Makna Buah Dua Pohon Di Taman Edan

 

Dalam Kejadian 2:9 tertulis: Lalu TUHAN Allah menambahkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Dari catatan tersebut dapat diperoleh fakta bahwa dalam taman Eden terdapat 3 jenis buah, yaitu: pertama, buah dari berbagai pohon yang baik untuk dimakan guna pemenuhan kebutuhan jasmani, kedua adalah pohon kehidupan dan buah yang ketiga adalah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.


MAKNA BUAH DUA POHON

DI TENGAH DI EDEN

Berbicara mengenai mitos dalam pengertian umum adalah cerita atau dongeng yang tidak faktual, artinya bukan suatu kejadian yang sebenarnya. Biasanya berbicara mengenai mitos asumsi orang sudah negatif, sebab dikaitkan dengan dongeng-dongeng masyarakat kuno Yang tidak berlogika secara sehat. Mitos selalu dikaitkan dengan hal-hal yang tidak logis, mistik dan okultisme. Inilah pengertian mitos secara umum.

 “Sebenarnya kata mitos juga memiliki pengertian yang lain, yaitu suatu cara untuk menjelaskan suatu kebenaran yang tidak bisa dijelaskan apa adanya berhubung keterbatasan si penerima kebenaran atau karena faktor-faktor lain.”

Sebenarnya kata Initus Juga memiliki pengertian yang lain. yaitu suatu cara untuk menjelaskan suatu kebenaran yang tidak bisa dijelaskan apa adanya berhubung keterbatasan al penerima kebenaran atau karena faktur faktur lain. ini pengertian mitos secara khusus yang digunakan untuk memahami Alkitab, khususnya kitab Kejadian. Seperti seorang anak umur 5 tahun bertanya: Dari mana adiknya berasal? Orang tua akan memberi berbagai jawaban yang "tidak apa adanya”. Orang tua harus menjelaskan dengan cara lain yang bisa dimengerti dan diterima oleh anak-anak. Ada orang tua yang menjawab membeli di rumah sakit, dibawa burung dari langit atau Tuhan yang mengirim ke rumah. ]awaban-jawaban ini bisa disebut mitos dalam pengertian yang kedua; mitos secara khusus. ]awaban-jawaban tersebut tidak bermaksud untuk berdusta, tetapi menjelaskan suatu fakta dengan cara atau isi yang berbeda atau “tidak apa adanya”. Tetapi yang penting maknanya bisa ditangkap. Hal ini dilakukan mengingat ketidakmampuan pikiran si penerima untuk menangkap dan memahami hal tersebut.

Dalam kitab Kejadian, kisah Adam dan Hawa, bila diterima dan dipahami secara harafiah, maka Alkitab menjadi buku mitos dalam pengertian umum. Itu berarti Alkitab menjadi buku yang berkualitas rendah. sama dengan buku yang memuat dongeng-dongeng dari agamaagama primitif. Tetapi sebenarnya sangatlah lebih mungkin kalau kisah Adam dan Hawa adalah mitos dalam pengertian kedua yaitu suatu cara untuk menjelaskan suatu kebenaran yang tidak bisa dijelaskan apa adanya berhubung keterbatasan si penerima atau karena banyak faktor. Kalau hal ini sukar atau tidak bisa diterima, tentu tidak perlu dipaksakan, sebab selama ini semua orang Kristen atau hampir semua orang Kristen menerima dan memahami kisah Adam dan Hawa secara harafiah. Mereka berpikir sangat sederhana, bahwa karena Adam makan buah yang dilarang Tuhan untuk dikonsumsi secara fisik dan harafiah, maka mereka jatuh dalam dosa dan menjadi rusak. Sejauh ini, hanya Kejadian 1 dan 2 yang dikemukakan oleh Tuhan dengan cara figuratif. Sedangkan kisah lain bukanlah figuratif Magi nyata, harafiah dan terverifikasi secara historis.

Pada mulanya kitab Kejadian ditulis oleh Musa sekitar tahun 1440 sebelum Masehi yaitu ketika bangsa Israel keluar dari Mesir Sulitlah menjelaskan suatu kebenaran sesuai fakta “apa adanya” kepada suatu bangsa yang selama 430 tahun tertindas sebagai budak di Mesir. Itulah sebabnya Tuhan dalam kebijaksanaanNya yang luar biasa menggunakan cara lain untuk menjelaskan suatu kebenaran kepada bangsa primitif yang kurang beradab dan berbudaya tersebut. Inilah cara mitos pengertian kedua. jika tidak demikian, mereka tidak memahami pesan dan makna 4 Yang hendak disampaikan Tuhan kepada mereka. Mereka memahami kisah Adam dan Hawa secara praktis dan sederhana. bahwa Tuhan memberikan kehendak bebas untuk mengambil keputusan. yaitu ketaatan yang bisa mendatangkan berkat sedangkan ketidaktaatan mendatangkan kutuk.

Kisah itu sendiri memiliki fleksibilitas dan dinamisitas Yang luar biasa untuk dipahami maknanya. Akhirnya yang penting bukan kisah itu sendiri, tetapi maknanya untuk kita. Tentu hal ini tidak perlu diperdebatkan tajam sehingga memecah belah persekutuan kita. Kalau seseorang masih menerima Kejadian 1 dan 2 secara harafiah kita menghargainya dan tidak memperdebatkannya. Orang Kristen Yang belum dewasa dan tidak bertumbuh menjadi cerdas menerima kisah Adam dan Hawa seperti anak-anak Sekolah Minggu dengan pemikiran yang sangat terbatas dangkal dan berbau mitos secara umum. Tetapi kalau kita bertumbuh dewasa dan menjadi cerdas, maka kita dapat memahami kisah Adam dan Hawa dengan pemikiran yang mendalam, cerdas dan tepat. Kalau kisah tersebut dipahami secara harafiah, maka implementasi dan aplikasinya tidak mendalam dan kuat dibanding kalau kisah tersebut dipahami tidak secara harafiah.

 

MAKNA BUAH DUA POHON DI TENGAH EDEN

Dalam Kejadian 2:9 tertulis: Lalu TUHAN Allah menambahkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Dari catatan tersebut dapat diperoleh fakta bahwa dalam taman Eden terdapat 3 jenis buah, yaitu: pertama, buah dari berbagai pohon yang baik untuk dimakan guna pemenuhan kebutuhan jasmani, kedua adalah pohon kehidupan dan buah yang ketiga adalah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.

Dalam ayat tersebut terdapat dua kalimat. Pertama, lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi: yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; Kalimat kedua adalah dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang  baik dan yang jahat. Dalam teks aslinya kedua kalimat tersebut dipisahkan oleh kata “dan” yang dalam bahasa Ibrani waw (1), yang mengesankan bahwa buah yang pertama adalah buah yang berbeda jenisnya dengan buah yang kedua dan ketiga. Terkait dengan hal ini ada hal yang patut mendapat perhatian kita, bahwa semua pohon yang baik untuk dimakan (buah yang pertama) ditumbuhkan dari tanah. Penulis kitab Kejadian tidak menggunakan kata bumi, yang dalam bahasa Ibrani erets (vw), tetapi menggunakan kata tanah yang dalam bahasa Ibraninya adalah adamah (DUI N). Kata adamah juga digunakan untuk menjadi bahan tubuh manusia (Kej. 2:7). Kata adamah lebih tepat diterjemahkan ground atau c115; (tanah atau debu) atau soil (tanah liat). Hal ini hendak menegaskan bahwa untuk makanan fisik menggunakan adamah, hal ini sinkron dengan tubuh manuisia yang dibuat dari debu tanah; dalam bahasa Ibraninya afar min ha adamah (ma'! N0 ']D 19 ).

Buah yang tumbuh dari adamah adalah buah yang dikonsumsi untuk tubuh manusia. Tetapi buah dari pohon kehidupan dan pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat bukanlah buah yang dikonsumsi untuk fisik, tetapi untuk dikonsumsi jiwa atau  pikiran. Buah ini sebenarnya sebuah figuratif, menunjuk pada pengaruh jahat Lusifer yang jatuh. Buah tentang pengetahuan yang baik dan jahat adalah suara bukan dari Allah. Terkait dengan hal ini Paulus menyingkapkan rahasia dua pohon di tengah taman tersebut dengan tulisannya: Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. Tetapi aku takut,  kalau-kalau PIKIRAN KAMU DISESATKAN dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti HAWA DIPERDAYAKAN oleh ular itu dengan kelicikannya (2Kor. 11:2-4).

Bisa saja orang berpikir bahwa penyesatan di sini maksudnya adalah Adam dan Hawa terbujuk makan buah yang dilarang Tuhan tersebut. Logikanya sangatlah dangkal kalau penyesatan hanya sedemikian sederhana. Kalau secara harafiah lebih tepat menggunakan kata penipuan atau bujukan yang salah. Tetapi kalau berbicara mengenai penyesatan, hal ini menunjuk kepada pemahaman dalam pikiran yang bertalian dengan proses yang tidak singkat. Jadi, sangatlah cerdas dan logis kalau pohon kehidupan adalah bentuk figuratif.

Kalau kisah Adam dan Hawa tidak dipahami secara benar,  maka kisah Adam dan Adam dan Hawa adalah dongeng yang berunsur mitos dalam pengertian umum.  Bagaimana mungkin makan buah mengakibatkan pikirannya yang terbuka? (Kej. 3:7). Logisnya kalau makan buah tentu perut yang menjadi kenyang, bukan pikiran yang diisi. Ada sangat banyak pohon buah-buahan yang bisa berjumlah puluhan ribu sampai ratusan ribu jenis bahkan jutaan, tetapi tidak perlu disebutkn namanya. Mereka dikelompokkan pada buah yang dimakan untuk fisik, tetapi dua buah yang terletak di tengah taman tersebut perlu disebutkan namanya, sebab jenisnya berbeda dari buah secara harafiah.

Dalam hal ini buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat sebenarnya adalah figuratif (Ing. the tree of knowledge of good and evil, Ibr. we’ets hadda’ath tov wara”; 5’11 310 nm TJ Y))"; ). Namanya saja sudah mengisyaratkan sesuatu atau mengandung pesan. Kenapa tidak disebut misalnya buah pir, apel atau rambutan? Sebagai perbandingan, seandainya ada buah yang dinamai “bangun terlampau pagi bisa masih mengantuk”, pasti ini maksudnya kurang tidur, karenanya jangan kurang tidur. Juga pohon kehidupan (Ing. the tree of life; Ibr. we’ets hakhayim; D'?!) u'J Y))! ).

Demikianlah bahwa dua buah pohon yang ada di tengah taman, yaitu pohon kehidupan dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat, tentu bukan buah untuk makanan atau konsumsi fisik tetapi jiwa. Manusia diperhadapkan pada pilihan, apakah mengisi pikirannya dengan kebenaran sehingga bisa mengerti kehendak Allah dengan sempurna atau mengisi pikiran dengan filosofi yang tidak berstandar kebenaran Allah yang sempurna sehigga memiliki pengertian (understanding) yang mengakibatkan manusia tidak bisa mencapai kesucian Allah.

Kita tidak tahu berapa lama selang waktu antara makan “buah” yang dilarang tersebut, artinya mengkonsumsi sesuatu yang tidak berstandar kebenaran, Allah sampai “matanya terbuka menyadari ketelanjangan mereka” (Kej. 3). Buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat menunjuk kepada “filosofi” yang bertentangan dengan kebenaran Allah. Jika dikonsumsi maka mata terbuka, ini berarti “pola berpikir atau pengertian” menjadi salah yang mengakibatkan manusia tidak mampu memahami kehendak Allah, yaitu apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Ini sama artinya manusia tidak bisa mencapai level sebagai kristen sejati (rancangan Allah semula yaitu segambar dan serupa dengan Allah  sebagaimana yg tertulis dalam kej 1:26).

Sebagai ilustrasi, sama seperti anak-anak usia di bawah 3 tahun tidak malu mandi bersama bertelanjang dengan lawan jenisnya, tetapi ketika sudah menginjak usia di atas tujuh tahun sudah mulai malu. Mengapa? Sebab di dalam dirinya terdapat pengertian-pengertian yang membuat dirinya menjadi malu. Alkitab juga menggunakan ilustrasi ini, yaitu Adam dan Hawa sadar mereka telanjang (Kej. 3:7). Ini berarti ada sesuatu dikonsumsi di dalam pikiran mereka yang membuat cara berfikir mereka berubah.

Tentu saja penyesatan pikiran bisa terjadi melalui suatu proses Panjang, demikian pula dengan proses kejatuhan Adam. Seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam suratnya bahwa ia takut kalau-kalau pikiran orang percaya disesatkan dari kesetiaan yang sejati kepada Kristus sama seperti Hawa diperdaya oleh ular (2Kor. 11:2-4). Manusia diperdaya melalui pikirannya atau pikirannya disesatkan. Hal ini membuka rahasia mengenai fragmen di taman Eden, bahwa sejatinya pergumulan manusia pertama adalah pergumulan dalam pikirannya.

Penyesatan pikiran tentu terjadi melalui perjalanan waktu yang tidak singkat. Hal ini bisa dipahami kalau kita memandang kisah mengenai Adam dan Hawa dengan kaca mata dewasa,

artinya memahami buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat serta buah kehidupnan sebagai konsumsi bukan untuk fisik tetapi jiwa. Dalam hal ini manusia diperhadapkan, apakah mengkonsumsi kebenaran yang berasal dari Allah atau suara yang berasal dari sumber lain.

Implikasinya bagi kita hari ini adalah, bahwa perjalanan Waktu seperti sebuah arena, dimana kita diperhadapkan kepada lawan yang harus kita kalahkan atau kita yang kalah. Peperangan itu merupakan sebuah kompetisi (persaingan), antara Tuhan dan kuasa jahat. Penerangan itu dimulai dari pikiran. Siapa yang paling banyak mewarnai pikiran kita, dialah pemenangnya. Apakah seseorang memberi peluang Tuhan sebagai pemenang  untuk memiliki kehidupan ini atau kuasa lain yang memilikinya. Kalau kita member diri untuk dimiliki oleh Tuhan, berarti kita harus mengisi pikiran dengan kebenaran Firman Tuhan sehingga kita mengerti kehendak Allah. Ini adalah prestasi yang baik untuk kekekalan. Dalam hal ini waktu adalah anugerah, modal kehidupan untuk mencapai prestasi rohani yang memiliki nilai kekal.

Allah masuk dalam arena perjalanan waktu bersama dengan manusia, untuk itu manusia juga harus serius memerhatikan dan menghargai waktu yang diciptakan Tuhan tersebut di mana manusia hidup di dalamnya. Tentu Allah hadir di Eden bersama dengan Adam dan Hawa untuk mengajar mereka kebenaran melalui Roh-Nya. Tetapi Roh Allah undur ketika anak-anak Allah       ( keturunan Set yang masih dipimpin oleh Roh-Nya) melakukan kawin campur dengan anak-anak manusia, yaitu keturunan kain (kej.6:1-4).

Ular yang adalah personifikasi dari Lusifer menawarkan pengetahuan apa yang baik dan yang jahat “menurut versinya”. Ular berkata: ”Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui; bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” (Kej 3:5). Manusia terkecoh oleh ular, dari pernyataan ular seakan-akan Allah menyembunikan suatu rahasia kepada manusia karena takut disaingi. Kecurigaan inilah yang mengerakkan manusia memilih yang lain bukan kebenaran yang disediakan Allah.

Allah bukan tidak ingin manusia pertama tersebut mengerti apa yang baik dan jahat. Allah menghendaki agar manusia memiliki pengertian mengenai apa yang baik dan yang jahat dari Allah “melalui proses  perjalanan waktu (sekolah kehidupan)” yang ditetapkan oleh Allah. Allah mengajar kebenaran selalu melalui  proses yang bertahap.Tentu kehendak Allah Bapa, Adam menjadi serupa dengan Allah atau seperti Allah. Tetapi seperti Allah versi Allah Bapa bukan versi yang lain. Allah Bapa menghendaki Adam memahami apa yang baik dan yang jahat versi Allah bukan versi Iblis.

Tetapi Adam bertindak di luar kehendak Allah, ia ingin segera menjadi seperti Allah sesuai dengan kehendaknya sendiri dan besar kemungkinan juga di luar jadwal Allah. Padahal, tentu Tuhan menghendaki agar manusia menerima pengertian mengenai kebenaran dari sumber yang benar, yaitu dari Allah sesuai dengan jadwal-Nya. Tetapi kejatuhan manusia ke dalam dosa pada prinsipnya adalah karena Adam lebih mengisi pikirann dengan suara yang bukan berasal dari Bapa.  Inilah yang membawa diri manusia kepada dosa atau kemelesetan (Rm. 3:23). Manusia tidak mampu mencapai standar kesucian yang Allah kehendaki. Memang hal ini tidak tersurat secara tegas, tetapi bila dianalisa secara teliti hal ini sangat logis untuk dimengerti dan diterima. Implikasi dari penjelasan ini adalah bahwa sekarang ini manusia juga menghadapi realitas limitasi waktu yang diberikan oleh Tuhan kepada masing-masing individu. Kalau dalam kurun waktu  yang tersedia manusia tidak mencapai apa yang dikehendaki Allah, masing-masing individu harus memikul resikonya.

 

Jaminsen

Welcome, TO BE LIKE JESUS

Post a Comment

Previous Post Next Post