Oleh sebab itu, kita harus memahami rahasia kehidupan yang diberkati oleh Tuhan dan memperoleh apa yang terbaik dari Tuhan dalam hidup ini. Jalan itu adalah “mengasihi Allah.” Itulah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus di Matius 22:37-40, “KASIHILAH TUHAN, ALLAHMU, DENGAN SEGENAP HATIMU, DAN DENGAN SEGENAP JIWAMU, DAN DENGAN SEGENAP AKAL BUDIMU.” Dan mengasihi sesamanya dengan benar. Bagaimana kita dapat mewujudkan kasih itu? Harus dimulai dari tekad. Ada 3 tekad yang kita harus lakukan:
1. kita harus bersedia hidup sesuci-sucinya atau sekudus-kudusnya, hidup yang tidak bercacat tidak bercela. Walaupun kenyataannya kita memiliki track record hidup atau memiliki perjalanan yang penuh dengan kesalahan, tetapi jangan menoleh ke belakang; lihat ke depan. Miliki satu tekad bahwa kita mau hidup suci. Walaupun tentu kita tidak akan mampu melakukannya dengan kekuatan sendiri, tetapi kita harus membulatkan tekad itu. Karena bagi manusia mustahil, bagi Allah tidak ada yang mustahil. Allah akan memberikan kita kesanggupan. Berani untuk bertekad, seperti omong besar, tetapi kita harus tulus, kita bersedia. Walaupun kita tidak sanggup, Allah akan memberi kesanggupan untuk hidup tidak bercacat, tidak bercela.
2. kita harus rela menyerahkan apa pun yang kita miliki bagi Tuhan. Ini bukan berarti kita harus memberikan semua uang dan harta ke gereja. Kita harus menyadari bahwa segenap hidup kita ini milik Tuhan. Kita harus rela melepaskan segala sesuatu yang kita miliki untuk kesukaan Tuhan. Pemberian kita kepada Tuhan bisa berupa perhatian kita kepada mertua, kepada menantu, kepada orangtua, kepada famili, tetangga, saudara kita yang lain, dan pekerjaan Tuhan yang Tuhan tunjukkan kepada kita, yang mana kita digerakkan. Dalam hal ini, kita harus peka dengan kehendak Allah; peka terhadap rencana Allah dalam hidup kita. Kita tidak boleh sembarangan melepaskan uang untuk seseorang atau bahkan gereja. Semua harus di dalam pimpinan Roh Kudus. Dengan demikian, segala sesuatu yang kita lakukan demi kesukaan hati Allah semata-mata.
Mestinya, dalam kehidupan orang percaya tidak ada hitungan sepuluh persen atau perpuluhan itu. Kecuali kita memiliki komitmen demikian, silahkan. Tetapi sesungguhnya, yang benar itu segenap hidup kita adalah milik Tuhan. Kita harus bersedia melepaskan apa pun yang kita miliki untuk Tuhan. Kalau kita sudah memiliki hati seperti ini, tidak mungkin kita berani mengorupsi milik Tuhan yang Tuhan percayakan kepada kita. Apalagi kalau seorang pelayan Tuhan yang menerima persembahan kolekte dari jemaat, tidak boleh menggunakan sesukanya sendiri. Kalaupun ada sesuatu yang adalah milik gereja atas nama pendeta, harus membuat pernyataan bahwa hamba Tuhan tidak berhak menjualnya, baik dirinya maupun keluarganya. Semua harus digunakan untuk kepentingan Tuhan.
3. kita harus rela melakukan apa pun bagi Tuhan. Mulut kita tidak boleh ngomong sepatah katapun kalau itu tidak berkenan di hadapan Allah. Mata kita tidak patut melihat apa yang tidak patut kita lihat. Uang kita, harta kita, tidak boleh digunakan suka-suka sendiri. Mau bangun rumah sebesar apa pun, mau beli barang apa pun,dan seterusnya, semua harus dipertanyakan kepada Tuhan. Untuk persembahan gereja pun, kita pertanyakan kepada Tuhan. Kalau Tuhan menggerakkan kita membantu mertua, menantu, orangtua yang jelas tanggung jawab kita, membantu orang di sekitar kita, harus kita lakukan dalam pimpinan Roh Kudus. Apa pun rela kita lepaskan, sampai rupiah kita yang terakhir, darah kita yang terakhir, harus untuk kemuliaan Allah. Apa pun yang Allah perintahkan, kita harus lakukan dengan segenap hati.