MESIAS PALSU
Tuhan Yesus beberapa kali memperingatkan murid-murid-Nya untuk tidak
menceritakan beberapa mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Dalam Injil
Markus 5, dikisahkan mengenai mukjizat yang Tuhan Yesus lakukan, yaitu
membangkitkan anak Yairus yang sudah mati. Setelah Tuhan Yesus membangkitkan
anak Yairus tersebut, Ia berpesan dengan sangat agar mereka tidak
mempublikasikannya (Mrk. 5:43). Mengapa Tuhan Yesus melakukan hal ini? Hal itu
dimaksudkan agar perkara-perkara ajaib yang terjadi tidak menutup mata
pengertian mereka terhadap maksud utama kedatangan Tuhan. Mereka harus memahami
maksud utama kedatangan Tuhan Yesus. Harus selalu kita ingat, bahwa dalam
Perjanjian Baru mukjizat dapat menjadi tanda agar karya keselamatan Tuhan Yesus
dikenal oleh banyak orang. Dalam hal ini diperlukan keseimbangan, penekanan
yang berlebihan terhadap mukjizat menjadikan banyak orang Kristen tidak
bertanggung jawab. Selain itu dapat membutakan mata rohani dan pengertian
mereka terhadap misi utama kedatangan Tuhan Yesus.
Sangat memprihatinkan, kalau selama ini banyak orang Kristen menjadikan
mukjizat sebagai tujuan atau goal pelayanan. Mereka tidak melihat arah yang
harus dituju berkenaan dengan diadakannya mukjizat. Banyak hamba Tuhan merasa
sudah puas telah menunaikan pelayanan dengan membawa jemaat kepada pengalaman
mukjizat, tetapi tidak mengarahkan mereka kepada maksud keselamatan diberikan.
Dengan pengajaran yang salah tersebut secara tidak langsung, jemaat diparkir
dalam kebodohan, diikat dalam keinginan-keinginan yang berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan jasmani. Sehingga mata hati mereka tidak melihat cahaya
kemuliaan Injil yang murni. Mereka hanya terkesima terhadap kuasa mukjizat.
Yesus sebagai Mesias, datang untuk membebaskan manusia dari perbudakan
dosa, bukan perbudakan politik. Yesus tidak membawa bangsa Israel kepada
kejayaan lahiriah atau kemuliaan duniawi, sebab kerajaan-Nya bukan dari dunia
ini. Yesus adalah Mesias dari Bapa di surga yang memikul hukuman akibat
kesalahan (dosa) semua manusia. Mesias yang benar ini mengajarkan bagaimana sempurna
seperti Bapa, dan hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan
pekerjaan-Nya. Mesias yang benar mengarahkan manusia untuk melepaskan diri dari
segala ikatan duniawi, bahkan dari segala miliknya. Yesus sendiri menyatakan
bahwa Ia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Hal ini dimaksudkan
agar fokus hidup orang percaya hanya kepada proses untuk dapat berkeadaan diri
sesuai rancangan semula, sebab seseorang tidak akan dapat diubah atau menjadi
murid Tuhan kalau tidak melepaskan diri dari segala miliknya (Luk. 14:33).
Mesias yang sejati akan mengarahkan manusia ke langit baru dan bumi yang
baru. Sebab bumi ini akan dihancurkan menjadi lautan api. Oleh sebab itu, orang
percaya harus merasa bahwa dirinya menumpang di bumi ini. Kehidupan di bumi
hanyalah untuk mempersiapkan diri menjadi umat yang layak bagi Tuhan atau
menjadi mempelai-Nya. Hal ini penting untuk kita pahami agar orang percaya
tidak menyimpang dari kebenaran. Tanpa disadari, ketika mukjizat diletakkan
pada prioritas utama, maka tidak ada kesadaran sebagai musafir dalam dunia ini.
Sebab segala sesuatu yang bertendensi pada kepentingan pemenuhan kebutuhan
jasmani membuat seseorang tidak menghayati berkat rohani yang memiliki nilai
lebih tinggi.
Dewasa ini banyak gereja mengajarkan Yesus yang lain, Yesus yang
diperkenalkan sebagai Mesias duniawi. Yesus yang sibuk membuat mukjizat,
memenuhi berkat jasmani, menolong masalah-masalah yang dialami jemaat agar
dapat membuat hidup di bumi menjadi nyaman. Ini berarti mengajarkan Mesias yang
tidak berbeda dengan yang diingini oleh bangsa Yahudi, yang akhirnya
menyalibkan Yesus. Gereja seperti itu ramai dikunjungi orang, sebab mereka
menawarkan apa yang sesuai dengan semangat zaman atau selera jiwa mereka.
Mereka mengajarkan Mesias palsu yang disibukkan dengan membuat mukjizat. Yesus
yang sejati adalah Yesus yang membawa iman kita kepada kesempurnaan, yaitu
perilaku yang sempurna seperti Diri-Nya.