Pentingnya Mengenal Siapa Manusia
(Kejadian 1:1-31 ; 2:1-25)
Pengertian
mengenai siapa manusia itu penting sekali, sebab pengertian ini menentukan dan
sangat mempengaruhi seluruh perilaku hidup seseorang. Bila seseorang mengenal
dirinya menuru Alkitab, maka buahnya antara lain:
Pertama, dapat menempatkan dirinya secara benar dihadapan Tuhan. Menempatkan diri secara benar di hadapan
Tuhan artinya mengerti bagaimana seharusnya bersikap terhadap Tuhan. Sama
seperti anak dapat bersikap lebih benar terhadap orang tua kalau mengenal siapa
dirinya sebagai anak. Dengan mengenal siapa dirinya dihadapan Tuhan maka
seseorang akan berusaha mengenal lebih mendalam siapa Tuhan bagi dirinya dan
siapa dirinya bagi Tuhan. Dengan demikian ia akan dapat menghormati Tuhan dengan
benar. Hal ini merupakan fondasi utama untuk bersekutu dengan Tuhan, baik di
bumi maupun di kekekalan nanti.
Kedua, dapat memperlakukan dirinya sendiri dan sesamanya
dengan benar. Orang yang tidak mengenal dirinya sendiri tidak akan dapat menghargai dirinya
dengan benar. Ia tidak dapat memanusiakan dirinya sendiri, sebab Ia tidak
memahami untuk apakah manusia diciptakan Tuhan. Ia juga tidak akan dapat
mengasihi dirinya sendiri dengan benar. Ini berarti ia membinasakan dirinya
sendiri. Padahal mengasihi diri sendiri adalah pijakan atau dasar mengasihi
sesama manusia. Jadi, orang yang tidak mengasihi dirinya sendiri dengan benar,
tidak akan bisa mengasihi sesamanya dengan benar juga. Ia tidak akan dapat
bersikap benar terhadap sesamanya. Orang yang tidak memanusiakan dirinya juga
tidak memanusiakan orang lain.
Ketiga, mengelola alam yang diciptakan Tuhan dengan baik. Manusia yang mengenal dirinya sebagai makhluk ciptaan yang agung yang diciptakan untuk melayani Tuhan, akan mengelola alam ciptaan Tuhan sebagai tanggung jawabnya. Adapun kalau alam kita hari ini menjadi rusak karena perbuatan manusia, hal itu disebabkan manusia tidak mengenal dirinya yang harus bertanggung jawab mengelola alam dan melestarikannya secara bertanggung jawab dan bijak. Pada umumnya, manusia tidak memahami atau tidak mau mengerti bahwa tanggung jawab untuk menyelamatkan alam ini ada dalam tanggung jawabnya. Keserakahan manusia dan egoismenya telah merusak eko sistem bumi ini dalam skala yang makin besar. Hari ini, banyak bencana alam yang disebabkan oleh kelakuan manusia itu sendiri. Jadi, pengertian mengenal siapa manusia dengan benar dapat menjadi landasan hubungan antara Allah dan umat, hubungan antar sesama, dan antara manusia dengan lingkungan alam. Tanpa landasan hubungan ini, maka kehidupan akan menjadi rusak. Landasan hubungan ini merupakan petunjuk pelaksanaan/penyelenggaraan kehidupan bagi manusia di bumi ini. Pemahaman seseorang mengenai siapa sebenarnya manusia itu menurut Alkitab juga menjadi dasar pertimbangan etis yaitu pengertian mengenai apa yang baik dan yang buruk menurut Tuhan. Seseorang yang tidak mengenal dirinya tidak akan pernah menjadi manusia yang memiliki moral sesuai dengan moral yang Tuhan kehendaki. Hewan tidak memiliki landasan etika atau pertimbangan etis sebab hewan tidak mengenal siapa dirinya. Dalam hal ini orang percaya harus sungguh-sungguh belajar mengenal siapa dirinya menurut kebenaran Alkitab. Kejatuhan manusia ke dalam dosa bukan saja membuat manusia tidak lagi memiliki standar kebenaran dan kesucian yang Tuhan kehendaki (Rom 3:23), tetapi manusia juga telah kehilangan pengetahuan mengenai dirinya atau kehilangan pengetahuan mengenai rencana Allah, hendak menjadi manusia macam apakah yang Tuhan kehendaki. Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus merupakan proses agar ditemukannya kembali pengetahuan mengenai manusia yang dikehendaki Allah. Itulah sebabnya orang percaya harus belajar untuk mengenal dengan benar siapa manusia menurut Alkitab. Selain itu harus berusaha untuk bertumbuh menjadi manusia seperti yang dikehendaki oleh Allah. Oleh sebab itu, selama tiga setengah tahun Tuhan Yesus mengajarkan kebenaran yang membuka mata pengertian manusia untuk memahami manusia macam apakah yang dikehendaki oleh Bapa di Sorga. Dan Tuhan Yesus sendiri sebagai teladan untuk semua orang yang bersedia gambar dirinya dipulihkan melalui proses pemuridan.
Manusia adalah Gambar Allah.
Pandangan yang benar mengenai siapa manusia
tertulis dalam kitab Kejadian 1:26-27. Manusia diciptakan menurut gambar dan
rupa Allah. Bila dipertanyakan: Dalam hal mana manusia segambar dengan Allah?
Pertanyaan ini sebenarnya sukar untuk dijawab. Tetapi segambar disini pasti
lebih menunjuk kepada unsur rohaniah atau batiniahnya, sebab Allah adalah Roh
(Yoh 4:24). Tetapi bila dipersoalkan bentuk apakah yang sering ditampilkan
Tuhan di Kerajaan Sorga atau dimanapun, maka jawaban yang paling logis adalah
bentuk Anak manusia seperti kita ini. Itulah sebabnya Tuhan memilih bentuk
fisik seperti ini sebagai bentuk yang paling sempurna (Kej 1:31).
Kata-kata yang digunakan untuk gambar dan
rupa didalam teks asli Alkitab yaitu dalam bahasa Ibrani adalah tselem dan demuth. Tselem hendak menunjuk gambar dalam arti unsur-unsur dasar
yang dimiliki Allah juga dimiliki manusia yaitu pikiran, perasaan, kehendak,
kekekalan dan hakekat kerja. Adapun Demuth adalah
keserupaan yang menunjuk kepada kualitas atas unsur-unsur tersebut. Keserupaan
dengan Allah yang dimiliki manusia bukan sesuatu yang statis tetapi bisa
progresif.
Banyak penjelasan para theolog mengenai dua
kata tersebut. Tetapi pada umumnya kata tselem dan demuth diartikan tunggal
(bersinonim), bahwa manusia diciptakan segambar dengan Allah (Ing, In His own image. Latin, Imago Dei similitudo). Segambar dengan Allah diartikan sederhana
sebagai “mirip seperti Tuhan sendiri”. Gambar
Allah atas manusia inilah yang memberi nilai agung pada manusia (The
image of God is what makes man). Gambar Allah merupakan sesuatu yang interen
didalam diri manusia, sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari diri manusia.
Itulah sebabnya walaupun manusia sudah jatuh dalam dosa, tidak dinyatakan bahwa
gambar Allah itu hilang sama sekali (Kej 9:6; Yak 3:9). Pengertian ini penting,
sebab dalam proses keselamatan, gambar Allah yang rusak ini akan dipulihkan
kembali (restituio imagins Dei-Pemulihan gambar Allah).
Di dalam diri manusia terdapat unsur-unsur
yang juga ada di dalam diri Allah, tetapi tentunya tidak akan sama persis
dengan hakikat Allah sendiri, dalam diri Allah sendiri skalanya Maha Sempurna.
Manusia memiliki kecerdasan (rasio) atau intelektual. Hal ini memampukan
manusia rasionalisasi, berpikir, berlogika, menganalisa dan lain sebagainya.
Oleh karena keberadaan (eksistensi) inilah maka para penganut teori evolusi
menyatakan bahwa manusia adalah binatang menyusui yang cerdas, dalam hal ini
mereka hanya memandang dari satu sisi saja.sehingga akan menimbulkan penyimpangan.
Pikiran harus digunakan semaksimal mungkin untuk mengenal Tuhan dan mengelola
hasil karya-Nya.
Manusia memiliki perasaan dan emosi. Hal inilah yang membuat manusia
dapat memiliki rasa sayang, benci,
cemburu, cinta, marah, dan lain-lain. Perasaan inilah yang membuat manusia
dapat berinteraksi atau hubungan timbal balik dengan Tuhan dan sesama dalam
satu suasana hubungan yang saling mempengaruhi.
Manusia memiliki kehendak (will) yang
memampukan untuk berniat bersekutu dengan Allah, melayani dan mengabdi
kepada-Nya. Kehendak manusia ini adalah kehendak bebas (liberum arbitrium),
maksudnya bahwa manusia dengan kehendaknya dapat memilih mematuhi Tuhan atau
memberontak kepada-Nya. Kejadian pasal 3 yang mengisahkan kejatuhan manusia
memberi bukti jelas bahwa manusia adalah makhluk yang bebas. Kenyataan ini
menyeret manusia kepada resiko kehidupan yang sangat tinggi, sebab manusia
diperhadapkan kepada pilihan antara terang
atau gelap, hidup yang kekal atau
binasa kekal, Tuhan atau setan (penjelasan lebih lengkap mengenai hal ini ada
pada bahasan khusus yang mengambil judul Kehendak Bebas). Segambar dengan Allah
juga ditunjukkan dengan kenyataan bahwa manusia memiliki unsur kekekalan dan
memiliki hakekat kerja (dijelaskan pada bahasan khusus).