Implikasi Segambar dengan Allah

 

Ternyata manusia segambar dengan Allah memiliki implikasi yang harus ditelaah dengan seksama, sebab implikasi ini menunjuk pula kepada kualitas manusia sebagai makhluk istimewa-Nya. Didalamnya nampak jelas tanggung jawab manusia dihadapan Tuhan sebagai makhluk ciptaan dan anak tebusan. Tanpa mengerti hal ini percuma seseorang menjadi orang percaya atau lebih baik kalau ia tidak pernah menjadi manusia.

Implikasi Segambar dengan Allah




Ternyata manusia segambar dengan Allah memiliki implikasi yang harus ditelaah dengan seksama, sebab implikasi ini menunjuk pula kepada kualitas manusia sebagai makhluk istimewa-Nya. Didalamnya nampak jelas tanggung jawab manusia dihadapan Tuhan sebagai makhluk ciptaan dan anak tebusan. Tanpa mengerti hal ini percuma seseorang menjadi orang percaya atau lebih baik kalau ia tidak pernah menjadi manusia.

1. Sebagai makhluk yang segambar dengan Allah, manusia dituntut untuk memiliki tindakan-tindakan yang mulia seperti Allah sendiri. Oleh sebab itu mutlak manusia mengenali Allahnya dan menjadikan-Nya sebagai teladan satu-satunya. Tuhan Yesus, Allah Anak yang menjadi manusia sebagai prototypenya. Pemulihan gambar Allah yang rusak merupakan upaya mengembalikan manusia sebagai manusia. Dan pemulihan harus dipandang sebagai pemulihan yang bertolak pada pemulihan karakter. Standar yang harus dicapai adalah kesempurnaan standar Allah sendiri (Mat 5:48). Manusia yang diselamatkan melalui anugerah dalam Yesus Kristus adalah manusia dikembalikan kepada kualitas manusia pertama, bahkan lebih dari itu. Ini adalah keharusan. Hukumnya adalah mutlak. Tuhan Yesus berkata: Kamu harus sempurna. Harus. Kemungkinan untuk ini telah diadakan oleh Tuhan dengan membatalkan hukum dosa atau hukum maut dan menggantikan dengan hukum Roh yang memerdekakan melalui Tuhan Yesus Kristus (Rom 12:2). Kejatuhan manusia dalam dosa membawa manusia kepada keadaan tidak mungkin mampu melakukan kehendak Allah dengan sempurna, tetapi keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus membuka peluang seseorang tidak terikat oleh hukum dosa, berarti kemampuan untuk melakukan kehendak Allah dengan sempurna dimungkinkan.

2. Sebagai makhluk yang segambar dengan Allah manusia patut memberikan seluruh kehidupan-Nya bagi Sang Pencipta, sebab Dia adalah Pemiliknya (Yoh 1:10-11; 1Kor 6:19-20).
Oleh sebab itu manusia wajib mengarahkan seluruh miliknya bagi Tuhan untuk digunakan bagi kepentingan Tuhan. Manusia diciptakan untuk mengabdi bagi Dia, sebab justru penciptaan manusia yang segambar dengan Allah dimaksudkan agar manusia mampu mengabdi kepada Tuhan dengan ibadah dan bakti yang benar. Kemampuan hebat yang manusia miliki bukan untuk dirinya sendiri tetapi bagi Dia yang memberikannya. Tidak hidup bagi Tuhan berarti meneladani Lucifer. Kehidupan harus dipersembahkan kepada Tuhan, itulah sebabnya Allah menghukum manusia yang mengambil kehidupan manusia lain dengan memadamkan kehidupan itu sendiri melalui pembunuhan. Dalam hal ini berlaku hukum: Jangan membunuh. Pembunuhan disini bukan hanya pembunuhan fisik sampai tingkat merenggut nyawa tetapi juga perampasan hak-hak hidup sesamanya sehingga seseorang tidak menikmati kehidupan dengan baik. Manusia tidak berhak mengambil hak-hak sesamanya untuk kepentingan diri sendiri. Semuanya harus dipersembahkan bagi kemuliaan Allah (1Kor 10:31). Ketika seseorang membuat sesamanya menemukan hidup, yaitu kehidupan di bumi ini dengan baik dan mengenal keselamatan dalam Yesus Kristus, itu berarti seseorang melakukan sebagian dari memuliakan Tuhan. Orang percaya yang terus bertumbuh dalam iman akan sampai pada prinsip hidup: Bagiku hidup adalah Kristus (Fil 1:21). Hal inilah yang menjadikan hidup seseorang berbunga-bunga dengan indahnya. Ketika seseorang melepaskan hidupnya bagi Kristus, maka ia memiliki hidup yang berkualitas tinggi. Kehidupan seperti ini tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tetapi harus mengalami dan merasakannya sendiri.

3. Sebagai makhluk yang segambar dengan Allah manusia harus hidup dalam persekutuan dengan Tuhan. Sebab inilah yang menjadi tujuan (telos) utama Allah menciptakan manusia, yaitu agar manusia hidup dalam persekutuan dengan diri-Nya. Diciptakannya manusia segambar dan serupa dengan diri-Nya dimaksudkan agar manusia dapat mengimbangi Tuhan dan dapat menjadi teman interaksi-Nya. Kalau manusia sekualitas dengan monyet, manusia tidak berkapasitas sebagai teman interaksi-Nya. Jadi, kalau manusia tidak hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, maka ia mengkhianati Tuhan. Untuk itu manusia harus mematuhi perintah-perintah-Nya, hidup dalam ketaatan terus menerus sehingga dapat mengerti kehendak Tuhan untuk dilakukannya dan hidup dalam persekutuan yang benar dengan Dia.
Diantara perintah-Nya adalah agar manusia mengelola bumi ini sebagai mandataris Allah supaya tercipta keharmonisan antara alam ciptaan Allah dengan makhluk yang hidup di bumi ini. Selanjutnya dalam jaman anugerah, manusia tebusan dipanggil untuk meneruskan karya keselamatan Kristus bagi umat manusia lain yang belum menerima Injil. Hidup dalam persekutuan dengan Tuhan adalah hidup dalam persekutuan dalam penyelenggaraan karya-Nya. Bagi orang percaya, harus mengambil bagian dalam pelebaran Kerajaan Allah di muka bumi. Mengusahakan bagaimana orang mengenal keselamatan dalam Yesus Kristus dan didewasakan. Seorang yang tidak turut terlibat dalam pekerjaan-Nya tidak akan bisa hidup dalam persekutuan dengan Tuhan.Persekutuan itu juga harus persekutuan dalam penderitaan-Nya (Fil 3:9-11). Ini adalah suatu kehormatan yang luar biasa. Persekutuan dengan Tuhan merupakan firdaus itu. Tidak ada taman indah dalam kehidupan ini selain Firdaus-Nya, yaitu hidup dalam persekutuan dengan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata: Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yoh 10:10). Kelimpahan tersebut adalah damai sejahtera Tuhan yang tiada tara (Yoh 14:27). Tetapi damai sejahtera ini tidak dapat dinikmati kalau seorang tidak memiliki karakter yang telah diubah dan tidak mengerti kehendak Tuhan.

 

Jaminsen

Welcome, TO BE LIKE JESUS

Post a Comment

Previous Post Next Post