Kehendah Bebas Manusia

 

Kehendak bebas juga bisa didefinisikan sebagai konsep yang menyatakan bahwa keadaan perilaku manusia tidak mutlak ditentukan oleh kausalitas di luar dirinya, tetapi merupakan akibat atau hasil dari keputusan dan pilihan yang dibuat melalui sebuah aksi dari diri sendiri. Keputusan dan pilihan tersebut ditentukan oleh komponen dalam diri manusia. Allah memberi manusia komponen untuk dapat membuat pilihan yang pasti akan menentukan atau paling tidak memengaruhi keadaan mereka. Komponen itu adalah pikiran dan perasaan. Dari pikiran perasaan ini seseorang memiliki kemampuan mempertimbangkan sesuatu. Dari hasil pertimbangannya tersebut seseorang dapat mengambil keputusan atau memilih. Inilah kehendak bebas. ]ika manusia tidak memiliki pikiran dan perasaan, maka manusia tidak memerlukan kehendak bebas. Iustru karena ada pikiran dan perasaan tersebut manusia dapat memiliki atau harus memiliki kehendak bebas.


KEHENDAK BEBAS MANUSIA

 

Apa sebenarnya kehendak Allah itu? Dalam istilah bahasa in, kehendak bebas disebut Iiberum arbitrium. Liber artinya bebas sedangkan arbitrium artinya kehendak. Inilah kehendak bebas atau fee will Yang Sang Khalik taruh dalam diri Musin. Kata lain darikehendakadalah mam hasrat dan keinginan. Dalam “Ihsan mi lebih banyak menggunakan T W h“ kehendak. Inilah keistimewaan manusia. Manusia diciptakan “mu kehendak dan kehendaknya bebas. Jika tidak demikian, maka % tida]: memiliki nilai yang tinggi. Dengan menaruh dan menetapkan kehendak bebas dalam diri manusia, Sang Kahlik sendi“ yaitu Allah semesta alam, Elohim yang mulia menghargai manusiax ciptaan-Nya.

Kehendak bebas juga bisa didefinisikan sebagai konsep yang menyatakan bahwa keadaan perilaku manusia tidak mutlak ditentukan oleh kausalitas di luar dirinya, tetapi merupakan akibat atau hasil dari keputusan dan pilihan yang dibuat melalui sebuah aksi dari diri sendiri. Keputusan dan pilihan tersebut ditentukan oleh komponen dalam diri manusia. Allah memberi manusia komponen untuk dapat membuat pilihan yang pasti akan menentukan atau paling tidak memengaruhi keadaan mereka. Komponen itu adalah pikiran dan perasaan. Dari pikiran perasaan ini seseorang memiliki kemampuan mempertimbangkan sesuatu. Dari hasil pertimbangannya tersebut seseorang dapat mengambil keputusan atau memilih. Inilah kehendak bebas. ]ika manusia tidak memiliki pikiran dan perasaan, maka manusia tidak memerlukan kehendak bebas. Iustru karena ada pikiran dan perasaan tersebut manusia dapat memiliki atau harus memiliki kehendak bebas.

 Dengan demikian kehendak bebas adalah kemampuan yang dimiliki setiap individu untuk membuat pilihan secara sukarela, terbebas dari semua faktur tlnrl luar diri individu itu. Kehendak beban um will) mlnlnh auutu latlluh juga yang ada dalam dunia filsafat, mengenal sejenis kapasitas tertentu dari pelaku pelaku rasional, untuk menentukan dan memlllh tindakan di antara berbagai alternatif tindakan. Memang ada fuktnr-fuktur di luar diri manusia dalam mengambil keputusan. juga pimpinan Roh Kudus di dalam diri manusia itu. tetapi pada akhirnya keputusan akhir ditentukan oleh manusia itu sendiri. Kehendak bebas artinya manusia dapat memilih taat kepada Allah atau memberontak kepada-Nya. Dengan demikian kehendak bebas berarti manusia menentukan nasib dan keadaan diri sendiri. Dalam hal ini manusia bisa mengasihi Allah dengan segenap hati (secara proporsional) atau tidak mengasihi Thhan secara proporsional berarti belum mengasihi Tuhan secara pantas. Dalam kehendak bebas tersebut manusia dengan pilihannya dapat membenci Allah dan tidak menghormati-Nya.

Pilihan seperti di atas ini tidak ditentukan oleh penyebab di luar dirinya, namun ditentukan oleh motif dari diri sendiri, hasil dari pertimbangan nalar atau rasio yang dimilikinya. Adapun pertimbangan yang dimiliki seseorang sangat ditentukan oleh apa yang masuk ke dalam pikirannya melalui jendela mata dan telinganya atau panca inderanya.

Kalau seseorang tidak mengakui fakta ini berarti ia menjadi mistis atau berpikir secara supranatural, seakan-akan tindakan manusia ditentukan oleh faktor yang bersifat adikodrati. Ada kecenderungan orang beragama berpikir mistis seperti ini. Itulah sebabnya mereka yang tidak memahami kebenaran yang murni berdasarkan Alkitab mengenai kehendak bebas, memberi pernyataan bahwa kehendak bebas adalah ajaran yang tidak bisa dipahami secar;l jelas, sebab di balik ajaran ini ada campur tangan Allah yang secara mistis memengaruhi dan mengendalikan tindakan manusia. Oleh karena dihubungkan dengan intervensi Allah di balik keputusan manusia, maka doktrin ini menjadi absurd (tidak masuk akal dan kacau).

Salah satu keistimewaan yang diberikan Tuhan kepada manusia adalah kehendak. Tidak ada makhluk hidup yang diberi kehendak seperti yang dimiliki oleh manusia. Ini adalah harta yang sangat berharga dan sangat istimewa yang tidak bisa diintervensi oleh siapa pun, bahkan oleh Tuhan sendiri. Kalau dinyatakan bahwa Tuhan sendiri tidak mengintervensi kebebasan yang manusia terima dari pada-Nya, bukan bermaksud mengurangi hormat terhadap supremasi atau keunggulan Tuhan dalam kedaulatan-Nya. Tuhan sendiri dalam kedaulatan-Nya dengan rela memberikan kedaulatan kepada manusia untuk menentukan keadaannya. Sekecil apa pun, manusia adalah manusia yang telah diberi kedaulatan dalam wilayah hidupnya yang juga dihargai oleh Tuhan. Dengan menghargai kedaulatan manusia, berarti Tuhan menghargai kedaulatan-Nya sendiri. Dalam hal ini Tuhan menunjukkan konsekuensi-Nya dalam menciptakan manusia dengan keberadaan manusia tersebut.

Kehendak bebas harus dipahami sebagai anugerah dari Tuhan, di mana manusia diberi kemam-uan mem-ertimb'anzkan sesuatu yang oleh karenanya diberi rasio. Tuhan menghargai manusia bahwa “manusia yang membuat keputusan akhir.” Tentu saja ini menjadi kehormatan yang tiada tara bagi manusia. Tetapi sekaligus membawa manusia menjadi makhluk yang beresiko sangat tinggi. Dalam hal ini jelaslah bahwa anugerah selalu disertai dengan tanggung jawab. Iika anugerah tanpa tanggung jawab membuat anugerah itu sendiri tidak berharga. Seperti bumi ini diciptakan dalam keindahan dan kesempurnaan, diberikan kepada manusia, tetapi manusia harus mengelolanya. Demikian pula dengan anugerah yang lain, yaitu keadaan manusia yang luar biasa. Manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Dengan keberadaan ini manusia diberi tanggung jawab untuk dengan rela dan suka cita memilih untuk mengabdi kepada Allah, Bapa dan Penciptanya.

 

Kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa adalah gambaran Yang jelas mengenai kenyataan bahwa manusia memiliki kehendak bebas (Kej. 3). Tentu Tuhan yang Mahahadir, mengetahui apa yang sedang terjadi di Eden ketika terjadi dialog antara Hawa dan ular yang merupakan awal kejatuhan manusia ke dalam dosa. Tuhan bukan saja tidak memagari pohon terlarang di tengah taman tersebut agar tidak dimakan, tetapi juga membiarkan terjadinya dialog antara Hawa dan

ular van: berbuntut keiatuhan manusia yang sangat tragis. Tuhan memberi peringatan dengan perkataan; “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas. tetapipohon pengetahuan tentangyang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kej. 12:16-17).

 

Hal ini merupakan gambaran yang jelas mengenai tatanan atas kehidupan manusia. Fragmen yang terjadi di taman Eden adalah gambaran kehidupan manusia, bukan hanya bagi manusia pertama, tetapi juga bagi manusia di segala tempat dan di sepanjang zaman; Bahwa manusia dikendalikan oleh kehendak bebasnya atau free will (Lat. Liberum Arbitrium) dalam menentukan nasib atau keadaan dirinya. Tuhan sebagai hakim menegakkan hukum itu dengan segala resiko dan konsekuensinya, baik bagi manusia maupun bagi Tuhan sendiri. Ketika manusia jatuh dalam dosa, maka manusia kehilangan kemuliaan Allah, dan Allah sendiri yang harus turun menyelamatkannya.

Adam dan Hawa diciptakan Allah sebagai makhluk yang bebas. Kebebasan ini ditunjukkan Tuhan melalui keberadaan pohon “pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat”, yang ada di dalam

Eden dan manusia bebas memetiknya (Kej. 2). Dosa yang dimulai datang dari godaan “ular” yang diresponi Hawa merupakan tindakan yang menunjukkan bahwa manusia memiliki kebebasan (Kej. 3). Dalam hal ini jelas bahwa manusia bukanlah makhluk yang netral. Tetapi manusia adalah makhluk yang harus mengambil keputusan. Peristiwa di taman Eden jelas menunjukkan bahwa Allah memberi kebebasan kepada manusia untuk menentukan kehidupannya. Dari peristiwa di Eden itulah nampak jelas Allah memberi tanggung jawab kepada manusia. Dalam tanggung jawab terkandung pengertian penyebab dari apa yang dialami manusia. Orang bertanggung jawab atas sesuatu yang disebabkan oleh keputusan dari tindakannya. Orang yang tidak menjadi penyebab dari suatu akibat tidak bertanggung jawab atas sesuatu. Dalam hal ini keadaan manusia hari ini adalah hasil atau akibat dari keputusannya. Tuhan tidak bisa dipersalahkan.

 

Berkali-kali orang bertanya, mengapa Tuhan menaruh pohon pengetahuan yang baik dan jahat di tengah taman? Apakah ini bukan usaha menjerat manusia atau upaya Tuhan untuk menjatuhkan manusia? Apakdm Tuhan tidak tahu bahwa manusia akan jatuh dalam dosa? Mengapa Tuhan tidak menghindarkannya? Apakah Tuhan Mm yang merancang kejatuhan itu? Pertanyaan-pertanyaan ini akan terus menggiring manusia kepada kecurigaan kepada Tuhan, bahkan tuduhan Tuhan bermaksud jahat kepada mahkota ciptaan-Nya itu, Dari pandangan negatif bisa timbul pertanyaan itu. Tetapi dengan kaca mata positif, dapat dilihat bahwa manusia adalah makhluk yang terhormat yang diberi kebebasan untuk dapat menentukan nasibnya sendiri. Memang dari satu sisi, manusia adalah makhluk yang memikul resiko dan tanggung jawab yang berat, sebab manusia diperhadapkan berkat atau kutuk, rahmat atau laknat. Tetapi sisi lain, manusia adalah makhluk yang sangat luar biasa. Luar biasa, sebab manusia adalah makhluk yang berdaulat atas dirinya sendiri.

Dalam hal tersebut manusia ditantang untuk menundukkan diri kepada Tuhan; hidup di bawah kedaulatan Tuhan, atau hidup dalam kedaulatannya sendiri sehingga menjadi budak dosa. Dari hal kejatuhan manusia jelas ditunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang diberi tanggung jawab. Tanggung jawab untuk menentukan “nasibnya” atau takdirnya.

Dalam memahami pengertian takdir, pada umumnya orang berasumsi bahwa manusia tidak memiliki kedaulatan sama sekali dalam menentukan keadaan hidupnya, sebab Tuhan telah mempersiapkan segala kejadian yang akan dialami atau dilaluinya dalam hidup. Manusia hanya menerima saja yang disediakan baginya. Demikianlah kita dapat temukan bila sesorang mengalami musibah misalnya suatu kecelakaan, kematian orang yang dikasihinya, jatuh miskin. sakit yang tak tersembuhkan sampai kematian dan lain' lain maka mereka menerimanya sebagai takdir. Di dalamnya Tuhan dianggap sebagai kausalitas prima (penyebab utama), kasarnya biang masalah. Meniadi berkanbang lagi dalam kasus lain disimpulkan bahwa jodoh ada di tangan Tuhan, sehat sakit, kaya miskin, gemuk atau kurus» surga atau neraka, semua hanya Tuhan yang menentukan.

Bila kita berbicara mengenai mkdir maka mau tidak mau kita harus belajar mengenai sifat hakikat manusia sekaligus menyinggung mengenai sifat hakikat Allah. Berangkat dari pemahaman tentang sifat hakikat manusia maka kita dapat memiliki pijakan pandangan yang benar terhadap masalah takdir. Salah satu persoalan yang harus dibedah menyangkut hakikat manusia adalah: Apakah kemudahan kedaulatan Allah (Sovereignty of God) mengakibatkan manusia tidak Mulliki kehendak bebas sama sekali? Sekaligus dipertanyakan apakah kedaulatan Allah menenggelamkan manusia secara mam di dalam penentuan segala sesuatu dan harus hanya diterima “i' deh manusia tanpa dapat menolak atau menghindarinya? Imp! ”baliknya. kalau manusia memiliki kehendak bebas, sejauh mana kebebasannya tersebut atau apa batas kehendak bebasnya?

Adam dan Hawa diciptakan Allah sebagai mahluk yang bebas. Apakah kita bisa menutup mata terhadap realitas adanya pilihan? ketika Tuhan melarang manusia pertama untuk tidak memakan buah pohon Pengaahuan tentang yang baik dan yang jahat, tetapi tidak menyembunyikan pohon tersebut, hal itu merupakan signal yang jelas adanya kebebasan memilih. Di dalamnya Tuhan menghargai keputusan yang diambil oleh manusia tersebut, baik benar maupun salah, baik penurutan maupun pemberontakan. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa manusia harus menentukan keadaannya sendiri, khususnya menyangkut keselamatan kekalnya. Hal ini akan membuat seseorang menyikapi hidup dengan sikap dewasa dan bertanggung jawab. Hidup adalah perjuangan antara membawa diri kepada kehidupan kekal atau kebinasaan kekal. Inilah resiko kehidupan bagi manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Keserupaan tersebut juga menyangkut kehendak bebasnya.

 

Kehendak bebas ini syarat mutlak yang harus dimiliki manusia sebagai corpus delicti. Dalam hal ini manusia harus memiliki keberadaan seperti Lusifer, yaitu memiliki kehendak bebas. Seperti yang dijelaskan terdahulu bahwa Lusifer diciptakan dalam keadaan memiliki kehendak bebas. Di dalam diri Lusifer terdapat potensi untuk menaati Allah atau untuk memberontak, menghormati Allah atau membangun kehormatannya sendiri. Sebagaimana Lusifer dapat menentukan takdirnya sendiri, demikian juga manusia. Demikianlah manusia juga memiliki keberadaan yang mirip itu. Dengan demikian manusia dapat menjadi makhluk yang berpotensi untuk menjadi corpus delicti.

 

Jaminsen

Welcome, TO BE LIKE JESUS

Post a Comment

Previous Post Next Post