Bagaimana Hidup Benar Di Hadapan

 

Bagaimana Hidup Benar Di Hadapan

PANGGILAN HIDUP DALAM TATA LAKSANA YANG BENAR

 

SEBENARNYA INTI Kekristenan adalah mengajarkan atau menunjukkan bagaimana tata laksana kehidupan yang dikehendaki oleh Allah Bapa. Tata laksana kehidupan yang benar artinya bagaimana menyelenggarakan hidup yang diciptakan oleh Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Inilah sebenarnya bentuk atau warna hidup ideal yang dikehendaki oleh Allah untuk dikenakan dalam hidup setiap manusia. Tentu saja sejak semula Allah sudah memiliki rancangan bagaimana seharusnya manusia menyelenggarakan hidupnya. Sayang sekali, tata laksana kehidupan yang benar tidak dimiliki oleh manusia yang telah berdosa (Rm. 3:23). Tata laksana kehidupan ini tidak dimiliki atau tidak pernah dimiliki manusia, sebab Adam belum pernah mencapai kualitas kehidupan seperti yang dikehendaki oleh Allah, manusia sudah berdosa. Berdosa artinya meleset atau tidak kena sasaran (Yun. Hamartia), kemelesetan tersebm sudah cukup membuat manusia kehilangan kemuliaan Allah.

Kalau manusia hidup dalam tata laksana kehidupan yang benar, maka manusia memiliki kemuliaan Allah, sebab tata laksa…a kehidupan yang dirancang oleh Allah adalah tata laksana kehidupan Yang memancarkan kemuliaan Allah atau keagungan Penciptanya. Bila manusia berhasil memiliki tata laksana kehidupan ideal seperti yang dikehendaki oleh Allah maka Lusifer dapat dibuktikan berbuat salah Dalam hal ini tidak atau belumlah cukup Tuhan Yesus menunjukkan kesalahan Lusifer, sebab apakah manusia juga dapat melakukannya? Kalau manusia (umat pilihan) dapat membuktikannya, maka lengkaplah pembuktian terhadap kesalahan Lusifer.

Dalam Alkitab dikatakan bahwa Adam adalah anak Allah (Luk. 3:38). Lebih tegas lagi, Paulus menyatakan bahwa manusia adalah keturunan Allah (Kis. 17:28-29). Kata keturunan dalam teks aslinya adalah genos (yévoc) yang artinya keturunan (Ing. ofspring, race, stock, descendants). kata yang sama digunakan untuk pengertian keturunan secara umum. Pernyataan ini bukan bermaksud meninggikan derajat manusia dan melecehkan Allah. Paulus sendiri, yang kita percayai memiliki karunia untuk menyampaikan pesan Allah, menyatakan demikian. Pernyataan Paulus ini bukan tidak berdasar, sebab kalau kita memerhatikan kisah penciptaan manusia maka kita dapati bahwa “roh” manusia bukanlah sesuatu yang berasal dari sumber lain. Roh manusia bukan diciptakan tetapi “dikeluarkan dari dalam diri Allah. Jadi roh manusia adalah roh yang berasal dari Allah sendiri.

Roh manusia tidak bisa dikatakan diciptakan, sebab keluar dari diri Allah ketika Allah menghembuskan nafas-N a (Kej. 2:7) . Tentu saja ketika Allah menghembuskan “sesuatu” tidak perlu menarik nafas terlebih dahulu. Dalam hal ini berarti ada sesuatu yang berasal dari dalam diri Allah mengalir keluar. Itulah sebabnya dikatakan dalam Yakobus 4:5 bahwa roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu. Ia menghendaki roh manusia sebab roh itu milik-Nya. Dalam Ibrani 12:9 dikatakan bahwa Allah adalah Bapa segala roh, artinya semua roh yang ada berasal dari Dia, termasuk roh manusia berasal dari Allah Bapa. Itulah sebabnya pula dengan tegas Alkitab menyatakan bahwa orang percaya adalah “manusia Allah” (Ing man of God. Yun. Anthrope tou theou; é’wOpwne 101') 9806 ; 1 Tim. 6:11). Maksudnya manusia Allah di sini bukan berarti manusia sejajar dengan Allah atau bisa menjadi Allah, tetapi manusia bisa memiliki karakter atau moral seperti Allah yang adalah Bapanya. Sebagaimana Lusifer tentu memiliki roh dari Allah, demikian pula manusia. Perlu diingatkan lagi bahwa semua roh berasal dari Allah Bapa (lbr. 12:9).

Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus hendak mengembalikan manusia kembali kepada rancangan-Nya semula, yaitu menciptakan manusia dengan kedaulatan yang tidak terbatas atas moralnya, sehingga dapat kembali mencapai kesucian Tuhan. Hal inilah yang dimaksud oleh Firman Tuhan dengan mengambil bagian dalam kodrat Ilahi (2Ptr. 1:3-4) atau sama dengan maksud penulis kitab Ibrani, yaitu beroleh bagian dalam kekudusan-Nya (lbr. 12:10). Itulah sebabnya Firman Tuhan jelas sekali menyatakan agar orang percaya memiliki pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (Flp. 2:5-7). Memiliki pikiran dan perasaan Kristus artinya bahwa orang percaya mampu bertindak, mengambil keputusan dalam segala pertimbangannya seperti Tuhan Yesus yang dalam segala tindakan-Nya sesuai dengan kehendak Bapa. jika hal ini dicapai berarti seseorang menjadi corpus delicti seperti Dia.

Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus kembali memungkinkan manusia menjadi anak-anak Allah. Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus menyediakan kuasa (Yun. exousia), supaya mereka yang percaya bisa menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:11-13). Kuasa supaya menjadi anak-anak Allah tidak otomatis dapat membuat seseorang berkeadaan sebagai anak-anak Allah dengan moral tanpa batas sesuai dengan moral Tuhan. Dalam hal ini setiap orang harus menjadi murid Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tegas menyatakan bahwa orang percaya harus menjadikan semua bangsa menjadi murid Tuhan Yesus. Bukan murid manusia. Dalam hal ini pelayanan gereja hanya sampai wilayah tertentu membimbing umat kepada kebenaran Tuhan oleh tuntunan Roh Kudus, selanjutnya setiap pribadi harus belajar dari Tuhan Yesus, bagaimana memiliki pikiran dan perasaan Tuhan.

Memang bila ditinjau dari standar kesucian Tuhan dan maksud Allah menciptakan manusia, yaitu bagaimana manusia harus menampilkan satu pribadi yang taat kepada Bapa, sepikiran dan seperasaan dengan Bapa, menghormati Bapa dan melakukan kehendak serta rencana-Nya dengan sempurna, maka kebaikan yang dicapai oleh manusia tidak dapat atau belum dapat membuktikan kesalahan Lusifer.

 

Umat pilihan yang tidak mencapai standar tata laksana hidup seperti yang dikehendaki oleh Allah adalah umat yang dinilai gagal. Gagal di sini bukan berarti manusia menjadi biadab seperti hewan, tetapi manusia berkeadaan tidak menjadi persis seperti yang Allah Bapa kehendaki. Standar yang benar atau tepat seperti yang Allah kehendaki adalah kehidupan yang diperagakan oleh Tuhan Yesus. Kehidupan Tuhan Yesus adalah kehidupan dalam ketaatan yang tidak bersyarat kepada Allah Bapa (Flp. 2:710), penghormatan yang sempurna kepada Bapa dan kasih cinta-Nya yang sangat mendalam kepada Allah Bapa tanpa batas. Kurang dari standar hidup tersebut berarti manusia gagal menjadi corpus delicti.

Gagal menjadi corpus delicti maksudnya tidak bisa membuktikan bahwa Iblis bersalah. Sebenarnya Iblis sebagai makhluk ciptaan dirancang untuk bersikap seperti yang Tuhan Yesus peragakan. Tetapi Iblis memilih jalannya sendiri. Ia tidak bisa dihukum sebelum dibuktikan kesalahannya. Pembuktiannya adalah bila ada pribadi yang menunjukkan bagaimana seharusnva makhluk ciptaan hidup dihadapan Allah Bapa sebagai Penciptanya. Manusia (Adam) yang seharusnya bisa membuktikan kesalahan Iblis telah gagal, karena manusia tidak menampilkan kehidupan yang Allah Bapa inginkan. Manusia gagal mencapai target tersebut. Kerusakan tersebut menempatkan manusia sebagai makhluk yang gagal memuaskan hati Bapa, walaupun manusia masih bisa memiliki moral yang baik, tidak seperti hewan. Manusia mengecewakan Allah karena tidak memuaskan keinginanNya. Kehidupan yang dimiliki manusia“ menjadi tidak ideal.

Tata laksana kehidupan yang dirancang Allah Bapa untuk dikenakan dalam hidup manusia hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang hidup pada zaman Perjanjian Baru, sebab Terang itu datang pada zaman penggenapan. Dalam Dia ada hidup, dan hidup itu terang manusia (Yoh. l:4). Hidup di sini adalah tata laksana kehidupan yang dikehendaki oleh Allah. Di dalam diri Tuhan Yesus ada tata laksana kehidupan yang Allah Bapa kehendaki dan Tuhan Yesus memperagakannya dengan sangat sempurna. Terang itu menunjuk tata laksana kehidupan yang dikehendaki oleh Allah Bapa. Berjalan atau hidup dalam terang artinya memahami tata laksana kehidupan.

Tata laksana kehidupan ideal ini adalah kehidupan yang dalam segala geraknya mempermuliakan Allah (lKor. 10:31). Kehidupan yang memuliakan Allah adalah kehidupan yang diperagakan oleh Tuhan Yesus. Bukan pada nyanyian, bukan pada liturgi atau misa, tetapi pada Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Berkenaan dengan ini justru tata cara liturgi atau ritual agama apa pun bentuknya bisa berpotensi menyesatkan (kalau dipahami keliru), sebab seakan-akan bisa menggantikan ruangan untuk mempermuliakan Tuhan. Pujian, sanjungan dan penyembahan dengan gerak dan mulut bagi Tuhan justru menjijikkan kalau tidak disertai tindakan setiap hari yang membuat orang lain diberkati. Diberkati artinya membuat seseorang mengenal Allah yang benar dan bisa berperilaku baik. Malang sekali banyak orang Kristen merasa bahwa ia sudah melaksanakan tata laksana hidup yang benar karena sudah menghiasi hidupnya dengan pergi ke gereja. Apalagi kalau sudah mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan gereja, mereka merasa bahwa mereka telah memiliki standar hidup yang diinginkan oleh Tuhan. Justru mereka yang merasa diri menjadi hamba Tuhan tersesat oleh gambar diri yang salah ini. Mereka merasa sudah melayani Tuhan sebagai hamba Khan, diakui masyarakat sebagai hamba Tuhan atau wakil Tuhan dan memiliki kegiatan yang dikategorikan sebagai “imam” bagi umat Tuhan. Padahal tata laksana hidup yang benar bukan ditandai dengan jabatan dan kegiatan lahiriah, tetapi pada sikap batiniah (segala sesuatu yang kita lakukan sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah).

Tidak ada hal yang lebih prinsip dalam hidup ini selain berkenan kepada Allah”. Justru keagungan entitas manusia sebagai extra Allah atau mahkota ciptaan Allah terlihat ketika manusia hidup berkenan di hadapan-Nya. Untuk menjadi seorang yang berkenan kepada Allah Bapa. seseorang harus mengerti dan melakukan kehendakNya. Untuk mengerti kehendak Allah seseorang harus memasuki fase untuk selalu mempersoalkan apakah yang dilakukan mai dengan keinginan Allah Bapa; sesuai dengan selera-Nya atau tidak. Hal ini harus dipraktikkan mulai dari hal-hal sederhana yang terjadi dalam kehidupan ini. Hal-hal kecil yang selama ini lolos dari Dengan serius haru.

mempersoalkan apakah sesuatu Yang dilakukan bukan saja tidak melanggar hukum, tidak mzlukkaallczesama, tetapi apakah bisa menyenangkan hati Tuhan atau men u nw”. Tuhan Yesus menghendaki agar orang percaya memiliki hidup Yang luar biasa dalam kelakuan (Mat. 5:20). Dalam Matlus 5:20, Tuhan Yesus berkata: “Bila hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari hidup keagamaan ahli taurat dan orang Farisi sesungguhnya kamu tidak akan masuk dalam kerajaan Allah”. Ayat ini menunjukkan bahwa kita dipanggil untuk hidup secara luar biasa. Luar biasa di sini tentu jangan diartikan secara duniawi.

Kita dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan. Kata “hidup keagamaanmu” dalam Matius 5:20 adalah dikaiosune (Stxatom'wn), yaitu kebenaran yang berkaitan dengan tingkah laku, baik yang nampak di luar maupun yang tidak nampak, yaitu sikap hati, sikap batin dan pola berpikir kita, dalam bahasa Inggris diterjemahkan .sebagai righteousness. Dalam ayat ini Tuhan Yesus tidak menggunakan kata aletheia (&MiOeta) seperti yang digunakan dalam Yohanes 14:6; Akulah :

jalan, kebenaran dan kehidupan. Kata kebenaran dalam ayat ini dalam bahasa Inggris diterjemahkan truth. Kita dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan yang berstandar Allah sendiri. Allah adalah Allah yang sempurna dalam kelakuan, maka jelas kita dipanggil untuk sempurna seperti Allah dalam kelakuan kita.

Oleh sebab itu dalam Matius 5:21-47, Tuhan Yesus membandingkan hukum atau kelakuan yang berstandar dunia atau manusia pada umumnya dan hukum yang diberlakukan bagi anak-anak Kerajaan Surga yang dipanggil untuk sempurna“. Dalam Matius 5:17, Tuhan Yesus berkata bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan hukum taurat tetapi Ia datang untuk menggenapinya atau menyempurnakan. Dalam teks bahasa Yunaninya terjemahan dari plerosai (nxnpdmal) dari akar kata pleroo (nknpéw). Dalam bahasa Inggris kata ini diterjemahkan to fulfill. Tuhan Yesus menggenapi bukan saja dalam pengertian menambahkan jumlah butir hukumnya tetapi Ia memberi pengertian yang benar terhadap hukum itu. Dalam Alkitab terjemahan Good News tertulis: to make their teachings come true (Mat. 5:17). Selanjutnya Tuhan memberi potensi untuk dapat melakukan hukum-hukum tersebut.

Kehidupan yang luar biasa ini telah diperagakan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus adalah : rototi . manusia n; dikehendaki Allah, manusia yang berkenan di hadapan Allah. Kepada Tuhan Yesus, Allah Bapa berkata: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi kepada-Nya Aku berkenan” (Mat. 3:17; Kol. 1:15). Dengan demikian kita dipanggil dan dikehendaki menjadi seperti Yesus (Rm. 8:29; Ef. 4:13; 2Kor. 13:11). Allah datang ke dalam dunia bukan saja hendak menyelamatkan jiwa kita, tetapi juga watak kita. Kita bukan saja dipanggil untuk dibenarkan, tetapi juga supaya menjadi benar. Seperti Yesus dalam kelakuan-Nya, seperti Yesus dalam perkenanan Allah. Allah mau kita menjadi sebuah pribadi yang kepada kita Allah juga berkata “Inilah anak-Ku yang Ku-kasihi, kepadanya aku berkenan”. Menjadi kehendak Tuhan agar kita bukan hanya menjadi anak kesayangan Bapa, tetapi juga anak kesukaan-Nya, yaitu anak-anak Tuhan yang memperkenan hati-Nya. Hanya dengan demikian orang percaya dapat menjadi corpus delicti.

 

Jaminsen

Welcome, TO BE LIKE JESUS

Post a Comment

Previous Post Next Post