SIFAT-SIFAT KHAS ALLAH
Barangkali
Anda sudah mengenal istilah Mahakuasa (Omni Potent); Mahahadir (Omni Present);
Mahatahu (Omni Science). Awalan "maha- (omni-)" itu berasal dari
bahasa Latin yang berarti "semua." Jadi, untuk menyatakan kalau Allah
itu Mahahadir sama dengan mengatakan bahwa Allah hadir di semua tempat. Untuk
mengambarkan sifat Allah yang Omni Present, kita baca syair dari Daud sang
pemazmur:
Mazmur
139:7-8
139:7
LAI TB, Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari
hadapan-Mu?
KJV,
Whither shall I go from thy spirit? or whither shall I flee from thy presence?
Hebrew,
אָנָה
אֵלֵךְ מֵרוּחֶךָ וְאָנָה מִפָּנֶיךָ אֶבְרָח׃
Translit
interlinear, 'ANAH {kemanakah} 'ELEKH {aku akan pergi} MERUKHEKHA {dari Roh-Mu}
VE'ANAH {dan kemanakah} MIPANEIKHA {dari hadapan-Mu} 'EV'RAKH {aku akan dapat
berlari}
139:8
LAI TB, Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat
tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau.
KJV,
If I ascend up into heaven, thou art there: if I make my bed in hell, behold,
thou art there.
Hebrew,
אִם־אֶסַּק
מַיִם שָׁם אָתָּה וְאַצִּיעָה שְּׁאֹול הִנֶּךָּ׃
Translit
interlinear, 'IM {jika} -'ESAQ {aku hendak naik} SHAMAYIM {ke langit} SHAM {di
sana} 'ATAH {engkau} VE'ATSIAH {dan jika aku hendak menaruh tempat tidurku}
SHE'OL {di dunia orang mati} HINEKA {Engkau telah ada (juga)}
Alkitab tidak berusaha membuktikan
bahwa Allah itu ada. Sebaliknya Alkitab menganggap keberadaan-Nya sudah pasti
dan menguraikan banyak sifat yang dimiliki Allah. Beberapa sifat ini adalah unik bagi
Allah, sedangkan yang lain tampak juga di dalam diri manusia sebagai akibat penciptaan-Nya
menurut rupa Allah.
Allah itu Mahahadir: yaitu, Dia ada di mana-mana pada
saat yang bersamaan. Pemazmur mengatakan bahwa ke manapun kita pergi, Allah ada
di situ; Allah melihat segala sesuatu yang kita lakukan.
Allah itu Mahatahu: yaitu, Ia mengetahui segala
sesuatu. Dia mengetahui bukan saja perbuatan kita tetapi juga pikiran kita.
Apabila Alkitab berbicara tentang pra-pengetahuan Allah, yang dimaksudkan ialah
bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang mungkin sebagai mungkin, yang pasti
sebagai pasti, segala sesuatu yang tergantung sebagai tergantung, segala
sesuatu yang akan datang sebagai akan datang, segala sesuatu yang lalu sebagai
yang lalu, semuanya yang ditentukan dari semula sebagai kepastian yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pra pengetahuan alkitabiah tidaklah mencakup unsur
determinisme. Allah tetap bebas untuk mengambil keputusan dan mengubah
maksud-Nya dalam sejarah dan waktu, sesuai dengan kehendak dan
kebijaksanaan-Nya sendiri. Dengan kata lain, Allah bukanlah tawanan dari pra
pengetahuan-Nya sendiri.
Allah itu Mahakuasa: yaitu, Allah itu sangat berkuasa
dan memiliki kekuasaan mutlak atas segala sesuatu dan semua ciptaan. Akan
tetapi, ini tidak berarti bahwa Allah mempergunakan segala kuasa dan
kekuasaan-Nya pada segala waktu; misalnya, Allah mempunyai kuasa untuk
membinasakan semua dosa, tetapi Dia memilih untuk tidak melakukan hal itu
hingga akhir sejarah. Dalam banyak hal, Allah membatasi kuasa-Nya,
menyalurkannya melalui umat-Nya; dalam hal ini kuasa-Nya itu tergantung pada
tingkat
kesediaan dan
penyerahan kita kepada Allah.
Allah itu Mahatinggi: yaitu, Dia berbeda dan terlepas
dari ciptaan-Nya. Diri dan keberadaan-Nya lebih besar dan lebih tinggi daripada
tatanan yang diciptakan-Nya. Ia tinggal dalam keberadaan yang sempurna dan
murni, jauh di atas apa yang telah diciptakan-Nya. Dia sendiri tidak pernah
diciptakan dan berada terpisah dari ciptaan. Akan tetapi, kemahatinggian Allah
tidak berarti bahwa Allah tidak mampu tinggal di tengah-tengah umat-Nya sebagai
Allah mereka.
Allah itu Kekal: yaitu, Dia ada dari selama-lamanya
sampai selama-lamanya. Tidak pernah ada waktu, baik di masa lalu maupun di masa
depan, ketika Allah tidak ada atau takkan ada; Ia tidak terikat dengan waktu
manusia dan oleh karena itu paling baik dapat dilukiskan dengan "Aku
ada" (Yunani "ego eimi").
Allah Tidak-berubah: yaitu, sifat-sifat Allah tidak
berubah, dalam berbagai kesempurnaan atau dalam maksud-Nya bagi umat manusia;
akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa Allah tidak pernah mengubah
maksud-maksud-Nya yang sementara sebagai tanggapan atas tindakan manusia.
Misalnya, Ia mungkin mengubah maksud-Nya untuk menghukum karena pertobatan
sungguh-sungguh dari orang berdosa. Lagi pula, Ia tetap bebas menanggapi kebutuhan-kebutuhan
umat manusia dan doa umat-Nya. Alkitab sering berbicara tentang Allah yang
mengubah pikiran-Nya sebagai akibat doa yang tekun dari orang benar.
Allah itu Sempurna dan
Kudus: yaitu, Dia
sama sekali tanpa dosa dan benar sama sekali. Adam dan Hawa diciptakan tanpa
dosa tetapi dengan kemampuan untuk berbuat dosa. Pada pihak lain, Allah tidak
dapat berbuat dosa. Kekudusan-Nya juga mencakup pengabdian-Nya untuk
melaksanakan maksud-maksud dan rencana-Nya.
Banyak ciri khas dari Allah yang Esa dan benar, khususnya sifat-sifat moral-Nya, memiliki kesamaan dengan sifat-sifat manusia; akan tetapi, sifat-sifat Allah semua berada dalam taraf yang jauh lebih tinggi daripada di dalam diri kita. Misalnya, sekalipun baik Allah maupun manusia memiliki kemampuan untuk mengasihi, tidak ada manusia yang mampu mengasihi sampai ke taraf dan intensitas kasih Allah. Selain itu, harus ditekankan bahwa kemampuan kita untuk mengamalkan sifat ini terkait dengan penciptaan kita menurut gambar Allah; dengan kata lain, kita seperti Allah, bukan Allah seperti kita.
Allah itu baik: Segala yang pada mulanya diciptakan
Allah itu baik adanya, suatu perluasan dari sifat Allah sendiri. Allah tetap
baik kepada ciptaan-Nya dengan menopangnya demi semua makhluk-Nya; Allah bahkan
memelihara orang fasik. Allah baik secara khusus kepada umat-Nya yang berseru
kepada-Nya di dalam kebenaran.
Allah itu kasih: Kasih-Nya adalah kasih yang tidak
mementingkan diri sehingga merangkul seluruh dunia dari umat manusia berdosa.
Ungkapan utama dari kasih tersebut ialah pengutusan Anak-Nya yang tunggal Yesus
untuk mati karena orang berdosa. Lagi pula, Allah memiliki kasih keluarga yang
khusus bagi mereka yang melalui Yesus diperdamaikan kepada diri-Nya.
Allah itu Penyayang dan
pengasih: Ia tidak
memusnahkan umat manusia seperti yang patut kita terima karena dosa kita,
tetapi menawarkan pengampunan sebagai karunia yang cuma-cuma untuk diterima melalui
iman kepada Yesus Kristus.
Allah itu
Berbelaskasihan:
Berbelaskasihan berarti ikut merasa sedih karena penderitaan orang lain,
disertai keinginan untuk menolong. Karena mengasihani umat manusia, Allah
menyediakan pengampunan dan keselamatan; demikian pula, Yesus, Anak Allah
menunjukkan belas kasihan bagi orang banyak ketika menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tahanan
dan sembuhnya penglihatan bagi yang buta serta membebaskan yang tertindas.
Allah itu Sabar dan
Lamban Marah: Allah
pertama kali mengungkapkan sifat ini di Taman Eden setelah Adam dan Hawa
berbuat dosa, ketika Ia tidak membinasakan umat manusia sebagaimana hak-Nya.
Allah juga sabar pada zaman Nuh ketika bahtera itu sedang dibangun. Dan Allah
masih sabar dengan umat manusia yang berdosa; sekarang ini Ia tidak menghakimi
untuk membinasakan dunia, karena dengan sabar Ia memberikan kesempatan pada
setiap orang untuk berbalik dan bertobat.
Allah adalah Kebenaran: Yesus menyebut diri-Nya sendiri
"Kebenaran" (Yunani""alêtheia"), dan Roh Kudus dikenal
sebagai "Roh Kebenaran". Karena Allah sepenuhnya dapat diandalkan dan
benar di dalam segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan-Nya, firman-Nya juga
dilukiskan sebagai kebenaran. Selaras dengan fakta ini, Alkitab dengan jelas
menyatakan bahwa Allah tidak membiarkan kebohongan atau dusta dalam bentuk apa
pun.
Allah itu Setia: Allah akan melaksanakan apa yang
telah dinyatakan-Nya dalam Firman-Nya, melaksanakan semua janji dan
peringatan-Nya. Kesetiaan Allah seharusnya mendatangkan hiburan yang tak
terkatakan kepada orang percaya dan ketakutan besar akan hukuman atas semua
orang yang tidak bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus.
Allah itu adil: bersifat adil berarti bahwa Allah
menopang tatanan moral semesta alam, dan dalam perlakuan-Nya terhadap umat
manusia Ia bersikap benar dan tidak berdosa. Tekad Allah untuk menghukum orang
berdosa dengan maut bersumber pada keadilan-Nya; Ia marah terhadap dosa karena
Ia mengasihi kebenaran. Dia menyatakan murka-Nya terhadap segala bentuk
kefasikan, khususnya penyembahan berhala, ketidakpercayaan, dan perlakuan tidak
adil terhadap sesama manusia. Yesus Kristus, yang juga disebut sebagai
"Orang Benar" juga mengasihi kebenaran dan membenci kejahatan.
Perhatikan
bahwa keadilan Allah tidak bertentangan dengan kasih-Nya. Sebaliknya, untuk
memuaskan keadilan-Nyalah Dia mengutus Yesus ke dalam dunia sebagai karunia
kasih-Nya dan sebagai korban-Nya karena dosa demi kita, supaya memperdamaikan
kita dengan diri-Nya sendiri. Penyataan Allah yang terakhir akan Diri-Nya ialah
Yesus Kristus; dengan kata lain, jikalau kita ingin sepenuhnya mengerti
kepribadian Allah, kita harus memandang kepada Kristus, sebab dalam Dia berdiam
seluruh kepenuhan ke-Allahan.
Sumber:
The Full
Life Study Bible, Life Publishers International © 1992