Tidak Menaruh Curiga

 




Tidak Menaruh Curiga

Ketika Tuhan Yesus berseru dengan nyaring: Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku, tentu ini ­bukan suatu sandiwara. Saat itu Tuhan Yesus benar-benar merasa, bahwa ­Allah Bapa meninggalkan-Nya. Ini penderitaan yang paling menyakitkan dari semua penderitaan yang dia ­pikul. Ini pencobaan yang terberat yang Ia ­pernah tanggung. Tuhan Yesus telah ­melewati banyak pencobaan, antara lain: Dibujuk iblis ­untuk mengubah batu ­menjadi roti, ­kepada-Nya ditawarkan keindahan dunia asal mau menyembah iblis, ­dibujuk ­untuk mencobai Allah Bapa dengan manjatuhkan diri dari bubungan bait suci, ­berkali-kali dipaksa menjadi raja oleh orang-orang ­Yahudi, iblis memakai ­Petrus untuk ­menghalangi Tuhan Yesus ke Yerusalem agar penyaliban dapat dibatalkan, ­pergumulan di taman Getsemani antara kehendak ­diri-Nya sendiri atau kehendak Bapa, godaan menurunkan malaikat dari Sorga, ­godaan turun dari ­salib dan yang ­pa­ling berat adalah ketika Ia ­merasa ­ditinggalkan oleh Allah Bapa. Semua ­pencobaan telah Ia lalui, tetapi pencobaan ini ­baginya yang ­terlalu berat. Tetapi ­Tuhan ­Yesus dapat memikulnya dan ­mengatasinya sehingga Ia tetap menaruh ­percaya-Nya kepada Bapa di Sorga sehingga lulus. Itulah ­sebabnya Ia menyerahkan nyawanya kepada Allah Bapa (Mrk. 15:37; Luk. 23:46). ­Penyerahan nyawa tersebut tanda percaya-Nya kepada Bapa.

Kalau kita memperhatikan kejatuhan dan kegagalan banyak tokoh iman, hal tersebut karena tidak mempercayai Allah Bapa. Adam dibuat curiga kepada Allah, ­karena ular mengatakan bahwa ia tidak akan mati kalau makan buah yang dilarang oleh ­Allah tetapi akan menjadi seperti Allah. Ucapan ular itu bisa menimbulkan ­kecurigaan Hawa terhadap Allah, seakan-akan Allah tidak mau disaingi. Abraham mengambil Hagar menjadi istri juga merupakan sikap curiga terhadap Allah yang tidak  memberi anak dari Sara.

Banyak orang Kristen kurang percaya, bahkan menaruh curiga kepada ­Allah Bapa. Ketidakpercayaan atau kecurigaan ini terbukti dalam sikap kurang sungguh mempercayai proyek keselamatan yang sedang dikerjakan Roh Kudus dalam hidup mereka. Banyak orang Kristen tidak sepenuhnya percaya bahwa dunia ini bukan rumah kita, Allah menjanjikan langit baru dan bumi yang baru, bahwa hidup ini adalah mengikuti perlombaan yang diwajibkan, yaitu untuk mengenakan ­kehidupan atau gairah Tuhan Yesus agar menjadi corpus delikti, seperti Dia dan lain sebagainya. Karena kecurigaan maka banyak orang Kristen yang memberi ­ruangan sangat sempit dalam hidup mereka bagi Tuhan.

Setiap perkara yang hadir dalam hidup kita,

ada kebaikan yang Allah sertakan.

 

Jaminsen

Welcome, TO BE LIKE JESUS

Post a Comment

Previous Post Next Post