PENGKULTUSAN

 



PENGKULTUSAN


Keberhasilan pelayanan hamba-hamba Tuhan yang mengadakan pelayanan melalui mukjizat, biasanya ditandai bukan saja berhasil membangun gereja-gereja besar, tetapi berpotensi untuk berkhotbah di berbagai media seperti televisi, radio, media cetak, dan lain sebagainya. Masyarakat Kristen telah terwarnai oleh pengajaran mereka. Mereka menjadi orang-orang terkemuka dalam komunitas Kristen dari tingkat kota sampai nasional, bahkan sampai ke luar negeri.

Bahaya yang berpotensi muncul adalah penyimpangan atau penyesatan. Karena tidak memiliki landasan pemahaman kebenaran yang cukup, tidak berhati-hati dalam menjalani hidup dengan potensi bahaya yang begitu besar, maka tidak sedikit mereka yang menyimpang dari jalan Tuhan. Tentu saja ada hamba Tuhan yang tidak menyimpang. Potensi bahaya besar bagi para hamba-hamba Tuhan tersebut selain kekayaan dan ketenaran, juga jabatan dalam sinode atau pemimpin di kalangan para pendeta. Penyimpangan ini tidak terlalu nampak bagi mereka yang tidak mengenal kebenaran, tetapi bagi mereka yang mengenal kebenaran penyimpangan ini sangat nampak jelas. Kita dapat melihat dari isi khotbahnya, sudah dapat dikenali penyimpangan hingga kesesatannya.

Penyimpangan itu bisa diawali oleh beberapa gejala: Pertama, keinginannya untuk menjadi “orang yang istimewa” bagi jemaat, juga bagi pendeta lain. Bagi mereka pengkultusan bukan sesuatu yang mereka pandang keliru, sebab mereka merasa layak untuk mendapat perlakuan seperti itu. Tetapi mereka tidak menyadari bahwa dirinya sudah terlibat dalam kesombongan yang mendukakan hati Tuhan. Sering pengkultusan dimulai dari jemaat sendiri yang terlalu mengagung-agungkan, mendewakan, dan mengistimewakan para pendeta tersebut. Seharusnya jemaat memberi penghormatan yang pantas, tanpa pengkultusan yang akhirnya menjadi penyebab tumbangnya pendeta-pendeta tersebut.

Gejala yang kedua, karena merasa sudah dapat mendemonstrasikan mukjizat, merasa orang istimewa Tuhan, dan ditambah lagi dengan kepercayaan jemaat, maka ia mudah membuat pernyataan-pernyataan bahwa dirinya menerima pesan atau visi dari Tuhan. Padahal bisa terjadi bahwa fantasi dan halusinasi-halusinasi yang ada dalam dirinya sendiri yang dinyatakan sebagai penglihatan-penglihatan atau fenomena riil dari Tuhan. Bagi jemaat awam mereka tidak mudah membedakan apakah pesan atau visi itu dari Tuhan atau bukan, tetapi bagi yang mengenal kebenaran sangat mudah mengenalinya. Faktanya, lebih banyak yang tertipu daripada yang mengenali penipuan tersebut.

Ketiga, harta kekayaan menjeratnya. Tanpa takut akan Allah hamba-hamba Tuhan yang menyimpang ini membeli berbagai aset di dalam dan di luar negeri sebagai milik pribadi dan keluarganya. Menanam saham di beberapa kegiatan bisnis dan berbagai praktik lainnya yang pada dasarnya adalah praktik dari cinta akan uang. Keempat, dosa percabulan atau pelanggaran seks. Hal ini telah terjadi pada hamba-hamba Tuhan yang besar dan sukses di dalam maupun di luar negeri. Biasanya kalau di Indonesia, mereka yang jatuh dalam dosa ini adalah hamba-hamba Tuhan yang berkarunia mengusir setan.

Kelima, keterlibatan dalam politik praktis. Karena memiliki pengaruh kuat di masyarakat, maka mereka dilirik oleh para politisi untuk ikut terlibat dalam kegiatan politik. Sebab mereka memiliki jemaat atau massa dalam jumlah yang besar. Para politisi pun menggandeng mereka untuk mendukung partai atau calon pemimpin dalam pilkada dan pemilu. Ada juga di antara para pendeta ini ikut terlibat di dalam kegiatan politik praktis, yaitu dengan langsung mendukung salah satu partai secara permanen. Kalau ada angggota keluarga mereka yang ikut salah satu partai atau ada kepentingan-kepentingan tertentu, maka jemaatnya diarahkan untuk mendukung salah satu partai tersebut. Di sini para hamba Tuhan ini ikut terlibat dalam politik praktis. Hamba-hamba Tuhan seperti ini juga tidak sedikit yang terlibat alam perebutan kekuasaan di gereja, di tingkat wilayah sampai sinode.

Jaminsen

Welcome, TO BE LIKE JESUS

Post a Comment

Previous Post Next Post