YESUS ADALAH FIRMAN ALLAH DAN ANAK ALLAH
A.YESUS ADALAH FIRMAN ALLAH
"Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah
melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak
Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran" (Yohanes 1:14)
Sebagaimana Anda pelajari dalam Yohanes 1:1-14,
Anda akan membaca istilah "Firman". Mungkin ada pertanyaan dalam
pikiran Anda, "Siapakah atau apakah Firman itu?" Ayat di atas
memberikan jawaban bahwa Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara
kita. Karena hal ini, setiap orang bisa mengetahui dengan pasti bahwa Firman
tersebut adalah Yesus. Tetapi mengapa Yesus disebut Firman? Allah mengirim
Yesus dengan tujuan supaya pesan-pesan-Nya
diketahui oleh manusia. Melalui Yesuslah kita mengetahui hal-hal yang ada dalam
hati Allah, yaitu melalui pengajaran-Nya, tindakan-Nya dan terutama dari sifat-
sifat-Nya. Yesus itulah penggenapan pesan Allah, bahkan Yesus itulah pesan
Allah sendiri, yaitu Firman-Nya. Dia adalah pesan Allah untuk semua orang di
segala zaman. Jadi, kita melihat bahwa "Firman" adalah satu dari
beberapa nama untuk menyebutkan Yesus. Sekarang, lihatlah beberapa kebenaran agung
tentang Allah yang Yesus perlihatkan kepada kita sebagaimana diungkapkan firman
Allah.
1. Yesus Mengungkapkan Sifat Alamiah Allah yang Benar
Yesus berkata, "Barang siapa telah melihat Aku, ia telah melihat
Bapa" (Yohanes 14:9). Banyak
orang mempunyai pertanyaan ini dalam hati mereka, "Apa sifat alamiah Allah
yang benar?" Tidak mungkin untuk menggambarkan dengan tepat sifat alamiah
dari seseorang, apalagi bila orang itu adalah Allah. Akan jauh lebih baik jika
kita bisa melihat orang tersebut. Itulah yang telah terjadi dalam diri Yesus.
Allah membiarkan kita melihat diri-Nya dalam
Yesus Kristus. Nabi-nabi dalam PL telah mencoba beberapa cara yang berbeda
untuk menerangkan sifat alamiah Allah yang benar pada manusia. Yang mereka
katakan adalah benar, tapi mereka tidak pernah sanggup menerangkan segalanya
tentang Allah. Ini hanya bisa diketahui dengan melihat Allah sendiri. Dan kini,
manusia bisa melihat Allah seutuhnya dalam diri Yesus Kristus. Yesus adalah
firman Allah untuk manusia sehingga manusia boleh
sungguh-sungguh mengetahui sifat alamiah Allah.
2. Yesus
Menunjukkan Rencana Allah untuk Keselamatan Manusia
Setiap manusia merasakan kebutuhan yang sama akan Allah dalam hatinya. Mereka
mengetahui bahwa mereka telah berdosa terhadap Allah. Mereka tahu bahwa dosa
menjadi penghalang antara manusia dan Allah. Mereka mulai berpikir, "Bagaimana
saya bisa membuat hal-hal yang benar antara saya dengan Allah?" Dalam
usaha mereka melakukan hal-hal yang benar, mereka melakukan hal-hal yang
berbeda. Beberapa orang menyembah pada nenek moyang mereka. Beberapa menyembah
dewa- dewa yang terbuat dari kayu dan batu. Beberapa orang membunuh
binatang untuk sebuah persembahan. Sebagian orang mengikuti
pengajaran-pengajaran manusia. Semuanya itu tidak ada yang benar. Jika seorang
manusia menginginkan keselamatan dari Allah, dia tidak boleh mengikuti pikiran-pikirannya
atau pikiran-pikiran manusia yang lain. Dia harus belajar dan mengikuti rencana
Allah.
Yesus adalah firman Allah yang melalui-Nya manusia beroleh jalan kebenaran bagi
keselamatan dirinya. Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui
Aku" (Yohanes 14:6).
3. Yesus
Menunjukkan Kehendak Allah untuk Hidup Orang-orang Kristen
Anda sudah melihat bahwa Yesus adalah firman Allah untuk manusia yang
menunjukkan rencana keselamatan Allah kepada manusia. Yesus adalah juga firman
Allah untuk manusia yang telah selamat. Jadi, manusia yang sudah diselamatkan
tersebut bisa mengetahui bagaimana seharusnya dia hidup. Orang-orang Kristen
seharusnya membaca Alkitab dengan saksama. Mereka seharusnya mempelajari
kehidupan Yesus. Kehendak Allah, di atas segala-galanya, telah dinyatakan dalam
hidup Yesus. Ketika Yesus berpikir tentang penderitaan besar yang akan
dialami di atas kayu salib, Dia berdoa pada Allah, "Ya Bapa-Ku, jikalau
sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah
seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Matius 26:39). Jika ada cara untuk melarikan
diri dari penderitaan di atas kayu salib, Yesus mau melarikan diri. Tetapi
hasrat melakukan kehendak Allah lebih besar daripada keinginan untuk melarikan
diri dari penderitaan yang akan datang. Karena Yesus meletakkan kehendak Allah
di atas keinginan sendiri, ada jalan keselamatan untuk kita pada
hari ini.
Kita juga harus mengingat hal ini. Yesus adalah firman Allah untuk semua
manusia. Dia tidak hanya menerangkan pada manusia bahwa mereka harus mematuhi
Allah, tapi Dia menunjukkan pada mereka bagaimana harus mematuhi Allah. Mereka
harus melakukan itu dengan meletakkan keinginan Allah di atas semua keinginan
dalam hidup mereka.
4. Yesus
Menunjukkan Kebenaran mengenai Kehidupan Sesudah Kematian
Seorang guru tidak bisa mengajarkan mata pelajaran yang sulit kepada anak-anak
sekolah dasar. Mereka baru mulai belajar. Oleh karena itu, pertama kali mereka
akan belajar hal-hal yang sederhana. Kemudian bila mereka belajar dengan baik,
mereka siap untuk belajar hal-hal yang lebih tinggi. Perjanjian Lama (PL)
adalah seperti sekolah dasar.
Permulaan kebenaran yang agung yang diajarkan dalam PL dan kebenaran-kebenaran
lain perlu untuk dipelajari dengan baik. Tapi dalam Yesus kita memperoleh
pengertian yang lebih banyak tentang Allah dan hidup sesudah kematian.
Pengajaran mengenai hidup sesudah mati lebih jelas dalam Perjanjian Baru (PB)
daripada dalam PL.
Yesus adalah firman Allah yang membuat kebenaran-kebenaran ini menjadi jelas
bagi kita. Jika kita ingin mengerti segala sesuatu mengenai kehidupan sesudah
kematian, kita harus mempelajari apa yang Dia ajarkan.
5. Yesus adalah
Firman Allah yang Terakhir Bagi Manusia
Bila kebenaran telah diberitakan, hal yang lain tidak perlu ditambahkan. Allah
telah berbicara tentang kebenaran yang penuh melalui keselamatan dan hidup
orang Kristen dalam Yesus Kristus. Dalam Kolose
1:15, mengenai Yesus kita membaca, "Ia adalah gambar Allah yang tak
kelihatan." Allah telah ditunjukkan dengan sempurna dalam Yesus Kristus.
Jadi, jika manusia ingin mengetahui kebenaran tentang Allah, dia harus belajar
kebenaran ini dari Yesus Kristus. Orang lain berkata, "Tapi Allah
memberitahukan pada kami lebih daripada tulisan yang ada dalam Alkitab. Kami
mempunyai Alkitab dan kebenaran yang ditambahkan." INI ADALAH SUATU
KEBOHONGAN. Hal-hal yang telah Allah tunjukkan tentang diri sendiri sudah
dilengkapi dengan sempurna dalam Yesus Kristus. Jika sebuah gambar telah
sempurna dilukis, apa saja yang ditambahkan atau diambil akan merusak gambar
itu. Allah telah digambarkan secara sempurna dalam diri Yesus. Kapan saja
seseorang mencoba mengambil atau menambahkan sesuatu pada gambar Allah, yang kita
lihat dalam Yesus Kristus, maka dia sedang merusak gambar Allah itu. Allah
telah berbicara dengan jelas tentang mereka yang mencoba mengubah Alkitab
dengan cara apa pun juga. Dalam buku terakhir di Alkitab, dibuat jelas bahwa
seseorang yang datang dengan "penambahan" tidak datang dari Allah.
"Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan
nubuat dari kitab ini: 'Jika seorang
menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, Allah akan menambahkan
kepadanya
melapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang
mengurangkan sesuatu dari perkataanperkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah
akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang
tertulis di dalam kitab ini'" (Wahyu
22:18-19).
B. YESUS ADALAH ANAK ALLAH
Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak yang Kukasihi,
kepada-Nyalah Aku berkenan"(Matius 3:17).
Beberapa orang mungkin berkata begini, "Kami setuju bahwa Yesus adalah
Anak Allah. Mengapa? Karena semua manusia adalah anak Allah. Allah telah
menciptakan kita semua dan Dia Bapa kami di surga." Hal ini tidak seperti
apa yang diajarkan Alkitab mengenai Yesus sebagai Anak Allah. Alkitab
mengajarkan bahwa Yesus adalah satu-satunya Anak Allah. Tidak ada, dan tidak
akan pernah ada yang lain yang dihubungkan dengan Anak Allah seperti Yesus.
1. Yesus tidak Mempunyai Ayah Secara Dunia
Bacalah dengan saksama Matius 1:18-25 dan Lukas 1:26-35. Dari ayat- ayat ini, kita belajar
hal-hal berikut. Yusuf dan Maria merencanakan pernikahan. Kemudian Malaikat
Gabriel menampakkan diri kepada Maria dan berbicara kepadanya bahwa dia akan
mempunyai anak. Maria menjawab bahwa ini tidak mungkin karena dia seorang
perawan. Gabriel menjelaskan kepadanya bahwa Roh dari Tuhan akan datang ke
atasnya dan anak itu akan menjadi Putra Allah. Ketika Yusuf mendengar bahwa Maria telah mengandung seorang bayi,
Yusuf berencana untuk memutuskan pertunangan. Akan tetapi, seorang malaikat
menampakkan diri kepada Yusuf dalam mimpi dan menjelaskan kepadanya bagaimana
Maria menjadi hamil. Kemudian Yusuf mengambil Maria sebagai istrinya, tetapi
mereka tidak hidup bersama-sama sebagai suami istri sampai Yesus dilahirkan.
Kita melihat bahwa Yesus tidak mempunyai ayah secara duniawi karena Maria telah hamil dari Roh Allah.
2. Malaikat Gabriel
menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah
Lukas 1:35, "Jawab malaikat itu
kepadanya: Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan
menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah."
Dari kata-kata Malaikat Gabriel itu, siapakah Yesus? Kita segera melihat bahwa
hanya ada satu jawaban, Yesus adalah Anak Allah. Beberapa orang mencoba menjadi
sangat bijak dan mengajukan banyak pertanyaan mengenai siapa Yesus. Malaikat
dari surga tidak mempunyai pertanyaan tentang hal ini. Malaikat Gabriel tahu bahwa
Yesus adalah
Anak Allah.
3. Yohanes
Pembaptis Menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah
Bacalah Yohanes 1:29-34 dan
pelajarilah ayat-ayat ini. Allah telah mengirim Yohanes Pembaptis untuk
menyiapkan hati manusia supaya mereka menerima Yesus, Juru Selamat yang
dijanjikan. Yohanes Pembaptis menjadi pembuka jalan dengan memanggil manusia
untuk bertobat (menyesal atas dosa-dosa dan berpaling dari dosa-dosa). Allah
juga menceritakan kepada Yohanes Pembaptis bagaimana dia akan bisa mengenali
Penyelamat yang dijanjikan bila Dia datang. Bagaimana Yohanes Pembaptis mengetahui-Nya? Bacalah ayat 33. Ia akan
menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan kerajaan-Nya
tidak akan berkesudahan. Ketika Yohanes Pembaptis melihat Roh Allah turun dan
tinggal di atas Yesus, Yohanes Pembaptis langsung mengetahui Yesus adalah Juru
Selamat yang dijanjikan.
4. Allah Sendiri
Menyatakan bahwa Yesus Anak Allah
Ayat-ayat berikut mengajar kita dengan sangat jelas. "Sesudah dibaptis,
Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia
melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah
suara dari sorga yang mengatakan, 'Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan'" (Matius 3:16-17). Di bagian lain disebutkan
pula, "Dan tiba-tiba, sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang
menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata, 'Inilah Anak
yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia'" (Matius 17:5). Demikian pula ayat ini,
"Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar
suara: Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia'" (Markus 9:7). Lalu, "Sementara ia berkata
demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan
itu, takutlah mereka" (Lukas
9:34-35). Murid-murid mengerti dengan jelas bahwa suara yang mereka
dengar adalah suara Tuhan. Bertahun-tahun kemudian ketika Petrus sedang menulis
hal-hal yang terjadi di atas Gunung Transfigurasi (gunung tempat Yesus nampak
dalam terang yang berkilau-kilauan), dia berkata bahwa Yesus telah menerima
kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa. Mereka mendengar suara yang berkata,
"Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku
berkenan" (2Petrus 1:17-18). Allah
ingin manusia mengerti siapa Yesus.
5. Roh-roh Jahat
Menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah
Ada beberapa contoh dalam Alkitab tentang roh-roh jahat yang mengenal Yesus dan
berkata bahwa Dia adalah Anak Allah. Marilah kita lihat dua contoh ini.
Bacalah Lukas 8:26-39. Dalam ayat-ayat
ini, iblis-iblis menyatakan bahwa Yesus adalah seorang yang mempunyai kuasa
menghancurkan mereka. Sekarang, baca juga Markus
1:23-27. Di sini roh jahat berkata bahwa Yesus adalah yang kudus dari
Allah. Perhatikan bahwa Yesus memerintahkan roh jahat untuk diam. Dia tidak ingin Setan atau orang-orang yang dipenuhi oleh roh Setan
menanyakan siapakah yang seharusnya menceritakan tentang Yesus. "Pulanglah
ke rumahmu dan ceritakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah
atasmu." Orang yang disuruh Yesus itupun pergi mengelilingi seluruh kota
dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya (Lukas 8:39). Kehidupan orang itu dibuat
menjadi benar oleh kuasa Yesus. Dan orang-orang seperti dialah yang diinginkan
Yesus untuk menceritakan kepada orang lain tentang Dia.
6. Murid-murid
Menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah
Bacalah Matius 16:13-17. "Maka kata
Yesus kepada kedua belas murid- Nya: 'Apakah kamu tidak mau pergi juga?' Jawab
Simon Petrus kepada- Nya: 'Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu
adalah perkataan hidup yang kekal: dan kami telah percaya dan tahu, bahwa
Engkau adalah Yang Kudus dari Allah'" (Yohanes
6:67-69). Murid- murid telah hidup dengan Yesus selama kira-kira tiga
tahun. Mereka mengamati kehidupan-Nya secara dekat. Mereka telah mendengarkan
pengajaran-Nya tentang hal-hal yang luar biasa mengenai Allah. Mereka telah
melihat hidup-Nya yang tanpa dosa. Mereka telah melihat mujizat-mujizat besar
(pekerjaan-pekerjaan yang menakjubkan) yang Dia lakukan. Karena hal-hal ini,
mereka tahu bahwa Yesus adalah benar-benar Anak Allah.
7. Yesus Sendiri
Menyatakan bahwa Dia adalah Anak Allah
Ketika Yesus di pengadilan, orang-orang mendengar kesaksian- kesaksian dan
keterangan-keterangan di mana tak seorang pun menemukan orang yang bisa
membuktikan bahwa Yesus bersalah dan melakukan dosa. Mereka mengajukan
pertanyaan ini pada Yesus, "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang
Terpuji?" Yesus memberikan jawaban yang sangat berterus terang,
"Akulah Dia" (Markus 14:60-
62). Jika Yesus berkata bahwa dia bukan Anak Allah, kemungkinan
hidup-Nya tidak akan berakhir. Namun, Dia menolak berdusta tentang hal itu. Dia
ingin orang mengerti bahwa Dia adalah Anak Allah.
8. Kebangkitan
Yesus dari Kematian Menunjukkan bahwa Dia Anak Allah
Ketika Yesus bersama dengan murid-murid-Nya, kerap kali Dia menceritakan kepada
mereka bahwa Dia akan dibunuh dan pasti akan bangkit dari kubur pada hari
ketiga. "Sejak waktu itu, Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya
bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak
tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan
pada hari ketiga" (Matius 16:21). "Bapa
mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.
Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya
menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa
mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku (Yohanes 10:17-18). Bacalah juga Yohanes 2:18-22, musuh-musuh Yesus juga
mendengarkan kata-kata ini. Itulah sebabnya, mungkin mereka melakukan
segala-galanya untuk menghentikan kebangkitan Yesus. Mereka meletakkan sebuah
batu yang sangat besar di pintu masuk dari gua di mana tubuh Yesus dikubur.
Mereka minta prajurit-prajurit untuk menjaga pintu masuk. Kekuatan manusia
tidak pernah bisa menghentikan pekerjaan Allah. Yesus bangkit dari kematian
seperti yang telah Dia katakan. Kebangkitan-Nya membuktikan bahwa Dia berbicara
benar. Itu bukti bahwa Dia adalah sungguh-sungguh Anak Allah. Dan menurut Roh
kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia
adalah Anak Allah yang berkuasa atas kematian (Roma
1:4). Alkitab sangat jelas berbicara tentang Yesus. Dulu dan sekarang,
Dia adalah Anak Allah. Mengatakan bahwa hal ini tidak benar berarti mengatakan
bahwa firman Allah tidak benar. Marilah kita menerima kebenaran tentang Yesus
dan memercayai-Nya selalu sebagai Anak Allah dan Juru Selamat.
YESUS ADALAH FIRMAN ALLAH DAN ANAK ALLAH
FIRMAN
1. Ibrani davar.
Akar kata ini berarti 'hal yang ada di belakang'. Jadi dalam suatu pengertian
menunjuk kepada 'kamar di belakang rumah', yaitu Tempat Yang Maha Kudus di Bait
Suci. Dalam psikologi Ibrani, ucapan seseorang dianggap dalam pengertian
tertentu sebagai sebagian dari kedirian si pembicara yang mempunyai keberadaan
sendiri yang nyata. Maka ucapan atau Firman Allah dalam Alkitab ialah penyataan
diri-Nya sendiri, dan kata davai bisa menunjuk kepada berita-berita tersendiri
yang diberikar kepada para nabi, atau kepada isi penyataan dalam
keseluruhannya. Kata itu dipakai 394 kali tentang komunikasi dari Allah kepada
manusia. Davar mengandung kuasa yang serupa dengan kuasa Allah yang
mengucapkannya (Yes 55:11), melaksanakan kehendak- - Nya tanpa halangan, harus
diperhatikan oleh para malaikat dan manusia (Mzm 103:20; Ul 12:32), tetap untuk
selama-lamanya (Yes 40:8), dan tak akan kembali kepada Allah tanpa digenapi
lebih dahulu (Yes 55:11). Dalam Mzm 119 davar lebih menunjuk kepada firman
Allah yang tertulis.
2. Yunani logos.
Latar belakang. Kata ini dipakai dalam LXX untuk menerjemahkan davar (lih di
atas). Dalam bahasa Yunani pada dasamya logos berarti 'kata', tapi kemudian
berkembang dengan berbagai arti: dalam tata bahasa logos mengartikan kalimat
yang lengkap; dalam logika mengartikan suatu pemyataan yang berdasarkan
kenyataan; dalam retorika mengartikan pidato yang tersusun secara tepat. Dalam
dunia filsafat istilah logos dipakai oleh aliran Stoa dengan mengikuti Herakleitos,
untuk mengartikan kekuasaan atau tugas ilahi yang memberi kesatuan, pertalian
dan makna pada alam semesta. Mereka menyebutnya logos spermatikos.
Manusia dijadikan selaras dengan dasar yang sama, dan manusia itu sendiri
dikatakan mempunyai logos, baik sebagai budi atau rasio (logos endiathetos)
maupun sebagai kemampuan berbicara (logos proforikos). Istilah logos banyak
sekali dipakai oleh ahli filsafat Filo. Ia beranggapan bahwa pikiran Yunani
sudah dibayangkan dalam PL, dan ia memakai ayat-ayat seperti Mzm 33:6 untuk
menerangkan bagaimana Allah yang transenden dapat menjadi Pencipta alam semesta
dan menyatakan diri-Nya sendiri kepada Musa dan Bapak-bapak leluhur Israel. Ia
menyamakan Logos dengan pikiran Plato tentang dunia ide-ide, sehingga kata itu
mengartikan dua-duanya, baik rencana Allah maupun kuasa Allah untuk mencipta. Ia menjabarkan Logos menjadi Malaikat Yahweh dan juga Nama Yahweh dalam PL, dan
menyebutnya suatu Allah yang kedua serta Manusia Idaman, pola ilahi bagi
manusia yang diciptakan Allah di bumi. Dalam PB. Logos dipakai baik dalam arti
kata biasa, maupun dengan pengertian pesan Injil Kristen (Mrk 2:2; Kis 6:2; Gal
6:6). Dalam Surat-surat Kiriman kita baca tentang Firman kehidupan (Flp 2:16),
Firman kebenaran (Ef 1: 13), kabar keselamatan (Kis 13:26), berita pendamaian
(2 Kor 5:19), dan pemberitaan tentang salib (1 Kor 1:18): dalam bahasa Yunani
semuanya disebut logos. Logos ialah amanat dari pihak Allah yang dinyatakan
dalam Yesus Kristus, yang wajib diberitakan dan ditaati.
Pada tiga tempat kata logos dipakai secara teknis, yaitu Yoh 1:1,14; 1 Yoh
1:1-2; Why 19:13. Yoh 1:1 adalah satu-satunya kasus yang tidak meragukan. Di
sini pendahuluan Injil bersifat sangat metafisis, dimana pentingnya Kristus
ditafsirkan secara teologis. Silang pendapat di kalangan sarjana hanya pada
masalah penentuan sumber-sumber primer dari ayat-ayat tersebut, dan arti logos yang paling pokok di sini. Upaya Yohanes terutama
hanya pada penggunaan kata davar dalam PL, atau pada ajaran para rabi mengenai
Kitab Taurat. Upaya ini gagal karena konsep-konsep ini tidak jelas dibedakan
dari Allah yang Mahatinggi sehingga tetap berdiri tanpa perubahan pada ayat 14.
Tokoh Hikmat menyediakan lebih banyak kesejajaran, tapi tidak cukup dipersamakan dengan Firman itu dalam sumber-sumber
yang diteliti: ajaran mengenai Manusia Pertama atau Manusia Sorgawi yang
dikemukakan oleh beberapa ahli kurang meyakinkan.
Hanya ajaran Filo tentang Logos yang
menyajikan kerangka teologis yang jelas, dimana Firman memiliki suatu kesatuan
yang mirip dengan Allah dan sekaligus memiliki perbedaan dengan-Nya, mengandung
kegiatan mencipta dan memelihara semesta alam, dan juga memiliki kegiatan yang
bersifat menyatakan diri kepada manusia. Lebih lanjut konsep khas mengenai
inkarnasi, setidak-tidaknya merupakan pengembangan yang tepat dari penyamaan
Logos menurut Filo dengan Manusia Sejati. Jadi mungkin sekali di balik ini
semua dijumpai penggunaan langsung dari konsep Filo atau pemikiran dari
kelompok cendekiawan Yahudi yang menganut Helenisme. Dalam Surat 1 Yoh 1:1
istilah 'Firman Hidup' tidak mungkin mengandung arti Logos secara teknis
teologis, baik konteks maupun susunannya bertentangan dengan itu. Bahkan jika
surat ini berasal dari penulis yang sama dengan penulis Injil Yohanes (yang
diragukan oleh beberapa ahli) surat ini mungkin berasal dari waktu yang lebih
dini daripada saat diterimanya ajaran Logos yang telah berkembang penuh.
Pemahaman 'Injil Kristen' adalah paling cocok untuk konteks ini.
Dalam Why 19:13 pemahaman 'Injil'
mungkin berada di balik pengenaan gelar Firman Allah kepada sang Pemenang (bnd
6:2 menurut beberapa penafsir tokoh yang berkuda harus diartikan Injil yang
sedang berkembang dalam kemenangan), Kita boleh membandingkannya dengan gambaran dalam Kebijaksanaan Salomo 18:15,
16. Tapi karena dalam Wahyu tokoh itu jelas disebut Raja segala raja dan Tuhan
segab tuan, pastilah ada lebih banyak makna metafisis yang terkandung di sini.
Sifat sastra yang khas dari Wahyu menjelaskan mengapa arti itu tidak
dikembangkan di sini seperti halnya dalam Injil ke-4. Tiga bagian PB tersebut menggambarkan bagaimana kepenuhan Kristus secara tetap
menyita semua gambaran dan pemikiran manusia; dan bagaimana bagian-bagian lain
PB menuntut tafsiran berdasarkan banyak sumber, guna menyajikan keterangan terpadu.
Yesus memberi makna segar terhadap istilah-istilah yang pada waktu sebelum Dia
mengandung
makna lebih terbatas.
Dalam bentuk jamak (ta logia) istilah
logos berafi seluruh PL atau suatu bagiannya yang khas. Dalam Kis 7:38
'firman-firman yang hidup' menunjuk kepada Dasa Titah atau kepada seluruh isi
Taurat Musa. Dalam Rm 3:2 artinya ialah PL, khususnya janji-janji Allah kepada
Israel. Dalam 1 Ptr 4: 11 pemberitaan 'firman' berarti pengkhotbah wajib
menjaga beritanya sedemikian rupa sehingga ia seolah-olah mengucapkan Kitab
Suci yang diilhamkan. Ta Logia tampil pula dalam Ibr 5:12, di situ diterjemahkan 'laenyataan Allah'; artinya tulang punggung
ajaran Kristen, yang berhubungan dengan dasar-dasar pada PL mau pun penyataan
Allah yang terakhir melalui AnakNya (Ibr 1:1). Makna teologis dari ta logia
ditekankan oleh B.B Warfield: 'Ta logia ialah pengumuman- pengumuman Allah yang
mempunyai kekuasaan, dan di hadapannya manusia berdiri dengan hotmat dan
menyembah dengan merendahkan diri'.
3. Yunani rhema.
Kata ini berarti kata yang diucapkan, lalu menjadi inti ucapan, dan kenyataan.
Kata ini juga memperoleh pengertian 'firman Allah', seperti logos, dan dengan
demikian berarti 'Injil Kristen'. Dalam perkembangannya timbul juga arti lain,
yaitu pengakuan Kristen, yang membawa kepada keselamatan (Ef 5:26). Rhema
diterjemahkan 'firman' dalam mis Mat 4:4; Luk 2:29; Yoh 3:34; Rm 10:8; Ef 6:17;
Ibr 1:3; 1 Ptr 1
ARTI
GELAR ANAK ALLAH
Gelar Anak Allah dipakai oleh beberapa pihak. Penggunaannya bergantung kepada
adat kebudayaan, sehingga berbeda pula artinya. Sehubungan dengan arti gelar
Anak Allah, William Barclay dalam bukunya Jesus as They Saw Him, mendaftarkan
beberapa penggunaan gelar tersebut. Dalam Perjanjian Lama, malaikat-malaikat
disebut anak Allah. Gelar itu tidak dipakai untuk seorang demi seorang (Ibrani
1:5), melainkan untuk malaikat secara keseluruhan. "Maka anak-anak Allah
melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka
mengambil istri dari antara perempuan-perempuan itu (Kejadian 6:2). Pada awal
cerita Ayub, anak-anak
Allah menghadap Allah (Ayub 1:6). Pada waktu penciptaan alam semesta,
bintang-bintang fajar dan anak-anak Allah bersorak-sorai bersama (Ayub 38:7). Para malaikat disebut anak
Allah. Memang harus diingat bahwa ada beberapa tafsiran mengenai
Kejadian 6:2. Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel disebut anak Allah. Sebutan
itu dituntut oleh Allah terhadap Firaun (Keluaran 4:22-23). Ketika masih
kanak-kanak, Israel dikasihi oleh Allah. Dan Ia
memanggil mereka dari Mesir (Hosea 11:1). Umat pilihan Allah disebut anak Allah. Raja-raja
Israel disebut anak Allah. Dalam arti khusus, raja Israel dipilih oleh Allah
dan dipanggil anak Allah. Berkenaan dengan Salomo, Allah berkata kepada Raja
Daud:
"Aku akan menjadi
Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku (2 Samuel 7:14). Lukas membuat
silsilah Yesus secara mundur kepada Adam. Dikatakan dalam Lukas 3:38:
"Kenan anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah." Adam adalah anak
Allah.
Dalam dunia kafir, orang-orang tertentu disebut anak Allah. Cerita mythos penuh
dengan tokoh yang mengaku lahir dalam kesatuannya dengan allah tertentu yang
tidak dapat mati. Herkules anak Alkmene dan Zeus. Achilles anak Thetis dan
Peleus.
Aleksander Agung dianggap sebagai keturunan Zeus, dan lain-lainnya.
Vos menunjukkan empat kemungkinan arti gelar Anak Allah Gelar anak Allah dalam
arti nativistik (keturunan). Ciptaan Allah dapat disebut "anak Allah"
sebab keberadaannya itu sebagai hasil daya cipta Allah. Adam disebut anak Allah
sebagaimana Set disebut anak Adam (Lukas 3:38). Bangsa Israel juga,disebut anak
Allah (Keluaran 4:22). Ada pendapat bahwa Yesus juga
disebut Anak Allah dalam anti
nativistik tersebut, karena kelahiran-Nya oleh Roh Kudus (Lukas 1:35; Matius
1:21).
Arti di atas sejajar dengan pandangan orang Yunani pada masa Rasul Paulus
tentang kebapaan Allah secara universal. Paulus mengutip pandangan itu dalam
Kisah Para Rasul 17:28: "Sebab kita ini dari keturunan Allah juga."
Dengan demikian keanakan manusia terhadap Allah terjadi secara alami. Tentu
saja gelar Anak Allah bagi Yesus tidak diartikan secara theologis berdasarkan
kelahiran secara alami. Gelar anak Allah dalam arti moral-keagamaan. Maksudnya
ialah gelar itu dipakai untuk menyatakan hubungan Allah dengan manusia yang
menjadi obyek kasih-Nya. Arti itu berlaku bagi semua bangsa termasuk Israel.
Terhadap Israel, pemeliharaan Allah dinyatakan bukan hanya karena keberadaan
mereka oleh Allah, tetapi juga disebabkan Allah ingin menjadikan mereka sasaran
kasih-Nya. Dalam Perjanjian Lama, keanakan Israel terhadap Allah selalu
disebut-sebut. Demikian juga dalam Perjanjian Baru, orang yang
percaya kepada Yesus disebut anak Allah karena kelahiran baru
(Yohanes 1:12; 3:3), atau oleh karena pengangkatan (Roma 8:14, 19; Galatia
3:26; 4:5). Arti kedua ini juga tidak cocok bagi Yesus. Gelar Anak Allah dalam
arti Messianik. Gelar ini bersifat jabatan. Keturunan Raja Daud diakui sebagai
anak Allah (2 Samuel 7:14). Gelar dalam anti theologis. Dalam Perjanjian Baru,
gelar Anak Allah bagi Yesus mempunyai arti yang lebih dalam daripada arti-arti
di atas. Ia disebut Anak Allah sebab Ia itu Tuhan dan memiliki sifat Ilahi. Rasul
Yohanes dalam Injil karangannya menyatakan bahwa Yesus adalah Kristus dan juga
Anak Allah. Ia mempunyai pre-eksistensi sebagai Logos, yang berarti Allah
sendiri. Ia menjelma
manusia untuk menyatakan Allah kepada manusia. Paulus menyatakan bahwa
Allah telah mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging untuk menggenapi tuntutan
hukum Taurat di dalam hidup manusia (Roma 8:3; Galatia 4:4)
Penggunaan Gelar Anak Allah bagi Yesus
Gelar Anak Allah dipakai untuk menyatakan karya Yesus, yang dilakukan sebelum
kedatangan-Nya ke dunia ini (Ibrani 1:2b, 3a) dan pada akhir zaman (1 Korintus
15:28). Allah tidak sendirian menjadikan alam semesta ini. Ia menjadikannya
bersama dengan Allah Roh Kudus dan Allah Anak. Oleh Dia (Yesus), Allah telah
menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud
Allah dan menopang segala yang ada dengan Firman-Nya yang penuh dengan
kekuasaan. Biasanya penciptaan dianggap sebagai pekerjaan Allah Bapa saja.
Bagaimanapun juga Alkitab menunjukkan, bahwa pekerjaan penciptaan adalah karya
dari ketiga pribadi Tritunggal. Untuk Yesus (Anak Allah) jelas disebut dalam
Yohanes 1:3, "segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada
sesuatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan." Dan satu
Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehnya segala sesuatu telah dijadikan
dan yang karena Dia kita hidup (1 Korintus 8:6). Pernyataan terlengkap dapat
dibaca dalam Kolose 1:15-17: "Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan
. . . karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu ... segala sesuatu
diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu
dan segala sesuatu ada di dalam Dia." Sebagai pencipta, Yesus ada sebelum
segala sesuatu ada.
Pada akhir zaman, Yesus bekerja juga. Dalam kaitan-Nya dengan gelar Anak
Manusia, Yesus melakukan karya-Nya pada waktu ada di dunia dan pada akhir
zaman. Pada akhir zaman, sebagai Anak Manusia, Ia akan menyatakan kemuliaan-Nya
(Matius 24:30), datang kembali ke dunia (Matius 24:27,44) dan menghakimi semua
bangsa (Matius 13:41; Lukas 21:36). Tetapi sebagai Anak Allah, Yesus tidak
melakukan karya di atas pada akhir zaman. Menurut 1 Korintus 15:28 pada akhir
zaman Yesus akan menaklukan segala sesuatu kepada Allah, Bapa-Nya, yang jelas
dua gelar di atas menekankan kekekalan Yesus yang dinyatakan dalam karya-
karya-Nya pada akhir zaman.
Gelar Anak Allah menunjukkan seluruh karya Yesus bersama Bapa-Nya dari semula
sampai dengan penyelesaian segala sesuatu pada akhir zaman. Implikasi dari
karya yang dilakukan Yesus sebelum datang ke dunia ialah Yesus itu kekal
adanya. Kekekalan dan keabadian itu menunjukkan ciri-ciri Allah sendiri. Ia ada
dengan sendirinya, tidak bergantung kepada pihak lain bagi keberadaan-Nya. Itu
berarti Ia sudah ada sebelum kelahiran-Nya di dunia. Bukti-bukti kekekalan-Nya
dapat dilihat dalam seluruh Alkitab: Ayat-ayat dalam Perjanjian Lama berisi
penjelasan tentang keberadaan-Nya sebelum datang ke dunia. Sebelum dilahirkan
di Betlehem, Ia sudah ada sebelumnya, yang permulaan-Nya sudah sejak purbakala,
sejak dahulu kala (Mikha 5:1). Bahkan Yesaya memberikan nama Allah Yang Perkasa kepada Kristus (Yesaya 9:5),
demikian juga sebagai Bapa Yang Kekal. Perjanjian Baru berisi keterangan yang lebih tegas mengenai kekekalan Yesus.
Pendahuluan Injil Yohanes biasa dianggap sebagai "peneguhan tentang
kekekalan Kristus: "Pada mulanya adalah Firman; . . . dan Firman itu
adalah Allah" (Yohanes 1:1). Perkataan "pada mulanya" agaknya menunjuk kepada suatu waktu dalam
masa kekekalan yang silam yang mustahil kita datangi. Kata kerja yang dipakai juga dipilih untuk menunjukkan kekekalan, karena kata
"adalah" (Yunani, en) berarti keberadaan yang terus-menerus. Kristus
sendiri mengaku keberadaan-Nya sebelum Abraham ada: "Sesungguhnya sebelum
Abraham jadi, Aku telah ada (Yohanes 8:58). Yesus menyatakan diri sebagai Aku
yang Kekal.
Paulus mengiakan kekekalan Kristus. Dalam suratnya, ia menulis: "...
Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan
yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana
maupun kerajaan, baik pemerintah maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan
oleh Dia dan untuk Dia" (Kolose 1:16-17). Dari ayat itu dapat
ditemukan bahwa Kristus sudah ada sebelum segala sesuatu diciptakan, dan segala
sesuatu ada oleh daya cipta-Nya. Jika demikian sudah jelas bahwa Ia sendiri
tidak berasal dari penciptaan.
Pernyataan Kristus sendiri juga menjadi bukti kekekalan Kristus. Di dalam Dia
Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadi kan (Efesus 1:4), Aku adalah Alfa
dan Omega ... (Wahyu 1:8); Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup
(Wahyu 1:17). Dalam Perjanjian Baru banyak argumentasi yang menyokong kebenaran
akan kekekalan Kristus. Gelar-gelar-Nya, sifat-sifat ilahi-Nya, janji janji-Nya yang kekal menyatakan keilahian-Nya.
Jadi jelaslah kekekalan Kristus diakui dalam Perjanjian Baru.
Sebab-sebab Yesus Disebut Anak Allah
Di depan telah disebutkan bahwa gelar Anak Allah diberikan kepada Yesus.
Pemberian itu didasarkan atas beberapa alasan.
Empat alasan sebagai berikut: Pertama Yesus bersatu dengan Allah Bapa. Alasan
ini menyatakan adanya hubungan yang erat antara Yesus Anak Allah dengan Allah
Bapa. Banyak ayat Alkitab yang mengajarkan hal tersebut. Yesus sendiri berkata,
"Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes 10:30). Anak tidak dapat
mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa
mengerjakan-Nya" (Yohanes 5:19). Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku
sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku
(Yohanes 8:28). Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa (Yohanes 8:38). Aku
menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan Bapa kepada-Ku (Yohanes 12:50).
Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; . . . apa yang Aku
katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang
diam di dalam Aku (Yohanes 14:9-11). Semua orang yang menghormati Anak sama
seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga
tidak menghormati Bapa" (Yohanes 5:23). Semua perkataan- Nya itu
menyatakan kesatuan diri-Nya dengan Allah Bapa. Kedua, Yesus adalah
satu-satunya penyataan diri Allah. Yesus sendiri berkata dalam Matius 11:26-27,
"Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku
oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang
pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak berkenan
menyatakan-Nya." Demikian juga kesaksian Rasul Yohanes menyatakan hal yang
sama dengan yang diucapkan Yesus. Tidak seorang pun yang dapat menyatakan Allah
kepada dunia, kecuali Yesus. Hanya orang yang menjadi satu dengan Allah saja
yang dapat menyatakan diri Allah dengan jelas kepada manusia. A.M. Hunter
mengatakan, "Gelar Anak Allah menggambarkan hubungan Yesus dengan Bapa
yang tidak kelihatan itu. Itu menunjuk rahasia terdalam dari eksistensi-Nya,
dan menyarankan agar orang menyadari bahwa Ia datang kepada manusia dari
kedalaman eksistensi Allah." Orang datang dari eksistensi Allahlah yang
dapat menyatakan diri Allah kepada manusia. Orang itu adalah Yesus.
Allah ingin menciptakan persekutuan yang erat dengan manusia, dan antara
manusia dengan sesamanya. Karena ide itu keluar dari Allah, maka Allah harus
menyatakan diri kepada manusia. Caranya adalah dengan penyataan. Menurut Ibrani
1:1-4 puncak penyataan itu ada di dalam diri Yesus. Jadi kalau Yesus berani
berbicara bahwa tidak seorang pun mengenal Bapa, kecuali Anak dan orang yang
kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Dengan demikian hanya Yesuslah yang
mampu menyatakan Allah kepada manusia dan membawa manusia kepada Allah. Ia
mengenal Bapa (Yohanes 10:15) dan menjadi jalan kepada Bapa (Yohanes 14:6).
Ketiga; Yesus taat dalam melaksanakan pola, rencana dan tujuan Allah bagi hidup
manusia dalam penciptaan, pemeliharaan dan pendamaian. Allah mempunyai pola,
rencana dan tujuan bagi hidup manusia dalam penciptaan, pemeliharaan dan
pendamaian itu.
Yesus dipilih dan diutus ke dalam dunia untuk melaksanakan pola, rencana dan
tujuan Bapa-Nya bagi umat manusia. Mulai berumur 12 tahun, Yesus telah
menyatakan ketaatan-Nya dalam melakukan kehendak Bapa itu. Berikut ini
didaftarkan beberapa peristiwa mengenai ketaatan-Nya: 1) Mulai umur 12 tahun
Yesus telah mulai melakukan pekerjaan Bapa (Lukas 2:41-52); 2). Yesus dibaptiskan untuk menggenapkan seluruh kehendak Bapa (Matius 3:13-17); 3)
Ia menolak godaan Iblis, karena ingin mengikuti kehendak Bapa (Matius 4:1-11);
4) Dalam doa-Nya di Getsemani, Yesus menyerahkan diri supaya kehendak Bapa saja
yang jadi dalam diri-Nya (Markus 14:32, 39); 5) Yesus mengaku bahwa Ia adalah
Anak Allah di depan Mahkamah Agama Yahudi, meskipun harus menghadapi hukuman
(Matius 26:57-68); 6) Rela menderita penganiayaan di kayu salib (Matius
27:39-43), bahkan sampai mati di atas kayu salib.
Berkali-kali Yesus menyatakan bahwa Ia menuruti kehendak Bapa-Nya;
"MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan
menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yohanes 4:34). Aku tidak menuruti kehendak-Ku
sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku" (Yohanes 5:30).
Dari setiap peristiwa ketaatan dan kata-kata Yesus sendiri dalam hubungan-Nya
dengan Allah, dapat disimpulkan bahwa Yesus sendiri sadar akan kedudukan-Nya
sebagai Anak. Sebagai hasilnya, Ia selalu menaati kehendak Allah Bapa. William
Barclay mengatakan dalam Injil Sinoptik kita dapat menyaksikan Yesus sebagai
seorang pribadi yang hidup-Nya dimulai, dilanjutkan, dan diakhiri dalam
kesadaran bahwa diri-Nya adalah Anak Allah." Yesus berhasil melaksanakan
pola, rencana dan tujuan Allah bagi manusia dalam penciptaan, pemeliharaan dan
pendamaian itu. Keempat,"karya Yesus adalah karya Allah sendiri. Yesus
disebut Anak Allah dalam Perjanjian Baru, karena karya yang dilakukan-Nya
memadai dengan karya Allah Bapa. Karya itu ialah: Pertama, memberi hidup kepada
semua orang (Yohanes 5:25,26). Yesus datang ke dunia agar manusia hidup dengan
segala kelimpahan. Kedua, menjadikan orang anak Allah. Orang orang yang percaya
kepada-Nya, diberi-Nya hak menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12; Galatia 3:26;
1 Yohanes 3:1-2). Ketiga, membangkitkan orang yang telah mati (Yohanes
11:41-44). Keempat, memperdamaikan, menyelamatkan dan menyucikan orang percaya
(Roma 5:10; 1 Yohanes 3:7,8; 4:10,14).
Kematian Yesus memperdamaikan orang percaya dengan Allah. Yang diperdamaikan
pasti akan diselamatkan oleh Yesus.
Yesuslah yang diutus oleh Bapa untuk menjadi Juruselamat kita. Kelima, Yesus
ikut menjadikan alam semesta (Ibrani 1:2). Oleh Dia Allah menjadikan alam
semesta.
Dalam Perjanjian Lama, semua bangsa Israel, termasuk rajanya disebut anak
Allah. Mereka dipilih dan diutus untuk melaksanakan karya Allah di dunia. Namun
demikian, tidak seorang pun dari mereka dapat melakukan karya-karyaYesus di
atas.Memang hanya Yesuslah satu-satunya orang yang pernah mengajarkan karya Allah
Bapa. Sebab itu ia disebut Anak Allah. Bahkan dalam Yohanes 1:14 dan 3:16 Yesus
diberi gelar Anak Tunggal Bapa.
Implikasi Gelar Anak Allah Bagi Yesus
Di depan telah diutarakan arti gelar Anak Allah dan sebab-sebab Yesus digelari
Anak Allah. Dari uraian di atas dapat diperoleh implikasi gelar Anak Allah pada
diri Yesus. Pertama, Yesus mempunyai hubungan yang erat sekali dengan Bapa.
Bahkan tidak ada hubungan yang seerat itu dalam hidup manusia. Eksistensi Allah
sama dengan eksistensi Yesus. "Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes
10:30). Kedua, antara Allah Bapa dan Yesus ada kesetaraan. Dalam Filipi 2:6
Paulus menyatakan bahwa Yesus ada dalam rupa Allah. Itu berarti bahwa Kristus
bukan saja sama dengan Allah, tetapi Ia adalah Allah, benar-benar Allah. Ia
seujud, sehakekat dengan Dia. Ungkapan "berada dalam rupa Allah,"
menyatakan bahwa sebelum Kristus menjadi manusia Ia telah ada. Ia mempunyai pre-eksistensi. Ia seujud atau sehakekat dengan Allah dan Ia
menyatakan diri-Nya sebagai Allah. Ketiga, Yesus menyatakan ketaatan yang
mutlak kepada kehendak Bapa. Ketaatan seperti itu tidak akan terjadi jika Yesus
bukan Anak Allah. Keempat, Yesus mengenal Allah secara istimewa. Pengenalan-Nya itu menunjukkan
eratnya hubungan-Nya dengan Allah dan juga ketaatan-Nya. Karena berhubungan
erat, maka Yesus mengenal dan akhirnya menaati-Nya. Pengenalan-Nya yang disebut
dalam Matius 11:27 itu bukan secara mental dan akali, tetapi karena hasil
hubungan-Nya yang erat tersebut. Kelima, karena Yesus itu satu dengan Allah,
berhubungan erat, mengenal dan taat kepada Bapa-Nya, maka Yesus memiliki kuasa
Allah. Tidak diragukan lagi bahwa Yesus memiliki kuasa yang hebat. Ia berkuasa
atas alam, atas penyakit, kematian dan setan. Tanpa kuasa Allah ada pada diri
Yesus, Ia tidak dapat melakukan semua pelayanan-Nya secara menakjubkan. Keenam,
gelar Anak Allah dipakai di dalam kitab-kitab Injil untuk menunjukkan kesatuan
Yesus dan Allah Bapa bukan untuk menunjukkan kemessiasan-Nya. Gelar Anak Allah
sebagai gelar mesiasnis untuk Yesus terjadi pada perkembangan pengertian
rasul-rasul selanjutnya. Dalam hubungan-Nya dengan Allah Bapa ia berada sejak
semula sebagai Anak Allah bukan sebagai Mesias.
Kesimpulan
Kesadaran Yesus akan kedudukan-Nya sebagai Anak Allah terdapat bukan hanya
dalam Kitab Injil Yohanes, tetapi juga dalam Kitab Injil yang lain. Dalam
Matius 11:26-27, Yesus secara langsung mengungkapkan hubungan diri-Nya dengan
Bapa-Nya. Ia menyatakan diri sebagai Anak dari Bapa. Bahkan hanya Dia dan Bapa
yang dapat saling mengenal dan orang yang kepadanya Anak mau menyatakan diri.
Injil Yohanes beserta kitab lain yang dikarangnya dan buku-buku karangan Paulus
merupakan dokumen mengenai perkembangan pengertian Kristologis, berdasarkan
kesadaran Yesus akan diri-Nya sebagai Anak Allah.
Kita juga dapat menyimpulkan bahwa Yesus merasa sebagai Anak Allah dalam arti
yang istimewa. Ia lain daripada orang lain.
Dengan keanakan-Nya itu Yesus menyatakan kesatuan-Nya dengan Bapa yang tidak
dapat dinyatakan oleh manusia. Untuk menghindari konsep yang salah tentang
Messias, Yesus lebih banyak menggunakan gelar Anak Manusia yang erat
hubungannya dengan Anak Allah. Maksud penggunaan gelar itu ialah untuk
memberikan tekanan hubungan istimewa-Nya dengan Allah,
bahwa Ia sebagai Anak dan Juruselamat.
Dapat disimpulkan pula, bahwa pikiran murid-murid Yesus mengenai pribadi
Kristus selalu berkembang berdasarkan pengalaman. Dari karya- karya Yesus
bersama murid-murid-Nya, para murid makin sadar bahwa Yesus adalah Anak Allah. Selama pelayanan mereka dengan Yesus, para murid melihat bagaimana Yesus
menyucikan Bait Allah, memasuki Yerusalem pada minggu terakhir, memimpin
perjamuan malam, disalibkan dan akhirnya bangkit pada hari ketiga sesudah mati.
Dari situ pikiran murid-murid Yesus pada abad pertama itu menjadi jelas
mengenai Mesias. Bagi mereka arti gelar Mesias berkembang mencakup Nabi, Pemberi Hukum yang Baru, Anak Allah, dan Anak Manusia.