TAAT

 




KETAATAN SEMPURNA

Yang mengalahkan Iblis secara final bukan hanya darah secara fisik, tapi ketaatan sempurna Yesus kepada Bapa.

Mari kita perdalam gagasan ini:

A. YESUS MENANG KARENA KETAATAN TOTAL KEPADA KEHENDAK BAPA

Filipi 2:8 berkata:

"Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan TAAT SAMPAI MATI, bahkan sampai mati di kayu salib."

Ini bukan sekadar kematian biasa ini adalah ketaatan mutlak dalam penderitaan, di saat Iblis menawarkan jalan pintas (seperti dalam pencobaan di padang gurun, Matius 4), Yesus tetap taat.

KETAATAN YESUS = Penyangkalan total terhadap kehendak diri ➡️ Penyerahan mutlak kepada Bapa.

1. TUGAS PENGUTUSAN TUHAN YESUS ADALAH UTK MEMBERIKAN NYAWANYA

• KEHENDAK BEBAS TUHAN YESUS

Yohanes 10 : 17-18
Bapa mengasihi Aku, OLEH KARENA AKU 
MEMBERIKAN NYAWAKU untuk MENERIMANYA 
KEMBALITidak seorangpun mengambilnya dari padaku, melainkan aku memberikannya 
menurut kehendakKu sendiri. AKU BERKUASA MEMBERIKANNYA DAN BERKUASA MENGAMBILNYA KEMBALIINILAH TUGAS YANG KUTERIMA DARI BAPA-KU."

kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku adalah MELAKUKAN KEHENDAK DIA dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. (Yoh 4:34)

Filipi 2:5-11
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan TAAT SAMPAI MATI, BAHKAN SAMPAI MATI DI KAYU SALIB. Itulah 
sebabnya ALLAH SANGAT MENINGGIKAN DIA DAN MENGARUNIAKAN KEPADANYA NAMA DI ATAS SEGALA NAMA, supaya DALAM NAMA YESUS BERTEKUK LUTUT SEGALA YANG ADA DI LANGIT DAN YANG ADA DI ATAS BUMI DAN YANG ADA DI BAWAH BUMIDAN SEGALA LIDAH MENGAKU: "YESUS KRISTUS ADALAH TUHAN," BAGI KEMULIAAN ALLAH, BAPA!

Ibr 5:8
Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi TAAT dari apa yang telah diderita-Nya.

ADA 3 KALI YESUS MEMINTA AGAR CAWAN PENDERITAAN BERLALU DARI PADANYA, TAPI TETAP MEMILIH KEPADA KEHENDAK BAPANYA

KETAATAN: MENUNDUKKAN KEHENDAK YESUS KRISTUS KEPADA KEHENDAK BAPA

MATIUS 26:36-46
Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: ”Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.” Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: ”Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: ”Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: ”Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: ”Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga. Sesudah itu Ia datang kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: ”Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. 
Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat."

Markus 14:32-42 
Lalu sampailah Yesus dan murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: ”Duduklah di sini, sementara Aku berdoa.” Dan Ia membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes serta-Nya. Ia sangat takut dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: ”Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah.” Ia maju sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya. Kata-Nya: ”Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” Setelah itu Ia datang kembali, dan mendapati ketiganya sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: ”Simon, sedang tidurkah engkau? Tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga satu jam? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Lalu Ia pergi lagi dan mengucapkan doa yang itu juga. Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat dan mereka tidak tahu jawab apa yang harus mereka berikan kepada-Nya. Kemudian Ia kembali untuk ketiga kalinya dan berkata kepada mereka: ”Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Cukuplah. Saatnya sudah tiba, lihat, Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.”
Peristiwa di Taman Getsemani Peristiwa ini 
dicatat dalam Injil Matius 26:36-46Markus 14:32-42, dan Lukas 22:39-46. Dalam peristiwa ini, Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes ke Taman Getsemani untuk berdoa. Yesus kemudian memisahkan diri dari mereka dan berdoa kepada Allah Bapa.


Lukas 22:39-46

Kemudian Yesus dan pengikut-pengikut-Nya pergi ke suatu tempat bernama Getsemani. Dia berkata kepada mereka, “Duduklah di sini sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.” Yesus mengajak Petrus dan kedua-dua orang anak Zebedeus pergi bersama dengan-Nya. Dia sangat sedih dan gelisah. Yesus berkata kepada pengikut-pengikut-Nya, “Hati-Ku sedih sekali sehingga Aku hendak mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjagalah dengan Aku.” Yesus pergi lebih jauh sedikit lalu meniarap di tanah dan berdoa, “Ya Bapa, jika boleh, jauhkanlah cawan penderitaan ini daripada-Ku! Tetapi janganlah turut kehendak-Ku, melainkan kehendak Bapa sahaja.” Kemudian Yesus kembali kepada ketiga-tiga orang pengikut-Nya dan mendapati mereka sedang tidur. Dia berkata kepada Petrus, “Tidak dapatkah kamu bertiga berjaga dengan Aku selama satu jam? Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu tidak mengalami cobaan. Memang kamu ingin melakukan apa yang benar, tetapi kamu tidak sanggup kerana tabiat manusia lemah.” Sekali lagi Yesus pergi dan berdoa, “Ya Bapa, jika cawan penderitaan ini tidak dapat dijauhkan daripada-Ku, tetapi harus Aku minum, biarlah kehendak Bapa berlaku.” Kemudian Yesus kembali kepada pengikut-pengikut-Nya dan Dia mendapati mereka masih tidur kerana mengantuk. Sekali lagi Yesus meninggalkan mereka, lalu pergi dan berdoa dengan kata-kata yang sama untuk kali ketiga. Lalu Yesus kembali kepada pengikut-pengikut-Nya dan berkata, “Masihkah kamu tidur dan berehat? Lihatlah, saatnya sudah tiba bagi Anak Manusia diserahkan ke dalam kekuasaan orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Lihatlah, orang yang mengkhianati Aku sudah datang!”


DOA YESUS
Dalam doa-Nya, Yesus meminta kepada Allah Bapa agar cawan penderitaan dapat berlalu dari-Nya. Yesus berkata, "Ya Bapa-Ku, jika sekiranya mungkin, biarlah cawan ini berlalu dari pada-Ku. Namun, bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Matius 26:39)

MAKNA DOA YESUS
Doa Yesus ini menunjukkan bahwa Yesus tidak ingin mengalami PERPISAHAN DENGAN BAPA. Namun, Yesus juga menunjukkan kesediaan-Nya untuk melakukan kehendak Allah Bapa, bahkan jika itu berarti mengalami penderitaan dan kematian.

TIGA KALI YESUS BERDOA
Dalam peristiwa di Taman Getsemani, Yesus berdoa tiga kali kepada Allah Bapa, meminta agar cawan penderitaan dapat berlalu dari-Nya. Setelah berdoa tiga kali, Yesus kembali kepada murid-murid-Nya dan menemukan mereka sedang tertidur. Yesus kemudian membangunkan mereka dan berkata, "Tidakkah kamu bisa berjaga-jaga dengan Aku selama satu jam saja?" (Matius 26:40)

2. IBLIS PUNCAK KETIDAKTAATAN DAN 
KEANGKUHAN

Yesaya 14 dan Yehezkiel 28 (secara simbolik) menggambarkan kejatuhan Iblis karena:
Keangkuhan ("aku hendak naik ke takhta")
Tidak tunduk pada otoritas Allah, Ingin menjadi seperti Allah, bukan taat kepada-Nya

IBLIS adalah LAMBANG PEMBERONTAKAN, YESUS adalah LAMBANG KETAATAN MUTLAK

✝️ 

3. SALIB: BUKTI BAHWA KETAATAN 
MENGALAHKAN PEMBERONTAKAN

Salib bukan hanya tempat Yesus "disiksa", tapi tahta kemenangan, karena:

Di taman Getsemani, Yesus berkata:

"Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang jadi."
(Lukas 22:42)

Di situlah konflik puncak antara kehendak daging vs kehendak Bapa dan Yesus menang.

Jadi ketaatan-Nya itulah yang membuat darah-Nya murni, berkuasa, dan sah untuk menghancurkan tuduhan Iblis.

⚖️ 

4. IBLIS TERBUKTI SALAH DI HADAPAN TAKHTA ALLAH

Yesus membuktikan bahwa manusia bisa taat, bahwa kehendak Allah itu benar dan baik.

Dalam Roma 5:19:

"Karena, sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang (Adam), semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang (Yesus), semua orang menjadi benar."

Artinya, ketaatan Yesus menjadi argumen hukum rohani yang membungkam dan menjatuhkan Iblis.

KESIMPULAN

Yang menghancurkan Iblis adalah KETAATAN YESUS YANG SEMPURNA. DARAH YESUS ADALAH HASIL DAN BUKTI DARI KETAATAN ITU. Dan karena Iblis adalah sumber ketidaktaatan, ia kalah bukan hanya oleh pengorbanan, tapi oleh kehidupan yang sempurna dan tunduk kepada Allah.

B. KETAATAN ADALAH PENYANGKALAN DIRI & TUNDUK KEPADA KEHENDAK BAPA


Di Taman Getsemani Yesus menunjukkan penyangkalan diri yang paling dalam.

Penjelasan:

Penyangkalan diri berarti menanggalkan keinginan pribadi demi kehendak Allah. Inilah yang Yesus lakukan saat Ia bergumul di Getsemani.

Dalam Matius 26:39, Yesus berdoa:

"Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."

Ini menunjukkan:

Kejujuran manusiawi Yesus: Ia tahu penderitaan dan salib di depan-Nya, dan secara manusiawi Ia ingin menghindarinya.

Ketaatan ilahi-Nya: Namun Ia menyangkal keinginan pribadi-Nya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Bapa.

Makna rohani:

Getsemani adalah tempat pertempuran batin terbesar Yesus, sebelum Ia benar-benar menyerahkan tubuh-Nya di kayu salib.

Penyangkalan diri Yesus di Getsemani adalah teladan bagi setiap orang percaya: mengutamakan kehendak Allah meskipun menyakitkan bagi daging.

Dengan demikian, di Getsemani Yesus tidak hanya berdoa, tetapi berkorban secara batin – menyangkal diri demi ketaatan sempurna kepada Bapa.

Pertanyaanmu sangat dalam dan penting: Jika Yesus sudah tahu tugas-Nya adalah meminum cawan penderitaan itu, mengapa Ia meminta agar cawan itu dijauhkan?
Jawabannya terletak pada misteri pribadi Yesus sebagai Allah sekaligus manusia sejati.

1. Yesus memang tahu tugas-Nya sejak awal

Yesus berulang kali menubuatkan penderitaan dan kematian-Nya sendiri:

“Anak Manusia akan diserahkan… disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” (Matius 20:18-19)

Jadi Yesus tidak ragu atau bingung soal tujuan-Nya Ia tahu misi-Nya adalah untuk mati dan menebus manusia.

2. Permintaan Yesus di Getsemani adalah ungkapan kemanusiaan-Nya yang sejati

Dalam Ibrani 4:15 dikatakan:

“Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”

Artinya:

Ia merasakan ketakutan, penderitaan, kesedihan, dan kehancuran batin, sebagaimana manusia lain merasakannya.

Ia tahu betapa mengerikan penderitaan fisik dan rohani yang akan dihadapi — termasuk terputusnya persekutuan dengan Bapa karena memikul dosa manusia.

Permintaan agar cawan dijauhkan itu bukan tanda ketidaktahuan atau keraguan, tapi:

Ekspresi jujur hati manusia-Nya
Gambaran betapa beratnya salib itu, secara tubuh dan jiwa, namun, kalimat lanjutan-Nya sangat penting:

“Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”

Di sinilah penyangkalan diri dan ketaatan sejati-Nya terlihat.

3. Apa itu “cawan” yang dimaksud?

Dalam Alkitab, “cawan” sering menggambarkan:

Murka Allah atas dosa (Mazmur 75:8, Yesaya 51:17)

Penderitaan dan hukuman rohani

Jadi Yesus bukan hanya takut pada rasa sakit jasmani, tapi juga karena Ia akan meminum murka Allah atas dosa-dosa dunia, sesuatu yang sangat asing bagi-Nya yang suci.

KESIMPULAN:

Yesus tahu misi-Nya, namun sebagai manusia sejati, Ia bergumul secara emosional dan spiritual. Permintaan-Nya di Getsemani adalah:

Ungkapan nyata kemanusiaan-Nya

Penggenapan penyangkalan diri dan ketaatan total kepada kehendak Bapa

Itulah sebabnya doa-Nya di Getsemani tidak menunjukkan kelemahan, melainkan kekuatan dalam ketaatan sempurna.

C. KETAATAN ADA KALAU ADA PERBEDAAN KEHENDAK (ADA PILIHAN)

Tepat sekali. Pernyataanmu itu sangat dalam secara teologis dan spiritual:
"Adanya perbedaan kehendak, disitulah ada KETAATAN. Seandainya memiliki kehendak yang sama maka tidak akan ada KETAATAN."

Mari kita renungkan maknanya lebih dalam:

1. KETAATAN hanya bisa terjadi jika ada pilihan

Jika Yesus tidak memiliki kehendak sebagai manusia, maka ketaatan-Nya akan menjadi otomatis, bukan keputusan kasih dan penyangkalan diri.

Tetapi karena Yesus sebagai manusia memiliki kehendak sendiri, maka ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa adalah nyata dan berharga.

Inilah inti dari Filipi 2:8:

“Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”

2. Yesus tidak berdosa, tapi bergumul

Perbedaan kehendak bukan dosa, selama itu tidak melawan Allah.

Yesus bergumul di Getsemani menunjukkan bahwa ketaatan adalah perjuangan, bukan sekadar perasaan.

3. Kasih sejati terbukti dalam ketaatan saat kehendak pribadi berbeda

Yesus berkata:

“Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang jadi.”
Di situlah kasih dan ketaatan-Nya kepada Bapa benar-benar diuji dan dibuktikan.

Aplikasi rohani bagi kita:

Kita sering berpikir bahwa menjadi rohani berarti selalu "sejalan" dengan kehendak Tuhan. Tapi justru:

Ketika kehendak kita berbeda dengan kehendak Tuhan, lalu kita memilih untuk taat, maka di situlah iman dan kasih sejati bekerja.

Ketaatan sejati lahir bukan dari kenyamanan, tapi dari penyangkalan diri dan kepercayaan kepada Allah yang lebih besar dari perasaan kita.

Kesimpulan:

Ketaatan Yesus di Getsemani adalah puncak pengungkapan kasih-Nya kepada Bapa dan kepada manusia. Dan benar: jika tidak ada kehendak pribadi, maka tidak ada ketaatan sejati. Tapi karena Ia punya kehendak sebagai manusia dan memilih tunduk kepada kehendak Bapa, maka keselamatan kita menjadi mungkin.

D. MISTERI INKARNASI FIRMAN ALLAH JADI MANUSIA SEMPURNA

Jika Yesus sudah tahu tugas-Nya adalah meminum cawan penderitaan itu, mengapa Ia meminta agar cawan itu dijauhkan?
Jawabannya terletak pada misteri pribadi Yesus sebagai Allah sekaligus manusia sejati.

1. Yesus memang tahu tugas-Nya sejak awal

Yesus berulang kali menubuatkan penderitaan dan kematian-Nya sendiri:

“Anak Manusia akan diserahkan… disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” (Matius 20:18-19)

Jadi Yesus tidak ragu atau bingung soal tujuan-Nya Ia tahu misi-Nya adalah untuk mati dan menebus manusia.

2. Permintaan Yesus di Getsemani adalah ungkapan kemanusiaan-Nya yang sejati

Dalam Ibrani 4:15 dikatakan:

“Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”

Artinya:
Ia merasakan ketakutan, penderitaan, kesedihan, dan kehancuran batin, sebagaimana manusia lain merasakannya.

Ia tahu betapa mengerikan penderitaan fisik dan rohani yang akan dihadapi  termasuk terputusnya persekutuan dengan Bapa karena memikul dosa manusia.

Permintaan agar cawan dijauhkan itu bukan tanda ketidaktahuan atau keraguan, tapi:

Ekspresi jujur hati manusia-Nya
Gambaran betapa beratnya salib itu, secara tubuh dan jiwa

Namun, kalimat lanjutan-Nya sangat penting:

“Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”

Di sinilah penyangkalan diri dan ketaatan sejati-Nya terlihat.

3. Apa itu “cawan” yang dimaksud?

Dalam Alkitab, “cawan” sering menggambarkan:
Murka Allah atas dosa (Mazmur 75:8, Yesaya 51:17)

Penderitaan dan hukuman rohani

Jadi Yesus bukan hanya takut pada rasa sakit jasmani, tapi juga karena Ia akan meminum murka Allah atas dosa-dosa dunia, sesuatu yang sangat asing bagi-Nya yang suci.

KESIMPULAN:

Yesus tahu misi-Nya, namun sebagai manusia sejati, Ia bergumul secara emosional dan spiritual. Permintaan-Nya di Getsemani adalah:

Ungkapan nyata kemanusiaan-Nya

Penggenapan penyangkalan diri dan ketaatan total kepada kehendak Bapa

Itulah sebabnya doa-Nya di Getsemani tidak menunjukkan kelemahan, melainkan kekuatan dalam ketaatan sempurna.

E. MENGAPA KEHENDAK BAPA BERBEDA DENGAN KEHENDAK TUHAN YESUS

Pertanyaanmu sangat teologis dan dalam:
Mengapa kehendak Yesus bisa berbeda dengan kehendak Bapa dalam hal meminum cawan penderitaan?
Padahal Yesus adalah satu dengan Bapa, bukan?

Jawabannya terletak pada misteri Inkarnasi: Yesus adalah Allah sejati sekaligus manusia sejati. Maka Dia punya dua kehendak: kehendak ilahi dan kehendak manusiawi. Mari kita telusuri pelan-pelan.

1. Yesus memiliki dua kehendak karena dua natur (kodrat)

Dalam ajaran iman Kristen ortodoks (terutama dari Konsili Chalcedon, 451 M), ditegaskan bahwa:

Yesus Kristus adalah satu Pribadi dengan dua natur: ilahi dan manusiawi.

Karena itu:

SEBAGAI ALLAH, kehendak-Nya sepenuhnya sejalan dengan Bapa.

SEBAGAI MANUSIA, Yesus memiliki kehendak manusiawi yang sejati: bisa merasakan takut, sedih, lapar, bahkan keinginan menghindar dari penderitaan.

Yesus tidak berdosa, tetapi sebagai manusia sejati, Ia memiliki kehendak manusiawi yang bisa merasakan beratnya salib.

2. Di Getsemani, Yesus berbicara sebagai manusia

Ketika Yesus berkata:

“Jikalau mungkin, biarlah cawan ini berlalu dari pada-Ku” (Mat. 26:39),

Itu adalah ekspresi kehendak-Nya sebagai manusia sejati perasaan gentar, ngeri, dan beban yang berat karena:

Penderitaan fisik (salib)

Murka Allah atas dosa dunia yang akan Ia tanggung

KETERPISAHAN rohani dari Bapa (“Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”)

Tapi kalimat lanjutannya penting:

“Namun bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang jadi.”

Ini bukan konflik dosa, tapi pernyataan penyangkalan diri dan ketaatan.
Yesus menundukkan kehendak manusiawi-Nya kepada kehendak ilahi Bapa, sehingga Ia menjadi teladan sempurna bagi kita.

3. Tidak ada pertentangan dosa, tapi ada perbedaan perspektif

Kehendak manusia-Nya: ingin menghindari penderitaan (reaksi alami manusia terhadap rasa sakit).

Kehendak Bapa: menghendaki keselamatan dunia melalui salib.

Perbedaan ini bukan pertentangan dalam dosa, tetapi perbedaan tingkat “kenyamanan” manusiawi vs kehendak ilahi yang penuh kasih dan rencana kekal.

4. Ketaatan Yesus membuktikan keharmonisan akhir antara kedua kehendak

Pada akhirnya, Yesus menyatukan kehendak manusia-Nya dengan kehendak Bapa, melalui ketaatan penuh. Dan justru dalam ketaatan di tengah perbedaan kehendak inilah keselamatan digenapi.

Ilustrasi sederhana:

Bayangkan anak yang tahu ayahnya ingin dia belajar di luar negeri untuk masa depan yang lebih baik. Tapi sebagai anak, dia takut meninggalkan rumah. Kehendaknya berbeda, tapi jika ia percaya dan tunduk, itulah ketaatan yang lahir dari kasih dan kepercayaan.

KESIMPULAN:

Yesus bisa memiliki kehendak berbeda dalam konteks penderitaan karena:

Ia adalah manusia sejati dengan kehendak sejati. Kehendak manusiawi-Nya tidak berdosa, tapi terbuka untuk tunduk

Justru dalam penyangkalan kehendak manusia-Nya dan tunduk kepada Bapa, Ia menjadi teladan dan Juru Selamat kita

Ketaatan Yesus di Getsemani adalah momen kemenangan atas kehendak diri, dan itulah yang membungkam Iblis  sumber dari kehendak yang memberontak.


F. PERMOHONAN TUHAN YESUS AGAR CAWAN BERLALU BUKAN DOSA

Benar sekali. Permohonan Tuhan Yesus agar, "jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku" (Matius 26:39), bukanlah dosa, dan tidak menunjukkan ketidaktaatan.

Mari kita lihat alasan teologis dan alkitabiah mengapa permohonan ini bukan dosa:

1. Yesus Tidak Berdosa

Alkitab secara jelas menyatakan bahwa Yesus tidak pernah berdosa:

"Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita..."
— 2 Korintus 5:21

"Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa."
— Ibrani 4:15

Permohonan-Nya di taman Getsemani bukanlah ekspresi ketidaktaatan, melainkan ekspresi kemanusiaan-Nya yang sangat murni dan jujur.

2. Yesus Menyatakan Kehendak-Nya, Tapi Tetap Taat pada Kehendak Bapa

Yesus tidak sedang menolak kehendak Bapa, tetapi menyatakan isi hati-Nya kepada Bapa, sambil menegaskan ketaatan total-Nya:

"Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
— Matius 26:39

Di sinilah terlihat bahwa ada perbedaan kehendak secara alami antara kodrat manusia dan kehendak ilahi, namun Yesus memilih untuk tunduk sepenuhnya kepada kehendak Bapa  ini justru menunjukkan ketaatan yang sempurna, bukan dosa.

3. Penderitaan Salib Sangat Berat

Yesus tahu penderitaan yang akan dihadapi-Nya, baik secara fisik, emosional, maupun rohani. Cawan yang dimaksud adalah:

penderitaan tubuh-Nya, penderitaan memikul dosa dunia, dan terutama, ditinggalkan oleh Bapa (Matius 27:46).

Permohonan Yesus menunjukkan pergumulan sejati, namun tetap berada dalam ketaatan sempurna.

4. Yesus Menjadi Teladan dalam Doa

Dalam permohonan-Nya, Yesus menjadi teladan bagi kita bahwa:

kita boleh menyampaikan isi hati kita kepada Allah, tetapi akhirnya kita tetap harus tunduk pada kehendak-Nya.

Kesimpulan:

Permohonan Tuhan Yesus agar cawan itu lalu dari-Nya bukanlah dosa, melainkan:
ungkapan nyata dari kemanusiaan-Nya,
dan puncak ketaatan-Nya kepada Bapa.

Justru dalam momen ini, kita melihat betapa agung dan sempurna ketaatan Kristus, dan bagaimana Iblis terbukti salah karena Yesus tetap taat sampai mati.

G. PERGUMULAN TUHAN YESUS DI TAMAN GETSEMANI ADALAH BERPISAH DENGAN BAPA SEMENTARA WAKTU

Pergumulan Tuhan Yesus yang paling berat bukanlah penderitaan fisik, meskipun salib adalah bentuk hukuman paling kejam secara jasmani. Namun, yang paling dalam dan paling berat adalah KETERPISAHAN dari Bapa karena menanggung dosa manusia.

Berikut penjelasan teologis dan alkitabiah:

1. Yesus Menanggung Dosa Dunia

Yesus, yang tidak berdosa, rela menjadi "yang berdosa" demi kita:

“Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”
— 2 Korintus 5:21

Artinya, di salib Yesus bukan hanya menanggung penderitaan fisik, tetapi Dia menerima hukuman atas dosa kita, termasuk keterpisahan rohani dari Allah, yang seharusnya kita alami.

2. Seruan Paling Menyakitkan: “Mengapa Engkau Meninggalkan Aku?”

“Eli, Eli, lama sabakhtani?”
(“Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”)
— Matius 27:46

Kalimat ini menunjukkan perpisahan rohani yang luar biasa menyakitkan antara Anak dan Bapa. Untuk pertama kalinya dalam kekekalan, Yesus mengalami kegelapan dan keterasingan, karena dosa manusia diletakkan atas-Nya.

3. Inilah Inti Cawan yang Hendak Dihindari

Waktu Yesus berkata, “biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku,” Ia tidak takut pada paku atau cambuk. Yang paling menakutkan bagi Yesus adalah cawan murka Allah (Yesaya 51:17), yaitu:

Menanggung hukuman atas dosa manusia,
Mengalami murka dan penghakiman ilahi,
Dan untuk sementara waktu dipisahkan dari hadirat kasih Bapa.

4. Yesus Tetap Taat Demi Kita

Meskipun penderitaan rohani ini tak terbayangkan, Yesus tetap berkata:

“Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
— Matius 26:39

Inilah bukti kasih dan ketaatan yang sempurna. Di saat tergelap sekalipun, Yesus memilih kehendak Bapa, demi keselamatan kita.

Kesimpulan:

✅ Pergumulan Yesus paling berat adalah KETERPISAHAN dari Bapa karena menanggung dosa manusia.
✅ Inilah puncak penderitaan-Nya, penderitaan rohani, bukan hanya fisik.
✅ Tetapi di situlah juga puncak kasih dan ketaatan-Nya yang menyelamatkan kita.

H. YESUS MENANG MEREBUT MANUSIA DAN ALAM SEMESTA

Yesus mengalahkan Iblis
Mengapa Darah Yesus Mengalahkan Iblis? (Yesus vs Iblis secara langsung)

Dalam konteks ini, kita masuk ke dalam konflik kosmis antara Kristus dan Iblis, yang bukan sekadar soal penebusan manusia, tetapi pertarungan antara Kebenaran dan Kejahatan, antara Kerajaan Allah dan Kerajaan Kegelapan.

Mari kita bahas secara bertahap:

1. Iblis Menuntut Hak atas Dunia dan Manusia

Setelah manusia jatuh dalam dosa (Kejadian 3), Iblis mendapat “hak kuasa” atas dunia ini (Lukas 4:6, Yohanes 12:31). Dosa dan maut menjadi senjata utama Iblis untuk memperbudak manusia dan menentang Allah.

Iblis berkata (Lukas 4:6):

"Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki."

Dengan kata lain, Iblis memosisikan dirinya sebagai “penguasa dunia” karena dosa manusia.

2. Yesus Mengalahkan Iblis Lewat Jalan yang Tak Terduga: Salib

Yesus tidak melawan Iblis dengan kekuatan militer atau mujizat hebat, tetapi dengan jalan salib – yang tampak seperti kekalahan, tetapi justru senjata utama Allah untuk menghancurkan kuasa Iblis.

“Melalui kematian-Nya, Ia membinasakan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut.”
(Ibrani 2:14)

Darah-Nya menandai kemenangan karena:

Ia mati tanpa dosa, jadi Iblis tidak punya “klaim” atas-Nya.

Ia menyelesaikan keadilan Allah – sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh Iblis.

Ia mematahkan senjata maut yang dipegang Iblis (1 Korintus 15:55–57).

3. Iblis Dikalahkan di Salib Secara Hukum dan Spiritual

Kolose 2:15 menyatakan:

“Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka di dalam salib.”

Ini bukan hanya tentang manusia dibebaskan dari dosa.

Tapi Iblis sendiri dipermalukan dan dilucuti kuasanya, karena Yesus memenuhi seluruh tuntutan keadilan.

Salib adalah penghakiman Allah atas Iblis. (Yohanes 16:11)

⚖️ 4. Darah Yesus Adalah Bukti Hukum bahwa Iblis Telah Kalah

Iblis adalah pendakwa (Wahyu 12:10), tapi darah Yesus adalah "bukti legal" bahwa dosa telah dihukum secara adil – tanpa kompromi.

Dengan kata lain:

Yesus mengalahkan Iblis bukan hanya dengan kuasa, tetapi dengan kebenaran.

Iblis kalah secara moral, secara hukum, dan secara rohani.

✝️ Jadi, kenapa disebut “darah Yesus mengalahkan Iblis” dalam konteks Yesus vs Iblis?

Karena dalam darah-Nya (kematian-Nya di salib), Yesus:

Menghancurkan kuasa maut, yang adalah senjata Iblis.

Memenuhi tuntutan keadilan Allah, jadi Iblis tidak punya alasan menuduh lagi.

Menelanjangi kuasa Iblis secara publik di mata surga dan bumi.

Menang bukan dengan kekerasan, tetapi dengan kasih dan ketaatan sempurna.

Jika diibaratkan:

Iblis membawa senjata dosa dan maut, dan memegang “akta kepemilikan” dunia.

Tapi Yesus datang sebagai penggugat sah, lalu menandatangani dengan darah-Nya: “Aku bayar lunas, Aku menang dengan keadilan.”

I. YESUS MENANG MEMBATALKAN TUNTUTAN HUKUM ATAS DOSA

> "Mereka mengalahkan dia (Iblis) oleh darah Anak Domba dan oleh perkataan kesaksian mereka."

(Wahyu 12:11, TB)

Berikut penjelasan makna teologisnya:

1. Darah Melambangkan Penebusan Dosa

Dalam Perjanjian Lama, darah korban digunakan untuk penebusan dosa (Imamat 17:11). Yesus disebut sebagai Anak Domba Allah (Yohanes 1:29), dan darah-Nya adalah korban penebus dosa umat manusia secara sempurna dan final (Ibrani 9:12, 1 Petrus 1:18–19).

> Karena dosa adalah kekuatan utama yang dipakai Iblis untuk menuduh dan memperbudak manusia, ketika dosa ditebus oleh darah Yesus, kekuatan Iblis atas manusia dihancurkan.

2. Darah Yesus Membatalkan Tuntutan Hukum atas Dosa

Iblis sering digambarkan sebagai "pendakwa saudara-saudara kita" (Why. 12:10). Tapi Kolose 2:14–15 menjelaskan bahwa:

> "Ia telah menghapuskan surat hutang... dan menyalibkannya... dengan jalan itu Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa..."

Artinya, Iblis tidak bisa lagi menuntut atau mengikat orang percaya, karena darah Yesus telah melunasi seluruh hukuman atas dosa.

3. Kemenangan Rohani Melalui Pengorbanan

Yesus tidak mengalahkan Iblis dengan kekuatan militer, tetapi dengan kasih dan pengorbanan diri (Filipi 2:8–10). Melalui darah-Nya, orang percaya dibebaskan dari kuasa maut dan diperkenankan masuk ke dalam kehidupan kekal (Ibrani 2:14–15).

4. Kemenangan Orang Percaya Berbasis Darah Yesus

Wahyu 12:11 menunjukkan bahwa kemenangan atas Iblis adalah bukan karena kekuatan manusia, tetapi karena:

Darah Anak Domba → dasar penebusan dan pembenaran

Kesaksian → hidup dalam kebenaran dan kesetiaan kepada Kristus

Singkatnya:

Darah Yesus disebut mengalahkan Iblis karena:
Menghapus dosa, yaitu senjata utama Iblis
Membatalkan hak hukum Iblis atas manusia
Membuka jalan keselamatan dan kebebasan dari maut Menjadi dasar kemenangan iman bagi orang percaya

J. NYAWA TUHAN YESUS TELAH DIPAKAI MENGGANTIKAN HUKUMAN MANUSIA

Bagaimana mungkin Yesus bisa bangkit, padahal Nyawa-Nya sudah dipakai untuk menggantikan nyawa manusia yang berdosa dan telah dihukum?

PERTAMA: Yesus Menyerahkan Nyawa-Nya Secara Sukarela

Yesus sendiri berkata:

> “Tidak seorang pun mengambil nyawa-Ku dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa untuk memberikannya dan berkuasa untuk mengambilnya kembali.”
— Yohanes 10:18

➡️ Ini artinya:

Yesus tidak dipaksa mati. Ia menyerahkan nyawa-Nya secara sukarela.

Karena kuasa-Nya sebagai Anak Allah, Ia juga berkuasa untuk mengambilnya kembali, yaitu bangkit dari kematian.

KEDUA: Yesus Memikul Hukuman Dosa, BUKAN Menjadi Dosa itu Sendiri

Yesus tidak menjadi makhluk berdosa dalam hakikat-Nya, tetapi menjadi korban tebusan bagi dosa:

“Dia yang tidak mengenal dosa, telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita.”
— 2 Korintus 5:21

➡️ Artinya:

Ia memikul hukuman dan mengganti nyawa kita yang berdosa.

Namun karena Dia sendiri tidak berdosa, maut tidak punya kuasa permanen atas-Nya (Roma 6:9).

KETIGA: Kebangkitan Yesus Adalah Bukti Bahwa Hukuman Dosa Telah Dibayar LUNAS

“Sebab upah dosa ialah maut…”
— Roma 6:23

➡️ Maka jika Yesus tetap mati, berarti dosa belum lunas.
Namun karena Yesus bangkit, itu membuktikan:

Hukuman dosa sudah dibayar penuh,
Keadilan Allah sudah dipuaskan, dan
Maut dikalahkan!

> “Tetapi Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut.”
— Kisah Para Rasul 2:24

👑 KEEMPAT: Yesus Bangkit Dalam Tubuh yang Baru dan Mulia

Tubuh yang dibangkitkan Yesus bukan sekadar dihidupkan kembali seperti Lazarus, tetapi:

Tubuh yang sudah menang atas maut,
Tubuh kemuliaan,
Tubuh yang tidak bisa mati lagi (Roma 6:9).

🔁 KESIMPULAN RINGKAS

Pertanyaan Jawaban Alkitabiah

Mengapa Yesus bisa bangkit? Karena Ia tidak berdosa, maut tidak punya hak permanen atas-Nya.
Bukankah nyawa-Nya sudah dihukum? Ya, tetapi hukuman itu hanya bersifat sementara sampai hutang dosa manusia dibayar lunas.
Apa makna kebangkitan-Nya? Tanda kemenangan total atas dosa dan maut, serta jaminan hidup kekal bagi semua yang percaya!


K. SAMPAI TAHAP MANA TUHAN YESUS MENANGGUNG MURKA ALLAH AKIBAT DOSA?

Sampai tahap mana Yesus menggantikan murka Allah akibat dosa?
Jawaban singkatnya: Yesus menggantikan murka Allah secara penuh dan sempurna, sampai murka itu benar-benar dipuaskan (propitiated).

Mari kita bahas secara bertahap:

✅ 1. Yesus Menjadi Pengganti Kita di Bawah Murka Allah

Dosa manusia menimbulkan murka Allah yang kudus dan adil.
Yesus datang bukan hanya untuk menghapus dosa, tapi juga untuk menanggung murka Allah atas dosa itu.

“Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa.”
— Roma 5:8

“Dialah yang menjadi pendamaian (propitiation - hilastērion) bagi dosa kita...”
— 1 Yohanes 2:2

➡️ Kata "pendamaian" (propitiation) artinya:
Yesus menggantikan kita dalam menerima murka Allah, supaya murka itu tidak lagi tertuju kepada kita.

2. Murka Itu Dituangkan Sepenuhnya ke Atas Yesus

Yesus menanggung murka itu secara penuh dan tidak setengah-setengah.
Semua kutuk, keadilan, dan penghakiman atas dosa dicurahkan ke atas Dia.

“Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, diremukkan oleh karena kejahatan kita.”
— Yesaya 53:5

“TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.”
— Yesaya 53:6

➡️ Artinya:
Yesus benar-benar menggantikan posisi manusia yang seharusnya disalib, dikutuk, dan dihakimi oleh Allah.

✝️ 3. Momen Terdalam: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”

“Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
— Matius 27:46

➡️ Dalam seruan ini, kita melihat bahwa Yesus:

Mengalami keterpisahan dari Bapa karena menanggung dosa,

Berada di puncak penderitaan rohani,

Menanggung murka ilahi secara langsung dan menggantikan kita sepenuhnya.

4. Selesai, Murka Diredakan!

“Sudah selesai.”
— Yohanes 19:30

Kata dalam bahasa Yunani: "Tetelestai" = “LUNAS DIBAYAR”

➡️ Murka Allah telah dipuaskan secara total.
➡️ Tidak ada lagi sisa murka bagi mereka yang ada di dalam Kristus (Roma 8:1).

💡 Jadi, Sampai Tahap Mana?

✨ Sampai tahap:

Yesus menanggung seluruh murka Allah atas dosa dunia, bukan sebagian.

Menerima penghakiman yang seharusnya dijatuhkan kepada umat manusia.

Dipisahkan dari kasih dan hadirat Bapa untuk sesaat, agar kita dipersatukan kembali dengan-Nya untuk selamanya.

Sampai keadilan Allah dipuaskan, dan murka-Nya berubah menjadi kasih karunia bagi orang percaya.

Penutup:

Yesus tidak hanya menjadi korban dosa, tapi juga perisai dari murka Allah agar setiap orang yang percaya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16).

“Upah dosa adalah maut (binasa). Kalau Yesus menggantikan kita, kenapa Yesus tidak sampai binasa (hancur lenyap)? Bukankah seharusnya begitu?”

Mari kita bahas dengan teologi Alkitabiah dan secara logis dari inti Injil:

✅ 1. Benar: Upah Dosa Adalah Maut (Kebinasaan)

> “Sebab upah dosa ialah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
— Roma 6:23

Maut di sini mencakup:
Kematian fisik, Kematian rohani (terpisah dari Allah), Kebinasaan kekal (hukuman kekal di neraka).

➡️ Itulah yang seharusnya diterima manusia berdosa.

✝️ 2. Yesus Menggantikannya Secara PENUH, Tapi TIDAK Binasa Kekal

Yesus benar-benar menanggung maut, tapi Ia tidak binasa kekal, karena:

a. Yesus Tidak Berdosa

> “Ia tidak berbuat dosa...”
— 1 Petrus 2:22

➡️ Karena Yesus tidak berdosa, maut tidak punya kuasa untuk menahan-Nya selamanya.

“...karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut.”
— Kisah Para Rasul 2:24

b. Yesus Memikul Murka, Tapi Tidak Hancur Kekal

Yesus mengalami keterpisahan dari Bapa (itulah maut rohani)
Tetapi tidak binasa kekal, karena:

Ia adalah Anak Allah yang kudus dan kekal,
Ia menyerahkan nyawa, bukan kehilangan nyawa secara paksa, Ia menanggung hukuman kita cukup untuk satu kali selamanya (Ibrani 10:12).

🔁 3. Yesus Tidak Binasa, Karena Justru Ia Mengalahkan Kebinasaan

Justru dengan mati, Yesus mengalahkan maut:

> “Dengan kematian-Nya Ia telah menghancurkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut.”
— Ibrani 2:14

“Kristus telah dibangkitkan... maut tidak berkuasa lagi atas-Nya.”
— Roma 6:9

➡️ Artinya: Yesus tidak binasa, karena maut dan kebinasaan telah ditaklukkan oleh-Nya.

4. Bedakan “Binasa” sebagai HUKUMAN dan “Binasa Kekal” sebagai KEHANCURAN TOTAL

Kita layak binasa kekal karena kita tidak bisa melawan maut.

Tapi Yesus, sebagai pribadi ilahi dan tanpa dosa, bisa masuk ke maut, menaklukkannya, lalu keluar menang.

Yesus tidak hancur karena Ia:

Menghadapi murka sebagai pribadi yang sempurna. Memikulnya sampai tuntas,
Lalu dibangkitkan karena kemenangan-Nya atas dosa.

Analogi Sederhana:

Bayangkan hutang miliaran rupiah.
Kita tidak sanggup bayar, maka dihukum (binasa).
Tapi Yesus datang sebagai Pribadi kaya raya (ilahi),

Membayar lunas, tapi tidak menjadi miskin selamanya.

Karena Dia membayar, bukan karena kekurangan, tapi karena kasih.

Kesimpulan:

Hal Penjelasan

Mengapa manusia binasa? Karena berdosa dan tidak punya kekuatan melawan maut.
Mengapa Yesus tidak binasa kekal? Karena Ia tidak berdosa, dan berkuasa atas maut.
Apakah Dia benar-benar menggantikan kita? YA, sepenuhnya. Ia menanggung maut dan murka, tapi tidak binasa kekal karena Ia menang atas maut.



Jaminsen

Welcome, TO BE LIKE JESUS

Post a Comment

Previous Post Next Post