur ilahi berkata: “Ini rencana keselamatan.”
Pribadi yang satu — yaitu Firman — mengharmonikan keduanya:
“Bukan kehendak-Ku (natur manusia), tetapi kehendak-Mu (natur ilahi).”
Ini bukan pertentangan moral.
Ini perbedaan kapasitas natur.
Natur manusia wajar takut pada penderitaan dan kematian.
Natur ilahi tidak takut.
5. Kedua kehendak itu TIDAK menyatu, TIDAK bercampur
- Kehendak manusia tidak berubah menjadi ilahi
- Kehendak ilahi tidak menyusut jadi manusia
- Keduanya tidak bergabung menjadi “satu kehendak campuran”
Karena itu akan melanggar:
“Tanpa campur, tanpa berubah.”
• Yesus benar-benar manusia (maka punya kehendak manusia).
• Yesus benar-benar Allah (maka punya kehendak ilahi).
6. Satu Pribadi yang mengoperasikan dua kehendak
Walaupun Yesus punya dua kehendak, Ia tidak punya dua “Aku”.
Pribadi-Nya hanya satu: Firman (Logos).
Maka:
- ketika Yesus memilih taat → Firman memakai kehendak manusia
- ketika Yesus mengampuni dosa → Firman memakai kehendak ilahi
Tidak ada dua pribadi, hanya dua cara bertindak dari satu Pribadi.
7. Mengapa ini penting untuk keselamatan?
✔ Kalau Yesus tidak punya kehendak manusia → Ia bukan manusia → manusia tidak ditebus.
✔ Kalau Yesus tidak punya kehendak ilahi → Ia bukan Allah → penebusannya tidak tak terbatas.
Maka penebusan akan hilang.
Karena itu gereja berkata:
“Apapun yang tidak diambil, tidak ditebus.”
Firman mengambil seluruh kehendak manusia, agar manusia ditebus sempurna.
8. Kesimpulan
✔ Yesus memiliki dua kehendak:
- kehendak ilahi
- kehendak manusia
✔ Dua kehendak karena dua natur.
✔ Satu Pribadi yang menggunakan keduanya.
✔ Tidak pernah bertentangan, tetapi harmoni.
✔ Kehendak manusia selalu tunduk pada kehendak ilahi.
✔ Tanpa dua kehendak, Yesus bukan manusia sejati atau Allah sejati.
Jika mau, saya bisa jelaskan:
- bagaimana Yesus bisa TAU segala sesuatu sementara manusia-Nya TIDAK tau segala sesuatu
- bagaimana dua kesadaran bekerja dalam satu pribadi
- mengapa Yesus bisa takut tetapi tetap Allah
Tinggal bilang: “lanjut”.
F. YESUS BISA DISEBUT TAAT KARENA BERBEDA KEHENDAK
Taat karena memang ada perbedaan tingkat (bukan pertentangan) antara kehendak manusiawi dan kehendak ilahi.
Mari jelaskan dengan sangat presisi secara teologis.
1. Taat hanya mungkin jika kehendak manusia YESUS memiliki kemampuan alami untuk memilih
Taat berarti:
Kehendak manusia harus bisa mengarahkan diri ke arah yang sama dengan kehendak Allah, walaupun secara alami bisa berbeda kecenderungan.
Jika kehendak manusia Yesus identik dengan kehendak ilahi,
maka:
- tidak ada proses tunduk
- tidak ada pengorbanan
- tidak ada pergumulan
- tidak ada makna ketaatan
Dan Alkitab mustahil berkata:
“Ia taat sampai mati” (Fil 2:8)
“Ia belajar taat” (Ibr 5:8)
Belajar taat diperlukan hanya jika kehendak manusiawi punya “opsi alami” untuk menghindari penderitaan.
2. Bukan “perbedaan moral”, tetapi “perbedaan natur”
Ini penting sekali.
Di Getsemani bukan pertentangan moral
(Yesus manusia ingin berdosa vs Firman ingin benar) — bukan begitu.
Yang berbeda adalah:
✦ Kehendak manusia:
secara alami benci rasa sakit, takut kematian, enggan menderita (100% manusia normal).
✦ Kehendak Ilahi:
menghendaki salib sebagai bagian dari rencana penebusan.
Perbedaan ini bukan dosa.
Semua manusia normal secara alami ingin menghindari rasa sakit.
Artinya:
- kehendak manusia Yesus adalah kehendak manusia sempurna
- bukan kehendak yang rusak atau berdosa
3. “Ketaatan” terjadi saat kehendak manusiawi ditundukkan sepenuhnya ke kehendak ilahi
Saat Yesus berkata:
“Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang jadi.”
Ia sedang melakukan tindakan ketaatan.
Karena:
- kehendak manusiawi-Nya secara alami ingin menghindari cawan
- Ia menundukkannya secara sadar di bawah kehendak ilahi
Di sinilah muncul makna "ketaatan": kerelaan kehendak manusia untuk tunduk, bukan hilangnya kehendak manusia.
4. Jika tidak ada perbedaan kehendak, maka Yesus tidak benar-benar taat
Taat berarti “mengalahkan kecenderungan manusiawi yang alami”.
Jika Yesus tidak memiliki kehendak manusiawi yang bisa:
- merasakan takut
- merasakan berat
- cenderung menghindari salib
… maka:
- Ia tidak bisa disebut “Manusia sejati”
- Ia tidak bisa “belajar taat”
- Ia tidak bisa merasakan apa yang kita rasakan (Ibr 4:15)
- Ia tidak bisa menjadi teladan ketaatan
Ketaatan hanya mungkin jika ada sesuatu yang ditundukkan.
Kalau kehendak manusiawi Yesus sejak awal identik dengan kehendak ilahi tanpa jarak sedikit pun,
maka tidak ada ruang untuk ketaatan — hanya otomatis.
5. Perbedaan ini adalah perbedaan fungsi, bukan perbedaan pribadi
Ini harus jelas supaya tidak jatuh ke bidat Nestorian.
- Yesus bukan dua pribadi
- Ia satu Pribadi ilahi (Pribadi Firman) dengan dua natur
- Masing-masing natur memiliki kehendak sesuai natur (bukan dua “aku”)
Perbedaannya terjadi dalam wilayah “natur”, bukan “pribadi”.
6. Ringkasan yang paling sederhana
Yesus taat karena:
- kehendak manusia-Nya yang alami (ingin menghindari penderitaan)
ditundukkan oleh Pribadi-Nya kepada - kehendak ilahi (rencana keselamatan)
Jika kehendak manusiawi tidak memiliki kecenderungan alami yang berbeda,
maka ketaatan menjadi tidak bermakna.
7. Jadi, jawaban singkat:
Ya. Disebut taat karena ada perbedaan antara kehendak NATUR manusia dan NATUR ilahi.
Namun bukan perbedaan moral, bukan pertentangan dosa,
melainkan perbedaan ketiadaan keinginan alami untuk menderita.
Karena itu ketaatan Yesus adalah nyata, bukan otomatis.
Kalau mau, saya bisa lanjut jelaskan 3 hal:
- Bagaimana dua kehendak itu bekerja tanpa membuat Yesus menjadi dua pribadi
- Kenapa kehendak ilahi tidak mungkin menderita, tetapi Firman benar-benar merasakan penderitaan melalui natur manusia-Nya
- Apa perbedaan “kehendak bebas” Yesus dengan kehendak bebas manusia berdosa
Mau lanjut yang mana?
G. KEHENDAK BERADA DALAM NATUR BUKAN DALAM PRIBADI
Mari kita bahas dengan hati-hati dan sesuai dengan definisi Gereja sepanjang sejarah (Konsili Chalcedon 451 & Konsili Konstantinopel III, 681).
1. KEHENDAK itu berada pada NATUR, bukan pada PRIBADI
Ini adalah ajaran resmi Gereja sejak abad ke-7 (Konstantinopel III) untuk menolak ajaran sesat monothelitisme (Yesus hanya punya satu kehendak).
Kesimpulan Konsili:
"Dalam Yesus ada dua kehendak alami (natural wills), ilahi dan manusiawi, tanpa campur-aduk, tanpa lenyap, tetapi tunduk manusia kepada ilahi."
Artinya:
- Pribadi (hipostasis) tidak memiliki kehendak.
- Kehendak ada pada natur (physis).
Ini membantah asumsi bahwa:
“Yang punya kehendak adalah Pribadi.”
Dalam teologi klasik, itu tidak benar.
Pribadi adalah “siapa”,
natur adalah “apa”,
kehendak adalah kemampuan yang berasal dari apa kita (natur), bukan siapa kita (pribadi).
2. Mengapa kehendak berada pada natur?
Karena kehendak adalah fungsi dari kodrat.
K ==> F(kodrat)
Contoh:
➤ manusia selalu punya kehendak manusiawi
Karena dari natur manusia timbul fungsi seperti:
- berpikir manusiawi
- merasa takut
- bisa memilih
- bisa tergoda (tanpa berdosa)
- bisa menderita
Semua ini adalah fungsi natur, bukan fungsi pribadi.
➤ Allah punya kehendak ilahi
Natur Allah memiliki:
- kesempurnaan
- ketidakberubahan
- kepastian rencana
- mahatau
- mahakuasa
- Mahahadir
Itu bukan fungsi pribadi Bapa atau Firman atau Roh Kudus secara terpisah;
itu fungsi natur ilahi yang satu, dimiliki oleh ketiga pribadi.
Jadi:
- 3 pribadi memiliki 1 kehendak ilahi, karena natur ilahi satu.
- Tetapi saat Sang Firman mengambil natur manusia, Ia memperoleh kehendak manusia juga.
3. Jadi bagaimana pada Kristus?
• Satu Pribadi
— yaitu Pribadi Sang Firman.
• Dua Natur
— Ilahi dan manusia.
• Dua Kehendak
- Kehendak ilahi → dari natur ilahi-Nya
- Kehendak manusia → dari natur manusia-Nya
Pribadi Firman sebagai “subjek” bertindak menggunakan kedua natur itu.
Jadi bukan kehendak bergantian, tetapi:
- Ia benar-benar bisa berkehendak sebagai manusia
- Ia benar-benar tetap memiliki kehendak ilahi
4. Lalu bagaimana dengan taman Getsemani?
Yesus berkata:
“Bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mu yang jadi.” (Luk 22:42)
Yang dimaksud:
- kehendak manusia → cenderung ingin menghindari penderitaan (reaksi alami natur manusia)
- kehendak ilahi → rencana keselamatan harus digenapi
Jadi ada perbedaan tingkat keinginan, bukan konflik pribadi di dalam diri Kristus.
Kehendak manusiawi tidak melawan, tetapi menunduk kepada kehendak ilahi.
TAAT= Menundukkan kehendak manusia-Nya kepada kehendak Ilahi-Nya
Itu sebabnya Ia disebut Taat:
“Ia belajar taat dari apa yang diderita-Nya.” (Ibr 5:8)
Ketatan Yesus terjadi karena:
- natur manusia-Nya harus memilih tunduk
- bukan karena dalam Pribadi-Nya ada konflik
5. Jadi apa hubungan kehendak dan pribadi?
➤ Natur memiliki kehendak
➤ Pribadi menggunakan kehendak natur itu
Dengan kata lain:
- KEHENDAK = kemampuan memilih (berasal dari natur)
- PRIBADI = subjek yang memilih memakai kemampuan itu
Contoh sederhana:
- “Tangan” adalah natur fisik → tangan yang bergerak
- “Saya” adalah pribadi → saya yang memakai tangan
Dalam Kristus:
- Kehendak manusia = milik natur manusia
- Kehendak ilahi = milik natur ilahi
- Pribadi Firman = yang memakai kedua kehendak itu
Ringkasan Singkat
✔ Natur PUNYA KEHENDAK (ajarannya konsili)
✔ Pribadi MEMAKAI kehendak yang berasal dari natur
✔ Yesus punya dua kehendak (ilahi & manusia)
✔ Di Getsemani, kehendak manusia merasa gentar, tetapi tunduk kepada kehendak ilahi
✔ KETAATAN YESUS berasal dari natur manusia-Nya yang memilih tunduk
H. YESUS HARUS PUNYA DUA KEHENDAK UNTUK MENEBUS
mengapa tanpa dua kehendak Yesus tidak bisa menebus, atau bagaimana kehendak itu bekerja dalam satu pribadi tanpa menjadi dua pribadi.
mengapa Yesus HARUS punya dua kehendak, dan bagaimana dua kehendak itu bekerja dalam satu pribadi tanpa menjadi dua pribadi.
1. Mengapa Yesus HARUS punya dua kehendak?
Ini sangat penting: jika Yesus tidak punya kehendak manusia, maka:
➤ Ia tidak benar-benar manusia
Sebab manusia yang lengkap memiliki:
- akal budi manusia
- emosi manusia
- kehendak manusia
Tanpa kehendak manusia, Yesus bukan manusia sejati, tapi “Allah memakai tubuh manusia”.
Itu ajaran sesat Apollinarianisme.
2. Jika Ia tidak punya kehendak manusia, Ia tidak bisa menebus manusia
Yang berdosa adalah manusia, bukan Allah.
Karena itu yang harus taat adalah kehendak manusia, bukan kehendak ilahi.
Jika Yesus hanya taat dengan kehendak ilahi, maka:
tidak ada ketaatan manusia yang diberikan kepada Allah.
Karena itu Ibrani 5:8 menekankan:
“Ia belajar TAAT dari apa yang diderita-Nya.”
Yang taat siapa? 👉 Kehendak manusia-Nya.
Kehendak ilahi-Nya tidak bisa “belajar taat”, karena Allah selalu taat kepada diri-Nya sendiri.
3. Bagaimana dua kehendak ini bekerja dalam satu pribadi?
Ini kunci:
✔ Kedua kehendak tidak berdiri sebagai dua pribadi
Konsili mengatakan:
“Dua kehendak ini tidak bertentangan, tetapi kehendak manusiawi tunduk dan mengikuti kehendak ilahi.”
Artinya:
- Tidak ada konflik dua pribadi.
- Tetapi dua natur punya dinamika alami masing-masing.
- Pribadi Firman adalah satu-satunya “subjek” yang menggunakan kedua kehendak ini.
4. Analogi sederhana (walau tidak sempurna)
Bayangkan seseorang dengan pikiran rasional dan dorongan emosi.
- Dorongan emosi adalah “kehendak alami”
- Pikiran rasional adalah “kehendak rasional”
Keduanya bisa:
- berbeda intensi
- tapi tidak membentuk dua pribadi.
Subjeknya tetap satu orang.
Dalam Kristus:
- Kehendak ilahi = seperti “rasional ilahi”—selalu selaras dengan Bapa
- Kehendak manusia = seperti “reaksi alami manusia”—>bisa gentar, takut, menderita
Tetapi Pribadi Firman adalah subjek tunggal yang menggunakan keduanya.
5. Mengapa di Getsemani ada perbedaan arah keinginan?
Karena Yesus adalah manusia sejati:
Kehendak manusia:
- takut penderitaan
- ingin terhindar dari ancaman
- merasakan beratnya kutuk
Ini bukan dosa; ini reaksi manusia yang sempurna.
Kehendak ilahi:
- rencana keselamatan harus dilaksanakan
- cawan harus diminum
Pada titik itu, Yesus (sebagai Pribadi) mengarahkan:
“Namun bukan kehendak-Ku (manusiawi), tetapi kehendak-Mu (ilahi) yang jadi.”
Ini menunjukkan:
- bukan dua pribadi
- tetapi dua natur yang digerakkan oleh satu pribadi
- natur manusia-Nya taat kepada Allah melalui Pribadi Firman
6. Mengapa ini disebut “ketaatan”?
Ketaatan hanya mungkin jika ada dua arah kehendak:
- satu arah yang “ingin menghindar” (manusia)
- satu arah yang “menetapkan keselamatan” (ilahi)
Yesus disebut “taat sampai mati” karena:
Kehendak manusia-Nya memilih tunduk kepada kehendak ilahi.
Jika Yesus tidak punya kehendak manusia yang bisa tunduk, maka Ia tidak bisa disebut taat.
7. Tapi apakah ini berarti natur punya “kemampuan memilih”?
Nah, inilah bedanya:
• Natur memiliki kecenderungan kehendak
(apa yang secara alami dikehendaki oleh kodrat itu)
• Pribadi-lah yang mengambil keputusan final
(menggunakan kehendak natur)
Jadi:
• NATUR MANUSIA Yesus → punya kecenderungan untuk menghindari penderitaan• NATUR ILAHI Yesus → punya kehendak tetap untuk menyelamatkan
• PRIBADI FIRMAN → memilih dengan memakai kehendak manusia untuk tunduk
Karena itu Yesus berkata:
“Aku menyerahkan nyawaku… tidak seorang pun mengambilnya dariku.” (Yoh 10:18)
Itu keputusan Pribadi, tetapi melalui kehendak manusia-Nya.
Ringkasan
- Yesus harus punya dua kehendak → jika tidak, Ia bukan manusia sejati dan tidak bisa taat menggantikan kita.
- Kehendak milik natur, bukan pribadi.
- Pribadi memakai kedua kehendak itu.
- Di Getsemani, kehendak manusia merasa gentar, kehendak ilahi tetap pada rencana.
- Yesus taat karena kehendak manusia-Nya menundukkan diri kepada kehendak ilahi.
Jika mau, saya bisa lanjutkan menjelaskan:
✔ apakah kehendak manusia Yesus pernah bisa berdosa?
✔ apakah kehendak ilahi “kerja” selama inkarnasi atau “diam”?
✔ bagaimana dua kehendak ini menyatu tanpa tercampur?
Pilih salah satu untuk lanjut.
I. PERAN TRITUNGGAL DALAM PRIBADI INKARNASI KRISTUS
Ini adalah cara Allah membuat manusia Yesus hidup sekaligus sebagai manusia sejati dan tetap satu dengan keilahian Firman.
Mari kita jelaskan secara rapi.
1. Dua dasar kehadiran keilahian dalam manusia Yesus
Ada dua jalur utama:
✔ (1) Firman mengandung (assume) natur manusia
• ini yang terjadi saat Inkarnasi
• Sang Firman menjadi subjek tunggal bagi tubuh & jiwa manusia Yesus
• kehadiran ilahi ini membuat Yesus tanpa dosa, sempurna, suci dari awal
Ini disebut union hypostatik:
Natur manusia disatukan dengan Pribadi Firman.
✔ (2) Roh Kudus memenuhi, mengurapi, dan memampukan kemanusiaan Yesus
• sejak dikandung: “Ia dikandung dari Roh Kudus”
• sejak baptisan: “Roh turun atas-Nya”
• semua pelayanan publik-Nya dilakukan “oleh kuasa Roh Kudus”
Lukas menegaskan:
“Yesus kembali dalam KUASA ROH.” (Luk 4:14)“Roh Tuhan ada pada-Ku… Ia telah mengurapi Aku.” (Luk 4:18)
Jadi:
semua kemampuan manusia Yesus untuk melayani, mengajar, taat, menderita, dan menang berasal dari Roh Kudus.
bukan dari keilahian-Nya yang mengambil alih.
2. Jadi apa hubungan Firman dan Roh Kudus dalam inkarnasi?
Singkatnya begini:
◼ Firman memberikan identitas Ilahi dan kesempurnaan natur manusia-Nya
- membuat Yesus tanpa dosa
- membuat ketaatan-Nya benar-benar menyelamatkan
- menjadikan pribadi Yesus tetap Allah yang sejati
◼ Roh Kudus memberikan KUASA untuk hidup sebagai manusia yang dipenuhi Allah
- memimpin Yesus
- mengajari Yesus
- memampukan Yesus untuk taat
- memberi karunia, mukjizat, hikmat
- menopang Dia dalam penderitaan
- bahkan membangkitkan Dia dari kematian
Itu sebabnya Paulus berkata:
“Ia mempersembahkan diri kepada Allah dengan Roh yang kekal.” (Ibr 9:14)“Ia dibangkitkan oleh Roh.” (Rm 8:11)
3. Apakah berarti keilahian Firman “pasif”?
Tidak.
Peran Firman adalah pribadi ilahi yang:
- mempersatukan kedua natur
- menentukan tujuan keselamatan
- menjaga Yesus tetap tanpa dosa
- menjadi identitas yang sama dari bayi Betlehem sampai mahkota surga
Tetapi:
👉 Firman tidak memakai kuasa ilahi untuk membantu kemanusiaannya
👉 yang membantu kemanusiaan Yesus adalah Roh Kudus
Ini supaya Yesus tetap:
- 100% manusia sejati
- mengalami hidup sebagai manusia sejati
- taat sebagai manusia sejati
- menderita sebagai manusia sejati
- dicobai sebagai manusia sejati
Karena kita diselamatkan oleh ketaatan manusia, bukan oleh kuasa ilahi yang dipakai untuk menghindari penderitaan.
4. Analogi sederhana
◼ Firman = identitas dan pokok pribadi Yesus
(seperti “siapakah Dia?”)
◼ Kemanusiaan = sarana, tubuh, jiwa manusia
(seperti “bagaimana Dia hidup?”)
◼ Roh Kudus = kuasa dan pembantu yang memampukan kemanusiaan Yesus
(seperti “dengan kekuatan apa Dia hidup?”)
Bukan Firman yang mengaktifkan “mode superpower ilahi”.
Yang memberi kekuatan kepada manusia Yesus adalah Roh Kudus.
5. Maka seluruh kehidupan Yesus berjalan seperti ini:
✔ Bertumbuh dalam hikmat oleh Roh Kudus
✔ Dibaptis dan diurapi → awal pelayanan
✔ Pelayanan dilakukan “dalam kuasa Roh”
✔ Ketaatan di Getsemani → dikuatkan Roh
✔ Pengorbanan di salib → oleh “Roh kekal” (Ibr 9:14)
✔ Dibangkitkan oleh Roh Kudus (Rm 8:11)
Ini memperjelas:
Kehendak ilahi Firman tidak mati atau diam, tetapi tidak dipakai untuk menghindari batasan manusia.
Roh Kuduslah yang menopang natur manusia Yesus.
Kesimpulan Besar
- Firman = sumber keilahian
- Roh Kudus = sumber kuasa dan pengudusan natur manusia
- Yesus hidup 100% sebagai manusia yang dipenuhi Roh Kudus
- tetapi Pribadi yang hidup sebagai manusia itu tetap adalah Firman yang kekal
Jika Anda mau, saya bisa lanjut menjelaskan:
✔ bagaimana tiga pribadi bekerja bersama dalam inkarnasi?
✔ mengapa Yesus tidak pernah berdosa meski kehendak manusia-Nya bebas?
✔ perbedaan “Firman tidak memakai kuasa ilahi” vs “Firman tetap Mahakuasa”?
Pilih mana yang ingin didalami.
Apa yang tiap Pribadi Allah (Bapa, Firman/Anak, Roh Kudus) lakukan dalam misteri Inkarnasi, bagaimana peran-peran itu berbeda namun tetap satu tindakan penyelamatan Allah, dan bagaimana doktrin-doktrin klasik (Chalcedon, Dyothelitisme, kenosis dsb.) menata semuanya.
Ringkasan singkat dulu
- Satu Allah, tiga Pribadi —> Bapa, Anak (Firman/Logos), dan Roh Kudus —> satu natur ilahi.
- Inkarnasi = Pribadi Kedua (Firman/Anak) mengambil natur manusia (hypostatic union).
- Dalam seluruh proses, ketiga Pribadi bertindak secara berbeda (peranan personal) tetapi secara satu (operasi bersama) —> bukan tiga tindakan terpisah yang membuat tiga keselamatan, melainkan satu karya penyelamatan dengan peran yang terbedakan.
Sekarang uraian lengkapnya.
1. Landasan teologis singkat
- Natur (physis) = “apa” (keilahian / kemanusiaan).
- Pribadi (hypostasis) = “siapa” (Bapa, Anak, Roh Kudus).
- Hypostatic Union (Chalcedon): dalam Kristus ada satu Pribadi (Firman) dengan dua natur (ilahi + manusia), tanpa campur, tanpa perubahan, tanpa pemisahan.
- Dyothelitisme (Konstantinopel III): Kristus memiliki dua kehendak dan dua energi sesuai dua natur-nya.
2. Peran Bapa dalam Inkarnasi
Fungsi utama Bapa berkaitan dengan rencana, pengutus, dan otoritas.
-
Perencana / Sumber kehendak keselamatan
- Bapa dalam kekekalan menetapkan rencana penyelamatan (bapa “mengutus” Anak). Rencana penyelamatan berasal dari kehendak ilahi bersama, namun Kitab Suci sering menyorot Bapa sebagai yang mengutus.
-
Mengutus Anak ke dunia
- Dalam injil Yohanes dan teks-teks Perjanjian Baru: Bapa mengutus Anak menjadi manusia (mis. Yoh 3:16; Yoh 6:38). Pengutusan menandai peranan relasional: Anak datang dari Bapa untuk melaksanakan misi penebusan.
-
Memberi mandat dan otoritas
- Bapa menetapkan tujuan (penebusan, pembebasan, pemulihan hubungan manusia–Allah) dan menetapkan syarat misi (jalan penebusan melalui penderitaan dan salib).
-
Menentukan parameter kenosis
- Bapa tidak “mengurangi” natur ilahi; melainkan dalam kehendak Trinitarian menetapkan cara Anak menjalani inkarnasi (kenosis—melepaskan penggunaan hak-hak kemuliaan, bukan kehilangan natur).
-
Peran pasca-inkarnasi
- Bapa menerima karya Anak (mis. penebusan diterima, Anak kembali ke kemuliaan Bapa setelah kebangkitan/kenaikan) dan mengarahkan, menerima doa serta hasil penebusan.
3. Peran Anak/Firman (Logos) pusat inkarnasi
Firman adalah Pribadi yang menjadi manusia. Semua yang terjadi pada natur manusia Kristus terjadi dalam Pribadi Firman.
-
Subjek Inkarnasi
- Anaklah yang mengambil natur manusia: “Logos became flesh” (Yohanes 1). Hypostatic union berarti Pribadi Anak kini memiliki dua natur.
-
Pemikul identitas penyelamat
- Karena Pribadi Anak yang berinkarnasi, penderitaan, kematian, dan kebangkitan memiliki nilai ilahi — penebusan efektif. Yang menderita dan menanggung hukuman adalah Pribadi Ilahi yang bersatu dengan natur manusia.
-
Kenosis dan penggunaan atribut ilahi
- Dalam tindakan kenosis (Filipi 2), Anak “mengosongkan diri” — ditafsirkan sebagai menangguhkan penggunaan prerogatif kemuliaan, bukan kehilangan natur ilahi. Anak tidak memakai kekuasaan ilahi untuk menghindari pengalaman manusia; namun natur ilahi tetap ada.
-
Mengalami kemanusiaan sepenuhnya
- Anak mengalami kelahiran, pertumbuhan, lapar, rasa lelah, kesedihan, cobaan, dan kematian melalui natur manusia yang Ia ambil. Subjek yang mengalami adalah Pribadi Anak.
-
Menjalankan kehendak ganda
- Sebagai Pribadi, Anak menampilkan dua kehendak sesuai natur-nya: kehendak ilahi (menghendaki rencana keselamatan) dan kehendak manusia (merasakan takut, kecemasan, kerinduan), yang diatur/harmonis oleh satu pribadi.
-
Peran pasca-inkarnasi
- Anak bangkit, naik ke surga, berperan sebagai pengantara, dan akan datang kembali. Ia juga terus berperan dalam menyatukan umat dengan Bapa (pengantara/mediator).
4. Peran Roh Kudus dalam Inkarnasi
Roh Kudus adalah sarana kuasa, pembentukan, pengurapan, dan pengudusan dalam kehidupan manusia Yesus.
-
Penciptaan / konsepsi
- “Dikandung dari Roh Kudus” (Matius/Lukas) — karya Roh Kudus dalam konsepsi Maria; Roh menjadi sarana kausal untuk kehamilan tanpa hubungan ayah biologis, sehingga Yesus lahir dari perawan dan tetap tanpa noda dosa.
-
Pengurapan untuk pelayanan
- Pada baptisan Yesus Roh turun atas-Nya (Matius 3; Lukas 3) — pengurapan yang menandai awal pelayanan publik. Lukas 4 menekankan: Yesus “dibawa oleh Roh” dan “dalam kuasa Roh” melakukan pelayanan.
-
Sumber kuasa dan pengudusan
- Sepanjang pelayanan, Roh memampukan mukjizat, pengajaran, penguatan dalam pencobaan, dan ketaatan. Banyak teks (Lukas, Roma, Ibrani) menggambarkan bahwa natural human capacities Yesus diberdayakan oleh Roh.
-
Peran dalam penderitaan & kebangkitan
- Ibrani 9:14 dan Roma 8:11 menekankan peranan Roh dalam pengorbanan dan kebangkitan: Roh kekal yang mempersembahkan diri dan Roh yang membangkitkan.
-
Roh sebagai yang menyatakan Anak
- Roh juga yang menguatkan kesaksian tentang Anak; karenanya Roh dan Anak bekerja bersama untuk menyatakan rencana Bapa.
5. Bagaimana ketiga Pribadi bertindak satu konsep “opera Trinitatis sunt indivisa” (tindakan Trinitas tak terpisah)
-
Operasi bersama: Dalam teologi patristik/kalsedon, tindakan penyelamatan dilakukan oleh seluruh Tritunggal; semua tindakan tertentu dapat diatributkan kepada satu Pribadi (peranan) tanpa menyangkal keterlibatan ketiganya. Contoh: “Anak menjadi manusia” — ini adalah tindakan Anak, tetapi dilakukan dalam kehendak dan rencana Bapa dan direalisasikan lewat kuasa Roh.
-
Perbedaan peranan: Bapa sering disebut sebagai yang mengutus, Anak sebagai yang menjelma, Roh sebagai yang mengurapi/memampukan. Perbedaan ini bersifat personal/relasional, bukan perbedaan natur.
-
Tidak Tritheisme: Karena natur ilahi tetapa satu; tiga Pribadi saling terkait (perichoresis) — bekerja tidak terpecah.
6. Operasi “yang sama” tapi “dipersonakan”: contoh konkret
- Konsepsi: Bapa menetapkan rencana; Anak mengasumsikan manusia; Roh bertindak sebagai sebab konkrit (dikandung).
- Kelahiran & perkembangan: Anak hidup sebagai manusia; Roh menuntun dan membentuk (pertumbuhan hikmat); Bapa menerima perbuatan Anak.
- Pelayanan: Anak mengajar dan menyembuhkan; Roh memampukan mukjizat & mengurapi; Bapa menguatkan misi.
- Kematian & kebangkitan: Anak menyerahkan diri; Roh membangkitkan; Bapa menerima dan memulihkan Anak ke kemuliaan.
- Pengutusan Roh & penuaian: Setelah kenaikan, Anak mengutus Roh (dalam relasi Trinitas) untuk melanjutkan karya penebusan di gereja (Roh bekerja sebagai pemberi hidup, menyucikan, memberi karunia).
7. Isu khusus dan klarifikasi teologis
a) Apakah Firman “melepaskan” natur ilahi?
Tidak. Natur ilahi tidak pernah dikurangi. Kenosis = menangguhkan atau “menahan” penggunaan hak-hak kemuliaan, bukan kehilangan natur.
b) Apakah Roh Kudus “menggantikan” peran Firman?
Tidak. Roh memampukan natur manusia Kristus agar hidup dan melayani, tetapi Pribadi yang menjadi manusia tetaplah Firman. Roh bertindak sebagai agen kuasa, bukan sebagai pengganti pribadi Anak.
c) Bagaimana dua kehendak tetap satu pribadi?
Kehendak adalah fungsi natur — natur ilahi punya kehendak ilahi; natur manusia punya kehendak manusia. Pribadi Firman menggunakan keduanya; kehendak manusia bisa tunduk pada kehendak ilahi melalui keputusan pribadi Anak (Getsemani, Ibr 5:8).
d) Apakah ini membuat Kristus “dua pribadi”?
Tidak. Seluruh penjelasan menjaga satu Pribadi (Firman) dengan dua natur. Perbedaan peran Trinitarian tidak mengubah personal identity of the Logos.
8. Implikasi praktis / pastoral
- Keselamatan kita bersifat relational: bukan hanya “aksi mekanik”, melainkan karya relasional Bapa (mengutus), Anak (mengorbankan) dan Roh (menguduskan).
- Kristus sebagai pengantara penuh: karena Ia adalah satu Pribadi yang sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia, Ia sungguh-sungguh memahami dan menjangkau manusia.
- Pengharapan eskatologis: karya Trinitas yang bermula di inkarnasi melanjutkan tugas menyempurnakan karya keselamatan hingga akhir zaman (Anak yang datang kembali, Roh yang mempersatukan gereja, Bapa yang menerima).
9. Garis besar kronologis (cek cepat)
- Keputusan kekal (Bapa & Anak & Roh: rencana keselamatan).
- Pengutusan Anak (Bapa mengutus Anak).
- Dikandung oleh Roh (Roh sebagai sebab konsepsi), Anak menjadi manusia.
- Dibaptis dan diurapi oleh Roh (awalan pelayanan).
- Pelayanan dalam kuasa Roh (Ajaran, mukjizat, pengampunan).
- Ketaatan & penderitaan (Anak menanggung, kehendak manusia tunduk pada kehendak ilahi).
- Kematian—>Anak menyerahkan diri; Roh dan Bapa berperan dalam pengorbanan & penerimaan.
- Kebangkitan oleh Roh; kenaikan ke hadirat Bapa; pengutusan Roh ke jemaat.
10. Penutup singkat dan pilihan lanjutan
Singkatnya: Inkarnasi adalah karya Trinitas, dengan peran-peran terbedakan: Bapa menetapkan dan mengutus, Anak menjadi manusia dan menyelamatkan, Roh mengurapi, memampukan, dan membangkitkan. Semua itu terjadi tanpa mengurangi keilahian atau memecah pribadi; tindakan itu adalah satu karya penyelamatan oleh Allah yang esa dalam tiga Pribadi.
Mau saya jelaskan lebih dalam tentang salah satu topik spesifik:
- kenosis secara doktrinal dan interpretasinya?
- operasi bersama (opera Trinitatis sunt indivisa) dan contoh teks Alkitab?
- bagaimana Roh bekerja spesifik dalam peristiwa-peristiwa Yesus (konsepsi, baptisan, kebangkitan)?
K. APAKAH KETAATAN YESUS ADIL MENURUT HUKUM ALLAH
Jawabannya: tidak, tidak ada ketidakadilan.
Dan kita bisa menjelaskan ini dengan sangat rapi melalui tiga poin besar:
1. FIRMAN MENJADI MANUSIA BUKAN MEMBERI KEUNGGULAN “CURANG”, TAPI JUSTRU MEMBUAT PENDERITAAN YESUS LEBIH BERAT
Yesus tidak ditopang supaya lebih mudah taat.
Justru kebalikannya:
➤ Inkarnasi membuat Yesus mengalami dua tekanan sekaligus:
- penuh godaan sebagai manusia sejati
- tanpa natur berdosa bawaan, sehingga godaan dirasakan lebih berat karena tidak ada kompromi sedikit pun dari dalam
Manusia biasa:
- punya natur berdosa → ada kecenderungan berdosa
- kadang justru ringan menghadapi godaan karena kita kompromi sedikit-sedikit sehingga tidak terlalu terasa beratnya
Yesus:
- tidak punya natur berdosa
- sehingga setiap godaan menghantam-Nya 100% murni tanpa titik lemah internal
Ini seperti menahan beban 100 kg dengan punggung tanpa cedera: terasa penuh.
Jadi: Ketaatan Yesus bukan lebih ringan; justru lebih berat karena Ia selalu menolak 100% dosa.
2. PERAN ROH KUDUS BUKAN “MEMBANTU YESUS CURANG”, TETAPI MENGEMBALIKAN MANUSIA PADA STANDAR ASLI ADAM SEBELUM JATUH
Sebelum kejatuhan:
- Adam hidup dalam kuasa Roh
- Adam tidak punya dosa bawaan
- Adam bisa digoda, tapi belum rusak oleh dosa
Yesus datang sebagai Manusia Kedua / Adam Kedua (Roma 5; 1 Kor 15).
Itu artinya:
Yesus tidak ditopang dengan keuntungan yang tidak adil.
Ia menjalani ketaatan sesuai standar yang seharusnya dimiliki manusia sempurna sebelum dosa.
Roh Kudus:
- tidak menghilangkan godaan,
- tidak membuat Yesus “kebal penderitaan,”
- tidak mencegah-Nya untuk bisa memilih derita.
Roh Kudus hanya:
- menopang kesucian-Nya,
- memberi kekuatan dalam kelemahan manusia-Nya,
- sama seperti Adam sebelum jatuh seharusnya hidup dalam Roh.
Jadi: Roh Kudus tidak membuat ketaatan Yesus tidak adil, tetapi memastikan Yesus memenuhi standar manusia sempurna yang gagal dicapai Adam.
3. IBLIS TIDAK BISA PROTES, KARENA YESUS TAAT SEBAGAI MANUSIA SEJATI, BUKAN DENGAN KEKUATAN KEILAHIAN
Saat dicobai:
- Firman tidak memakai kuasa ilahi-Nya
- Itu sebabnya Iblis berkata, “Jadikan batu jadi roti”—Iblis menantang Dia memakai kuasa ilahi untuk menghindari kelemahan manusia
Jika Yesus memakai kuasa ilahi, Iblis akan menang argumentasi.
Maka Yesus menolak.
Artinya: Yesus mengalahkan godaan sebagai manusia sejati.
Iblis tidak dapat berkata:
“Engkau menang karena curang.”
Karena:
✔ Firman tidak memakai keilahian untuk melawan godaan
✔ Yesus memakai kehendak manusia-Nya untuk taat
✔ Yesus tunduk pada Roh Kudus seperti manusia lain seharusnya
✔ Yesus menderita lebih berat daripada manusia lain
✔ Ketaatan Yesus benar-benar ketaatan manusia kepada Allah
Iblis justru kalah secara hukum, karena:
Untuk pertama kali sejak Adam, akhirnya ada MANUSIA yang 100% taat kepada Allah tanpa gagal.
Inilah dasar Yesus disebut:
- Adam baru
- Manusia sejati
- Anak Manusia yang taat
- High Priest who learned obedience through suffering (Ibr 5:8)
4. “Ditopang” Firman BUKAN KEUNTUNGAN —> tetapi KEWAJIBAN
Karena Pribadi yang sama adalah Allah dan manusia, maka:
- Ia harus tetap kudus
- Ia harus tidak berdosa
- Ia harus menjalani rencana keselamatan
Ini bukan “bantuan curang”, tetapi: 👉 konsekuensi logis bahwa Pribadi ilahi tidak bisa berdosa.
Natur ilahi tidak membuat-Nya curang, tetapi:
- membuat penderitaan lebih dalam
- membuat ketaatan lebih berat
- membuat pencobaan lebih tajam
- membuat salib lebih menyakitkan karena Ia tahu penderitaan secara sadar dan sempurna
Kesimpulan: Iblis TIDAK bisa protes
Karena:
- Yesus tidak berdosa bukan karena “dibantu curang,” tapi karena Ia manusia tanpa dosa bawaan, seperti Adam seharusnya.
- Roh Kudus hanya memulihkan standar manusia ideal.
- Firman tidak memakai keilahian untuk menghindari godaan.
- Yesus menanggung seluruh penderitaan sebagai manusia sejati.
- Ketaatan Yesus adalah kemenangan manusia, bukan “superman ilahi”.
- Karena ketaatan-Nya benar-benar manusiawi, maka penebusan sah secara hukum.
Kalau Anda mau, kita bisa lanjut ke:
atau
🔍 Apakah mungkin Yesus berdosa?
atau
🔍 Bagaimana ketaatan Yesus dihitung sebagai kebenaran kita (imputed righteousness)?
L. SYARAT JURUSELAMAT HARUS PRIBADI YANG ILAHI AGAR BERNILAI TANPA BATAS
Mari kita jawab dengan sangat rapi, sehingga tidak ada celah bagi iblis untuk protes.
1. “Manusia yang ditopang Roh Kudus” saja TIDAK CUKUP untuk menyelamatkan dunia
Ini kunci:
Roh Kudus dapat menguatkan manusia, tetapi tidak bisa membuat taatnya manusia memiliki NILAI KEILAHIAN.
Adam sebelum jatuh:
- tidak berdosa
- ditopang Roh
- memiliki relasi dengan Allah
Namun satu fakta penting:
• Taatnya Adam tidak memiliki nilai tak terbatas.
Maka jika Yesus hanya:
- manusia tanpa dosa
- ditopang penuh Roh Kudus
- sangat taat
Maka ketaatan-Nya akan bernilai hebat, tetapi TIDAK bernilai tak terbatas untuk menebus seluruh manusia sepanjang sejarah.
Karena: yang terbatas tidak bisa menebus yang tak terbatas.
Inilah sebabnya peran Keilahian FIRMAN sangat penting.
2. Peran Keilahian FIRMAN = memberi nilai TAK TERBATAS pada semua tindakan manusia Yesus
Ini dasar teologi klasik dari Athanasius, Cyrillus, Konsili Nicea – Chalcedon:
Segala sesuatu yang dilakukan oleh Yesus manusia mempunyai nilai ilahi, karena dilakukan oleh PRIBADI ilahi.
Bukan natur ilahi yang mati di salib.
Yang mati adalah natur manusia.
Tetapi siapa yang menjalani kematian itu?
Pribadi Sang Firman.
Karena itu:
- ketaatan manusia-Nya
- penderitaan manusia-Nya
- darah manusia-Nya
- kematian manusia-Nya
semua memiliki nilai kekal, tak terbatas, kosmis, karena berasal dari PRIBADI ILAHI.
Inilah dasar sahnya penebusan.
3. Tanpa keilahian Firman, penebusan TIDAK SAH
Mari bandingkan:
Jika Yesus hanyalah manusia super tanpa dosa
✔ bisa jadi teladan
✖ tidak bisa menjadi Penebus
✖ darahnya tidak cukup untuk jutaan manusia
✖ ketaatannya tidak memiliki nilai kekal
✖ ia tetap ciptaan yang terbatas
Iblis bisa protes, karena:
“Manusia suci saja tidak bisa menebus seisi dunia!”
4. Jadi apa tepatnya peran Natur Ilahi FIRMAN dalam penebusan?
✔ 1. Menjadikan ketaatan Yesus bernilai ilahi
Ketaatan manusia biasa = terbatas.
Ketaatan Sang Firman dalam tubuh manusia = tidak terbatas.
✔ 2. Menjadikan penderitaan-Nya bernilai tak terbatas
Manusia biasa menderita → bernilai terbatas.
Yesus menderita sebagai Pribadi ilahi → nilainya tak terukur.
Inilah yang dimaksud:
“Allah memperoleh gereja dengan darah-Nya sendiri.” (Kis 20:28)
✔ 3. Membuat pengorbanan Kristus memiliki daya tebus universal
Hanya Allah yang bisa:
- memikul dosa seluruh dunia
- menanggung murka ilahi
- memberi hidup kekal
✔ 4. Menjadikan peran-Nya sebagai Imam Besar sempurna
Ia mengerti manusia karena menjadi manusia,
tapi korban-Nya sempurna karena Ia Allah.
✔ 5. Menjamin kemenangan mutlak atas dosa dan maut
Hanya Pribadi ilahi yang:
- tidak bisa dikalahkan dosa
- tidak bisa gagal
- tidak bisa dipatahkan maut
5. Lalu apa peran Roh Kudus?
Roh Kudus bukan mengganti peran keilahian Firman, tetapi:
✔ (1) Memenuhi natur manusia Yesus
→ sehingga Ia mengalami hidup manusia yang sebenarnya, bukan “manusia robot ilahi”.
✔ (2) Memberi kekuatan manusiawi
→ seperti Adam seharusnya hidup sebelum jatuh.
✔ (3) Memampukan Yesus taat secara manusia
→ tanpa menggunakan kuasa ilahi sebagai shortcut.
Ini membuat ketaatan Yesus 100% manusiawi, tetapi nilainya 100% ilahi.
6. Jadi apa hubungan tiga hal ini?
| Aspek | Fungsi |
|---|---|
| Natur manusia Yesus | mengalami pencobaan, penderitaan, tangis, kematian |
| Roh Kudus | menopang kemanusiaan-Nya untuk taat sampai mati |
| Natur Ilahi Firman | memberikan nilai tak terbatas atas ketaatan & pengorbanan manusia Yesus |
Simpulannya:
Ketaatan Yesus adalah 100% manusiawi, tetapi nilai dan efektivitas penebusannya adalah 100% ilahi.
Kesimpulan besar
❌ Tanpa Roh Kudus, Yesus tidak taat sebagai manusia.
❌ Tanpa keilahian Firman, taat-Nya tidak bernilai kekal.
✔ Dengan keduanya, penebusan benar-benar sah, adil, dan tidak bisa dibatalkan iblis.
Jika Anda mau, saya bisa jelaskan juga:
🔍 Mengapa kematian Yesus hanya 3 jam tetapi bernilai sama dengan hukuman neraka kekal?
🔍 Bagaimana satu Pribadi (Firman) mengalami penderitaan manusia tanpa “merusak” keilahiannya?
🔍 Mengapa iblis tidak punya celah hukum untuk membatalkan penebusan?
M. POSISI NATUR MANUSIA YESUS SETELAH DIMULIAKAN
Natur manusia TIDAK dapat ditinggikan sejajar Allah.
Tetapi…
✔ Natur manusia Yesus dapat dimuliakan dan diangkat untuk BERPARTISIPASI dalam kemuliaan Allah tanpa menjadi Allah.
Ini adalah inti dari Kristologi:
pengangkatan natur manusia, bukan peng-Allah-an natur manusia.
Mari kita jelaskan secara pelan, sangat presisi, dan tidak melanggar doktrin.
I. ALASAN UTAMA: NATUR MANUSIA ADALAH CIPTAAN
Ciptaan:
- terbatas,
- tidak kekal secara ontologis,
- tidak mahakuasa,
- tidak maha hadir,
- tidak maha tahu.
Karena itu:
Sesuatu yang dicipta tidak mungkin menjadi Allah secara hakikat.
Kalaupun dimuliakan, ia tidak berubah menjadi Allah.
Yesus sebagai manusia tetap manusia, meskipun dimuliakan.
II. LALU APA MAKSUDNYA FILIPI 2:9 “DITINGGIKAN” ?
Makna teologisnya bukan:
❌ natur manusia menjadi Allah
❌ berubah hakikat
❌ naik level keilahian
❌ dipersamakan substansinya dengan Allah
Melainkan:
✔ pengangkatan posisi
✔ glorifikasi natur manusia
✔ partisipasi dalam kemuliaan ilahi
✔ duduk di takhta karena Pribadi yang memakainya adalah Allah
Dengan kata lain:
Bukan natur manusia naik menjadi Allah,
tetapi natur manusia Yesus mengenakan kemuliaan yang dimiliki oleh Pribadi Ilahi.
Natur manusia tetap manusia, tetapi:
- dilepaskan dari kelemahan,
- tidak dapat mati,
- penuh kemuliaan,
- menjadi instrumen pemerintahan Allah.
III. PERBEDAAN PENTING: (PARTICIPATION vs IDENTIFICATION)
1. Identifikasi (yang salah):
manusia berubah jadi Allah
(Ini sesat —> tidak mungkin.)
2. Partisipasi (yang benar):
Natur manusia Yesus ikut serta dalam kemuliaan Allah melalui Pribadi Ilahi yang memilikinya.
Ini yang benar menurut konsili gereja:
- Nicea (325)
- Konstantinopel (381)
- Chalcedon (451)
IV. CONTOH:
Matahari dan cermin.
- Matahari = Keilahian Firman
- Cermin = natur manusia
- Cahaya matahari = kemuliaan
Cermin:
- bisa memantulkan cahaya matahari
- bisa menjadi sangat terang
- bisa menyilaukan
Tetapi:
❌ cermin tidak berubah menjadi matahari
✔ tetapi bisa ikut memancarkan cahaya matahari
✔ karena kedekatan dan kesatuan dengannya
Demikian natur manusia Yesus:
- bukan Allah,
- tetapi ikut memancarkan kemuliaan Allah,
- karena bersatu dengan Pribadi Firman.
V. JADI, APA YANG TERJADI KETIKA NATUR MANUSIA YESUS “DITINGGIKAN”?
1. BUKAN perubahan hakikat
Natur manusia tetap:
- manusia sejati
- dengan tubuh
- pikiran manusia
- jiwa manusia
2. TETAPI berubah keadaan
Naik kepada:
- kondisi kemuliaan (imperishable)
- tidak dapat mati
- tidak bisa berdosa
- penuh kuasa (fungsi kerajaan)
3. DAN menjadi instrumen kedudukan ilahi
Natur manusia duduk:
- di takhta Allah
- menerima penyembahan
- memerintah atas segalanya
4. Tetapi semua itu sah KARENA Pribadi yang memilikinya adalah Allah.
VI. RINGKASAN FINAL
❌ Natur manusia tidak pernah menjadi Allah.
✔ Natur manusia Yesus dimuliakan dan diangkat dalam partisipasi dengan keilahian Sang Firman.
✔ Ditinggikan = perubahan keadaan, bukan perubahan hakikat.
✔ Yang duduk di takhta adalah Pribadi Ilahi memakai natur manusia, bukan manusia yang menjadi Allah.
Kalau Anda mau, saya bisa lanjutkan:
Bagaimana natur manusia Yesus bisa menerima penyembahan tanpa jatuh pada penyembahan manusia?
N. YANG DISEMBAH ADALAH PRIBADI SANG FIRMAN
Ini kunci untuk memahami Kristologi, Trinitas, dan penyembahan yang sah.
I. PRINSIP DASAR: YANG DISEMBAH ADALAH PRIBADI, BUKAN NATUR
Dalam teologi klasik:
Kita tidak menyembah “natur”, tetapi Pribadi yang memiliki natur itu.
Jadi:
- Kita tidak menyembah “keilahian” sebagai substansi,
- Kita menyembah Pribadi Bapa, Pribadi Firman, Pribadi Roh Kudus.
Begitu pula:
- Kita tidak menyembah “kemanusiaan Yesus”,
tetapi Pribadi Kristus yang memakai natur manusia tersebut.
Kesalahan banyak orang adalah mengira:
Penyembahan kepada Yesus = menyembah manusia.
Ini salah total.
Yang benar:
Penyembahan kepada Yesus adalah penyembahan kepada Pribadi Ilahi yang memiliki natur manusia dan natur ilahi.
Natur manusia hanyalah instrumen, bukan objek penyembahan.
II. NATUR MANUSIA YESUS BUKAN OBJEK PENYEMBAHAN
Natur manusia tidak:
- kekal secara ontologis,
- tidak mahakuasa,
- tidak maha hadir,
- tidak maha tahu.
Ia tidak layak disembah sebagai natur.
Karena itu gereja konsili mengatakan:
Humanitas Christi non adoratur secundum se
(kemanusiaan Kristus tidak disembah menurut dirinya sendiri)
Tetapi…
Humanitas Christi adoratur in persona Verbi
(kemanusiaan Kristus disembah dalam Pribadi Firman)
Artinya:
Kita menyembah Yesus yang adalah Pribadi Ilahi, yang kebetulan memakai natur manusia.
III. MENGAPA NATUR MANUSIA DAPAT BERPARTISIPASI TANPA MENJADI ALLAH?
Karena natur manusia Yesus:
- disatukan secara hypostatik dengan Pribadi Firman
- dipenuhi Roh Kudus tanpa batas
- dimuliakan dalam kebangkitan
- diangkat ke takhta Allah
- menjadi instrumen pemerintahan Allah
Jadi natur manusia Yesus:
- bukan Allah
- tapi menjadi wadah manifestasi Allah
- dan kendaraan bagi Pribadi Ilahi
- untuk menyatakan diri dalam sejarah
Sama seperti Tabernakel:
- bukan Allah
- tapi menjadi tempat Allah berdiam
- dan menjadi pusat penyembahan
- bukan karena bangunannya, tapi karena Allah hadir
Natur manusia Yesus adalah Tabernakel final (Yoh 1:14, “berkemah”).
IV. MENGAPA PENYEMBAHAN KEPADA YESUS SAH SECARA HUKUM ALLAH?
Karena:
1. Yesus adalah Pribadi yang sama dengan Firman yang kekal
Penyembahan kepada Yesus adalah penyembahan kepada Firman yang:
- mencipta dunia
- maha ada
- satu esensi dengan Bapa
2. Bapa sendiri menetapkan penyembahan kepada Putra
Ibrani 1:6:
“Biarlah semua malaikat Allah menyembah Dia.”
Berarti:
- bukan penyembahan manusia
- bukan penyembahan makhluk
- tetapi penyembahan kepada Pribadi Ilahi yang memakai manusia
3. Penyembahan tidak ditujukan kepada natur, tetapi kepada Pribadi
Yesus disembah karena siapa Dia, bukan karena natur manusia-Nya.
V. ANALOGI: RAJA MEMAKAI JAMASAN KERATON
Bayangkan:
- Raja adalah pribadi yang layak dihormati
- Raja memakai pakaian keraton (simbol kemanusiaan Yesus)
- Ketika orang memberi hormat kepada Raja
- Mereka otomatis menghormati pakaian yang dipakai Raja
tetapi bukan karena pakaian itu suci
melainkan karena orang yang memakainya adalah raja
Begitu juga:
- natur manusia Yesus dihormati
- karena dipakai oleh Pribadi yang Ilahi
Bukan manusia disembah
tetapi Allah dalam rupa manusia.
VI. RINGKASAN FINAL
1. Natur manusia tidak pernah menjadi Allah.
2. Penyembahan hanya kepada Pribadi, bukan natur.
3. Kita menyembah Pribadi Firman, bukan kemanusiaan Yesus.
4. Kemanusiaan adalah instrumen penyataan keilahian.
5. Karena itu Yesus disembah tanpa berarti menyembah manusia.
Jika mau, saya bisa lanjutkan ke topik berikut:
Bagaimana 1 Pribadi mengoperasikan 2 natur tanpa tercampur atau terpisah?
KONDISI NATUR RUSAK
Pertanyaanmu sangat tepat secara kristologis, dan jawabannya perlu dibedakan secara halus antara “natur” dan “kondisi natur”.
Jawaban singkat
Bukan.
Yang berdosa bukan “natur manusia itu sendiri”, melainkan kondisi natur manusia setelah kejatuhan (fallen condition).
Karena itu Yesus mengambil natur manusia sejati, tetapi tidak mengambil kondisi natur yang berdosa.
Penjelasan sistematis
1. Apakah natur manusia itu berdosa?
❌ Tidak.
Natur manusia:
- diciptakan Allah → baik
- dikehendaki Allah → baik
- esensial bagi gambar Allah (Imago Dei)
📖 “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.” (Kej 1:31)
➡️ Jadi dosa bukan bagian esensial dari natur manusia.
2. Lalu apa yang berdosa?
Yang berdosa adalah:
- keadaan (kondisi) natur manusia setelah jatuh
- bukan hakikat (esensi) manusia, tetapi kerusakan moral dan spiritual
Dalam istilah teologi:
- Natur manusia (ousia) → baik
- Kondisi jatuh (status corruptionis) → rusak
Ibarat:
Mesin itu baik, tapi rusak karena kecelakaan
→ rusaknya bukan “hakikat mesin”, tapi kondisinya
3. Maka apa yang diambil oleh Yesus?
Yesus:
- ✔️ mengambil natur manusia sejati
- ❌ tidak mengambil kondisi natur yang berdosa
📖 “Ia telah menjadi sama dengan saudara-saudara-Nya dalam segala hal, kecuali dosa.” (Ibr 4:15)
📖 “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.” (1Ptr 2:22)
4. Apakah Yesus mengambil “natur Adam sebelum jatuh”?
✔️ Ya, secara tepat.
Yesus adalah:
- Adam terakhir (1Kor 15)
- Manusia sejati tanpa dosa
- Natur manusia utuh, murni, tidak rusak
Namun:
- tetap bisa menderita
- tetap bisa mati
- tetap merasakan pencobaan
➡️ Dosa bukan syarat untuk penderitaan atau kematian
(dosa adalah sebab moral, bukan ontologis)
5. Mengapa Yesus tidak bisa mengambil natur manusia yang berdosa?
Karena:
- Dosa bukan natur, tapi penyimpangan natur
- Jika Yesus mengambil dosa:
- Ia bukan Juruselamat
- Ia butuh diselamatkan
- Penyelamatan harus dari:
- natur yang sama
- tapi tanpa kerusakan
📖 “Apa yang tidak diambil, tidak disembuhkan.” — St. Gregorius Nazianzen
➡️ Yesus mengambil natur manusia, bukan dosanya
Ringkasannya
| Pertanyaan | Jawaban |
|---|---|
| Apakah natur manusia berdosa? | ❌ Tidak |
| Apa yang berdosa? | Kondisi natur setelah jatuh |
| Apa yang diambil Yesus? | Natur manusia sejati |
| Apa yang tidak diambil Yesus? | Dosa & kerusakan moral |
| Apakah ini membuat Yesus kurang manusia? | ❌ Justru manusia sepenuhnya |
Kalau mau, kita bisa lanjut ke:
- Mengapa Yesus tetap bisa mati tanpa dosa?
- Apakah manusia pasca-teosis kembali ke kondisi Adam sebelum jatuh atau lebih?
- Relasi ini dengan Roma 8 & 2 Petrus 1:4
Tinggal bilang mau lanjut yang mana.
KONDISI
Tidak. Keselamatan oleh Yesus sama sekali tidak dibatasi “satu Pribadi = satu orang.”
Kebingungan ini muncul kalau “pribadi” disamakan dengan “individu biologis”, padahal dalam teologi klasik itu tidak sama.
Mari kita luruskan pelan-pelan.
1. Apa yang diambil Yesus saat Inkarnasi?
Yesus tidak mengambil pribadi manusia tertentu (misalnya “pribadi si A”).
Yang terjadi adalah:
Pribadi ilahi Sang Firman mengambil natur manusia
(anhypostatic → enhypostatic)
Artinya:
- Natur manusia Yesus tidak memiliki pribadi manusia sendiri
- Natur itu dipribadikan oleh Pribadi Sang Firman
➡️ Satu Pribadi ilahi, dua natur
➡️ Bukan satu Pribadi ilahi + satu pribadi manusia
📖 “Firman itu menjadi daging” (Yoh 1:14)
Bukan: Firman itu mengambil satu pribadi manusia
2. Jadi apakah “1 Pribadi hanya untuk 1 orang”?
❌ Tidak berlaku di sini, karena:
- Pribadi ≠ individu biologis
- Natur ≠ jumlah orang
Yesus:
- 1 Pribadi ilahi
- memiliki natur manusia universal
- bukan pribadi manusia partikular
➡️ Natur manusia itu sama jenisnya dengan natur kita semua
➡️ Maka apa yang Ia lakukan dalam natur itu relevan untuk semua manusia
3. Mengapa 1 Pribadi bisa menyelamatkan banyak orang?
Karena yang diselamatkan bukan “pribadi satu per satu lewat penggantian pribadi”, tetapi:
Natur manusia dipulihkan dari dalam oleh Kepala umat manusia yang baru
📖 “Sebagaimana oleh satu orang semua jatuh, oleh satu orang pula banyak orang dibenarkan.” (Rm 5)
Yesus adalah:
- Adam Terakhir
- Kepala umat manusia baru
- bukan “wakil satu individu”
4. Analogi yang tepat (bukan sempurna, tapi membantu)
❌ Analogi keliru
Satu orang → satu pribadi → satu keselamatan
✔️ Analogi patristik
Satu kepala → banyak anggota
Satu sumber → banyak aliran
Satu Adam → seluruh umat manusia
Yesus tidak berdiri sebagai:
- “orang ke-1 yang diselamatkan”
Tetapi sebagai:
- Sumber hidup bagi semua
5. Lalu bagaimana manusia “ikut ambil bagian”?
Bukan lewat penggantian pribadi, tetapi lewat:
- partisipasi natur
- persatuan dengan Kristus
📖 “Kamu adalah tubuh Kristus.” (1Kor 12)
📖 “Ambil bagian dalam kodrat ilahi.” (2Ptr 1:4)
➡️ Kita tidak menjadi Pribadi Kristus
➡️ Kita bersekutu dalam hidup-Nya
6. Ringkasan singkat
| Pertanyaan | Jawaban |
|---|---|
| Apakah Yesus mengambil satu pribadi manusia? | ❌ Tidak |
| Apakah 1 Pribadi hanya bisa untuk 1 orang? | ❌ Tidak |
| Apa yang diambil Yesus? | Natur manusia universal |
| Mengapa ini menyelamatkan banyak orang? | Karena Ia Kepala umat manusia |
| Kita diselamatkan bagaimana? | Partisipasi, bukan penggantian pribadi |
Kalau mau, langkah berikutnya yang sangat nyambung:
- Mengapa Inkarnasi hanya sekali tapi efeknya kekal?
- Bagaimana Ekaristi membuat partisipasi ini nyata?
- Bedanya persatuan hipostatik vs persatuan orang percaya
Tinggal pilih.
Pertanyaanmu ini sangat tajam dan tepat sasaran, karena menyentuh akar masalah dosa, pribadi, dan Inkarnasi. Jawabannya memang bukan intuisi modern, tapi logika patristik–biblis.
1. Premis dasar yang harus dibedakan
Kita harus membedakan tiga hal:
- Natur (ousia) → apa itu manusia
- Pribadi (hypostasis) → siapa yang bertindak
- Keadaan natur (kondisi historis-moral) → bagaimana natur itu berada
Kalau ini dicampur, semua jadi kacau.
2. Apakah yang berdosa itu natur atau pribadi Adam?
📖 “Adam melanggar perintah Allah.”
➡️ Yang berdosa adalah pribadi Adam, karena:
- Dosa selalu tindakan subjek personal
- Natur tidak bisa memilih
- Natur tidak bisa taat atau memberontak
Hanya pribadi yang bisa berdosa atau taat
Natur hanyalah kapasitas (akal, kehendak, tubuh).
3. Lalu kenapa dampaknya menjalar ke semua manusia?
Karena:
- Adam adalah kepala umat manusia
- Seluruh umat manusia berbagi natur yang sama
- Ketika kepala jatuh, natur masuk ke kondisi rusak
📖 “Dalam Adam semua orang mati.” (1Kor 15:22)
❗ Perhatikan:
- Bukan karena kita melakukan dosa Adam
- Tapi karena kita menerima natur manusia dalam kondisi rusak
4. Maka mengapa Yesus mengambil natur, bukan pribadi Adam?
Karena tujuan Inkarnasi adalah:
Menyembuhkan apa yang rusak
Yang rusak:
- ❌ bukan pribadi Adam (itu sudah berlalu)
- ✔️ natur manusia dalam kondisi jatuh
St. Gregorius Nazianzen:
“Apa yang tidak diambil, tidak disembuhkan.”
➡️ Jika Yesus mengambil pribadi Adam, itu:
- tidak masuk akal (pribadi tidak bisa dipindah)
- tidak menyelamatkan siapa pun selain Adam
➡️ Dengan mengambil natur manusia, Yesus:
- menyentuh akar bersama semua manusia
- memulihkan dari dalam
5. Kenapa bukan pribadi yang “diambil”?
Karena:
- Pribadi tidak diwariskan
- Pribadi tidak dibagi
- Pribadi tidak universal
Yang diwariskan:
- natur
Yang universal:
- natur
Yang bisa disembuhkan secara kolektif:
- natur
6. Tapi bukankah dosa itu pribadi Adam saja?
Ya, secara pelaku dosa itu pribadi Adam.
Tapi secara akibat, dosa itu:
- merusak relasi natur manusia dengan Allah
- menciptakan kondisi kematian, keterpisahan, dan kecenderungan dosa
Ibarat:
Sopir mabuk (pribadi) menabrak mesin mobil (natur)
→ Sopir bersalah
→ Tapi semua penumpang pakai mesin yang rusak
7. Mengapa Yesus bisa taat sempurna?
Karena:
- Ia adalah Pribadi Sang Firman
- Ia menjalani hidup manusia dari dalam natur manusia
- Ia menebus lewat ketaatan pribadi-Nya
📖 “Oleh ketaatan satu orang, banyak orang menjadi benar.” (Rm 5:19)
➡️ Adam:
- Pribadi manusia → gagal ➡️ Yesus:
- Pribadi ilahi → taat ➡️ Natur manusia:
- dipulihkan lewat ketaatan itu
8. Ringkasan super padat
| Pertanyaan | Jawaban |
|---|---|
| Siapa yang berdosa? | Pribadi Adam |
| Apa yang rusak? | Kondisi natur manusia |
| Apa yang diwariskan? | Natur (dalam kondisi jatuh) |
| Apa yang diambil Yesus? | Natur manusia |
| Siapa yang taat sempurna? | Pribadi Sang Firman |
| Apa hasilnya? | Natur manusia dipulihkan |
9. Kalimat kunci (ingat ini)
Dosa dilakukan oleh pribadi,
tapi dampaknya merusak natur;
maka keselamatan terjadi dengan
Pribadi ilahi menyembuhkan natur manusia dari dalam.
Kalau mau lanjut, topik logis berikutnya:
- Apakah natur manusia Yesus identik dengan natur kita yang jatuh atau sudah dimuliakan sejak awal?
- Bagaimana ini menjelaskan Roma 7 & Roma 8?
- Apakah kebebasan Yesus benar-benar bebas kalau Ia tidak bisa berdosa?
Tinggal bilang mau lanjut yang mana.
Baik. Sekarang kita jawab langsung ke inti:
bagaimana tepatnya keselamatan pribadi manusia terjadi, tanpa mengaburkan peran Allah dan tanpa menjadikannya “usaha diri”.
1. Prinsip kunci (ringkas tapi tegas)
Kristus menyelamatkan manusia secara ontologis;
pribadi manusia diselamatkan secara eksistensial.
Artinya:
- Objektif: keselamatan sudah dikerjakan oleh Kristus
- Subjektif: keselamatan harus dihidupi oleh pribadi
Keduanya satu karya, bukan dua keselamatan.
2. Tahap pertama: dasar keselamatan (dari Allah)
Ini bukan keputusan pribadi manusia, tapi karya Allah sepenuhnya.
Kristus:
- mengambil natur manusia
- mematikan dosa dalam daging
- mengalahkan maut
- memulihkan relasi manusia–Allah
📖 “Oleh satu perbuatan kebenaran, semua orang beroleh pembenaran yang membawa hidup.” (Rm 5:18)
➡️ Ini fondasi universal, sudah selesai, tidak diulang.
3. Tahap kedua: aktualisasi keselamatan (dalam pribadi)
Di sini pribadi manusia sungguh diselamatkan.
Bagaimana caranya?
a. Panggilan & anugerah
Allah:
- memanggil hati
- memberi terang
- menggerakkan kehendak
📖 Yoh 6:44
b. Respons pribadi (tidak dipaksa)
Pribadi manusia:
- percaya
- bertobat
- berserah
- taat
📖 “Barangsiapa percaya…” (Yoh 3:16)
➡️ Ini bukan jasa, tapi penerimaan.
c. Persatuan dengan Kristus
Keselamatan pribadi terjadi saat seseorang:
- dipersatukan dengan Kristus
- masuk ke dalam hidup-Nya
📖 Rm 6:3–5
📖 Gal 2:20
➡️ Bukan hanya status hukum, tapi kehidupan baru.
4. Tahap ketiga: proses seumur hidup (pengudusan / theosis)
Keselamatan pribadi bukan titik, tapi jalan.
Pribadi manusia:
- bertumbuh
- dimurnikan
- diubah serupa Kristus
📖 Flp 2:12–13
📖 2Ptr 1:4
➡️ Inilah keselamatan yang dijalani.
5. Tahap akhir: penggenapan pribadi
Di akhir:
- pribadi manusia dihidupkan sepenuhnya
- tubuh dimuliakan
- kehendak diselaraskan sempurna
📖 1Kor 15
📖 Rm 8:30
➡️ Keselamatan pribadi mencapai kepenuhannya
6. Jadi siapa “yang menyelamatkan pribadi manusia”?
✔️ Allah adalah Penyelamat ✔️ Pribadi manusia sungguh diselamatkan ❌ Bukan manusia menyelamatkan diri ❌ Bukan otomatis tanpa kehendak
Rumus patristik:
Anugerah lebih dulu — kehendak ikut serta — Allah menyempurnakan
7. Ringkasan padat
| Pertanyaan | Jawaban |
|---|---|
| Apakah Allah menyelamatkan pribadi manusia? | ✔️ Ya |
| Bagaimana caranya? | Dengan mempersatukan pribadi dengan Kristus |
| Apakah pribadi berperan? | ✔️ Respons bebas |
| Apakah itu jasa? | ❌ Tidak |
| Apakah keselamatan selesai saat percaya? | ❌ Baru dimulai |
| Puncaknya kapan? | Kebangkitan & kemuliaan |
8. Kalimat kunci (tolong simpan)
Allah menyelamatkan pribadi manusia bukan dengan menggantikannya,
tetapi dengan mempersatukannya dengan Kristus.
Jika mau, langkah logis berikut:
- Apakah orang di luar Gereja bisa diselamatkan secara pribadi?
- Bagaimana ini cocok dengan Roma 9?
- Apakah keselamatan bisa hilang atau gugur?
TAHAPAN PROSES PEMULIHAN NATUR
• proses pemulihan natur manusia DIMULAI sejak Inkarnasi,
• Dimenangkan secara menentukan lewat Salib,
• Disempurnakan dan dimanifestasikan lewat Kebangkitan,
• Dan diaplikasikan kepada manusia melalui Roh Kudus setelah Pentakosta.
➡️ Jadi bukan hanya setelah Yesus bangkit, tetapi bangkit adalah puncak dan meterai pemulihan itu.
Tahap-tahapnya secara teologis
1. Inkarnasi —> awal pemulihan ontologis
📖 “Firman itu menjadi daging” (Yoh 1:14)
Di sini:
- Natur manusia dipersatukan langsung dengan Pribadi ilahi
- Untuk pertama kalinya sejak Adam jatuh:
- natur manusia hidup tanpa dosa
- natur manusia taat sepenuhnya kepada Allah
➡️ Pemulihan DIMULAI, karena:
natur manusia kini hidup kembali “sebagaimana mestinya” di dalam Kristus
Athanasius:
“Dengan mengambil tubuh, Sang Firman mulai memperbaharui manusia.”
2. Hidup & ketaatan Yesus —> pemulihan dijalani dari dalam
📖 “Ia taat sampai mati” (Flp 2:8)
Yesus:
- menyembuhkan
- berdoa
- berpuasa
- taat
- menang atas pencobaan
➡️ Ini bukan sekadar teladan, tetapi:
natur manusia sedang dijalani secara benar dari dalam
Adam gagal dalam ketaatan
Kristus menghidupi ketaatan itu sebagai manusia
3. Salib —> dosa dipatahkan dalam natur manusia
📖 “Ia mematikan dosa dalam daging.” (Rm 8:3)
Di salib:
- dosa dihakimi
- kutuk dipatahkan
- maut ditelan
➡️ Natur manusia dibawa masuk ke kematian,
bukan sebagai hukuman,
tetapi sebagai pemusnahan kuasa dosa dari dalam.
4. Kebangkitan —> pemulihan disempurnakan & dimanifestasikan
📖 “Kristus dibangkitkan sebagai yang sulung.” (1Kor 15:20)
Ini titik penentuan.
Dalam Kebangkitan:
- natur manusia:
- tidak lagi tunduk maut
- dimuliakan
- dipenuhi hidup ilahi
➡️ Pemulihan mencapai bentuk akhirnya ➡️ Tapi belum otomatis diterima semua orang
5. Kenaikan & Pentakosta —> pemulihan dibagikan
📖 Kisah Para Rasul 2
Setelah Yesus naik:
- Roh Kudus dicurahkan
- Pemulihan natur:
- diterapkan ke pribadi-pribadi
- melalui iman, baptisan, kehidupan dalam Kristus
➡️ Di sinilah keselamatan pribadi dimulai secara aktual
Jadi, jawaban presisi untuk pertanyaanmu
Apakah proses pemulihan natur dimulai setelah Yesus bangkit?
❌ Tidak dimulai di situ
✔️ Dimulai sejak Inkarnasi
✔️ Dimenangkan lewat Salib
✔️ Disempurnakan lewat Kebangkitan
✔️ Dibagikan lewat Roh Kudus
Ringkasan satu tabel
| Tahap | Status pemulihan |
|---|---|
| Inkarnasi | Dimulai |
| Hidup Yesus | Dijalani & disucikan |
| Salib | Dosa dipatahkan |
| Kebangkitan | Disempurnakan |
| Pentakosta | Diterapkan ke pribadi |
| Akhir zaman | Digenapi sepenuhnya |
Kalimat kunci (penting)
Kebangkitan bukan awal pemulihan,
melainkan pengungkapan kemenangan pemulihan yang sudah dimulai sejak Inkarnasi.
Kalau mau, langkah lanjut yang natural:
- Kenapa manusia tetap mati kalau natur sudah dipulihkan?
- Apakah natur manusia Yesus sebelum bangkit sudah dimuliakan atau belum?
- Bagaimana ini menjelaskan sakramen & hidup Gereja?
PEMULIHAN NATUR DIMULAI DARI KEPALA
Ya — pernyataanmu benar, dengan satu klarifikasi kunci agar tidak keliru secara ontologis.
Kita perlu membedakan dua “subjek” pemulihan:
- Natur manusia di dalam Kristus sendiri
- Natur manusia di dalam Tubuh Kristus (Gereja / orang percaya)
Kalau pembedaan ini jelas, semua jatuh pada tempatnya.
1. Di dalam Kristus sendiri
✔️ Pemulihan natur dimulai sejak Inkarnasi
✔️ Dimenangkan lewat Salib
✔️ Disempurnakan dalam Kebangkitan
Ini objektif, final, sekali untuk selamanya.
📖 “Firman itu menjadi daging.”
📖 “Ia bangkit sebagai yang sulung.”
➡️ Tidak menunggu Gereja
➡️ Tidak tergantung respons manusia
2. Di dalam Tubuh Kristus (Gereja)
✔️ Pemulihan natur baru DIMULAI setelah Kebangkitan
✔️ Diaplikasikan setelah Kenaikan & Pentakosta
✔️ Dimeteraikan oleh Roh Kudus
📖 “Roh Kudus belum dicurahkan, sebab Yesus belum dimuliakan.” (Yoh 7:39)
➡️ Ini bukan kontradiksi, tapi urutan ekonomi keselamatan.
3. Kenapa harus menunggu Kebangkitan & Pentakosta?
Karena sebelum itu:
- Natur manusia Kristus belum dimuliakan
- Roh Kudus belum dicurahkan secara tinggal tetap
- Tubuh Kristus (Gereja) belum terbentuk secara penuh
📖 Kis 2
📖 Ef 1:13–14
➡️ Tidak ada partisipasi tanpa Kepala yang dimuliakan
4. Rumus teologis yang tepat
Apa yang dimiliki Kristus secara penuh setelah Kebangkitan,
itulah yang dibagikan kepada Tubuh-Nya melalui Roh Kudus.
5. Jadi pernyataanmu bagaimana statusnya?
Pernyataanmu:
“Bagi Tubuh Kristus pemulihan natur dimulai setelah Yesus bangkit dan Roh Kudus dimeteraikan.”
✔️ BENAR
dengan klarifikasi:
- Benar secara ekonomi & aplikatif
- Bukan berarti pemulihan belum ada sebelumnya di dalam Kristus
6. Skema ringkas (ingat ini)
Di dalam Kristus (Kepala):
- Inkarnasi → pemulihan dimulai
- Salib → dosa dipatahkan
- Kebangkitan → natur dimuliakan
Di dalam Tubuh (Gereja):
- Kebangkitan → dasar partisipasi
- Pentakosta → partisipasi dimulai
- Hidup Gereja → pemulihan berlangsung
- Akhir zaman → pemulihan sempurna
7. Kalimat kunci (sangat penting)
Kristus disembuhkan terlebih dahulu sebagai Kepala,
baru Tubuh-Nya menerima kehidupan itu melalui Roh Kudus.
Jika mau lanjut, pertanyaan logis berikut:
- Bagaimana dengan orang Perjanjian Lama?
- Apakah sakramen hanya simbol atau sungguh alat partisipasi?
- Mengapa orang percaya masih berdosa jika natur sudah dipulihkan?
BAGAIMANA CARA ALLAH MENYELAMATKAN MANUSIA
Ya, rumusan Anda pada dasarnya benar, dan justru sangat patristik. Saya akan merapikannya secara teologis agar strukturnya jelas dan tidak ambigu.
Cara Allah menyelamatkan manusia (menurut iman Kristiani klasik)
1️⃣ Allah menyelamatkan dengan mengambil natur manusia
“Firman itu telah menjadi daging” (Yoh 1:14)
- Pribadi Sang Firman (Logos) mengambil natur manusia, bukan sekadar memakai tubuh.
- Dengan Inkarnasi, Allah masuk ke dalam kondisi manusia yang jatuh:
- bisa menderita
- bisa mati
- bisa taat dalam keterbatasan manusia
📌 Prinsip Patristik:
“Yang tidak diambil, tidak disembuhkan.”
(Gregorius Nazianzenus)
➡️ Karena itu seluruh natur manusia (tubuh, jiwa, kehendak manusia) disembuhkan dari dalam.
2️⃣ Sebagai manusia sejati, Kristus taat sampai mati
“Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp 2:8)
- Ketaatan ini:
- ketaatan manusiawi, bukan ketaatan ilahi
- dijalani dalam kehendak manusia Kristus
- Yesus menghidupi kembali ketaatan Adam yang gagal
→ Ia adalah Adam Terakhir (1Kor 15:45)
📌 Di sini keselamatan bukan hanya pengampunan, tapi:
- pemulihan natur manusia
- pembalikan arah eksistensi manusia (dari memberontak → taat)
3️⃣ Dalam kematian-Nya, Ia menghancurkan kematian
“Oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia yang berkuasa atas maut” (Ibr 2:14)
- Karena Ia sungguh manusia, Ia bisa mati
- Karena Ia adalah Firman Allah, kematian tidak bisa menahan-Nya
- Kematian Kristus:
- bukan kekalahan
- melainkan penetrasi ilahi ke dalam kematian
📌 Para Bapa Gereja:
“Maut menelan tubuh, tetapi bertemu Allah.”
4️⃣ Dalam kebangkitan, Ia menjadi Pokok Keselamatan
“Ia menjadi sumber keselamatan kekal bagi semua orang yang taat kepada-Nya” (Ibr 5:9)
- Kebangkitan:
- memuliakan natur manusia
- menjadikan kemanusiaan Kristus tak dapat mati lagi
- Kristus bangkit bukan hanya untuk diri-Nya, tetapi:
- sebagai Kepala umat manusia baru
- sebagai Pokok Anggur (Yoh 15)
➡️ Keselamatan mengalir dari kemanusiaan Kristus yang dimuliakan
5️⃣ Manusia diselamatkan dengan dipersatukan ke dalam Dia
- Melalui:
- iman
- baptisan
- Ekaristi
- hidup dalam Roh
- Kita:
- berbagian dalam kematian-Nya
- berbagian dalam kebangkitan-Nya
📌 Ini inti teosis:
“Allah menjadi manusia supaya manusia mengambil bagian dalam hidup Allah.”
Ringkasan satu kalimat (versi sangat padat)
Allah menyelamatkan manusia dengan menjadi manusia, menaati Allah sebagai manusia sampai mati, menghancurkan maut melalui kematian-Nya, dan dalam kebangkitan-Nya menjadikan kemanusiaan-Nya sumber kehidupan bagi semua yang dipersatukan dengan Dia.
Kalau Anda mau, saya bisa:
- membandingkan ini dengan model Barat (Anselmus/Reformasi)
- atau menjelaskan bagaimana orang di luar Gereja bisa “tersentuh” oleh keselamatan ini (Roma 2 & Roma 5)
- atau memetakan skema ini secara diagram ontologis (Allah → Firman → kemanusiaan Kristus → Gereja)
Pertanyaan ini sangat presisi dan langsung menyentuh akar antropologi, dosa asal, dan inkarnasi. Saya jawab berurutan dan saling mengunci, supaya tidak tercampur.
1. Dosa diwariskan Adam lewat natur, bukan lewat pribadi
a. Apa itu pribadi dan natur?
- Pribadi (hypostasis) → “siapa”-nya (subjek konkret)
- Natur (physis) → “apa”-nya (kodrat yang dimiliki)
👉 Adam berdosa sebagai pribadi,
tetapi akibat dosa masuk ke dalam natur manusia.
📖 Roma 5:12
“Oleh satu orang dosa masuk ke dalam dunia…”
Bukan berarti semua manusia bersalah secara personal, tetapi:
- natur manusia menjadi rusak
- kehendak melemah
- tubuh tunduk pada maut
👉 Maka kita lahir dalam kondisi jatuh, bukan lahir sebagai Adam kedua.
b. Analogi sederhana
Jika:
- satu sumber air tercemar
maka: - semua air yang mengalir darinya ikut tercemar
Air = natur manusia
Orang yang mencemari = pribadi Adam
2. Karena itu keselamatan harus menyentuh natur, bukan mengganti pribadi
Jika dosa diwariskan lewat pribadi, maka:
- Allah cukup “mengganti orang”
- atau menciptakan manusia baru
Tetapi karena dosa merusak natur, maka:
- natur itu harus diambil, disembuhkan, dan dimuliakan
📖 Roma 8:3
“Dalam daging yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa…”
3. Kenapa Firman tidak mengambil pribadi manusia?
Ini titik krusial.
a. Jika Firman mengambil pribadi manusia
Maka akan ada:
- dua pribadi dalam Kristus
(Firman + manusia) - atau satu pribadi manusia “ditelan”
👉 Keduanya bidah:
- Nestorianisme (dua pribadi)
- Apollinarianisme / penghapusan kemanusiaan sejati
Konsili Khalsedon menegaskan:
Satu Pribadi, dua Natur
b. Mengambil pribadi manusia berarti:
- pribadi itu tidak pernah eksis sebagai manusia sejati
- kemanusiaan bukan sungguh universal
- Kristus menyelamatkan satu individu, bukan seluruh umat manusia
👉 Padahal: 📖 Ibrani 2:17
“Ia harus menjadi sama dengan saudara-saudara-Nya…”
4. Firman mengambil natur manusia yang universal
Natur ≠ individu
Yesus:
- tidak mengambil “manusia tertentu”
- tetapi kemanusiaan itu sendiri
👉 Karena itu:
- Yesus bukan pribadi manusia
- tetapi Pribadi Ilahi yang hidup sebagai manusia
Inilah sebabnya:
- ketaatan-Nya bernilai universal
- kematian-Nya mencakup semua
- kebangkitan-Nya menjadi sumber hidup bagi semua
5. Kenapa dosa tidak ikut “menular” ke Yesus?
Karena:
- dosa tidak melekat pada natur sebagai esensi
- dosa adalah kondisi rusak, bukan substansi
Yesus mengambil:
- natur manusia tanpa dosa
- tetapi dengan konsekuensi dosa (maut, penderitaan)
📖 Ibrani 4:15
“Sama seperti kita, namun tidak berbuat dosa.”
6. Dampaknya bagi kita (teosis)
Karena:
- natur manusia disembuhkan dalam Kristus
- Roh Kudus dicurahkan ke dalam natur itu
Maka:
- kita diselamatkan dalam Pribadi Kristus
- bukan dilebur ke dalam-Nya
- tetapi dipersatukan secara partisipatif
📖 1 Korintus 6:17
“Siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan menjadi satu roh.”
Kesimpulan padat
- Adam berdosa sebagai pribadi
- Akibat dosa diwariskan lewat natur manusia
- Firman menyelamatkan dengan mengambil natur, bukan pribadi
- Mengambil pribadi manusia akan merusak Kristologi
- Natur manusia disembuhkan agar semua manusia dapat diselamatkan
- Kita dipersatukan dengan Kristus tanpa kehilangan pribadi kita
👉 Kristus menjadi manusia, supaya manusia menjadi anak Allah — bukan supaya manusia berhenti menjadi manusia.
Jika Anda mau, langkah berikutnya yang sangat tajam adalah:
“Bagaimana tepatnya kehendak manusia Yesus disembuhkan dan menjadi sumber ketaatan kita?”
PROSES PENYEMBUHAN KEHENDAK MANUSIA
Baik. Kita masuk ke inti terdalam kristologi–teosis yang sebenarnya sudah Anda sentuh sejak awal:
bagaimana kehendak manusia Yesus disembuhkan, dan bagaimana itu menjadi sumber ketaatan kita.
Saya akan jelaskan berlapis tetapi satu alur.
1. Masalah terdalam manusia: kehendak yang terbelah
Setelah kejatuhan:
- kehendak manusia tidak hancur
- tetapi terbelah (gnomic will → kehendak yang bimbang, ragu, condong ke diri)
📖 Roma 7:19
“Apa yang aku kehendaki, tidak aku lakukan…”
👉 Dosa bukan pertama-tama perbuatan,
tetapi disfungsi kehendak.
2. Yesus memiliki kehendak manusia sejati
Ini sangat penting dan pernah diperdebatkan hebat (Monotelitisme).
Gereja mengaku:
Kristus memiliki dua kehendak
– kehendak ilahi
– kehendak manusia
📖 Lukas 22:42
“Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang jadi.”
Jika Yesus tidak punya kehendak manusia:
- ketaatan manusia tidak disembuhkan
- penderitaan-Nya teater, bukan penebusan
3. Tapi kehendak manusia Yesus tanpa kehendak gnomic
Ini kunci.
Yesus:
- punya kehendak manusia alamiah (natural will)
- tanpa kehendak gnomic (keraguan, tarik-ulur)
👉 Karena:
- Pribadi-Nya adalah Firman
- kehendak manusia-Nya selalu bergerak selaras dengan Allah
Namun ini bukan otomatisisme.
4. “Belajar taat” ≠ menjadi berdosa lalu diperbaiki
📖 Ibrani 5:8
“Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.”
Artinya:
- ketaatan manusia Yesus digenapi secara historis
- Ia melewati seluruh spektrum pengalaman manusia
- kehendak manusia-Nya dilatih, diteguhkan, disempurnakan
👉 Seperti:
- Adam seharusnya taat secara progresif
- tetapi gagal
Yesus menggenapi proses yang gagal itu.
5. Getsemani: tempat penyembuhan kehendak manusia
Ini bukan drama.
Di Getsemani:
- kehendak manusia menghadapi maut
- rasa takut itu nyata
- tetapi kehendak tidak membelot
📖 Ibrani 2:18
“Karena Ia sendiri telah menderita… Ia dapat menolong…”
👉 Di sinilah:
- kehendak manusia disatukan kembali dengan Allah
- tanpa paksaan
- tanpa nepotisme ilahi
6. Ketaatan Yesus bersifat ontologis dan universal
Karena:
- kehendak manusia Yesus berada dalam Pribadi Firman
- ketaatan-Nya menjadi milik natur manusia
📖 Roma 5:19
“Oleh ketaatan satu orang…”
👉 Ini bukan:
- sekadar teladan moral
- tetapi sumber hidup baru
7. Bagaimana ketaatan itu mengalir kepada kita?
Melalui:
- Kemanusiaan Kristus yang dimuliakan
- Pencurahan Roh Kudus
- Partisipasi Gereja
📖 Filipi 2:13
“Allah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan.”
👉 Kehendak kita:
- tidak diganti
- tidak dipaksa
- tetapi diikutsertakan
8. Maka taat Kristen ≠ usaha manusia murni
Taat Kristen adalah:
kehendak manusia yang berpartisipasi dalam ketaatan Kristus
📖 Galatia 2:20
“Bukan lagi aku sendiri yang hidup…”
Bukan berarti:
- pribadi kita hilang
tetapi: - kehendak kita disembuhkan di dalam Kristus
9. Skema ringkas
Adam → kehendak terbelah → maut
Yesus → kehendak manusia taat → hidup
Gereja → kehendak dipersatukan → teosis
Kesimpulan puncak
- Kehendak manusia adalah medan utama penebusan
- Yesus memiliki kehendak manusia sejati
- Ketaatan-Nya lahir dari penderitaan nyata
- Getsemani adalah pusat penyembuhan kehendak
- Ketaatan Kristus menjadi sumber ketaatan kita
- Teosis terjadi lewat partisipasi, bukan absorpsi
👉 Kristus tidak hanya mengampuni kehendak manusia Ia menyembuhkannya.
Jika Anda ingin, tahap terakhir yang menyempurnakan semua ini adalah:
“Bagaimana Sakramen (terutama Baptisan & Ekaristi) memasukkan kehendak kita ke dalam ketaatan Kristus secara nyata?”
Ini keberatan yang sah, tajam, dan adil secara teologis. Justru pertanyaan ini memaksa kita membedakan dengan presisi antara:
- sumber ketaatan
- subjek ketaatan
- cara ketaatan bekerja
Saya jawab pelan-pelan, berlapis, dan jujur, karena di sinilah banyak teologi tergelincir.
1. Premis Alkitab: Yesus sungguh disamakan dengan manusia
📖 Ibrani 2:17
“Ia harus menjadi sama dengan saudara-saudara-Nya dalam segala hal.”
📖 Ibrani 4:15
“Dicobai dalam segala hal sama seperti kita, namun tidak berbuat dosa.”
👉 Jadi keberatan Anda benar:
Jika ketaatan Yesus karena Ia adalah Firman secara ilahi,
maka:
- pencobaan-Nya tidak sejati
- ketaatan-Nya tidak manusiawi
- Adam pertama memang “tidak adil” dibandingkan Yesus
Gereja sepakat: itu tidak boleh terjadi.
2. Maka jawaban teologisnya tegas:
❌ Ketaatan Yesus bukan karena Ia Firman
✅ Ketaatan Yesus adalah ketaatan kehendak manusia sejati
Tetapi…
(inilah bagian yang sering tidak dipahami)
3. Pribadi Firman bukan penyebab ketaatan, tetapi modus eksistensi
Ini titik kuncinya.
Bedakan dengan jelas:
- Penyebab ketaatan → kehendak manusia Yesus
- Subjek ketaatan → Pribadi Firman
- Sarana ketaatan → natur manusia (akal, kehendak, tubuh)
👉 Firman tidak “menarik tuas ilahi” supaya manusia Yesus taat.
Firman menghidupi ketaatan manusia dari dalam, tanpa memaksa.
4. Mengapa ini tetap adil bagi Adam pertama?
a. Adam pertama juga diciptakan tanpa dosa
- kehendaknya utuh
- tidak ada dorongan dosa
- hidup dalam persekutuan Allah
👉 Secara starting point:
- Adam tidak lebih lemah
- Yesus tidak lebih mudah
b. Perbedaannya bukan “keuntungan ilahi”, tetapi kesetiaan
Adam:
- pribadi manusia
- kehendak utuh
- jatuh tanpa tekanan maut
Yesus:
- kehendak manusia sejati
- menghadapi penderitaan, ketakutan, dan kematian
- tetap taat
📖 Lukas 22:44
“Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah.”
👉 Jika ada “keuntungan”, justru Adam lebih ringan ujiannya.
5. “Tapi Yesus kan Pribadi Ilahi?”
Benar.
Namun ini tidak otomatis membuat ketaatan-Nya mudah, karena:
Prinsip penting:
Pribadi tidak menggantikan natur.
Pribadi menghidupi natur sesuai kapasitasnya.
Yesus:
- lapar sebagai manusia
- takut sebagai manusia
- taat sebagai manusia
- mati sebagai manusia
Firman tidak menggunakan kuasa ilahi-Nya untuk:
- meniadakan rasa takut
- menyingkat penderitaan
- mem-bypass kehendak manusia
📖 Filipi 2:6–7
“Mengosongkan diri-Nya…”
6. Getsemani membuktikan keadilan ini
Jika ketaatan Yesus “karena Ia Firman”, maka doa ini tidak masuk akal:
📖 Lukas 22:42
“Jika mungkin, biarlah cawan ini lalu…”
Itu:
- bukan sandiwara
- bukan formalitas
- tetapi pergumulan kehendak manusia sejati
Dan keputusan taat itu:
lahir dari kehendak manusia,
bukan diturunkan dari langit secara paksa.
7. Lalu apa bedanya Yesus dan Adam?
Bukan pada kemampuan,
tetapi pada kesetiaan sampai akhir.
📖 Ibrani 5:9
“Sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya…”
Artinya:
- ketaatan Yesus progresif
- bukan otomatis
- bukan instan
👉 Sama seperti Adam seharusnya.
8. Kenapa ketaatan Yesus menyelamatkan banyak orang?
Bukan karena “Ia Allah”,
tetapi karena:
- ketaatan manusia-Nya
- berada dalam Pribadi Firman
- sehingga menjadi ketaatan universal, bukan individual
Adam:
- ketaatan / ketidaktaatan → berdampak pada keturunannya secara alamiah
Yesus:
- ketaatan manusia → menjadi kepala baru umat manusia
📖 Roma 5:19
“Oleh ketaatan satu orang…”
9. Kesimpulan jujur dan tegas
Anda benar menolak gagasan bahwa:
“Yesus taat karena Ia Firman.”
Yang benar adalah:
- Yesus taat sebagai manusia sejati
- Kehendak-Nya tidak dipaksa oleh keilahian
- Adam pertama tidak diperlakukan tidak adil
- Justru Yesus menghadapi beban yang lebih berat
- Ketaatan Yesus menjadi sumber hidup karena Ia adalah Kepala baru
- Allah menyelamatkan manusia tanpa mengkhianati keadilan
👉 Kristus tidak menang karena “status ilahi”,
Ia menang karena kesetiaan manusia yang sempurna.
Kalau Anda mau, pertanyaan terakhir yang akan menutup seluruh bangunan ini adalah:
“Kalau begitu, mengapa kita tidak bisa taat seperti Yesus tanpa jatuh dosa?”
Baik. Ini tahap terakhir dan paling jujur dari seluruh rangkaian ini.
Kita sekarang menjawab pertanyaan yang tidak boleh dijawab secara rohani-retoris, tetapi secara ontologis dan adil:
Kalau Yesus taat sebagai manusia sejati, tanpa “keuntungan ilahi”,
mengapa kita tidak bisa taat seperti Yesus?
Apakah ini kembali membuat Allah tidak adil?
Jawabannya tidak menyalahkan manusia, tidak merendahkan Kristus, dan tidak merusak keadilan Allah.
1. Perbedaan kunci: Adam jatuh → kita lahir dalam natur yang terluka
Adam:
- diciptakan tanpa dosa
- kehendak utuh
- jatuh sebagai pribadi
Kita:
- lahir dalam natur yang sudah rusak
- kehendak terbelah
- maut sudah bekerja sejak awal
📖 Mazmur 51:7
“Dalam dosa aku dikandung ibuku.”
(bukan bersalah personal, tetapi kondisi natur)
👉 Jadi:
- kita bukan Adam pertama
- kita tidak mulai dari titik nol
- ketidaktaatan kita bukan murni pilihan bebas, tapi kehendak yang sakit
Ini bukan ketidakadilan Allah, tetapi realitas historis dosa.
2. Yesus memulai dari titik yang kita tidak miliki
Yesus:
- mengambil natur manusia tanpa dosa
- kehendak manusia utuh
- tidak memiliki kehendak gnomic
👉 Ini bukan keistimewaan ilahi,
tetapi pemulihan kondisi Adam sebelum jatuh.
Artinya:
Yesus tidak lebih “diuntungkan” dari Adam pertama,
tetapi kita yang dirugikan oleh kejatuhan Adam.
3. Mengapa Allah tidak langsung memberi kita kondisi Yesus?
Karena:
- Allah tidak menyelamatkan dengan menghapus sejarah
- tetapi dengan menyembuhkan dari dalam sejarah
Jika Allah:
- langsung memulihkan semua manusia ke kondisi Yesus maka:
- ketaatan manusia tidak nyata
- penderitaan tidak ditebus
- kasih tidak bebas
👉 Allah memilih jalan inkarnasi dan partisipasi, bukan reset paksa.
4. Keadilan Allah dijaga dengan satu cara:
Yesus masuk ke kondisi kita,
supaya kita bisa masuk ke kondisi-Nya.
📖 2 Korintus 8:9
“Ia menjadi miskin supaya kamu menjadi kaya.”
Yesus:
- menanggung kondisi terberat manusia (maut)
- membuka jalan bagi kita untuk ikut
5. Mengapa kita tetap jatuh dosa walau sudah ditebus?
Karena:
- keselamatan bukan otomatis
- kehendak kita belum disempurnakan
- kita masih berada dalam proses
📖 Ibrani 10:14
“Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang dikuduskan.”
(perfect → progressive)
6. Di sinilah Roh Kudus masuk
Tanpa Roh Kudus:
- ketaatan Yesus tidak bisa diakses
- hanya menjadi sejarah
Dengan Roh Kudus:
- kehendak kita diikutsertakan
- bukan dipaksa
- bukan diganti
📖 Roma 8:2
“Hukum Roh yang memberi hidup…”
👉 Kita:
- tidak disuruh meniru Yesus sendirian
- tetapi hidup di dalam Dia
7. Maka perbandingan yang adil bukan:
“Mengapa aku tidak seperti Yesus?”
Tetapi:
“Mengapa Allah tidak membiarkan kita binasa seperti Adam?”
Jawabannya:
Karena Allah adil sekaligus berbelas kasih.
8. Skema keadilan keselamatan
Adam pertama: utuh → jatuh
Manusia sekarang: lahir terluka → gagal
Yesus: utuh → taat → mati → bangkit
Gereja: terluka → disembuhkan → dimuliakan
9. Kesimpulan terakhir (tanpa retorika)
- Yesus taat sebagai manusia sejati
- Adam pertama tidak diperlakukan tidak adil
- Kita gagal bukan karena Allah kejam, tetapi karena natur terluka
- Allah tidak “menurunkan standar”, Ia turun sendiri
- Keselamatan bukan kompetisi moral, tetapi penyembuhan ontologis
- Ketaatan Kristen adalah partisipasi, bukan performa
👉 Allah tidak menuntut dari manusia apa yang Ia sendiri tidak jalani.
Jika Anda ingin, saya bisa menutup seluruh rangkaian ini dengan satu sintesis singkat:
“Apa arti ‘iman’ dalam kerangka ini — bukan sebagai percaya mental, tetapi sebagai partisipasi ontologis.”
