SIKAP WASPADA
SALAH SATU bahaya yang tidak disadari dalam kehidupan banyak orang Kristen hari ini adalah terlalu optimis menganggap Iblis tidak berdaya lagi. Iblis dianggap sudah kalah sama sekali. Lagu-lagu yang dinyanyikan di banyak gereja hari-hari ini memuat syair-syair yang “mengesankan” bahwa Iblis tidak perlu diwaspadai lagi, karena Tuhan Yesus sudah menang. Banyak orang tertipu bahwa sesungguhnya Iblis, yang cakap dalam berstrategi, berusaha agar orang Kristen memiliki gambaran yang salah mengenai dirinya. Di mana Iblis dipahami sebagai sudah lemah dan tidak berdaya sama sekali. Iblis berhasil membangun pengertian dalam banyak komunitas Kristen bahwa Iblis sudah menjadi oknum yang kurang membahayakan. Iblis adalah oknum yang mudah diinjak-injak sebab itu muncul anggapan bahwa oknum Iblis tidak perlu dipersoalkan seluk beluknya. Demikianlah sedikit. sekali pembahasan mengenai oknum ini. Kalau pun ada sangat bersifat Subyektif berdasarkan pengalaman pribadi tanpa mencari landasan Alkitab secara analitis.
Kalau Iblis disebut-sebut; maka itu hanya berkenaan dengan kekalahannya. Kalau orang Kristen menyanyikan lagu yang memuat syair mengenai kekalahan Iblis itu, hal itu seakan-akan meneguhkan atau lebih memantapkan kekalahan Iblis. Mereka yang menyerukan hal ini merasa sudah ada di pihak Tuhan sebagai umat pemenang dan telah mengalahkan Iblis. Mereka sudah merasa “di atas angin” terhadap Iblis. Seakan-akan Iblis sudah di bawah telapak kaki mereka. Sungguh keadaan yang membahayakan. Mereka tidak mengenal oknum ini dengan benar. Dalam doktrin perang terdapat prinsip penting bahwa kekalahan sering disebabkan karena tidak mengenali musuhnya dengan baik.
Sebenarnya, kemenangan Tuhan Yesus terhadap Iblis tidak membuat orang percaya otomatis menang. Kemenangan Tuhan Yesus memberi jalan atau memberi peluang orang percaya untuk berjuang dan bisa menang terhadap Iblis, sama seperti Dia telah menang, Kemenangan masing-masing individu harus diperjuangkan sendiri, tentu oleh pertolongan dan tuntunan Roh Kudus. Tuhan Yesus yang memperlengkapi dengan kuasa dan orang percaya harus bergumul untuk meraih kemenangannya sendiri. Pengertian yang salah adalah bahwa orang Kristen otomatis sudah menang, di mana hal ini membuat orang Kristen menjadi tidak waspada terhadap gerakan kuasa kegelapan yang sangat cerdik. Petrus menyatakan bahwa Iblis berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum dan mencari orang yang dapat ditelannya (lPtr. 5:8). Dalam tulisan ini Paulus hendak menunjukkan bahwa bahaya dari Iblis masih eksis. Oleh karenanya orang percaya harus berjaga-jaga dan waspada.
Ternyata Iblis belum “knock out”, tergeletak tak berdaya seperti gambaran yang sering ditunjukkan sebagian gereja kepada banyak jemaatnya hari ini. Petrus mengatakan bahwa kita harus sadar dan berjaga-jaga sebab lawan kita, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Kata mencari dalam ayat ini adalah zeton (Cnrdw), dari akar kata zeteo (Cn'téw); yamg selain berarti mencari juga berarti menuntut atau meminta (Ing. askfor, request, demand). Dalam hal ini nampak ada bagian Iblis untuk mencobai orang percaya. Oleh sebab itu orang percaya harus selalu waspada.
Penjelasan di atas ini mengingatkan kita kepada pernyataan Tuhan Yesus kepada Petrus, bahwa Iblis menuntut untuk menampi Petrus (Luk. 22:31). Kata menampi dalam teks aslinya adalah siniasai (owu'mal), yang artinya shake in a sieve (menggoncang-goncang untuk menyaring). Menampi di sini sama dengan menggoncang untuk membuat jatuh. Dengan penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa Iblis memiliki hak untuk mencobai orang percaya, yang sama artinya dengan memiliki kesempatan untuk membujuk orang percaya agar melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kehendak Bapa. Dengan demikian sejatinya Iblis masih aktif dalam perjuangan untuk menjatuhkan orang percaya. Sebenarnya oknum pertama yang dihadapi oleh Iblis di bumi ini adalah Adam, yang kedua adalah Tuhan Yesus Kristus. dan yang ketiga adalah orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan yang memiliki komitmen untuk menjadi anak-anak Allah yang benar. Dalam hal ini perjuangan orang percaya bukan sudah selesai setelah Tuhan Yesus mengalahkan Iblis, tetapi justru baru mulai ketika Tuhan Yesus naik ke surga.
Pengertian dalam banyak orang Kristen mengenai Iblis seakanakan dia sudah kalah. mengkondisikan Iblis lebih bebas beroperasi melancarkan serangannya. Ini adalah kondisi yang sangat berbahaya. Di pihak lain banyak orang Kristen yang merasa sudah menang, tetapi sebenarnya ada di dalam tawanan. Banyak orang Kristen berpikir bahwa yang penting mereka masih ke gereja, giat bekerja di ladang Man. dan melakukan kegiatan yang tidak melanggar moral. Mereka beranggapan bahwa kalau memiliki kehidupan seperti ini berarti mereka sudah hidup sebagai pemenang. paling tidak mereka merasa di zona yang Iblis tidak bisa sentuh. ini sebuah pikiran dangkal atau pitik yang benar-benar bodoh. Kemenangan terhadap Iblis di dalam Tuhan tidaklah diukur dengan ukuran di atas tersebut. Kemenangan dalam 'luhan harus diukur dengan ukuran yang benar, yaitu ketaatan seperti yang dilakukan Tuhan Yesus. Orang Kristen yang menang adalah orang Kristen yang berhasil hidup tidak bercacat dan tidak bercela. dan melakukan kehendak Bapa.
Harus dimengerti bahwa kemenangan Tuhan Yesus di kayu salib bukan manbuat lblis tidak berdaya sama sekali. Kalau Iblis tidak berdaya sama sekali Petrus tidak perlu mengingatkan jemaat terhadap gerakan musuh itu seperti singa yang mengaum. Secara yuridis, Iblis sudah terbukti salah dan patut dihukum, tetapi hukuman itu belum dilaksanakan. Iblis masih berkesempatan beroperasi. Orang percayalah yang harus mempercepat kedatangan Tuhan dengan kehidupan yang sempurna seperti Dia (corpus delicti), agar gerakan Iblis bisa diakhiri. Paulus juga mengatakan bahwa orang percaya harus waspada agar tidak memberi kesempatan kepada Iblis (Ef. 4:27). Kesempatan di sini dalam teks aslinya adalah topan (ténov), yang berarti pangkalan atau tempat berpijak (foodhold). Iblis masih bisa berpijak dalam kehidupan orang yang sudah mengaku dan telah percaya kepada Tuhan Yesus. Kalau orang percaya memahami bahwa Iblis masih berpotensi besar membinasakan manusia. maka orang percaya akan bersikap lebih waspada untuk berjaga-jaga dengan serius.
Dalam Matius 12:43-45 Tuhan Yesus menyatakan bahwa bisa terjadi orang yang telah menerima pelepasan dari kuasa kegelapan dapat kembali dikuasai oleh kuasa kegelapan, dan bahkan keadaannya menjadi lebih buruk. Dalam paragraf tersebut Tuhan Yesus memberi peringatan yang jelas bahwa kuasa kegelapan dapat memobilisir pasukannya untuk membinasakan kehidupan seseorang. Kelepasan yang diberikan Tuhan Yesus menempatkan manusia berkeadaan seperti Adam dan Hawa di Eden. Orang percaya diperhadapkan kepada pilihan: menjadi anak-anak Allah yang taat seperti Tuhan Yesus atau memberontak seperti Lusifer yang jatuh (Setan atau Iblis).
Dalam Efesus 4:17, Paulus juga mengingatkan bahwa ada kemungkinan orang-omg yang telah mengenal Allah bisa hidup lagi sama seperti mng-orang yang tidak mengenal Allah. Harus disadari bahwa Iblis masih memiliki peluang untuk merebut manusia agar menjadi miliknya agar suatu hari nanti mereka bisa bersama menghuni kerajaan kegelapan. Oleh karena situasi yang membahayakan ini, maka Tuhan Yesus berdoa untuk murid-muridNya agar Bapa melindungi dari yang jahat (Yoh. 17:13-17). Tentu doa ini masih berlaku bagi kita sekarang, bahwa kita harus memberi diri hidup dalam tuntunan Bapa di surga.
Jadi, setelah keluar dari penjara Iblis hendaknya seseorang tidak merasa sudah merdeka secara mutlak, seperti yang dikesankan oleh banyak pembicara Kristen. Harus diwaspadai bahwa orang percaya masih memiliki peluang untuk dibelenggu kembali (Gal. 5:1). Agar tidak dipenjara lagi oleh kuasa jahat, maka harus masuk dalam belenggu Tuhan. Keluar dari belenggu Iblis, kita harus masuk ke dalam belenggu Tuhan. Belenggu Tuhan adalah kebenaran Firman Tuhan yang memperbaharui pikiran. Tidak ada cara yang ampuh untuk bebas sama sekali dari belenggu Iblis kecuali hidup dalam belenggu atau penjara Tuhan. Untuk hidup dalam belenggu Tuhan seseorang harus mengisi pikirannya dengan kebenaran Firman Tuhan, sehingga cara berpikirnya benar-benar diubah menjadi cara berpikir Tuhan. Hasrat duniawi digantikan dengan hasrat rohani, sehingga tidak ada yang dirindukan selain melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
KELENGAHAN
Kita harus mengenali betul siapakah musuh dalam peperangan rohani ini, supaya kita tidak terkecoh. Merupakan keharusan bagi orang percaya untuk dapat mengenali dan mengantisipasinya secara tepat dan cermat. Adapun musuh itu adalah si jahat (Ef. 6:12, lPtr. 5:8-9, Mat. 12:43-45 dan lain-lain). Ada beberapa catatan yang harus diperhatikan berkenaan dengan keadaan musuh ini: Pertama, bahwa musuh ini jumlahnya banyak, memiliki hirarki sistem pemerintahan dan gerakannya sangat rapi serta terkoordinir (Mat. 12:2527; 43-45). Memang Iblis atau Setan hanya satu, tetapi roh-roh jahat jumlahnya tidak terhitung.
Dalam Efesus 6:12 secara terperinci disebutkan julukan kuasa gelap ini yang sering diartikan sebagai hirarki pemerintahan kerajaan kegelapan. Kata pemerintahpemerintah dalam Bahasa Yunaninya adalah archas (dpxdg). Kata ini dalam bahasa Inggris diterjemahkan principalities, Penguasa-penguasa (Yun. exousias; Ing. powers); penghulu dunia gelap (Yun. kosmokratoras tou skotous toutou; Ing. rulers of the darkness); roh-roh jahat di udara (Yun. pneumatika tes poneerias; Ing. spiritual wickedness).
Kedua, bahwa musuh ini memiliki intensitas mobilisasi yang sangat tinggi (lPtr. 5:8-9, Mat. 12:43-45, Luk. 22:31-32, Why. 12: 4-9). Dengan mobilitas yang tinggi ia mendakwa dan menuduh (Why. 12:10); ia membunuh (Yoh. 8:44); ia mencuri dan merampok (Yoh. 10:10). Dengan demikian jelas bahwa ia bermobilitas tinggi, jahat dan kejam Ketiga, bahwa musuh itu sangat cerdik. Karena kecerdikannya tersebut, Iblis berhasil menjatuhkan manusia pertama di Eden (Kej. 3). Dengan kecerdikannya ia berusaha menjegal perjalanan misi Anak Allah (Mat. 4: l 1 1). Kecerdikannya inilah yang harus diwaspadai. Rasul Paulus “takut” kalau-kalau jemaat Tuhan dapat diperdaya olehnya. Dalam teks aslinya kata takut adalah foboumai (poBoDual), yang dalam terjemahan bahasa Inggris diterjemahkan frighten atau to be alarmed (2Kor. 11:3,14). Perasaan Paulus yang “takut” ini merupakan indikasi bahwa Iblis tidak boleh dianggap ringan. Dengan peringatan ini kita harus benar-benar waspada terhadap musuh satu ini. Dengan kecerdikannya ia menipu manusia dengan dustanya (Yoh. 8:42-47) dan menyesatkan (2Kor. 3:14).
Menyadari kenyataan ini maka kita hendaknya tidak menganggap ringan atau meremehkan musuh tersebut. Kita harus terus berjaga-jaga agar tidak dapat dijatuhkan olehnya. Yesus berkata: Kalau tidak berjaga-jaga maka seseorang dapat jatuh (Mat. 26:41; Mrk. 14:38; Luk. 21:36). Melalui suratnya, rasul Paulus dan Petrus juga menasihati jemaat agar berjaga-jaga (2Kor. 16:13; Ef.” 6:18; Kol. 4:2, lPtr. 5:8). Dalam berjaga-jaga, kita harus tetap percaya bahwa Tuhan lebih besar dari segala kuasa.
Makhluk adikodrati ini tidak hanya bertindak sebagai penyesat. Namanya sendiri berarti “perusak”. Di dalam Perjanjian Baru, Setan atau Iblis disebut “Naga Besar” dan “ular tua”. Kata yang digunakan untuk Iblis adalah diabolos, yang memiliki dua pengertian, yaitu sebagai “pendakwa” dan “perusak”.
Di tengah-tengah kesibukan hidup, sering kita tidak sadar bahwa kita ada di dunia yang dikuasai oleh kuasa kegelapan. Kuasa kegelapan masih eksis, kekuasaan dan kemampuannya belum dilucuti total. Iblis adalah oknum yang sangat pintar. Pasti lebih pintar dari manusia. Dengan kepintaran dan semangatnya, ia tidak berhenti bekerja untuk menghancurkan kehidupan manusia pada umumnya dan anak-anak Tuhan secara khusus. Kalau manusia tidak dipimpin oleh Roh Tuhan, manusia tidak akan bisa melawan kuasa kegelapan yang pintar dan sangat giat ini. Harus terus diingat peringatan Petrus: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya (lPtr. 5:8).
SANG PENCURI
Tuhan Yesus menyebut oknum ini sebagai pencuri (Yoh. 10:10). Namanya pencuri, pasti datang pada malam hari atau saat tuan rumah lengah. Iblis tahu kapan anak-anak Tuhan lengah. Biasanya ia menyerang pada waktu anak Tuhan lengah. Oleh sebab itu kita tidak boleh lengah. Kita harus selalu waspada dan berjaga-jaga. Iblis tidak akan berhenti menyerang anak-anak Tuhan. Tidak ada “gencatan senjata” dalam kamus hidup orang percaya. Kita harus selalu mengingat bahwa kita selalu ada di “war zone”. Tidak ada daerah netral dari perang melawan kuasa kegelapan. Ia akan berusaha terus sampai anak-anak Tuhan dapat dikuasainya. Sungguh sangat berbahaya kalau kita tidak menyadari serangan Iblis ini.
Banyak anak-anak Tuhan, bahkan pelayan-pelayan Tuhan, telah jatuh dalam kekuasaan Iblis. Seperti contohnya dalam Injil Matius diceritakan mengenai Petrus, walaupun ia dekat dengan Tuhan Yesus, tetapi pikirannya dikuasai oleh Iblis (Mat. 16:22-23). Pikiran yang dikuasai oleh Iblis artinya pikiran yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Iadi yang namanya dikuasai oleh Iblis, bukan hanya kalau orang berbuat sesuatu yang kelihatannya jahat atau melanggar moral, tetapi ketika berpikir yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, itu sudah berarti dikuasai olehnya.
Juga Alkitab menulis mengenai Yudas yang dimasuki oleh Iblis (Luk. 22:3). Yudas adalah murid Tuhan Yesus yang menjual Tuhan Yesus dengan harga tiga puluh keping perak. Orangorang tidak menduga kalau Yudas berbuat begitu tega terhadap Tuhan Yesus. Kelihatannya ia seperti baik-baik saja sebagai orang dekat Tuhan Yesus, tetapi sesungguhnya ia dikuasai oleh Iblis. Itulah sebabnya ia tega mengkhianati gurunya. Jadi, bukan jaminan kalau orang kelihatannya dekat dengan Tuhan itu pasti tidak dikuasai oleh Iblis. Siapapun, kalau tidak sadar dan tidak berjaga-jaga, maka Iblis pasti bisa menelannya.
Hendaknya kita tidak menjadi sombong karena merasa, sudah menang terhadap Iblis. Bagi para aktivis gereja, hendaknya kita tidak merasa sudah menjadi umat yang kebal terhadap Iblis. Iblis tidak takut terhadap orang Kristen, pelayan Tuhan, bahkan pendeta. Tetapi Iblis tidak bisa menaklukkan anak-anak Tuhan yang hidupnya sungguh-sungguh di dalam Tuhan, yaitu yang pikirannya selalu diperbaharui oleh kebenaran Firman Tuhan dan memiliki komitmen untuk hidup tidak bercela.
Penyesatan memiliki tujuan yang sangat sistematis dan jelas, dikerjakan oleh Iblis dengan segala bala tentara dan kekuatannya. ujuan penyesatan Iblis dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, membutakan mata rohani seseorang agar tidak mengenal Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan ]uru Selamat. Iblis membisikkan fitnah dan hujatan kepada nama Anak Allah dengan berbagai tuduhan, seperti: Ia bukan Allah, Ia sekadar nabi, Ia meninggikan diri menjadi sama dengan Allah, Ia menghuj at Allah dan lain sebagainya. Hal ini akan membuat mereka takut untuk percaya kepada Tuhan Yesus, bahkan ada yang sampai level antipati.
Kedua, meracuri pikiran orang Kristen dengan pemikiran yang salah agar mereka tidak bertobat dan mengalami kelahiran baru. Iblis membisikkan suaranya agar mereka tidak merasa perlu dilahirkan baru atau mengalami pertobatan. Biasanya mereka merasa sudah baik, bermoral dan beragama. Biasanya Iblis juga membisikkan suaranya untuk memfitnah orang Kristen yang sungguh-sungguh sebagai “ekstrem”, fanatik, keterlaluan, sesat dan lain sebagainya. Sehingga ada orang-orang Kristen yang takut menjadi orang percaya yang militan. Pengajaran yang salah tersebut meracuni pikiran orang Kristen untuk tidak perlu bertumbuh di dalam Dia. Menganggap bahwa dirinya sudah memiliki pertobatan yang sudah cukup yang membuat dirinya sudah berkenan kepada Tuhan. Penyimpangan pikiran ini penyesatan yang dapat membinasakan (2Kor. 11:2-4).