PRIBADI KRISTUS
A. MAKNA PRIBADI
Dalam Kristologi, istilah “Pribadi” (persona / hypostasis) punya makna sangat teknis, bukan sekadar “individu” atau “tokoh”. Ia dipakai untuk menjaga siapa Yesus itu, tanpa mencampuradukkan apa Yesus itu.
Berikut penjelasan ringkas tapi tegas:
1. “Pribadi” ≠ “Natur”
a. Natur (physis)
Menjawab pertanyaan: APA itu?
→ Ilahi? Manusia?
b. Pribadi (hypostasis / persona)
Menjawab pertanyaan: SIAPA itu?
→ Subjek yang bertindak, berbicara, menghendaki.
2. Makna “Pribadi” dalam Kristus
Pribadi Kristus adalah Sang Firman yang kekal
“Firman itu telah menjadi manusia” (Yoh 1:14)
Artinya:
- Bukan: manusia Yesus + Allah Firman bergabung
- Melainkan:
Firman mengambil natur manusia ke dalam diri-Nya
Jadi:
- Tidak ada pribadi manusia terpisah
- Tidak ada dua ‘aku’ dalam Yesus
3. Rumusan Klasik Gereja (Konsili Khalsedon, 451)
Satu Pribadi, dua natur“Tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa pembagian, tanpa pemisahan.”
Maknanya:
- Dua natur tetap utuh
- Tetapi subjeknya satu
Siapa yang lahir, menderita, mati, bangkit?
Bukan “natur manusia” secara abstrak,
melainkan Pribadi Sang Firman menurut natur manusia-Nya.
4. Konsekuensi Kristologis Penting
a. Komunikasi sifat (communicatio idiomatum)
Karena Pribadinya satu:
Kita boleh berkata:• “Tuhan disalibkan”
Bukan karena keilahian bisa menderita, tetapi karena Pribadi yang ilahi mengalami penderitaan lewat natur manusia.
b. Dua kehendak, satu Pribadi
(Anda sudah sering menyentuh ini )
- Natur ilahi → kehendak ilahi
- Natur manusia → kehendak manusia
Tetapi:
👉 Yang menghendaki tetap satu Pribadi
Itulah sebabnya Yesus bisa berkata:
5. Kenapa konsep “Pribadi” ini mutlak?
Karena tanpa ini:
🔴 Kalau satu natur → Monofisitisme
🔴 Kalau Firman cuma “menempel” → keselamatan runtuh
Keselamatan bekerja karena:
- Yang bertindak adalah Allah sendiri
- Yang taat dan mati adalah manusia sejati
- Semua terjadi dalam satu Pribadi
6. Ringkasan Padat
Pribadi dalam Kristologi adalah Sang Firman yang kekal, yang menghidupi dua natur (ilahi dan manusia) tanpa kehilangan keutuhan keduanya.
Kalau mau, aku bisa lanjutkan:
- Hubungan Pribadi Kristus vs Pribadi Tritunggal
- Apakah Pribadi Yesus “belajar” dan “taat”
- Atau hubungkan langsung ke salib sebagai tindakan satu Pribadi ilahi
Dalam Kristologi, “Pribadi” bukan sekadar istilah psikologis atau sosial, melainkan konsep ontologis yang sangat presisi.
1. Arti dasar “Pribadi”
Pribadi (persona / hypostasis) menjawab pertanyaan:
SIAPA yang ada dan bertindak?
Bukan:
- apa sifatnya (itu natur),
- bukan pula sekadar peran.
Pribadi adalah subjek eksistensi dan tindakan.
2. Penerapannya pada Kristus
a. Satu Pribadi
Yesus Kristus bukan dua pribadi, melainkan:
Satu Pribadi ilahi: yaitu Sang Firman (Logos), Pribadi kedua Tritunggal“Firman itu adalah Allah… dan Firman itu telah menjadi manusia” (Yoh 1:1,14)
b. Dua natur
Pribadi yang satu itu:
- memiliki natur ilahi
- dan natur manusia sejati
👉 Natur menjawab apa,
👉 Pribadi menjawab siapa.
3. Makna teologis kunci
1️⃣ Bukan manusia biasa yang “dipakai” Allah
Tidak ada “pribadi manusia Yesus” yang berdiri sendiri.
Allah Sang Firman yang hidup sebagai manusia.
2️⃣ Semua tindakan Kristus berasal dari satu Pribadi
- Lahir dari Maria
- Lapar, menderita, mati
- Mengampuni dosa
- Memberi hidup kekal
➡️ Semua itu adalah tindakan satu Pribadi,
namun dilakukan menurut natur yang sesuai.
3️⃣ Dasar keselamatan
Karena:
- Pribadinya Allah → karya-Nya bernilai ilahi
- Natur-Nya manusia → Ia sungguh mewakili manusia
Tanpa satu Pribadi:
- Salib tidak menyelamatkan,
- Inkarnasi kehilangan makna.
4. Rumusan klasik (Khalsedon)
Satu Pribadi, dua natur
tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa pemisahan.
Ini menjaga:
- keutuhan keilahian,
- keutuhan kemanusiaan,
- kesatuan subjek.
5. Ringkasan satu kalimat
“Pribadi” dalam Kristologi adalah Sang Firman yang kekal sebagai subjek tunggal yang hidup, bertindak, dan menyelamatkan melalui dua natur: ilahi dan manusia.
Jika mau, aku bisa jelaskan:
- perbedaan Pribadi Kristus vs pribadi manusia,
- relasi Pribadi Kristus dengan Bapa dan Roh Kudus,
- atau implikasinya pada salib dan doa Yesus.
C. PERBEDAAN PRIBADI ANAK & PRIBADI TRITUNGGAL
Berikut penjelasan tegas, berlapis, dan konsisten dengan kristologi klasik tentang hubungan Pribadi Kristus dan Pribadi Tritunggal.
1. Titik berangkat mutlak
Pribadi Kristus = Pribadi kedua Tritunggal
Tidak ada dua “Pribadi Anak”.
Pribadi Kristus bukan pribadi baru hasil Inkarnasi, melainkan Pribadi kekal Sang Anak / Sang Firman yang mengambil natur manusia.📖 Yohanes 1:1,14
Firman itu adalah Allah → Firman itu menjadi manusia.
2. Sebelum Inkarnasi
Dalam kekekalan:
- Satu hakikat ilahi
- Tiga Pribadi:
- Bapa (tidak diperanakkan)
- Anak (diperanakkan dari Bapa)
- Roh Kudus (dihembuskan dari Bapa [dan Anak])
Relasi mereka internal, kekal, dan setara.
3. Saat Inkarnasi: apa yang berubah & tidak berubah
❌ Yang tidak berubah
- Pribadi Anak tetap Pribadi Tritunggal
- Hakikat ilahi tetap utuh
- Relasi Anak dengan Bapa dan Roh tidak terputus
✅ Yang baru
- Pribadi Anak mengambil natur manusia
- Natur manusia tidak menjadi Pribadi baru
Ini relasi ekonomis, bukan ontologis.
4. Dua tingkat relasi: kunci pemahaman
A. Relasi Tritunggal (ontologis)
- Bapa ↔ Anak ↔ Roh
- Setara, kekal, satu kehendak ilahi
- Tidak ada ketaatan atau subordinasi
B. Relasi Inkarnasional (ekonomis)
- Anak menurut natur manusia
- Tunduk, berdoa, taat, menderita
Keduanya tidak boleh dicampur.
5. Mengapa Kristus “menyembah Bapa” tidak melanggar Tritunggal?
Karena:
- Yang menyembah = Pribadi Anak
- Cara menyembah = melalui natur manusia
• Natur manusia memang diciptakan untuk menyembah Allah.
• Dan Anak sungguh menjadi manusia.
Ini bukan:
- Allah lebih rendah dari Allah,
- melainkan Allah hidup sepenuhnya sebagai manusia.
6. Skema ringkas
Tritunggal (ontologis)
Bapa — Anak — Roh
(setara, satu hakikat)
│
│ Inkarnasi
▼
Kristus (ekonomis)
Pribadi Anak
↳ natur ilahi
↳ natur manusia
7. Konsekuensi soteriologis
- Bapa mengutus Anak
- Anak taat sampai mati
- Roh Kudus memuliakan dan menerapkan keselamatan
Semua karya keselamatan:
- berasal dari satu kehendak ilahi,
- dikerjakan oleh Pribadi yang berbeda.
8. Rumusan satu kalimat
Pribadi Kristus tidak berada di luar Tritunggal,melainkan adalah Pribadi kedua Tritunggal
yang, tanpa berhenti menjadi Allah,
Jika mau, aku bisa lanjutkan ke:
- apakah Pribadi Anak “berubah” saat Inkarnasi,
- status Pribadi Kristus setelah kebangkitan & di surga,
- atau bagaimana doa Yesus dipahami kristologis.
Tidak. Pribadi Anak tidak berubah saat Inkarnasi. Yang berubah bukan Pribadi-Nya, melainkan kondisi relasi dan cara Ia hadir melalui penambahan natur manusia.
Sekarang penjelasan tegas dan sistematis.
1. Prinsip dasar: Allah tidak berubah
📖 Maleakhi 3:6
“Aku, TUHAN, tidak berubah.”
📖 Ibrani 13:8
“Yesus Kristus tetap sama, kemarin, hari ini dan selama-lamanya.”
Karena Pribadi Anak adalah Allah, maka Ia tidak dapat berubah secara ontologis.
2. Apa arti “berubah” dalam teologi?
Perlu dibedakan:
A. ❌ Perubahan ontologis (hakikat/pribadi)
- Menjadi lebih / kurang ilahi
- Kehilangan atau menambah sifat ilahi
- Beralih dari satu pribadi ke pribadi lain
➡️ Ini tidak terjadi.
B. Perubahan relasional–>ekonomis ✅
- Cara hadir di dunia
- Cara bertindak dalam sejarah
- Relasi baru sebagai manusia
➡️ Ini yang terjadi dalam Inkarnasi.
3. Inkarnasi bukan perubahan, tetapi “penambahan”
Rumusan klasik:
tetapi dengan mengambil kemanusiaan.”
- Pribadi Anak tetap sama
- Natur ilahi tetap utuh
- Natur manusia ditambahkan, bukan mengganti
Ini disebut assumptio carnis (pengambilan daging).
4. Mengapa tampak seolah Anak “berubah”?
Karena Pribadi yang sama sekarang:
- lahir dari Maria,
- lapar, lelah, menderita,
- berdoa dan taat.
Namun:
- semua ini dialami menurut natur manusia,
- bukan karena keilahian-Nya berubah.
5. Apakah Inkarnasi menambah “sesuatu” pada Anak?
Ya —> relasi, bukan esensi.
============
• Anak berelasi hanya secara ilahi dengan Bapa & Roh
Sesudah Inkarnasi:
sebagai Adam baru
sebagai wakil umat manusia
Relasi baru ≠ Pribadi baru.
6. Analogi (terbatas, tapi membantu)
Seorang raja:
- tetap raja
- tidak berubah jati dirinya
- tetapi memakai pakaian rakyat dan hidup di antara mereka
Bukan ia berhenti menjadi raja,
melainkan cara kehadirannya berubah.
7. Setelah kebangkitan & di surga
Pribadi Anak:
- tetap satu dan sama
- tetap Allah sejati
- tetap manusia sejati (tubuh dimuliakan)
Inkarnasi tidak dibatalkan,
melainkan dipermuliakan.
8. Rumusan satu kalimat (final)
Pribadi Anak tidak berubah saat Inkarnasi;Ia tetap Allah yang sama, namun kini hadir dan bertindak juga sebagai manusia melalui pengambilan natur manusia ke dalam diri-Nya.
Jika mau, tahap lanjut yang paling dalam adalah:
- apakah Anak “mengosongkan diri” (kenosis) berarti kehilangan atribut ilahi,
- atau bagaimana kehendak ilahi & manusia bekerja tanpa konflik.
E. ANAK MENYEMBAH BAPA DALAM RELASI EKONOMIS
Tidak.
Pribadi Anak menyembah Bapa setelah Inkarnasi tidak menyalahi relasi Tritunggal.
Yang krusial adalah membedakan tingkat relasi.
1. Prinsip kunci (jika ini tidak dipahami, pasti bingung)
Satu Pribadi, dua natur
- Pribadi: Anak Allah (Pribadi kedua Tritunggal)
- Natur: ilahi & manusia
Penyembahan terjadi menurut natur manusia,
bukan menurut keilahian.
2. Relasi Tritunggal tidak berubah
Relasi Tritunggal (ontologis)
- Bapa ↔ Anak ↔ Roh Kudus
- Setara, kekal, satu hakikat, satu kehendak ilahi
- Tidak ada penyembahan antar-Pribadi
Di tingkat ini:
- Anak tidak lebih rendah dari Bapa
- Anak tidak tunduk kepada Bapa
3. Relasi Inkarnasional (yang sering disalahpahami)
Saat Inkarnasi:
- Anak mengambil natur manusia
- Natur manusia:
- diciptakan
- terbatas
- secara kodrati menyembah Allah
Maka:
- Anak sebagai manusia menyembah Bapa
- Bukan karena Anak “kurang Allah”
- Melainkan karena Ia sungguh manusia
4. Siapa yang menyembah siapa?
Ini pertanyaan penting.
- Yang menyembah: Pribadi Anak
- Bagaimana menyembah: melalui natur manusia
- Siapa yang disembah: Bapa sebagai Allah
Ini bukan Allah menyembah Allah dalam arti ontologis, melainkan Allah hidup sebagai manusia menyembah Allah.
5. Mengapa ini perlu bagi keselamatan?
Karena:
- Manusia gagal menyembah Allah dengan sempurna
- Kristus sebagai Adam terakhir:
- taat
- menyembah
- menyerahkan diri sepenuhnya
📖 Roma 5:19
“Oleh ketaatan satu orang, banyak orang menjadi benar.”
Penyembahan Kristus mewakili umat manusia.
6. Apakah ini berarti subordinasi Anak?
❌ Tidak (ontologis)
Anak tidak lebih rendah dari Bapa dalam keilahian.
✅ Ya (ekonomis)
Anak menundukkan diri sebagai manusia.
📖 Filipi 2:6–8
“Ia… mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba…”
7. Setelah kebangkitan & di surga
Pribadi Anak:
- tetap menyandang natur manusia
- tubuh dimuliakan
- tetap menjadi Imam Besar
📖 Ibrani 7:25
“Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara.”
👉 Peran imam mencakup penyembahan dan perantaraan.
8. Rumusan final (satu kalimat)
Penyembahan Anak kepada Bapa setelah Inkarnasi tidak menyalahi Tritunggal,karena itu terjadi dalam relasi ekonomis melalui natur manusia, tanpa mengubah kesetaraan ilahi dalam relasi Tritunggal yang kekal.
Jika mau, langkah terdalam berikutnya adalah:
- apakah di surga Anak “tetap menyembah” sebagai manusia,
- atau bagaimana satu kehendak ilahi bekerja bersama dua kehendak Kristus.
F. PRIBADI ANAK MENYEMBAH BAPA DI SURGA DALAM RELASI EKONOMIS BUKAN ONTOLOGIS
Anak tetap menyembah sebagai manusia di surga —> tetapi bukan sebagai makhluk yang lebih rendah, melainkan sebagai Manusia yang dimuliakan dan Imam Besar kekal.
Ini tidak menyalahi Tritunggal.
Sekarang penjelasan tegas, bertahap, dan konsisten kristologis.
1. Titik pijak mutlak: Inkarnasi tidak dibatalkan
Kebangkitan dan kenaikan:
- tidak menghapus natur manusia
- tetapi memuliakannya
📖 Lukas 24:39 – tubuh nyata
📖 Ibrani 2:17 – menjadi Imam Besar
📖 Ibrani 7:24–25 – Imam Besar untuk selama-lamanya
Maka:
Pribadi Anak tetap Allah sejati dan manusia sejati di surga.
2. Apa arti “menyembah” di surga?
Perlu dibedakan:
A. Penyembahan ontologis (Tritunggal ad intra) ❌
- Tidak ada satu Pribadi Tritunggal menyembah Pribadi lain
- Karena satu hakikat, satu kemuliaan
B. Penyembahan representatif–>imam (ekonomis) ✅
- Kristus sebagai Manusia sempurna
- Mewakili umat manusia di hadapan Allah
- Menyatakan ketaatan dan penyerahan total
Inilah makna “Anak menyembah sebagai manusia”.
3. Dasar Alkitabiah
📖 Ibrani 9:24
Kristus masuk ke surga untuk menghadap hadirat Allah bagi kita.
📖 Wahyu 5:6–14
- Anak Domba:
- disembah bersama Bapa
- namun tetap tampil sebagai Anak Domba (identitas inkarnasional)
📖 1 Korintus 15:27-28
Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.
➡️ Ini bukan inferioritas ilahi,
melainkan tata keselamatan yang tergenapi.
4. Apakah Anak di surga “berdoa”?
Tidak dalam arti:
- meminta,
- bergumul,
- mencari kehendak.
Namun:
- Ia hidup sebagai Imam Besar
- kehadiran-Nya sendiri adalah perantaraan kekal
📖 Ibrani 7:25
“Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara.”
Keberadaan-Nya = doa yang hidup.
5. Bagaimana dengan kehendak?
- Kehendak ilahi Anak = satu dengan Bapa
- Kehendak manusia Kristus:
- telah sepenuhnya diselaraskan
- tidak lagi dalam proses ketaatan
➡️ Penyembahan di surga adalah:
- ekspresi keselarasan sempurna
- bukan proses perjuangan
6. Apakah ini merendahkan Anak? ==> ❌ Tidak.
Justru:
Manusia dimuliakan dalam diri KristusUntuk pertama kalinya:
📖 Wahyu 22:3–5
7. Skema ringkas
Tritunggal (ontologis)
Bapa = Anak = Roh
(tiada penyembahan)
│
│ Inkarnasi kekal
▼
Kristus di surga (ekonomis)
Anak sebagai Manusia dimuliakan
→ Imam Besar
→ Wakil umat
→ Penyembahan representatif
8. Rumusan final
Di surga, Anak tidak menyembah Bapa sebagai Allah yang lebih rendah, melainkan sebagai Manusia yang dimuliakan dan Imam Besar kekal, mewakili umat manusia dalam keselarasan sempurna dengan kehendak ilahi.Jika mau, tahap terakhir yang paling dalam adalah:
- bagaimana 1 Korintus 15:28 tidak meniadakan keilahian Anak,
- atau apa arti Anak Domba tetap “Anak Domba” di kekekalan.
G. PRIBADI ANAK MENAMBAH NATUR MANUSIA
Pertanyaan ini sangat tajam dan menyentuh inti logika penebusan. Jawabannya perlu pembedaan filosofis–teologis yang presisi, kalau tidak memang tampak “tidak adil”.
1. Premis Anda BENAR
Yang berdosa adalah pribadi manusia, bukan natur manusia.
Dosa selalu personal:
- Adam berdosa sebagai pribadi
- Setiap manusia berdosa sebagai pribadi
Natur tidak pernah berdosa sendirian.
2. Lalu pertanyaan krusialnya:
Mengapa penebusan tidak menuntut “pribadi manusia lain”, melainkan cukup melalui “natur manusia Kristus”?Jawabannya ada pada SIAPA Pribadi Kristus itu.
3. Kesalahan umum yang harus ditolak ❌
❌ Kristus bukan:
- manusia netral yang dipakai Allah
- pribadi manusia pengganti pribadi manusia lain
Kalau itu yang terjadi:
- penebusan tidak sah
- dosa pribadi tidak bisa dialihkan
4. Struktur Kristologis yang benar ✅
🔑 Pribadi Kristus adalah Allah
Dan:
- Ia mengambil natur manusia
- Natur itu tidak punya pribadi sendiri
- Ia dipersonalisasi oleh Pribadi Anak
👉 Maka:
Yang bertindak, taat, menderita, dan matibukan “natur manusia abstrak”, melainkan Pribadi ilahi sebagai manusia.
5. Jadi siapa yang “menggantikan” siapa?
Bukan:
❌ natur menggantikan pribadi
Melainkan:
✅ Pribadi ilahi menggantikan pribadi manusia melalui natur manusia yang Ia milikiIni titik kuncinya.
6. Mengapa ini sah secara keadilan?
a. Karena Kristus adalah Adam terakhir
📖 Roma 5:18–19
Adam pertama:
- pribadi → kepala umat manusia → dosanya berdampak universal
Kristus:
- Pribadi → kepala umat manusia baru → ketaatan-Nya berdampak universal
Prinsipnya bukan individu ke individu, melainkan kepala → tubuh.
b. Karena nilai tindakan mengikuti Pribadi, bukan natur
- Natur menentukan cara bertindak
- Pribadi menentukan nilai dan subjek moral
Karena Pribadi Kristus adalah Allah:
- ketaatan-Nya bernilai tak terbatas
- penderitaan-Nya cukup bagi semua
7. Mengapa bukan malaikat atau manusia lain?
- Malaikat ❌ bukan satu natur dengan kita
- Manusia lain ❌ berdosa dan terbatas
- Kristus ✅ manusia sejati + Pribadi ilahi
Hanya kombinasi ini yang sah.
8. Analogi (terbatas, tapi membantu)
Sebuah negara dihukum karena dosa sistemik.
- Rakyat tidak bisa menebus diri sendiri.
- Raja masuk menjadi warga negara
- Ia menanggung hukuman atas nama seluruh bangsa
- Karena ia kepala sah, tindakannya berlaku umum.
Bukan warga menggantikan warga, melainkan kepala menggantikan tubuh.
9. Jawaban inti (tanpa kabur)
Dosa memang dilakukan oleh pribadi manusia,tetapi dalam Kristus, pribadi ilahi mengambil natur manusia sehingga Ia dapat bertindak sebagai manusia dan secara sah mewakili serta menggantikan pribadi-pribadi manusia sebagai Kepala umat manusia yang baru.
10. Rumusan satu kalimat paling padat
Bukan natur manusia yang menggantikan pribadi manusia, melainkan Pribadi Anak Allah yang, melalui natur manusia-Nya, menggantikan dan mewakili pribadi-pribadi manusia di hadapan Allah.Jika mau, tahap paling dalam berikutnya adalah:
- mengapa keadilan Allah tidak dilanggar oleh “penggantian” ini, atau
- hubungan representasi Adam–Kristus dengan kehendak bebas pribadi.
Keduanya masuk ke wilayah teologi tingkat lanjut.
H. PERAN SANG FIRMAN MENOPANG KEMANUSIAAN YESUS & INKARNASI
Ya — rumusan Anda sudah tepat, dan bisa dirapikan secara teologis agar tidak disalahpahami.
Pribadi Firman memiliki dua peran simultan dalam Inkarnasi:
- Kenosis
- Menopang (sustaining) kemanusiaan Yesus
Keduanya tidak bertentangan, karena berada pada level berbeda.
1️⃣ Kenosis: peran “ekonomis–historis”
Kenosis adalah:
- Tindakan Pribadi Anak dalam ekonomi keselamatan
- Cara Ia hadir sebagai manusia
- Pembatasan cara penggunaan hak ilahi, bukan keilahian itu sendiri
📌 Arah kenosis:
ke bawah (condescensio)
menuju ketaatan, penderitaan, dan kematian
Firman:
- Hidup sebagai hamba
- Taat dalam kehendak manusia
- Bergantung pada Bapa & Roh Kudus
2️⃣ Menopang kemanusiaan Yesus: peran “ontologis”
Menopang berarti:
- Firman adalah subjek eksistensi kemanusiaan Yesus
- Natur manusia Yesus tidak berdiri sendiri
- Ia ada karena “disubsistensikan” oleh Firman
📖 Ibrani 1:3
“Ia menopang segala yang ada dengan firman kuasa-Nya”
📌 Arah peran ini:
ke dalam (ontologis)
menjaga keberadaan dan kesatuan pribadi
3️⃣ Apakah ini kontradiktif? Tidak.
Justru di sinilah misterinya:
| Aspek | Kenosis | Menopang |
|---|---|---|
| Level | Ekonomi keselamatan | Ontologi |
| Arah | Merendah | Menegakkan |
| Fokus | Cara hadir | Dasar eksistensi |
| Natur terkait | Manusia | Ilahi |
| Perubahan Natur Ilahi | ❌ | ❌ |
👉 Yang merendah adalah cara hidup
👉 Yang menopang adalah dasar ada
4️⃣ Skema kunci (penting sekali)
Pribadi yang sama
bertindak secara rendah menurut natur manusia
sambil menopang secara penuh menurut natur ilahi
Ini disebut:
communicatio idiomatum
(komunikasi sifat melalui satu pribadi)
Contoh:
- “Yesus lapar” → menurut natur manusia
- “Yesus menopang alam semesta” → menurut natur ilahi
➡️ Subjeknya satu, yaitu Firman
5️⃣ Mengapa kemanusiaan Yesus harus ditopang Firman?
Karena:
- Natur manusia tidak bisa berdiri sendiri
- Kalau berdiri sendiri → dua pribadi ❌ (Nestorianisme)
- Maka:
- Kemanusiaan Yesus ber-subsistensi dalam Firman
📌 Istilah teknis:
enhypostasia (ada di dalam pribadi Firman)
anhypostasia (tidak punya pribadi sendiri)
6️⃣ Apakah menopang = menggunakan kuasa ilahi?
Bukan dalam arti demonstratif.
Menopang:
- Ontologis, bukan spektakuler
- Tanpa membatalkan kenosis
- Tidak berarti Yesus hidup “curang” sebagai manusia
Ia tetap:
- Bertumbuh
- Lapar
- Menderita
- Mati
7️⃣ Rumusan final yang presisi
Pribadi Firman
- secara ekonomis: mengosongkan diri (kenosis)
- secara ontologis: menopang dan mempersatukan kemanusiaan-Nya
Bukan dua peran yang saling meniadakan,
melainkan dua aspek dari satu Pribadi yang sama.
Jika mau, kita bisa lanjut ke:
- Apakah kenosis berakhir di kebangkitan
- Apakah Firman tetap menopang kemanusiaan Yesus di surga
- Hubungan ini dengan “Yesus hidup oleh Roh”
Tinggal pilih.
Pertanyaan Anda sangat tajam dan tepat secara kristologis. Jawabannya perlu presisi ontologis, supaya tidak jatuh ke dua ekstrem:
- ❌ Allah bisa mati (keliru), atau
- ❌ Yesus tidak sungguh mati (doketisme).
Mari kita jawab pelan, runtut, dan etis secara teologi klasik Gereja.
1. Siapa yang berkata “Aku telah mati”?
Dalam iman Kristen ortodoks:
Subjek semua tindakan Yesus adalah satu Pribadi: Pribadi Sang Firman (Logos).
Artinya:
- Yang lahir → Pribadi Firman
- Yang lapar → Pribadi Firman
- Yang disalib → Pribadi Firman
- Yang mati → Pribadi Firman
❗ Tidak pernah ada “pribadi manusia Yesus” yang terpisah.
👉 Jadi benar: yang berkata “Aku mati” adalah Pribadi Sang Firman.
2. Lalu pertanyaan kuncinya:
Apakah secara etis & ontologis Sang Firman bisa mati?
Jawaban singkat:
YA, Pribadi Sang Firman benar-benar mati —
TAPI BUKAN dalam Natur Ilahi-Nya.
Ini inti iman Kristen.
3. Kunci utamanya: Pribadi ≠ Natur
a. Pribadi (who)
- Sang Firman (Logos)
- Subjek tunggal semua tindakan
b. Natur (how)
- Natur Ilahi → kekal, tidak bisa mati
- Natur Manusia → bisa menderita & mati
👉 Pribadi yang sama bertindak melalui dua natur yang berbeda.
4. Apa itu “mati” secara ontologis?
Kematian ≠ lenyap atau berhenti ada
Dalam pengertian Alkitab & filsafat klasik:
- Kematian = terpisahnya jiwa dan tubuh
- Bukan hilangnya eksistensi pribadi
Pada Yesus:
- Tubuh manusia-Nya mati
- Jiwa manusia-Nya tetap hidup
- Pribadi Firman tetap eksis sepenuhnya
👉 Yang mati adalah kemanusiaan-Nya,
👉 yang mengalami kematian itu adalah Pribadi Firman.
5. Ini disebut apa dalam teologi?
✝️ Communicatio idiomatum
(persekutuan sifat-sifat)
Artinya:
Apa yang dialami menurut satu natur,
boleh dinyatakan tentang Pribadi secara utuh.
Maka pernyataan ini sah secara iman:
- “Allah mati” ❌ (jika dimaksudkan natur ilahi mati)
- “Allah Putra mati menurut kemanusiaan-Nya” ✅
6. Apakah ini etis?
YA, justru ini satu-satunya cara yang etis & konsisten
Mengapa?
Jika dikatakan:
-
❌ “Yang mati hanya manusia Yesus”
→ Maka korban itu bukan Allah sendiri → keselamatan runtuh -
❌ “Natur ilahi mati”
→ Allah berubah & lenyap → teologi hancur
Ini puncak solidaritas ilahi, bukan kontradiksi.
7. Kesaksian Gereja mula-mula
Kredo Kalsedon (451):
“Satu dan sama Kristus…
diakui dalam dua natur,
tanpa percampuran, tanpa perubahan,
tanpa pemisahan, tanpa pembagian.”
Athanasius:
“Firman tidak mati menurut keilahian-Nya,
tetapi Ia sungguh mengalami kematian dalam tubuh yang Ia ambil.”
8. Jadi bagaimana kalimat yang PALING TEPAT?
✔️ Pernyataan benar:
“Pribadi Sang Firman sungguh mati menurut natur manusia-Nya.”
❌ Yang keliru:
- “Keilahian Yesus mati”
- “Allah berhenti ada”
- “Hanya manusia Yesus yang mati”
9. Makna rohaninya (sangat dalam)
Karena yang mati adalah Pribadi Ilahi:
- Kematian manusia dimasuki Allah
- Kematian dikalahkan dari dalam
- Tidak ada lagi kematian manusia yang “tanpa Allah”
✝️ Salib bukan Allah gagal hidup,
melainkan Allah setia sampai masuk ke dalam kematian.
RINGKASAN 1 PARAGRAF
Etis dan benar secara iman untuk mengatakan bahwa Pribadi Sang Firman mati, karena Ia sungguh memiliki natur manusia yang dapat mati. Namun natur ilahi-Nya tetap hidup, tidak berubah, dan menopang eksistensi-Nya. Dengan demikian, Allah sendiri sungguh masuk ke dalam kematian manusia tanpa kehilangan keilahian-Nya.
Jika Anda mau, kita bisa lanjut ke:
- Apakah Sang Firman turun ke dunia orang mati (Sheol/Hades)?
- Bagaimana Natur Ilahi menopang kemanusiaan Yesus saat mati?
- Apakah Pribadi Firman tetap berelasi Tritunggal saat di kubur?
Topik ini sudah masuk wilayah Kristologi tingkat lanjut, dan pertanyaan Anda menunjukkan Anda siap ke sana.
KESELAMATAN PRIBADI MANUSIA
bagaimana tepatnya keselamatan pribadi manusia terjadi, tanpa mengaburkan peran Allah dan tanpa menjadikannya “usaha diri”.
1. Prinsip kunci (ringkas tapi tegas)
Kristus menyelamatkan manusia secara ontologis;
pribadi manusia diselamatkan secara eksistensial.
Artinya:
- Objektif: keselamatan sudah dikerjakan oleh Kristus
- Subjektif: keselamatan harus dihidupi oleh pribadi
Keduanya satu karya, bukan dua keselamatan.
2. Tahap pertama: dasar keselamatan (dari Allah)
Ini bukan keputusan pribadi manusia, tapi karya Allah sepenuhnya.
Kristus:
- mengambil natur manusia
- mematikan dosa dalam daging
- mengalahkan maut
- memulihkan relasi manusia–Allah
📖 “Oleh satu perbuatan kebenaran, semua orang beroleh pembenaran yang membawa hidup.” (Rm 5:18)
➡️ Ini fondasi universal, sudah selesai, tidak diulang.
3. Tahap kedua: aktualisasi keselamatan (dalam pribadi)
Di sini pribadi manusia sungguh diselamatkan.
Bagaimana caranya?
a. Panggilan & anugerah
Allah:
- memanggil hati
- memberi terang
- menggerakkan kehendak
📖 Yoh 6:44
b. Respons pribadi (tidak dipaksa)
Pribadi manusia:
- percaya
- bertobat
- berserah
- taat
📖 “Barangsiapa percaya…” (Yoh 3:16)
➡️ Ini bukan jasa, tapi penerimaan.
c. Persatuan dengan Kristus
Keselamatan pribadi terjadi saat seseorang:
- dipersatukan dengan Kristus
- masuk ke dalam hidup-Nya
📖 Rm 6:3–5
📖 Gal 2:20
➡️ Bukan hanya status hukum, tapi kehidupan baru.
4. Tahap ketiga: proses seumur hidup (pengudusan / theosis)
Keselamatan pribadi bukan titik, tapi jalan.
Pribadi manusia:
- bertumbuh
- dimurnikan
- diubah serupa Kristus
📖 Flp 2:12–13
📖 2Ptr 1:4
➡️ Inilah keselamatan yang dijalani.
5. Tahap akhir: penggenapan pribadi
Di akhir:
- pribadi manusia dihidupkan sepenuhnya
- tubuh dimuliakan
- kehendak diselaraskan sempurna
📖 1Kor 15
📖 Rm 8:30
➡️ Keselamatan pribadi mencapai kepenuhannya
6. Jadi siapa “yang menyelamatkan pribadi manusia”?
✔️ Allah adalah Penyelamat ✔️ Pribadi manusia sungguh diselamatkan ❌ Bukan manusia menyelamatkan diri ❌ Bukan otomatis tanpa kehendak
Rumus patristik:
Anugerah lebih dulu — kehendak ikut serta — Allah menyempurnakan
7. Ringkasan padat
| Pertanyaan | Jawaban |
|---|---|
| Apakah Allah menyelamatkan pribadi manusia? | ✔️ Ya |
| Bagaimana caranya? | Dengan mempersatukan pribadi dengan Kristus |
| Apakah pribadi berperan? | ✔️ Respons bebas |
| Apakah itu jasa? | ❌ Tidak |
| Apakah keselamatan selesai saat percaya? | ❌ Baru dimulai |
| Puncaknya kapan? | Kebangkitan & kemuliaan |
8. Kalimat kunci (tolong simpan)
Allah menyelamatkan pribadi manusia bukan dengan menggantikannya,
tetapi dengan mempersatukannya dengan Kristus.
Jika mau, langkah logis berikut:
- Apakah orang di luar Gereja bisa diselamatkan secara pribadi?
- Bagaimana ini cocok dengan Roma 9?
- Apakah keselamatan bisa hilang atau gugur?
Tinggal pilih.
