AGENDA ALLAH DALAM PENCIPTAAN MANUSIA
KETIKA IBLIS memberontak melawan Allah, Allah tidak
seketika bisa membinasakannya. Ada “rule” atau hukum tau aturan untuk bisa
menunjukkan bahwa Iblis bersalah dan pantas dihukum. Rupanya pada waktu itu
belum ada pembuktian bahwa tindakan Iblis bersalah dan patut dihukum, sebab
jika pada Waktu itu sudah bisa terbukti Iblis bersalah, niscaya Iblis sudah
dihukum. Bagaimana membuktikan bahwa Iblis bersalah? Jawaban Yang paling logis
adalah Allah harus menciptakan makhluk yang melakukan kehendak-Nya , menjadi makhluk
seperti yang dikehendaki-Nya atau yang dirancang-Nya. Untuk ini Allah
melahirkan atau menciptakan anak-Nya yang lain, yaitu Adam.
Kesalahan Iblis bukan kesalahan yang hanya menyangkut
tindakan yang nampak, tetapi terutama dari sikap hati yang ingin menyamai Allah. Dalam Alkitab kita tidak menemukan bentuk konkret pemberontakan
secara fisik. Pada dasarnya Lusifer tidak menempatkan diri sebagai ciptaan yang
harus hidup dalam ketaatan kepada Allah, secara mutlak dan total dari sikap
batin sampai tindakan luarnya Dengan tindakan hendak menyamai Tuhan tersebut,
Lusifer bersikap tidak menghormati
Allah. Manusia yang diciptakan ini diharapkan dapat menampilkan
suatu kehidupan yang bersekutu dengan Bapa, taat, menghormati, memuliakan Allah
dan meninggikan Allah Bapa serta mengabdi dan melayani-Nya secara pantas.
Manusia harus menampilkan diri sebagai makhluk ciptaan yang berlaku benar
sebagai ciptaan; diciptakan hanya untuk mengabdi dan melayani Penciptanya. Hal
tersebut dapat menjadi bukti terhadap kesalahan Lusifer sehingga ia bisa
dihukum. Inilah rule of the game-nya.
Kalau ada pertanyaan mengapa bukan malaikat lain
yang tidak jatuh untuk membuktikan
kesalahan Lusifer, mengapa harus manusia sehingga Allah harus menciptakan
makhluk ini? awabnya adalah bahwa Lusifer bukanlah malaikat tetapi anak Allah
yang diciptakan secara khusus untuk tugas-tugas istimewa seperrti yang telah
dijelaskan pada bab terdahulu. Iblis bukan hanya berbentuk roh yang melayani.
Iblis memiliki keberadaan yang istimewa yang juga bisa berbentuk fisik. Itulah
sebabnya Allah harus menciptakan anak-Nya yang lain yang memiliki keberadaan
serupa (Yeh. 28:12-19).
Ternyata Allah mencptakan manusia bukan sekadar ingin
memiliki makhluk yang segambar dengan diri-Nya ditempatkan dalam sebuah taman
untuk mengelolanya. tentu tidak sesederhana itu. Ada rancangan atau agenda yang
lebih besar dari hal tersebut. Ternyata manusia diciptakan untuk menggenapi
rencana Bapa yaitu mengalahkan Iblis dengan membuktikan bahwa ia bersalah
(sebagai corpus delicti). Itulah sebabnya bahan dasar yang dimiliki manusia
pada hakikatnya adalah dari dalam Allah sendiri, yaitu melalui hembusan
nafas-Nya (roh manusia). Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan diri-Nya
sendiri. Sangat luar biasa. Hal itu dilakukan Bapa agar manusia bisa
mengalahkan Lusifer yang jatuh tersebut. Di sini manusia menjadi alat dalam
tangan Tuhan untuk mengakhiri sepak terjang Lusifer.
Ternyata manusia
diciptakan untuk menggenapi rencana Bapa yaitu mengalahkan
Iblis dengan membuktikan bahwa ia bersalah (sebagai corpus delicti).
Mandat untuk menaklukkan Lusifer jelas sekali tersirat
pada mandat yang diberikan kepada manusia yang tertulis dalam FW :28,
“Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung: di udara dan atas segala
bindtang yang merayap di bumi.”
Dalam teks ini nampak sekali mandat untuk berperang
melawan musuh Allah dan mengalahkannya. Beranak cucu (le “$; pera) dan
bertambah banyak (lbr. nm; urevu) dimaksudkan
agar yang berhak mewarisi Kerajaan-Nya adalah manusia. Allah hendak
menggantikan posisi Lusifer dengan manusia. Penuhi bumi dalam teks aslinya
adalah umil’u (Ibn 1N'?D1). Kata ini selain berarti mengiSi atau memenuhi
(tajil! befull) juga bisa berarti menyelesaikan (accomplish; b. at end) dan
juga berarti menguduskan (consecrate). Bumi harus dipenuhi oleh keturunan Adam
dan menyingkirkan makhluk lain yang membuat tidak kudus. Kata “taklukkan” dalam
teks lbraninya adalah wekivshuha (33an dari akar kata kavash (PJIJ). Kata ini
bukan hanya berarti menaklukkan (to conquer). tetapi juga menguasai dan
memperbudak (bring into bondage, force, keep under, subdue, bring into
subjection). Dan manusia harus berkuasa atas makhluk ciptaan. Ini berarti
manusia dijadikan raja oleh Allah. Manusia dikehendaki menjadi tuan bagi kemuliaan
Allah. Kata berkuasa dalam teks aslinya adalah uredu (TIT!) dari akar kata
radah (7111), artinya memerintah (come to, make to have dominion prevail
against, reign, (bear, make to) rule, take).
Dari penjelasan di atas ini yang penting yang hendak dikemukakan
adalah, bahwa manusia harus menghadapi segala rintangan kehidupan. Bukan hanya
yang material tetapi juga yang non material. Justru yang non material inilah
yang lebih berat, yaitu Lusifer dengan malaikat-malaikat yang jatuh (Yes.
14:12: Yeh. 28:18). Di bumi ini manusia harus bisa mengalahkan atau
menaklukkannya.
Dalam perjalanan sejarah kehidupan, ternyata manusia gagal memenangkan
pergumulan melawan Lusifer. Manusia malah mengikuti jejak atau jalan Lusifer,
manusia juga ingin menjadi seperti Allah. Ada sebagian jejak Iblis yang
ditularkan kepada manusia (Kej. 3). Hal inilah yang membuat manusia tidak bisa
lagi mencapai kesucian Allah. Manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Manusia pertama gagal menggenapi rencana
Allah.
Lusifer adalah makhluk surgawi yang sangat besar
kemungkinanya adalah pangeran Allah. Dalam Yehezkiel 28:2 iadisebut pangeran.
Kata “raja” dalam Yehezkiel 28:2 (dalam teks bahasa Indonesia) sebenarnya
adalah “pangeran” (Ibr. "PJ; ; nagid). Barulah di ayat 12 sebutan raja
berarti raja; melek (Ibr. 1?D). Lusifer sangat besar kemungkinan hendak
dipersiapkan sebagai penguasa. Ia diciptakan untuk melakukan kehendak Allah
Bapa dan hidup dalam persekutuan yang harmonis dengan Allah, itulah sebabnya ia
di tempatkan di dekat kerubim, tempat di mana Allah bertakhta (Yeh. 28:13).
Lusifer adalah makhluk berpribadi yang memiliki segambaran dengan Allah yang
dirancang untuk ada dalam persekutuan dengan Allah. Tetapi ia memberontak.
Untuk membuktikan kesalahan Lusifer agar ia pantas
dihukum; harus ada mahkluk yang diciptakan oleh Allah yang memiliki segambaran
dengan Allah yang bisa hidup dalam persekutuan dengan Allah. Mahkluk yang
diciptakan untuk membuktikan kesalahan Lusifer yang jatuh tersebut adalah
manusia. Dengan demikian sejatinya Adam di taman Eden bukan hanya dididik untuk
bisa taat, tetapi bisa mencapai suatu persekutuan yang ideal dengan Allah untuk
membuktikan bahwa Lusifer bersalah dan pantas dihukum.
Kegagalan manusia pertama menyisakan persoalan, siapakah
yang dapat mengalahkan Iblis atau membuktikan bahwa Iblis bersalah dan pantas
untuk dihukum? Tidak ada jalan lain, kecuali Anak Tunggal yang bersama-sama
dengan Bapa. Anak Tunggal Bapa harus turun ke bumi menjadi manusia (Adam
terakhir), di mana dalam segala halnya Ia disamakan dengan manusia (Ibr. 2:17).
Allah Anak menjadi manusia untuk membuktikan bahwa ada pribadi yang bisa taat
tanpa syarat kepada Bapa dan mengabdi sepenuhnya (Flp. 2:5-11; Yoh. 4:34). Hal
ini akan membuktikan bahwa tindakan Iblis salah dan patut dihukum.