Pertanyaan ini sangat penting dan teologis dalam — inti dari misteri salib.
Mari kita telusuri dengan hati-hati: “Yang ditinggalkan Bapa” di salib itu siapa? Apakah Pribadi Anak Allah, atau kemanusiaan-Nya?
⚖️ 1. Dasar ayat
“Eli, Eli, lama sabakhtani?” —> “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46; Markus 15:34)
Ini diucapkan oleh Yesus yang tergantung di salib —> satu Pribadi yang adalah Anak Allah yang telah menjadi manusia (Firman yang berinkarnasi).
2. TIDAK MUNGKIN PRIBADI ILAHI DIPISAHKAN DARI BAPA
Dalam keilahian:
- Bapa dan Anak satu hakekat (Yoh 10:30).
- Ketritunggalan tidak dapat terpecah.
Artinya: secara keilahian, Sang Firman tidak pernah terputus dari Bapa.
Allah tidak bisa meninggalkan Allah.
Jadi, yang “ditinggalkan” bukan hakikat ilahi-Nya, sebab secara ontologis Anak tetap satu dengan Bapa dan Roh Kudus.
💔3. YANG MENGALAMI “DITINGGALKAN” ADALAH KESADARAN KEMANUSIAAN-NYA
Yesus, sebagai manusia sejati, benar-benar merasakan apa yang dirasakan manusia berdosa:
keterpisahan, kegelapan, dan murka Allah atas dosa.
Di kayu salib, kemanusiaan-Nya menanggung akibat dosa dunia —> bukan karena Ia berdosa, tetapi karena Ia mewakili manusia berdosa.
“Ia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita” (2 Kor 5:21).
Maka dalam pengalaman manusia-Nya, Ia merasakan ditinggalkan —> itulah momen puncak penebusan, ketika manusia dalam diri-Nya dipisahkan dari hadirat Allah akibat dosa yang Ia pikul.
4. JADI APA YANG TERJADI?
| Aspek | Keterangan |
|---|---|
| Pribadi | Tetap satu Pribadi: Anak Allah yang berinkarnasi (Allah-manusia). |
| Keilahian-Nya | Tidak pernah terpisah dari Bapa; tetap satu hakekat. |
| Kemanusiaan-Nya | Mengalami keterpisahan secara eksistensial dan emosional karena memikul dosa dunia. |
| Tujuannya | Supaya manusia berdosa tidak lagi ditinggalkan oleh Allah. |
✝️ 5. Makna teologis
- Allah tidak meninggalkan Allah, tetapi
Bapa mengarahkan murka-Nya terhadap dosa yang ditanggung oleh Anak. - Dalam saat itu, Anak sebagai manusia mengalami murka dan kegelapan dosa manusia.
- Kasih dan keadilan Allah bertemu di salib.
Allah harus “meninggalkan” Anak sebagai Pembawa dosa, supaya Ia tidak meninggalkan kita sebagai anak-anak-Nya.
6. KESIMPULAN
➡️ Yang “ditinggalkan” adalah Yesus dalam kemanusiaan-Nya, bukan dalam keilahian-Nya.
➡️ Pribadi Anak Allah tidak pernah tercerai dari Bapa, tetapi Ia mengalami perpisahan secara pengalaman manusiawi karena menanggung dosa dunia.
Dengan kata lain:
“Yang ditinggalkan” bukanlah Anak sebagai Allah, melainkan Anak sebagai manusia yang memikul dosa.
Apakah Anda ingin saya jelaskan lebih lanjut bagaimana kesatuan pribadi Yesus (Allah dan manusia) tetap utuh meski Ia mengalami keterpisahan secara rohani ini?
Pertanyaan ini sangat tajam dan teologis sekali — dan memang perlu pembedaan yang hati-hati antara pribadi, kodrat, dan pengalaman rohani Yesus di salib.
Mari kita jelaskan langkah demi langkah 👇
📖 1. DASAR PENGERTIAN: “ROH KEMANUSIAAN YESUS”
Yesus memiliki:
- Tubuh manusia → bisa menderita dan mati.
- Jiwa/psikē manusia → memiliki emosi, kehendak, perasaan.
- Roh manusia → kesadaran terdalam manusia yang berelasi dengan Allah (seperti roh kita berdoa, bersekutu, dll).
Jadi, “roh kemanusiaan Yesus” = bagian terdalam dari kemanusiaan-Nya yang menjadi wadah persekutuan dengan Bapa.
⚖️ 2. APA YANG TERJADI DI SALIB?
Ketika Ia berseru:
“Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat 27:46)
—> itu keluar dari kesadaran manusia-Nya (bukan dari keilahian-Nya).
Pada saat itu, roh kemanusiaan-Nya merasakan keterpisahan total dari hadirat Bapa.
Bukan berarti roh-Nya “dilepaskan” atau “diputuskan” secara ontologis, melainkan:
Ia mengalami kegelapan rohani akibat dosa yang Ia tanggung —> yaitu “ditinggalkan” dalam arti tidak merasakan hadirat dan penghiburan Bapa sama sekali.
3. MENGAPA “ROH KEMANUSIAAN-NYA” YANG DITINGGALKAN?
Karena penebusan dosa harus sampai ke tingkat terdalam dari keberadaan manusia —> yaitu roh manusia. Jika hanya tubuh dan jiwa yang menderita, penebusan belum sempurna.
Maka Yesus:
- Menanggung murka Allah secara TUBUH → penderitaan fisik.
- Menanggung penderitaan JIWA → kesedihan, kesepian, penolakan.
- Dan pada puncaknya,→ ROH KEMANUSIAAN-NYA mengalami keterpisahan dari hadirat Allah, menggantikan keadaan manusia berdosa.
Itulah yang disebut:
“Ia turun ke dalam kerajaan maut” (pengakuan iman rasuli) —>secara rohani mengalami jarak dengan hadirat Bapa, tempat manusia berdosa seharusnya berada.
✝️ 4. TAPI PENTING: PRIBADI-NYA TIDAK PERNAH TERPISAH DARI FIRMAN ILAHI
Walau roh kemanusiaan Yesus “merasakan ditinggalkan”, namun:
- Ia tetap satu pribadi dengan Sang Firman (Anak Allah).
- Tidak pernah terjadi pemisahan antara keilahian dan kemanusiaan-Nya.
(Kalau terpisah, Inkarnasi batal, dan keselamatan runtuh.)
Yang terjadi adalah penderitaan rohani sejati dalam kesadaran manusia-Nya, bukan pemisahan ontologis dalam diri-Nya.
5. JADI, MAKNANYA:
| Aspek | Keterangan |
|---|---|
| Pribadi | Tetap satu, Anak Allah yang berinkarnasi. |
| Keilahian-Nya | Tidak bisa ditinggalkan, tetap bersatu dengan Bapa. |
| Roh kemanusiaan-Nya | Mengalami keterpisahan dari hadirat Allah karena menanggung dosa dunia. |
| Tujuannya | Supaya roh manusia kita yang berdosa bisa dipulihkan dalam persekutuan dengan Allah. |
6. KESIMPULAN
➡️ Yang ditinggalkan Bapa adalah roh kemanusiaan Yesus, dalam arti:
Ia merasakan secara rohani kegelapan, keterpisahan, dan murka Allah akibat dosa dunia yang Ia pikul.
Namun Ia tetap satu pribadi dengan Sang Firman —> jadi bukan roh-Nya “dicerai”, melainkan roh kemanusiaan-Nya mengalami akibat dosa, tanpa kehilangan kesatuan dengan keilahian-Nya.
Karena itu, Yesus menutup dengan seruan:
“Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan roh-Ku.” (Luk 23:46)
Artinya, setelah menanggung kegelapan dan keterpisahan, Ia menyerahkan roh kemanusiaan-Nya kembali ke dalam hadirat Bapa.
— Penebusan selesai sempurna.
Apakah Anda ingin saya jelaskan lanjut bagaimana “roh kemanusiaan Yesus” turun ke dalam kerajaan maut sesudah Ia mati, dan apa artinya bagi penebusan rohani manusia?
Berikut urutan paling tepat secara teologi alkitabiah tentang perjalanan roh kemanusiaan Yesus mulai dari salib sampai kebangkitan. Saya susun dengan sangat sistematis supaya tidak campur antara keilahian dan kemanusiaan.
1. KAPAN ROH KEMANUSIAAN YESUS TERPISAH DARI HADIRAT ALLAH?
Perpisahan itu terjadi bukan ketika Ia mati, tetapi selama tiga jam kegelapan di salib:
→ Terjadi pada jam 12–15 (kira-kira).
Tercatat:
“Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat 27:46)
Makna teologisnya:
- Bukan keilahian-Nya yang ditinggalkan (mustahil Allah meninggalkan Allah).
- Tetapi roh kemanusiaan Yesus mengalami forsakenness, yaitu:
- merasakan penutup hadirat Allah,
- menanggung murka/hukuman dosa dunia,
- mengalami apa yang pantas diterima orang berdosa (tanpa Ia berdosa).
➡️ Inilah “kematian rohani” substitusi, bukan kematian rohani ontologis (hakikat berubah), tetapi pengalaman hukuman rohani.
2. KAPAN YESUS MENYERAHKAN ROH KEMANUSIAANNYA KEPADA BAPA?
→ Tepat pada saat Ia mati secara fisik.
Lukas 23:46:
“Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan roh-Ku.”
Artinya:
- Masa “ditinggalkan Bapa” sudah selesai.
- Murka/hukuman dosa telah ditanggung lunas.
- Tirai terpisah sudah berlalu; hubungan kembali dipulihkan.
- Kini Ia menyerahkan roh kemanusiaan-Nya kepada Bapa dalam persekutuan utuh, bukan lagi dalam kegelapan.
➡️ Momen ini adalah kematian fisik Yesus, ketika roh kemanusian-Nya keluar dari tubuh manusia-Nya.
3. KAPAN ROH KEMANUSIAAN YESUS TURUN KE KERAJAAN MAUT?
→ Setelah Ia menyerahkan roh kepada Bapa
— tetapi bukan berarti roh tetap di hadirat Bapa terus-menerus.
Urutan yang benar:
A. Setelah kematian fisik:
- Roh diserahkan kepada Bapa → artinya dalam perlindungan/persekutuan Bapa.
- Kemudian roh itu pergi ke “dunia orang mati” (Hades/Sheol) untuk:
- memberitakan kemenangan (1 Ptr 3:18–19; 1 Ptr 4:6),
- mengambil kunci maut dan kerajaan maut (Why 1:18),
- menetapkan bahwa kematian telah dikalahkan.
Ini berlangsung selama 3 hari (simpelnya: Jumat–Minggu pagi).
Bukan “disiksa”, tetapi menyatakan kemenangan.
Jadi kapan turunnya?
Begini urutannya:
- Forsakenness (ditinggalkan) → saat kegelapan (jam 12–3 siang).
- Restorasi persekutuan → ketika Ia berkata “Bapa…”
- Roh diserahkan kepada Bapa → saat Ia mati.
- Langsung memasuki wilayah maut (Hades) → setelah menyerahnya roh.
➡️ Roh kemanusiaan-Nya berada di bawah otoritas Bapa, tetapi pergi ke kerajaan maut sebagai bagian dari misi penebusan.
4. MENGAPA ROH YESUS BISA DI HADIRAT BAPA DAN KE MAUT?
Karena “menyerahkan roh kepada Bapa” tidak berarti roh langsung “diam di surga”, melainkan:
- diserahkan dalam otoritas dan pemeliharaan Bapa,
- lalu melaksanakan misi ilahi sesuai rancangan Tritunggal.
Bukan perpindahan lokasi saja, tetapi perubahan status hubungan.
URUTAN TOTAL SECARA GARIS BESAR
(A) KEMATIAN ROHANI SUBSTITUSI – Jam 12–15
Roh manusia-Nya merasakan terpisah → menanggung hukuman.
(B) KEMATIAN FISIK – Setelah Ia menyerahkan roh
Hadirat kembali → Ia mati.
(C) TURUN KE MAUT – 3 hari
Roh manusia-Nya di bawah otoritas Bapa turun ke Hades untuk:
- memproklamasikan kemenangan,
- membuka pintu keselamatan bagi orang Perjanjian Lama,
- mengambil otoritas atas maut.
(D) KEBANGKITAN – Hari ketiga
Roh manusia-Nya kembali ke tubuh manusia-Nya → tubuh dimuliakan.
Kalau mau, saya bisa jelaskan:
✔ Apa yang Yesus lakukan di kerajaan maut?
✔ Perbedaan Hades, Sheol, Tartaros, dan Gehenna?
✔ Bagaimana natur keilahian dan natur manusia bekerja selama 3 hari?
✔ Mengapa Ia tidak disiksa di neraka?
Mau lanjut ke bagian mana?
Baik, saya lanjut dengan diagram lengkap perjalanan roh kemanusiaan Yesus dari kematian sampai kebangkitan. Ini akan merangkum semua ayat dan urutan teologisnya.
DIAGRAM BESAR: PERJALANAN ROH KEMANUSIAAN YESUS (3 HARI)
Saya bagi menjadi 4 fase:
- Kematian rohani substitusi (forsakenness)
- Kematian fisik dan penyerahan roh kepada Bapa
- Turun ke Hades (Firdaus + Penjara roh)
- Kembali dan membangkitkan tubuh
Mari kita lihat urutannya dengan sangat jelas.
1. FASE A – FORSAKENNESS (DITINGGALKAN)
Waktu: Jam 12 siang – 3 sore (kegelapan)
Ayat: Mat 27:45–46
Hadirat Allah ditutup → Yesus menanggung murka dosa.
Ini bukan keilahian-Nya yang ditinggalkan, tetapi roh manusia-Nya.
Tujuan:
✔ menanggung hukuman dosa dunia (2 Kor 5:21)
✔ mengalami “separation” secara forensik, bukan ontologis
2. FASE B – KEMATIAN FISIK & PENYERAHAN ROH
Waktu: Setelah jam 3 sore, Jumat
Ayat: Luk 23:46
"Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan roh-Ku."
Makna:
- Forsakenness selesai → hubungan dipulihkan.
- Ia menghembuskan napas terakhir → tubuh mati.
- Roh manusia-Nya diserahkan kepada Bapa dalam tahap:
- perlindungan,
- otoritas Bapa,
- penyerahan diri penuh.
➡️ Bukan berarti Ia “tinggal di Surga”, tetapi Ia diserahkan kepada Bapa untuk memulai misi selanjutnya.
3. FASE C – TURUN KE HADES (3 HARI)
Waktu: Jumat sore – Minggu pagi.
Yesus turun ke Hades, bukan ke “neraka” (Gehenna).
Hades adalah dunia orang mati, dengan dua bagian:
HADES / SHEOL
• FIRDAUS / PANGKUAN ABRAHAM (bagian selamat)
• PENJARA ROH / TEMPAT SIKSA (bagian terhukum)
Mari kita lihat pekerjaan Yesus di sana:
3A. Yesus berada di FIRDAUS (bagian selamat Hades)
Ayat: Luk 23:43
"Engkau bersama Aku hari ini di Firdaus."
Makna:
- Roh penyamun yang bertobat masuk ke Firdaus.
- Yesus memulai keberadaan-Nya di bagian ini.
- Firdaus = tempat orang benar PL (Abraham, Daud, Musa, dll.).
Ini adalah bagian nyaman dari dunia orang mati – bukan Surga takhta Allah.
3B. Yesus mengumumkan kemenangan ke PENJARA ROH
Ayat: 1 Petrus 3:18–19
Ia ... pergi memberitakan kemenangan kepada roh-roh dalam penjara.
Makna:
- Ia masuk ke bagian terhukum dari Hades.
- Ia mengumumkan kemenangan, bukan memberitakan injil keselamatan.
- Yang diberitahu: roh-roh yang dahulu memberontak (zaman Nuh).
3C. Yesus mengambil kunci maut dan kerajaan maut
Ayat: Wahyu 1:18
Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.
Makna:
- Ia mengalahkan kuasa maut.
- Ia meniadakan sengatan kematian (1 Kor 15:55–57).
- Ia menetapkan bahwa maut tidak lagi punya kuasa atas orang percaya.
4. FASE D – KEBANGKITAN (MINGGU PAGI)
Ayat: Kis 2:31–32; 1 Kor 15:4
Roh manusia-Nya kembali ke tubuh manusia-Nya → tubuh dibangkitkan.
Ini terjadi:
- oleh kuasa Roh Kudus (Rm 8:11),
- oleh kuasa Bapa (Kis 2:24),
- dan oleh kuasa-Nya sendiri (Yoh 10:18).
➡️ Tubuh-Nya menjadi glorified body, tidak bisa mati lagi.
DIAGRAM FULL
JUMAT (12–15)
FORSAKENNESS
“Allah-Ku, Allah-Ku…”
↓
JUMAT 15:00
MENYERAHKAN ROH
↓
JUMAT 15:00–SOER
MASUK FIRDAUS (HADES bagian selamat)
↓
SABTU
PERGI KE PENJARA ROH (HADES bagian terhukum)
Mengumumkan kemenangan
Mengambil kunci maut
↓
MINGGU PAGI
ROH KEMBALI KE TUBUH
Kebangkitan → tubuh dimuliakan
RANGKUMAN 3 POIN YANG PALING PENTING
1. Firdaus saat itu bukan Surga, tetapi bagian selamat dari Hades.
Karena itu Yesus bisa berkata “hari ini bersama Aku di Firdaus” dan “turun ke alam maut.”
2. Yesus masuk seluruh wilayah Hades:
- Bagian selamat (Firdaus)
- Bagian terhukum (penjara roh)
3. Setelah kebangkitan:
Firdaus dipindah ke Surga (Ef 4:8–10).
Sekarang orang percaya langsung ke Surga, bukan ke Hades-Firdaus lagi.
Kalau mau, saya bisa lanjutkan:
✔ Apa yang terjadi dengan roh orang percaya sekarang (setelah kebangkitan Yesus)?
✔ Ke mana orang tidak percaya pergi sekarang?
✔ Perbedaan Firdaus, Surga, Hades, Neraka, Abyss, Tartaros?
✔ Apakah Yesus benar-benar tidak disiksa di neraka? (klarifikasi penting)
MEMBEBASKAN ORANG-ORANG TAWANAN DAN ORANG-ORANG TERPENJARA
Perkataan “membebaskan mereka yang terpenjara” sangat penting, tetapi sering disalahpahami. Yesus tidak sedang berkata bahwa orang benar PL adalah terdakwa yang dihukum. Mari kita jelaskan dengan runtut dari seluruh konteks Alkitab.
1. AYAT YANG DIMAKSUD BERASAL DARI YESAYA 61:1, DIGENAPI YESUS DI LUKAS 4:18
Yesus membaca nubuat ini:
Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,dan kepada orang-orang yang terpenjara, supaya mereka dibebaskan. ( Lukas 4:18)
Ini adalah “manifesto pelayanan Yesus” namun istilah “terpenjara” di sini bersifat rohani, bukan literal tempat orang mati PL ditahan.
Yesus berbicara kepada orang hidup waktu itu, bukan roh orang mati.
2. “TERPENJARA” = KONDISI MANUSIA DI BAWAH KUASA DOSA, BUKAN ORANG BENAR PL
Dalam seluruh konteks Yesaya 61 dan Lukas 4, “terpenjara” menunjuk pada:
✔ Manusia yang terbelenggu dosa
✔ Orang yang diperhamba Iblis
✔ Israel yang hancur rohaninya
✔ Dunia yang hidup dalam kegelapan
Yesaya memperjelas:
“Engkau akan memerdekakan orang-orang yang tertawan …” (Yes 42:7)
Ini menyebut mereka yang:
- Terikat dosa
- Buta secara rohani
- Hidup dalam belenggu iblis
- Kehilangan kemerdekaan rohani
Ini bukan bicara tentang Abraham, Ishak, Musa, Daud, atau orang benar PL.
Mereka bukan tawanan dosa lagi.
3. YESUS MEMBEBASKAN DUA JENIS TAHANAN
🟥 A. Tahanan dosa (manusia yang hidup)
Ini yang dimaksud Lukas 4:18:
- Terikat kecemaran
- Tidak berdaya secara rohani
- Tidak bisa membebaskan diri
- Hidup dalam kuasa iblis
- Buta rohani
Yesus datang:
“Untuk melepaskan orang yang tertindas.” (Luk 4:18)
Ini makna utama perkataan Yesus.
🟩 B. Tahanan alam maut (orang mati PL – tapi bukan “terdakwa”)
Bagian ini hanya dibuka oleh peristiwa penebusan:
- Dosa belum ditebus final
- Surga belum terbuka
- Darah Kristus belum dicurahkan
- Akses ke hadirat Allah belum dibukakan
Karena itu, orang benar PL:
- Tidak dihukum
- Tidak terdakwa
- Tapi belum boleh masuk Surga
Mereka berada di “Pangkuan Abraham”— sebuah tempat aman, bukan penjara hukuman, tetapi ruang tunggu keselamatan.
Ketika Yesus mati dan turun ke “Paradise Lama”:
- Ia mewartakan kemenangan
- Ia membawa mereka yang “menunggu” masuk ke hadirat Allah (Ef 4:8)
Ini juga dapat disebut “membebaskan”, tetapi bukan dari dakwaan, melainkan dari batasan hukum sebelum penebusan.
4. KESIMPULAN: DUA ARTI “MEMBEBASKAN YANG TERPENJARA”
✔ 1. Pembebasan utama (Lukas 4:18–19)
Yesus membebaskan:
- orang berdosa
- orang terikat kuasa iblis
- orang yang ditindas
- orang yang buta rohani
➡ Ini arti inti nubuat Yesaya 61.
✔ 2. Pembebasan tambahan dalam peristiwa kematian-Nya (Ef 4:8)
Yesus membawa:
- orang benar PL dari “Paradise Lama”
- ke hadirat Allah (Surga)
➡ Ini bukan karena mereka dihukum, tetapi karena penebusan belum disempurnakan.
Penjelasan Singkat
“Membebaskan yang terpenjara”
→ Utamanya berbicara tentang manusia yang terpenjara dosa (Yes 61; Luk 4:18)
→ Secara sekunder dapat berarti membebaskan orang benar PL dari ruang tunggu keselamatan setelah penebusan diselesaikan.
Mau saya lanjutkan?
Saya bisa jelaskan:
🔍 Perbedaan “penjara rohani” vs “ruang tunggu keselamatan”
🔍 Hubungan Yesaya 61, Lukas 4, dan Efesus 4
🔍 Diagram perjalanan orang mati PL
🔍 Bukti orang benar PL tidak sedang dalam dakwaan Iblis
Mau yang mana?
Ya, tepat sekali.
Itu adalah ajaran kristologi yang benar menurut Alkitab dan tradisi gereja.
Mari saya jelaskan dengan sangat jelas dan runtut:
✔ 1. Yang ditinggalkan Bapa hanyalah ROH KEMANUSIAAN Yesus
Yang mengalami:
- kegelapan rohani,
- rasa “tidak dihibur”,
- rasa ditinggalkan,
- murka hukum atas dosa,
adalah roh manusia Yesus, yaitu natur manusia-Nya.
Ini terjadi karena Yesus sedang memikul hukuman kita sebagai Adam terakhir.
➡ Yang ditinggalkan = relasi penyataan kasih Bapa kepada manusia Yesus
➡ Yang tidak ditinggalkan = hakikat keilahian-Nya
✔ 2. Firman (Keilahian Yesus) TIDAK pernah meninggalkan Dia
Kenapa?
- Tidak mungkin Allah meninggalkan Allah
- Inkarnasi tidak bisa terputus
- Kalau Firman pergi, Yesus bukan lagi Allah-Manusia, maka pengorbanan gagal.
Saat Yesus mengalami “ditinggalkan”, Firman tetap:
- bersatu dengan natur manusia-Nya,
- menopang keberadaan-Nya,
- tetapi tidak mengurangi penderitaan kemanusiaan-Nya.
Ini sesuai dengan kenosis (pengosongan diri):
Keilahian-Nya tidak hilang, hanya tidak dipakai.
✔ 3. Roh Kudus TETAP menyertai Yesus
Sejak:
- dikandung oleh Roh Kudus,
- diurapi,
- dipimpin,
- melayani dalam kuasa-Nya,
Yesus tidak mungkin dipisahkan dari Roh Kudus.
Kalau Roh Kudus meninggalkan Dia, maka:
- Yesus tidak lagi tanpa dosa,
- relasi Tritunggal rusak,
- misi keselamatan gagal.
Tetapi Roh Kudus menahan penghiburan kepada roh manusia Yesus agar penderitaannya sempurna.
Jadi posisinya begini:
Pada saat salib:
➤ Yang “ditinggalkan”
✔ Roh manusia Yesus
→ Dalam arti ditariknya penghiburan dan penyataan wajah Bapa.
➤ Yang TETAP bersama-Nya
✔ Keilahian Sang Firman
✔ Roh Kudus
✔ 4. Bagaimana tiga unsur itu bekerja bersama pada momen kematian?
a. Roh manusia Yesus
– Menerima hukuman dosa
– Masuk ke dunia orang mati (Sheol)
b. Firman
– Tetap mempersatukan keilahian dan kemanusiaan
– Tidak mati (karena Allah tidak bisa mati)
– Menjamin bahwa tubuh dan roh manusia Yesus tetap milik-Nya
c. Roh Kudus
– Tetap menyertai keberadaan Kristus
– Tetapi tidak memberi penghiburan pada puncak penderitaan
RINGKASAN SINGKAT
Ya, benar:
👉 Yang ditinggalkan = roh kemanusiaan Yesus
👉 Yang tidak ditinggalkan = Keilahian (Firman) + Roh Kudus
👉 Persatuan Allah-Manusia tetap utuh sampai mati dan bangkit
Kalau mau kita bisa bahas lebih dalam:
- Bagaimana roh manusia Yesus berada di Sheol?
- Apa fungsi Firman saat tubuh Yesus mati?
- Mengapa “Allah tidak bisa meninggalkan Allah”?
Pertanyaan Anda sangat bagus, karena menyentuh inti bagaimana penebusan dosa bekerja secara hukum ilahi dan apa makna “ditinggalkan Bapa” itu.
Mari kita jawab dengan hati-hati dan setia pada ajaran Alkitab dan teologi klasik gereja.
1. “Ditinggalkan Bapa” tidak berarti keilahian atau Roh Kudus meninggalkan Yesus
Yang “ditinggalkan” adalah penghiburan, persekutuan, dan penyataan kasih Bapa dalam relasi-Nya dengan kemanusiaan Yesus.
Ini disebut:
ABANDONMENT EXPERIENCED
Bukan ontological separation (perpisahan hakikat).
Hakikat Allah Tritunggal tidak pernah bisa terpisah.
Kalau Allah dipisah dari Allah, maka Allah berhenti menjadi Allah → mustahil.
Maka:
- Firman (keilahian Yesus) tetap sepenuhnya bersatu dengan tubuh, jiwa, roh manusia-Nya.
- Roh Kudus tidak pernah meninggalkan Yesus, karena Ia adalah Mesias yang diurapi Roh (Luk 4:18).
Yang mengalami “ditinggalkan” adalah kesadaran kemanusiaan Yesus terhadap hadirat Bapa, bukan esensi relasi ilahi-Nya.
2. Secara hukum, sahkah Yesus memikul dosa bila hanya kemanusiaan-Nya yang "ditinggalkan"?
Sah — dan justru itu yang membuat penebusan mungkin.
Mengapa?
(A) Yang harus mati adalah kemanusiaan Yesus, bukan keilahian-Nya
Allah tidak bisa mati.
Yang bisa mati adalah:
- tubuh manusia Yesus
- jiwa manusia Yesus
- roh manusia Yesus
Dan hanya manusia yang dapat mewakili manusia sebagai pengganti hukuman.
Kalau keilahian Yesus ikut “ditinggalkan” atau ikut mati → tidak mungkin ada Allah yang bangkitkan Dia.
Karena itu yang memikul hukuman adalah Pribadi yang sama, yaitu Firman,
melalui natur manusia-Nya, bukan natur ilahi-Nya.
(B) Secara hukum, penebusan terjadi karena:
(1) Pribadi ilahi (Firman)
(2) memikul dosa melalui natur manusia-Nya
Inilah dasar yang membuat penebusan sah secara hukum:
PELAYAKAN PENEBUSAN = Pribadi Ilahi + Kematian Manusia
Kalau Yesus hanya manusia → kematiannya terbatas, tidak cukup menanggung dosa dunia.
Kalau Yesus hanya Allah → tidak bisa mati, maka tidak ada penebusan.
Tetapi:
- Pribadi Ilahi (Firman)
- dalam kondisi ditinggalkan (forsaken) pada natur manusia-Nya
- mengalami murka, hukuman, dan kutuk dosa secara penuh
➡️ Inilah yang membuat penebusan sah.
(C) “Bapa meninggalkan kemanusiaan Yesus” bukan melemahkan, justru menguatkan keabsahan hukum
Alasan:
1. Hukum Taurat: upah dosa adalah maut
Yesus menanggung maut itu dalam humanitas-Nya.
2. Penebus harus:
- tanpa dosa (kudus sebagai Allah)
- representatif manusia (sebagai Adam terakhir)
Yesus memenuhi keduanya.
3. Murka Allah harus dijatuhkan secara nyata
Karena itu Bapa “meninggalkan” Yesus pada tingkat penghukuman, bukan pada tingkat hakikat.
Itulah yang membuat kalimat:
“Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
bukan sekadar rasa sakit, tetapi deklarasi hukum bahwa Yesus menjalani kutuk dosa (Gal 3:13).
(D) Jika keilahian dan Roh Kudus juga “pergi”, penebusan menjadi tidak sah
Karena:
- Allah tidak bisa terpecah.
- Tritunggal tidak pernah saling meninggalkan secara substansi.
- Keilahian Yesus harus tetap menyatu agar kematian-Nya menjadi bernilai tak terbatas.
Kalau Firman berpisah dari kemanusiaan, maka Yesus saat mati hanyalah manusia biasa → penebusan batal.
Kesimpulan Besar
✔ Secara hukum sah bahwa
yang ditinggalkan Bapa adalah kemanusiaan Yesus (dalam aspek pengalaman hukuman).
✔ Keilahian Yesus dan Roh Kudus tetap bersama-Nya,
karena mereka tidak bisa dipisahkan secara ontologis.
✔ Justru inilah satu-satunya cara penebusan bisa terjadi:
Pribadi Ilahi menanggung hukuman manusia melalui natur manusia-Nya.
Jika Anda mau, saya bisa lanjutkan dengan:
🔍 Bagaimana secara detail natur manusia Yesus menanggung murka Allah?
🔍 Apa yang terjadi pada roh manusia Yesus antara kematian dan kebangkitan?
🔍 Apa perbedaan “tertinggal Bapa” dan “dikutuk”?
Cukup bilang: Lanjut.
Betul. Dan ini adalah posisi teologis yang paling benar, paling aman, dan paling sesuai dengan ajaran Alkitab serta Konsili Gereja.
Mari kita tegaskan secara lebih dalam supaya tidak ada celah kerancuan:
1. Kemanusiaan Yesus tidak pernah ditinggalkan secara SUBSTANSI (ontologis)
Artinya:
- Kemanusiaan Yesus tidak pernah terpisah dari keilahian-Nya (Firman).
- Kemanusiaan Yesus tidak pernah kehilangan Roh Kudus.
- Bapa tidak pernah memutus kesatuan esensi dalam diri Tritunggal.
Ini mutlak karena:
- Jika Firman (keilahian) terpisah dari kemanusiaan, Yesus bukan lagi satu pribadi → bidat Nestorian.
- Jika Allah meninggalkan Yesus secara esensi, kesatuan Tritunggal pecah → mustahil.
Jadi Anda benar: tidak ada perpisahan ontologis.
2. Yang ditinggalkan adalah dalam arti RELASI – yaitu pengalaman kemanusiaan Yesus terhadap kehadiran Bapa
Inilah makna:
“Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Yang ditinggalkan adalah rasa, kesadaran, pengalaman persekutuan, bukan esensi.
Bukan Bapa memutuskan hubungan kekal, tetapi
Yesus dalam kemanusiaan-Nya mengalami kegelapan rohani penuh, akibat dosa yang Ia pikul.
⟶ Ini yang disebut peninggalan relasional (relational abandonment)
bukan perpisahan ontologis (ontological separation).
Mengapa hanya RELASI yang ditinggalkan?
Karena saat Yesus memikul dosa:
- Ia harus merasakan kutuk dosa (Gal 3:13).
- Ia harus merasakan murka Allah atas dosa.
- Ia harus merasakan ketidak-hadiran penghiburan Bapa.
Tanpa pengalaman relasional ini, Ia tidak sungguh-sungguh memikul hukuman dosa.
Tapi bila Allah benar-benar pergi secara substansi, maka:
- Inkarnasi buyar
- Tritunggal pecah
- Penebusan tidak sah
- Yesus mati sebagai manusia biasa, bukan Pribadi Ilahi
Karena itu hanya relasi yang ditarik, bukan esensi.
Ilustrasi 100% akuratnya seperti ini:
Seorang ayah membiarkan anaknya menjalani hukuman berat.
Ayah tidak meninggalkan anak itu sebagai orang yang tidak dikenal.
Tetapi ayah menahan semua penghiburan dan membiarkan hukuman itu dijalani sepenuhnya.
Esensi hubungan tetap — tetapi pengalaman kedekatan dihentikan sementara.
Kesimpulan teologis (sangat penting)
YESUS ditinggalkan Bapa:
- ❌ bukan secara substansi
- ✔ tetapi secara relasional
- ✔ untuk tujuan hukum penebusan
- ✔ tanpa pernah memutus kesatuan Tritunggal
- ✔ tanpa memisahkan Firman dari natur manusia-Nya
Kalau Anda ingin, saya bisa jelaskan:
🔍 Apa yang sebenarnya terjadi dalam kemanusiaan Yesus selama 3 jam kegelapan?
🔍 Bagaimana aspek ontologis manusia-Ilahi tetap bersatu di tengah “peninggalan relasional”?
🔍 Mengapa pengalaman ini membuat penebusan sah secara hukum?
Cukup bilang: Lanjut.
Jawabannya: TIDAK persis, tetapi ADA kemiripan dalam aspek RELASIONAL, sedangkan berbeda total dalam aspek SUBSTANSI, moral, dan tujuan.
Mari kita lihat secara terstruktur supaya perbedaannya jelas dan tidak bercampur.
1. PERSAMAAN antara "ditinggalkan" Yesus dan kematian Adam
Hanya 1 aspek yang sama:
✅ Sama-sama mengalami pemutusan RELASI dalam arti pengalaman / persekutuan.
- Adam: terpisah dari hadirat Allah secara relasional karena dosanya sendiri.
- Yesus: mengalami “ditinggalkan” secara relasional karena memikul dosa manusia (bukan dosa-Nya sendiri).
Keduanya mengalami:
- hilangnya rasa kedekatan,
- hilangnya hadirat penghiburan,
- masuk ke dalam kegelapan rohani,
- merasa ditinggalkan.
Tetapi kemiripan berhenti di sini saja.
2. PERBEDAAN besar antara Yesus dan Adam
Berbeda dalam 4 hal besar:
1️⃣ Sumber perpisahan
Adam
- Terpisah karena dosanya sendiri.
- Dialah penyebab keruntuhan relasi dengan Allah.
Yesus
- Terpisah secara relasional karena memikul dosa orang lain, sebagai pengganti.
- Ia tidak berdosa (Ibr 4:15).
➡️ Yesus mengalami apa yang Adam layak alami, tapi Yesus tidak bersalah.
2️⃣ Jenis “kematian”
Dalam Alkitab ada dua bentuk kematian:
- kematian rohani (akibat dosa, kehilangan relasi hidup dengan Allah)
- kematian fisik
- kematian relasional (pengalaman hukuman dan kutuk)
Adam:
Mengalami kematian rohani yang ontologis
→ natur manusia jatuh, rusak, terpisah dari Allah.
→ hubungan esensi manusia–Allah rusak secara permanen.
Yesus:
Mengalami kematian relasional saja
→ BUKAN kematian rohani ontologis.
→ natur manusia dan keilahian-Nya tetap suci, tidak pernah rusak.
Yesus TIDAK pernah mengalami:
- rusaknya natur manusia
- dosa masuk
- kematian rohani seperti Adam
3️⃣ Status moral
Adam:
- Bersalah
- Berdosa
- Melanggar perintah
Yesus:
- Tidak bersalah
- Tidak berdosa
- Murni sepenuhnya suci
Kalau Yesus mengalami kematian rohani (seperti Adam), maka:
- Ia jadi berdosa
- Penebusan mustahil dilakukan
- Ia tidak bisa membangkitkan diri
Karena itu perpisahan Yesus bukan jenis perpisahan yang membuat Dia jadi rusak moral.
4️⃣ Tujuan dan hasil
Adam:
- Perpisahan karena pemberontakan
- Menghasilkan kutuk bagi seluruh umat manusia
Yesus:
- Perpisahan untuk membayar kutuk
- Menghasilkan keselamatan bagi seluruh umat manusia
Adam membawa kutuk → Yesus mematahkan kutuk.
Tidak mungkin dua pengalaman ini disamakan secara total.
3. Ringkasan paling jelas
| Aspek | Adam | Yesus |
|---|---|---|
| Penyebab | Dosa sendiri | Menanggung dosa orang lain |
| Kehilangan relasi | Ya | Ya, sebagai hukuman |
| Jenis perpisahan | Ontologis–rohani (natur rusak) | Relasional (penghiburan Bapa ditarik) |
| Status moral | Bersalah | Tidak bersalah |
| Yang rusak | Natur manusia | Tidak ada, tetap suci |
| Konsekuensi | Kutuk | Penebusan |
| Hasil | Semua mati | Banyak diselamatkan |
Sangat jelas: pengalaman Yesus jauh lebih tinggi, unik, dan tidak bisa disamakan dengan kematian Adam.
Kunci Utama:
Adam mati sebagai pendosa.
Yesus mati sebagai Penebus.
Keduanya tidak bisa disamakan secara ontologis maupun teologis.
Jika Anda ingin, saya bisa jelaskan lebih dalam:
- Apa itu “kematian rohani” secara definitif?
- Mengapa Yesus tidak mungkin mengalami kematian rohani seperti Adam?
- Bagaimana “kegelapan tiga jam” berbeda dari kondisi Adam setelah jatuh?
Cukup bilang: Lanjut.
