ADAM AKHIR




ADAM AKHIR ADALAH YANG ROH YANG MEMBERI HIDUP

Roma 5:8, 10:9

5:8 LAITB, Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

KJV, But God commendeth his love toward us, in that, while we were yet sinners, Christ died for us.

TR, συνιστησιν δε την εαυτου αγαπην εις ημας ο θεος οτι ετι αμαρτωλων οντων ημων χριστος υπερ ημων απεθανεν

Translit interlinear, sunistêsin {menunjukkan} de {tetapi} tên heautou {-Nya sendiri} agapên {kasih} eis {kepada} hêmas {kita} ho theos {Allah} hoti {bahwa} eti {masih} hamartôlôn {orang2 berdosa} ontôn {ketika} hêmôn {kita} khristos {Kristus} huper {untuk} hêmôn {kita} apethanen {Dia telah mati}

Ha-Berit,

וּבָזֹאת הוֹדִיעַ הָאֱלֹהִים אֶת־אַהֲבָתוֹ אֵלֵינוּ אֲשֶׁר מָשִׁיחַ מֵת בַּעֲדֵנוּ וַאֲנַחְנוּ עוֹד חַטָּאִים׃

Translit interlinear, UVAZOT {tetapi dalam hal ini} HODIA {Dia menunjukkan} HA'ELOHIM {Allah} 'ET {pada} -EHAVATO {kasih-Nya} 'ELAYNU {ke atas kita} 'ASHER {oleh karena} MASHIAKH {Kristus/ Mesias} MET {mati} BA'ADENU {demi kita} VA'ANAKH'NU {ketika kita} 'OD {masih} KHATA'IM {di dalam dosa2}

10:9 LAI TB, Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.

KJV, That if thou shalt confess with thy mouth the Lord Jesus, and shalt believe in thine heart that God hath raised him from the dead, thou shalt be saved.

TR, οτι εαν ομολογησης εν τω στοματι σου κυριον ιησουν και πιστευσης εν τη καρδια σου οτι ο θεος αυτον ηγειρεν εκ νεκρων σωθηση

Translit interlinear, hoti {sebab} ean {jikalau} homologêsês {engkau mengaku} en {dengan} tô stomati {mulut} sou {-mu} kurion {Tuhan} iêsoun {Yesus} kai {dan} pisteusês {percaya} en {di dalam} tê kardia {hati} sou {-mu} hoti {bahwa} ho theos {Allah} auton {Dia} êgeiren {telah membangkitkan} ek {dari} nekrôn {orang2 mati}

Ha-Berit,

כִּי אִם־בְּפִיךָ תוֹדֶה שֶׁיֵּשׁוּעַ הוּא הָאָדוֹן וְתַאֲמִין בִּלְבָבְךָ שֶׁהָאֱלֹהִים הֱעִירוֹ מִן־הַמֵּתִים תִּוָּשֵׁעַ׃

Translit interlinear, KI {sebab} 'IM {jikalau} -BEFIKHA {di dalam mulutmu} TODEH {mengakui} SHEYESHUA {bahwa Yesus} HU {Dia adalah} HA'ADON {Tuhan} VETA'AMIN {dan engkau percaya} BIL'VAVEKHA {di dalam hatimu} SHEHA'ELOHIM {bahwa Allah} HE'IRO {membangkitkan dia} MIN {dari antara} -HAMETIM {orang2 mati} TIVASHE'A {niscaya engkau akan selamat}

Di dalam Alkitab menuliskan 2 pribadi yang kontradiktif antara Adam manusia pertama yang jatuh dalam dosa dan Adam akhir yang membereskan dosa. Adam manusia pertama, tidak hanya menjadi bapa (cikal-bakal) bagi semua umat manusia sekaligus menularkan "dosa asal" yang diperbuatnya kepada seluruh manusia di dunia ini. Dosa pertama/ dosa asal, yaitu dosa Adam, mempunyai makna dampak yang khas bagi seluruh umat manusia.

A. YESUS ADALAH ANAK MANUSIA

Penyebutan "Adam Terakhir" adalah "Midrash", yang bidikannya adalah dari Kitab Kejadian tentang Kejatuhan Adam. Lagipula Yesus Kristus memang merujuk diri-Nya adalah "ANAK MANUSIA" (Ibrani: בֶּן־הָאָדָם - BEN HA'ADAM, Yunani: ο υιος του θεου - HO HUIOS TOU THEOU). Membaca tulisan-tulisan Rabbi Saul, tidak akan lepas dari Kitab Taurat, sebab dia memang "Ahli Taurat" ( סוֹפְרִים - SOFERIM), untuk itulah dia dipakai Tuhan luar biasa. Ada banyak istilah-istilah yang Rabbi Saul kemukakan, sepertinya baru, namun sebenarnya bukan. Sebab semua tulisannya adalah Midrash, yang bersumber dari Taurat dan merupakan "Comparison Study" dari Taurat (Midrash).

Kita baca ayat-ayat ini

Roma 5:12, 14-19

5:12 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

5:14 Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.

5:15 Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.

5:16 Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran.

5:17 Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.

5:18 Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.

5:19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.

Ayat-ayat diatas memberi penekanan pada pelanggaran yang satu itu oleh manusia yang satu itu, dan hanya karena pelanggalan yang satu itu adalah dosa, hukuman dan maut berkuasa dan menimpa segenap umat manusia. Dosa itu disebut 'seperti telah dibuat oleh Adam', 'pelanggaran sartu orang', 'satu pelanggaran', ' ketidaktaatan satu orang' (Roma 5:14,15,16,19). Pasti yang dimaksudkan adalah pelanggaran pertama dari Adam. Jadi kalimat dalam Roma 5:12 "karena semua orang telah berbuat dosa", menunjuk kepada dosa-dosa segenap umat manusia yang terhisap dalam dosa Adam. Itu tidak menunjuk kepada dosa-dosa nyata segenap umat manusia, apalagi kepada kebusukan hati yang diwarisi oleh manusia. Lagipula anak kalimat dari ayat 12 itu tadi jelas menyatakan bagaimana 'semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut' (ayat 15), dan ayat-ayat berikutnya ditekankan 'pelanggaran yang satu itu (TBI 'satu pelanggaran itu').

B. MANUSIA MATI BERSEKUTU DENGAN ADAM DAN DIHIDUPKAN KEMBALI DALAM PERSEKUTUAN DENGAN KRISTUS

1 Korintus 15:22
Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan DIHIDUPKAN KEMBALI dalam persekutuan dengan Kristus

KJV, For as in Adam all die, even so in Christ shall all be made alive.

TR, ωσπερ γαρ εν τω αδαμ παντες αποθνησκουσιν ουτως και εν τω χριστω παντες ζωοποιηθησονται

Translit interlinear, hôsper {sama seperti} gar {karena} en {di dalam} tô adam {adam} pantes {semua (orang), adjective - nominative plural masculine} apothnêskousin {mati} houtôs {demikian sama} kai {juga} en {di dalam} tô khristô {Kristus} pantes {semua (orang), adjective - nominative plural masculine} zôopoiêthêsontai {akan dihidupkan}

Ha-Berit,

כִּי כַּאֲשֶׁר בָּאָדָם הָרִאשׁוֹן מֵתִים כֻּלָּם כֵּן יִחְיוּ כֻלָּם בַּמָּשִׁיחַ׃

Translit interlinear, KI {sebab} KA'ASHER {seperti yang} BA'ADAM {di dalam adam} HARISHON {yang awal} METIM {kematian} KULAM {kita semua} KEN {demikian pula} YEKHIYU {kita akan hidup} KULAM {kita semua} BAMASHIAKH {di dalam Mesias/ Kristus}

Jika bukan dosa yang satu itu yang dimaksudkan, maka Rabbi Saul telah menandaskan dua hal yang berlainan dengan mengkaitkannya pada pokok yang sama dalam konteks naskah yang sama. Justru satu-satunya keterangan terhadap kedua bentuk pernyataan ini, ialah semua orang terhisap dalam dosa Adam. Kesimpulan itu juga harus diambil dari 1 Korintus 15:22 'didalam Adam semua orang mati'. Maut adalah upah dosa, dan melulu akibat dosa (Roma 6:23). Karena semua orang mati di dalam Adam, maka penyebabnya adalah karena semua berdosa di dalam Adam.

Roma 6:23

Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

KJV, For the wages of sin is death; but the gift of God is eternal life through Jesus Christ our Lord.

TR, τα γαρ οψωνια της αμαρτιας θανατος το δε χαρισμα του θεου ζωη αιωνιος εν χριστω ιησου τω κυριω ημων

Translit interlinear, ta gar {sebab} opsônia {imbalan2/ upah2} tês hamartias {dosa} thanatos {(ialah) maut/ kematian} to de {tetapi} kharisma {karunia} tou theou {Allah} zôê {(ialah) hidup} aiônios {(yang) kekal} en {di dalam} khristô {Kristus} iêsou {Yesus} tô kuriô {Tuhan} hêmôn {kita}

Ha-Berit,

כִּי־שְׂכַר הַחֵטְא הוּא הַמָּוֶת וּמַתְּנַת חֶסֶד אֱלֹהִים הִיא חַיֵּי הָעוֹלָמִים בַּמָּשִׁיחַ יֵשׁוּעַ אֲדֹנֵינוּ׃

Translit interlinear, KI {sebab} SEKAR {upah} HAKHETA {dosa} HU {adalah} HAMOT {kematian/ maut} UMATENAT {tetapi karunia/ pemberian} KHESED {kasih setia} ELOHIM {Allah} HI {adalah} KHAYAY {kehidupan} HA'OLAMIM {yang kekal} BEMASHIAKH {di dalam Kristus} YESHUA {Yesus} 'ADONEINU {Tuhan kita}

Menurut Alkitab, Jenis solidaritas pada keterhisapan dengan Adam, yang menerangkan segenap umat manusia terhisap dalam dosa Adam. Demikianlah halnya dengan jenis solidaritas dengan Kristus, yakni terhisap dalam karya penyelamatan Kristus bagi semua orang yang dipersatukan dengan Dia. Gambaran kesejajaran Adam dengan Kristus dalam Roma 5:12-19; 1 Korintus 15:22, 45-49 menjelaskan jenis hubungan yang sama antara kedua Tokoh itu dengan manusia :

D. ADAM PERTAMA MENJADI MAHLUK YANG HIDUP, TETAPI ADAM YANG AKHIR MENJADI ROH YANG MENGHIDUPKAN 

1 Korintus 15:45-49
Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, ADAM MENJADI MAKHLUK YANG HIDUP", tetapi Adam yang akhir menjadi Roh yang menghidupkan.

KJV, And so it is written, The first man Adam was made a living soul; the last Adam was made a quickening spirit.

TR, ουτως και γεγραπται εγενετο ο πρωτος ανθρωπος αδαμ εις ψυχην ζωσαν ο εσχατος αδαμ εις πνευμα ζωοποιουν

Translit interlinear, houtôs {demikian} kai {pula} gegraptai {tertulix} egeneto {menjadi} ho prôtos {yang pertama} anthrôpos {manusia} adam {yaitu adam} eis {menjadi} psukhên {makhluk} zôsan {yang hidup} ho eskhatos {yang terakhir} adam {adam} eis {menjadi} pneuma {Roh} zôopoioun {yang menghidupkan}

Ha-Berit,

וְכֵן כָּתוּב וַיְהִי הָאָדָם אָדָם הָרִאשׁוֹן לְנֶפֶשׁ חַיָּה אָדָם הָאַחֲרוֹן לְרוּחַ מְחַיָּה׃

Translit interlinear, VEKHEN {dan demikianlah} KATOV {tertulis} VAYEHI {dan bahwa} HA'ADAM {manusia} 'ADAM {yaitu adam} HARISHON {yang bertama} LENEFESH KHAYAH {menjadi makhluk hidup} 'ADAM {Adam} HA'AKHARON {Yang Akhir} LERUAKH {menjadi Roh} MEKHAYAH {Yang menghidupkan}

Note: Bandingkan Kejadian 2:7 dan Yohanes 1:14.

15:46 LAI TB, Tetapi yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, tetapi yang alamiah; kemudian barulah datang yang rohaniah.

KJV, Howbeit that was not first which is spiritual, but that which is natural; and afterward that which is spiritual.

TR, αλλ ου πρωτον το πνευματικον αλλα το ψυχικον επειτα το πνευματικον

Translit interlinear, all {tetapi} ou {bukan} prôton {yang mula-mula} to pneumatikon {yang rohaniah} alla {tetapi} to psukhikon {yang jasmaniah} epeita {kemudian} to pneumatikon {yang rohaniah}

[/color]Ha-Berit,

אֲבָל לֹא שֶׁל־הָרוּחַ הִיא הָרִאשׁוֹנָה אֶלָּא שֶׁל־הַנָּפֶשׁ וְאַחֲרֵי־כֵן שֶׁל־הָרוּחַ׃

Translit interlinear, 'AVAL {tetapi} LO {bukan} SHEL-HARUAKH {yang rohaniah} HI {dia adalh} HARISHONAH {yang mula2 itu} 'ELA {tetapi} SHEL {yang} HANAFESH {yang rohaniah} VA'AKHAREY {yang kemudian} -KHEN {itulah} SHEL HARUAKH {yang rohaniah}

15:47 LAI TB, Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga.

KJV, The first man is of the earth, earthy; the second man is the Lord from heaven.

TR, ο πρωτος ανθρωπος εκ γης χοικος ο δευτερος ανθρωπος ο κυριος εξ ουρανου

Translit interlinear, ho prôtos {yang pertama} anthrôpos {manusia} ek {dari} gês {dunia/ bumi} khoikos {yaitu yang dari debu} ho deuteros {yang kedua} anthrôpos {manusia} ho kurios {Tuhan} ex {yang dari} ouranou {sorga}

[/color]OJB, The Adam Harishon is AFAR MIN HA’ADAMAH ("dust from the earth, ground" BERESHIS 2:7), out of ha’aretz. The Adam HaSheini (the second Adam) is out of Shomayim. [BERESHIS 2:7; 3:19; TEHILLIM 90:3]

Ha-Berit,

הָאָדָם הָרִאשׁוֹן מִן־הָאֲדָמָה הוּא שֶׁל־עָפָר וְהָאָדָם הַשֵּׁנִי הוּא הָאָדוֹן מִן־הַשָּׁמָיִם׃

Translit interlinear, HA'ADAM {manusia} HARISHON {yang pertama} MIN {berasal dari} HA'ADAMAH {tanah} HU {dia adalah} SHEL-AFAR {yaitu yang dari debu} VEHA'ADAM {tetapi Adam} HASHENY {Yang Kedua} HU {Dia adalah} HA'ADON {Tuhan} MIN- {yang dari} HASHAMAYIM {Sorga}

15:48 LAI TB, Makhluk-makhluk alamiah sama dengan dia yang berasal dari debu tanah dan makhluk-makhluk sorgawi sama dengan Dia yang berasal dari sorga.

KJV, As is the earthy, such are they also that are earthy: and as is the heavenly, such are they also that are heavenly.

TR, οιος ο χοικος τοιουτοι και οι χοικοι και οιος ο επουρανιος τοιουτοι και οι επουρανιοι

Translit interlinear, hoios {sebagaimana} ho khoikos {yang dari debu/ duniawi} toioutoi {demikianlah mereka} kai {juga} hoi khoikoi {makhluk2 duniawi} kai {juga} hoios {sebagaimana} ho epouranios {Dia yg dari sorga} toioutoi {demikian} kai {juga} hoi epouranioi {makhluk2}

[/color]Ha-Berit,

וּכְמִדַּת הָאֶחָד שֶׁהוּא שֶׁל־עָפָר כֵּן מִדַּת כָּל־אֲשֶׁר שֶׁל־עָפָר הֵם וּכְמִדַּת הָאֶחָד שֶׁהוּא שֶׁל־הַשָּׁמַיִם כֵּן מִדַּת כָּל־אֲשֶׁר שֶׁל־הַשָּׁמָיִם הֵם׃

Translit interlinear, UKHEMIDAT {dan seperti kahluk} HA'AKHAD {sama} SHEHU {dengan dia} SHEL-AFAR {yang dari debu} KEN {demikian juga} MIDAT {makhluk} KOL {semua} -ASHER {yang} SHEL-'AFAR {dari debu} HEM {mereka adalah} UKHEMIDAT {tetapi makhluk} HA'AKHAD {yang sama} SHEHU {dengan Dia} SHEL-HASHAMAYIM {Yang dari Sorga} KEN {demikianlah} MIDAT {makhluk} KOL {seluruh} -ASHER {yang} SHEL HASHAMAYIM {dari Sorga} HEM {mereka adalah}

15:49 LAI TB, Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi.

KJV, And as we have borne the image of the earthy, we shall also bear the image of the heavenly.

TR, και καθως εφορεσαμεν την εικονα του χοικου φορεσομεν και την εικονα του επουρανιου

Translit interlinear, kai {juga} kathôs {sama seperti} ephoresamen {kita telah memakai} tên eikona {rupa} tou khoikou {yang dari debu/ duniawi} phoresomen {kita akan memakai} kai {juga} tên eikona {rupa} tou epouraniou {yang dari sorga}Ha-Berit,

וְכַאֲשֶׁר לָבַשְׁנוּ צֶלֶם הָאָדָם שֶׁהוּא שֶׁל־עָפָר כֵּן נִלְבַּשׁ גַּם־צֶלֶם הָאָדָם שֶׁהוּא שֶׁל־הַשָּׁמָיִם׃

Translit interlinear, VEKHA'ASHER {dan seperti yang} LAVASH'NU {kita mengenakan} TSELEM {rupa/image} HA'ADAM {manusia} SHEHU {demikianlah dia} SHEL-AFAR {yang dari debu} KEN {demikian} NIL'BASH {dikenakan} GAM {juga} -TSELEM {rupa/ image} HA'ADAM {manusia} SHEHU {sebagaimana Dia} SHEL-HASHAMAYIM {yang dari sorga}

Dalam 1 Korintus 15:45-49 kita melihat ada Adam manusia pertama, dan ada Adam akhir yaitu Kristus. Adam pertama diciptakan dari debu tanah.

Kejadian 2:7

LAI TB, ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

KJV, And the LORD God formed man of the dust of the ground, and breathed into his nostrils the breath of life; and man became a living soul.

Hebrew,

וַיִּיצֶר יְהוָה אֱלֹהִים אֶת־הָאָדָם עָפָר מִן־הָאֲדָמָה וַיִּפַּח בְּאַפָּיו נִשְׁמַת חַיִּים וַיְהִי הָאָדָם לְנֶפֶשׁ חַיָּה׃

Translit interlinear, VAYITSER {dan Dia membentuk, Verb Qal Imperfect 3rd Mas. Sing.} YEHOVAH (dibaca: 'Adonay, TUHAN) 'ELOHIM {Allah} 'ET-HA'ADAM {pada manusia itu} 'AFAR {debu} MIN-HA'ADAMAH {dari tanah} VAYIPAKH {dan Dia menghembuskan} BE'APAV {ke dalam hidungnya} NISH'MAT {nafas} KHAYIM {hidup} VAYEHI {jadilah} HA'ADAM {manusia itu} LENEFESH KHAYAH {menjadi jiwa (makhluk) yang hidup}

Ada perbedaan yang lain antara Adam yang pertama dan Adam yang akhir. Adam yang eprtama hanya manusia yang diberi nafas hidup oleh Allah. Tetapi Adam yang akhir adalah Roh yang menghidupkan. Adam akhir bukan diciptakan dari debu tanah tapi disebut Ia lahir dari Roh Kudus :

Matius 1:20

LAI TB, Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus

KJV, But while he thought on these things, behold, the angel of the LORD appeared unto him in a dream, saying, Joseph, thou son of David, fear not to take unto thee Mary thy wife: for that which is conceived in her is of the Holy Ghost.

TR, ταυτα δε αυτου ενθυμηθεντος ιδου αγγελος κυριου κατ οναρ εφανη αυτω λεγων ιωσηφ υιος δαβιδ μη φοβηθης παραλαβειν μαριαμ την γυναικα σου το γαρ εν αυτη γεννηθεν εκ πνευματος εστιν αγιου

Translit Interlinear, tauta {(hal-hal) ini} de {tetapi} autou {dia} enthumêthentos {ketika memikirkan,} idou {perhatikanlah,} aggelos {Malaikat} kuriou {Tuhan} kat {didalam} honar {mimpi} ephanê {menampakkan dii} autô {kepada dia,} legôn {berkata,} iôsêph {Yusuf,} huios {anak (keturunan)} dabid {Daud} mê {janganlah} phobêthês {engkau merasa trakut} paralabein {untuk mengambil} mariam {Maria} tên gunaika {sebagai isteri} sou {mu,} to {(Anak yang)} gar {sebab} hen {didalam} autê {dia} gennêthen {terjadi/ dilahirkan} ek {dari} pneumatos {Roh} estin {yang} hagiou {Kudus}

Ha-Berit,

הוּא חשֵׁב כָּזֹאת וְהִנֵּה מַלְאַךְ יְהוָֹה נִרְאָה אֵלָיו בַּחֲלוֹם וַיֹּאמַר יוֹסֵף בֶּן־דָּוִד אַל־תִּירָא מִקַּחַת אֵת מִרְיָם אִשְׁתֶּךָ כִּי הַנּוֹצָר בְּקִרְבָּה מֵרוּחַ הַקֹּדֶשׁ הוּא׃

Translit interlinear, HU {dia} KHOSHEV {diaa sedang berfikir/ mempertimbangkan} KAZOT {hal ini} VEHINEH {dan lihat} MAL'AKH {malaikat} YEHOVAH (dibaca: 'Adonay, TUHAN) NIR'AH {menampakkan diri} 'ELAV {kepadanya} BAKHALOM {di dalam sebuah mimpi} VAYOMAR {dan Dia berfirman} YOSEF {yusuf} BEN-DAVID {anak daud} 'AL {janganlah} TIRA {engkau takut} MIQAKHAT {untuk mengambil} 'ET {pada} MIR'YAM {maria} 'ISHTEKHA {sebagai istri} KI {sebab} HANOTSAR {yang terjadi} BEQIR'BAH {pada kandungannya} MERUAKH {adalah dari Roh} HAQODESH {Yang Kudus} HU {Dia adalah}

Lukas 1:35

LAI TB, Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.

KJV, And the angel answered and said unto her, The Holy Ghost shall come upon thee, and the power of the Highest shall overshadow thee: therefore also that holy thing which shall be born of thee shall be called the Son of God.

TR, και αποκριθεις ο αγγελος ειπεν αυτη πνευμα αγιον επελευσεται επι σε και δυναμις υψιστου επισκιασει σοι διο και το γεννωμενον αγιον κληθησεται υιος θεου

Translit interlinear, kai {lalu} apokritheis {menjawab} ho {itu} aggelos {malaikat} eipen {berkata} autê {kepadanya} pneuma {Roh} hagion {Kudus} epeleusetai {akan datang} epi {atas} se {engkau,} kai {dan} dunamis {kuasa} upsistou {Yang Mahatinggi} episkiasei {akan menaungi} soi {engkau;} dio {karena itu} kai {juga} to {yang} gennômenon {dilahirkan} hagion {Kudus} klêthêsetai {akan dipanggil} huios {Anak} theou {Allah}

Ha-Berit,

וַיַּעַן הַמַּלְאָךְ וַיֹּאמֶר אֵלֶיהָ רוּחַ הַקֹּדֶשׁ תָּבוֹא עָלַיךְ וּגְבוּרַת עֶלְיוֹן תָּצֵל עָלָיּךְ עַל־כֵּן קָדוֹשׁ יֵאָמֵר לַיִּלוֹד בֶּן־הָאֱלֹהִים׃

Translit interlinear, VAYA'AN {dan dia menjawab} HAMAL'AKH {malaikat itu} VAYOMER {dan dia berkata} 'ELEYHA {kepadanya} RUAKH HAQODESH {Roh Kudus} TAVO {Dia akan datang} 'ALAYKH {ke atasmu} UGEVORAT 'ELEYON {dan kuasa dari Yang Maha Tinggi} TATSEL {Dia akan menaungi} 'ALAYKH {ke atasmu} 'AL-KEN {oleh sebab itu} QADOSH {Kudus} YE'AMER {Dia disebut} LAYILOD {pada Anak itu} BEN-HA'ELOHIM {Sang Putera Allah}

Perbedaan antara Adam yang pertama dan Adam yang akhir ditulis dalam Roma 5:15-18. Adam yang pertama penuh pelanggaran dan mengakibatkan semua orang berada di dalam kuasa maut. Sedangkan Adam yang akhir penuh kasih karunia yang membenarkan hidup kita. Oleh pelanggaran satu orang semua turut dihukum, tetapi oleh kasih karunia satu orang semua memperoleh hidup dalam kebenaran.

Kita tidak perlu mendalilkan sesuatu kenyataan dalam hal Adam dan umat manusia melebihi apa yang kita jumpai dalam hal Kristus dan UmatNya. Kristus adalah Kepala yang mewakili umat-Nya. Ke-kepala-an demikianlah yang mutlak mendasari solidaritas segenap umat manusia dalam keterhisapannya berdosa dalam dosa Adam. Kesejajaran Adam sebagai manusia pertama dengan Kristus sebagai Adam terakhir, menunjukkan bahwa azas yang berlaku dan mendasari tercapainya keselamatan dalam Kristus, adalah sama dengan azas yang berlaku yang menghisabkan manusia berdosa dan pewaris kerajaan maut.

Adam akhir, yaitu Kristus, yang menjadi roh yang menghidupkan. Kebangkitan Kristusr, dengan kuasa Roh, menandai permulaan dari suatu umat manusia yang baru yang ikut serta dalam kehidupan baru yang merupakan pemberian kuasa Roh yang menghidupkan. Sejarah umat manusia dapat diterangkan sebagai dua sisi yang bertentangan yaitu :

(1) Dosa – kutuk maut

(2) Keadil-benaran pembenaran – hidup

Yang pertama timbul dari kesatuan manusia dengan Adam, yang kedua dari kesatuan dengan Kristus. Hanya kedua inilah sarana yang ada, yang didalamnya manusia hidup dan bergerak. Pemerintahan Allah terhadap manusia ditata sesuai bentuk kedua sisi itu. Jika kita mengabaikan Adam, maka kita tak akan mengerti Kristus dengan sesungguhnya. Semua yang mati – mati didalam Adam; semua yang dihidupkan – dihidupkan dalam Kristus.

Yang kedua adalah Adam yang akhir yaitu Kristus yang adalah Allah itu sendiri. Kalau orang belum menerima Kristus sebagai Tuhan didalam kehidupan-nya ia hanya Adam yang pertama yaitu manusia yang diciptakan dari debu tanah. Ada hukum debu kembali kepada debu (Kejadian 3:19). Mati kembali menjadi debu :

Kejadian 3:19

LAI TB, dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."

KJV, In the sweat of thy face shalt thou eat bread, till thou return unto the ground; for out of it wast thou taken: for dust thou art, and unto dust shalt thou return.

Hebrew,

בְּזֵעַת אַפֶּיךָ תֹּאכַל לֶחֶם עַד שׁוּבְךָ אֶל־הָאֲדָמָה כִּי מִמֶּנָּה לֻקָּחְתָּ כִּי־עָפָר אַתָּה וְאֶל־עָפָר תָּשׁוּב׃

Translit, BEZE'AT {dan berpeluh} 'APEYKHA {pada wajahmu} TOKHAL {engkau akan makan} LEKHEM {makanan} 'AD {sampai} SHUV'KHA {engkau akan kembali} 'EL-HA'ADAMAH {kepada tanah} KI {sebab} MIMENAH {darinya} LUQAKH'TA {engkau telah diambil} KI-'AFAR {sebab debu} ATAH {engkau} VE'EL-'AFAR {dan kepada debu} TASHUV {engkau akan kembali}

Bandingkan:

Pengkotbah 12:7

LAI TB, dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh (RUAKH) kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.

KJV, Then shall the dust return to the earth as it was: and the spirit shall return unto God who gave it

Hebrew,

וְיָשֹׁב הֶעָפָר עַל־הָאָרֶץ כְּשֶׁהָיָה וְהָרוּחַ תָּשׁוּב אֶל־הָאֱלֹהִים אֲשֶׁר נְתָנָהּ׃

Translit, VEYASHOV {dan dia kembali} HE'AFAR {menjadi debu} 'AL-HA'ARETS {di atas tanah} KESHEHAYAH {seperti yang telah terjadi} VEHARU'AKH {dan roh} TASHUV {dia akan kembali} 'EL {kepada} -HA'ELOHIM {Allah} ASHER {yang} NETANAH {Dia telah memberikan kepadanya}

Tetapi Adam yang akhir , membangkitkan, melahirkan kita dari air dan roh. Ada benih ilahi dalam kehidupan kita yang mengakibatkan kita tidak bisa mati tetapi akan hidup kekal bersama-sama dengan Dia. Manusia baru tidak berbuat dosa lagi karena kuasa dosa mati di dalam Dia. Manusia baru yang lepas dari kuasa dosa.

2 Korintus 5:17-18

5:17 LAI TB, Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

KJV, Therefore if any man be in Christ, he is a new creature: old things are passed away; behold, all things are become new.

TR, ωστε ει τις εν χριστω καινη κτισις τα αρχαια παρηλθεν ιδου γεγονεν καινα τα παντα

Translit interlinear, hôste {sebab itu} ei {jika} tis {ada orang} en {di dalam} khristô {Kristus} kainê {baru} ktisis {ia ciptaan} ta arkhaia {yang dahulu} parêlthen {sudah berlalu} idou {lsungguh} gegonen {itu telah terjadi} kaina {yang baru} ta panta {pada keseluruhan}

Ha-Berit,

לָכֵן מִי שֶׁהוּא בַמָּשִׁיחַ בְּרִיָּה חֲדָשָׁה הוּא הָרִאשֹׁנוֹת עָבָרוּ הִנֵּה (הַכֹּל) נַעֲשׂוֹּ חֲדָשׁוֹת׃

Translit interlinear, LAKHEN {oleh sebab itu} MI SHEHU {siapa dia yang} VAMASIAKH {di dalam Mesias/ Kristus} BERIYAH {menjadi ciptaan} KHADASHAH {yang baru} HU {Dia adalah} HARISHONOT {hal2 yang lama/ awal} 'AVARU {mereka sudah berlalu} HINEH {sungguh} HAKHOL {segala hal} NA'ASU {hal2 itu terjadi} KHADASHOT {hal2 yang baru}

5:18 LAI TB, Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.

KJV, And all things are of God, who hath reconciled us to himself by Jesus Christ, and hath given to us the ministry of reconciliation;

TR, τα δε παντα εκ του θεου του καταλλαξαντος ημας εαυτω δια ιησου χριστου και δοντος ημιν την διακονιαν της καταλλαγης

Translit interlinear, ta de {adapun} panta {segala hal} ek {dari} tou theou {Allah} tou katallaxantos {yang telah mendamaikan} hêmas {kita} heautô {dengan diri-Nya sendiri} dia {melalui} iêsou {Yesus} khristou {Kristus} kai {dan} dontos {yang telah memberikan} hêmin {kepada kita} tên diakonian {tugas pelayanan} tês katallagês {pendamaian}

Ha-Berit,

וְהַכֹּל מֵאֵת הָאֱלֹהִים הַמְרַצֶּה אֹתָנוּ לְעַצְמוֹ עַל־יְדֵי יֵשׁוּעַ הַמָּשִׁיחַ וַיִּתֶּן־לָנוּ שֵׁרוּת הָרִצּוּי׃

Translit interlinear, VEHAKOL {adapun segala hal} ME'ET {yang dari} HA'ELOHIM {Allah} HAM'RATSEH {yang menjadikan} 'OTANU {terhadap kita} LE'ATSMO {pada diri-Nya} 'AL-YEDEY {melalui perantaraan dari} YESHUA HAMASIAKH {Yesus Kristus} VAYITEN {dan Dia yang memberikan} -LANU {kepada kita} SHERUT HARITSUY {pemberian pelayanan pendamaian}.

ADAM DAN KRISTUS 

Roma 5:12-22

5:12 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

5:13 Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.

5:14 Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.

5:15 Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.

5:16 Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran.

5:17 Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.

5:18 Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.

5:19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.

5:20 Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah,

5:21 supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

PENDAHULUAN

Mendahului penafsiran bagian ini diperlukan beberapa catatan.

1. Susunan perikop ini tidak mudah untuk dipahami lantaran ayat 13-17 merupakan selingan yang memutuskan uraian pokok dalam perikop ini. Baru dalam ayat 18 Rabbi Saul melanjutkan pikiran yang telah dimulainya dalam ayat 12.

2. Perikop ini termasuk yang paling sulit dalam seluruh Surat Roma. Pokok yang dibahas di dalamnya (Adam dan Kristus) kita temukan pula dalam 1 Korintus 15:21,45-49. Diskusi tentangnya berkisar pada dua persoalan:

(a) Dari mana gambaran tokoh Adam yang di sini dipertentangkan dengan pemberitaan tentang Kristus?

(b) Apa yang hendak diungkapkan melalui perbandingan antara Adam dan Kristus?

Di sini kita tidak dapat mendalami diskusi itu. Tafsiran kami bertolak dari pandangan bahwa perbandingan antara Adam dan Kristus di sini dicetuskan oleh keyakinan Yahudi bahwa umat Israel, dengan bantuan hukum Taurat, akan berhasil meniadakan kegagalan Adam. Israel akan menaati perintah Allah, dan dengan demikian Israel akan dikaruniai kehidupan dalam taman Eden yang baru, yaitu dalam dunia yang baru.

3. Oleh sebab itu pada awal ayat 12, perikop 5: 12-21 dihubungkan dengan 5: 1-11, bahkan dengan seluruh uraian 1: 16-5: 11. Berdasarkan uraiannya mengenai karya Kristus, Rabbi Saul kini menegaskan bahwa melalui karya itu Kristus mendirikan umat yang baru, bahkan umat manusia yang baru, sebagai ganti umat manusia yang lama. Hubungan antara Kristus dengan umat baru itu digambarkannya melalui perbandingan dengan peranan Adam sebagai perintis umat manusia yang lama. Dengan demikian karya Kristus ditempatkan di tengah seluruh alam dunia (ayat 12) dan seluruh sejarah (ayat 14,20, 21b).

Penjelasan ayat-per-ayat

5:12 LAI TB, Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

KJV, Wherefore, as by one man sin entered into the world, and death by sin; and so death passed upon all men, for that all have sinned:

TR, Διὰ τοῦτο ὥσπερ δι᾽ ἑνὸς ἀνθρώπου ἡ ἁμαρτία εἰς τὸν κόσμον εἰσῆλθεν καὶ διὰ τῆς ἁμαρτίας ὁ θάνατος καὶ οὕτως εἰς πάντας ἀνθρώπους ὁ θάνατος διῆλθεν ἐφ᾽ ᾧ πάντες ἥμαρτον·

Translit interlinear, dia touto {karena itu} hôsper {sama seperti} di {melalui} henos {satu} anthrôpou {manusia} hê amartia {dosa} eis {ke dalam} ton kosmon {dunia} eisêlthen {telah masuk} kai {dan} dia {melalui} tês hamartias {dosa} ho thanatos {maut} kai {juga} houtôs {demikian} eis {ke dalam} pantas {semua, adjective - accusative plural masculine} anthrôpous {manusia} ho thanatos {maut} diêlthen {pergi/ menjalar} eph hô {karena} pantes {semua (orang), adjective - nominative plural masculine} hêmarton {telah berdosa}

Haberit Hakhadashah,

לָכֵן כַּאֲשֶׁר עַל־יְדֵי אָדָם אֶחָד בָּא הַחֵטְא לָעוֹלָם וְהַמָּוֶת בְּעֵקֶב הַחֵטְא וְכֵן עָבַר הַמָּוֶת עַל־כָּל־בְּנֵי אָדָם מִפְּנֵי אֲשֶׁר כֻּלָּם חָטָאוּ׃

Translit interlinear, LAKHEN {oleh karena} KA'ASHER {sebagaimana} 'AL-YEDEY {oleh kelakuan dari} 'ADAM 'EKHAD {satu adam/ satu orang} BA {telah masuk} HAKHETE' {dosa itu} LA'OLAM {ke dalam dunia} VEHAMAVET {maka maut} BE'EQEV {mengikuti} HAKHET' {dosa itu} VEKHEN {demikianlah} 'AVAR {melalui} HAMAVET {kematian} 'AL- {pada} KOL- {seluruh dari} BENEY 'ADAM {keturunan adam} MIP'NEY {menghadapi} 'ASHER {yang} KULAM {mereka semua} KHATAVU {mereka semua telah berbuat dosa}

Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.

'Oleh' di sini terjemahan dia. 'Dunia', Yunani kosmos. Susunan kalimat Yunani menunjukkan bahwa yang mendapat tekanan ialah 'oleh satu orang ... kepada semua orang'. LAI 'demikianlah' agak kurang tepat, seakan-akan meneruskan 'sama seperti' pada awal ayat 12. Lebih tepat terjemahan 'dan dengan demikian'. Akibatnya, kalimat tidak jalan lagi, tetapi memang demikianlah kalimat dalam bahasa asli. Sebab 'sama seperti' dalam 12a baru diteruskan oleh 'demikian pula' dalam 18b. 'Masuk/menjalar', Yunani diêlthen. 'Karena' merupakan terjemahan eph hô [color], yang muncul juga dengan arti yang sama dalam 2 Korintus 5:4 dan Filipi 3:12.[/list]

'Sebab' menghubungkan ayat 12 dengan bagian terdahulu, bandingkan pendahuluan, butir 3. Kata-kata "sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang" mengingatkan kita pada kisah Kejadian 3, mengenai perbuatan Adam. Nama Adam tidak disebut di sini. Sebab yang penting bukan tokoh Adam, melainkan dosa. Dosa itu seakan-akan merupakan kuasa yang mengincar manusia pertama itu, lalu memanfaatkan saat yang tepat untuk masuk ke dalam dunia. Dalam bahasa Yunani dunia di sini disebut kosmos, yang artinya keseluruhan alam yang diciptakan. Maka yang menjadi sasaran kuasa jahat, yaitu dosa, bukan hanya manusia, melainkan seluruh alam, seluruh ciptaan Allah yang 'sungguh amat baik' (Kejadian 1:31). Dosa itu masuk ke dalam dunia. Di depan mata kita muncul gambar tentara dahsyat yang memasuki wilayah negara lain dan menjajah seluruh negara itu. Atau, memakai gambar lain, kita melihat arus air yang mengalir deras lewat tanggul yang bobol menggenangi seluruh daerah hilir sungai.

Penjajahan itu membawa akibat mengerikan bagi seluruh wilayah jajahan. Sebab bersama dengannya datang juga maut. Maut itu bukanlah nasib yang telah menimpa umat manusia di luar kesalahannya, melainkan akibat dosa. Dalam Kejadian 3 memang tidak dikatakan tegas bahwa kedatangan maut ke dalam dunia merupakan hukuman atas dosa manusia pertama. Namun, hal itu tersirat dalam kisah mengenai jatuhnya manusia ke dalam dosa, dan dalam silsilah keturunan Adam dalam pasal-pasal berikutnya, yang mengulang terus 'lalu ia mati'. Tetapi tidak hanya keturunan manusia menjadi korban maut; malah seluruh alam menderita karenanya, sebagaimana jelas dikatakan dalam Roma 8: 18-22.

'Demikianlah' tidak melengkapkan sama seperti pada awal ayat 12 ini, tetapi meneruskan bagian kalimat yang mendahului. Sebaiknya kita baca, 'dan demikian juga maut telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa'. LAI menjalar merupakan terjemahan perkataan Yunani yang arti harfiahnya ialah 'pergi melalui, menjelajahi'. Tadi dipakai gambar barisan tentara yang masuk, atau arus air dahsyat yang menggenangi tanah. Di sini kita melihat penjajah semakin menguasai kehidupan pribadi semua penduduk wilayah jajahan, sehingga tidak seorang pun dapat lolos dari cengkeraman mautnya. Dan kita lihat air menggenangi setiap tempat, mengisi setiap lobang, betapa pun kecilnya, hingga tidak ada lagi tempat kering ke mana orang atau binatang dapat melarikan diri. Tetapi untuk menjelaskan artinya kita dapat memakai juga kiasan lain. Umat manusia bagaikan sirkuit listrik. Sirkuit itu mengandung banyak unsur tersendiri, namun arus listrik melalui semua unsur itu masing-masing.

Banyak orang suka memandang kuasa dosa di dalam kehidupannya sebagai 'nasib'. Kalau mereka ditanyai mengenai dosa-dosa tertentu yang telah mereka lakukan, mereka tidak mau mengakui bahwa mereka sendirilah yang bertanggungjawab. Tampaknya sikap mereka itu dibenarkan oleh Rabbi Saul. Tetapi dalam kata-kata terakhir ayat 12 pandangan itu ditolak. Sebab di situ tidak tertulis: sehingga semua orang telah berbuat dosa, tetapi: karena semua orang telah berbuat dosa. Di sini kita menemui salah satu rahasia yang digumuli umat manusia dari dulu. Orang merasa bahwa dosa lebih daripada sekadar perbuatan orang-orang perseorangan, bahwa dosa itu kuasa yang datang dari luar dan yang menggagahi manusia. Di pihak lain ada perasaan bahwa Tuhan menuntut agar manusia mempertanggung-jawabkan perbuatannya sendiri. Dalam beberapa agama, segi pertama yang diutamakan, sehingga dosa (dan dengan demikian juga maut) digambarkan sebagai nasib, atau sebagai sifat buruk yang melekat pada tabiat manusia yang jasmani. Agama lain, misalnya agama Yahudi pada zaman Rabbi Saul, mengutamakan segi kedua, sehingga di dalamnya ditegaskan bahwa manusia dapat juga tidak berdosa, asal saja ia mau mengikuti bimbingan Tuhan dalam wahyu-Nya.

Rabbi Saul tidak menempuh salah satu dari kedua jalan itu, sebab ia mementingkan keduanya. Memang, dosa lebih daripada sekadar perbuatan perseorangan; dosa melibatkan seluruh umat manusia. Dalam hal ini orang-orang perseorangan seolah-olah terikat dengan ikatan yang tidak kentara, kepada orang lain, kepada angkatan-angkatan terdahulu sampai ke nenek-moyangnya yang pertama. Di sini kita teringat akan kiasan arus listrik tadi. Meskipun demikian, semua orang bersama-sama memikul tanggung-jawab atas perbuatan dosa dan akibatnya: karena semua orang telah berbuat dosa.

Rabbi Saul mengambil sikap ini bukan agar dapat mempersalahkan manusia yang malang. Dan tentu juga bukan dengan maksud menempuh jalan kompromi antara dua pendapat ekstrim, supaya pandangan Kristen seimbang. Rabbi Saul (pandangan Kristen) menonjolkan sifat umum dosa dan bersama dengannya juga tanggung jawab tiap-tiap orang atas dosanya, agar dengan demikian ditonjolkannya kasih karunia (rahmat) Tuhan. Hal itu belum tampak di sini, tetapi akan tampak dalam ayat 15, dan lebih jelas lagi dalam ayat 18-21. Sebab agama yang mengutamakan unsur tanggung jawab manusia menegaskan pula bahwa dengan bimbingan Tuhan orang dapat berhasil menghindari atau mengalahkan dosa, dan dengan demikian rahmat Tuhan itu cenderung menjadi bantuan bagi manusia yang sedang berupaya. Dengan cara yang sama, agama yang mengutamakan unsur nasib cenderung menasihati manusia agar dengan jalan menyelenggarakan upacara-upacara tertentu, atau mengejar ilmu tertentu, ia berupaya menghindari nasib itu. Hanya kalau kedua unsur itu digabungkan, manusia merasa dirinya sama sekali tergantung pada rahmat Tuhan, karena ia sama sekali tidak sanggup menolong diri sendiri.

5:13 LAI TB, Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.

KJV, (For until the law sin was in the world: but sin is not imputed when there is no law.

TR, αχρι γαρ νομου αμαρτια ην εν κοσμω αμαρτια δε ουκ ελλογειται μη οντος νομου

Translit interlinear, akhri {sebelum} gar nomou {hukum Taurat} hamartia {dosa} ên {telah ada} en {di dalam} kosmô {(manusia di) dunia} hamartia {dosa} de {tetapi} ouk {tidak} ellogeitai {dicatat/ diperhitungkan} mê {tidak} ontos {karena ada} nomou {hukum Taurat}

5:14a LAI TB, Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam,

KJV, Nevertheless death reigned from Adam to Moses, even over them that had not sinned after the similitude of Adam's transgression,

TR, αλλ εβασιλευσεν ο θανατος απο αδαμ μεχρι μωσεως και επι τους μη αμαρτησαντας επι τω ομοιωματι της παραβασεως αδαμ

Translit interlinear, all {tetapi} ebasileusen {berkuasa} ho thanatos {maut} apo {sejak} adam {Adam} mekhri {sampai} môseôs {musa} kai {juga} epi {atas} tous {(orang2) yang} mê {tidak} hamartêsantas {berdosa} epi {atas} tô homoiômati {apa yg sama} tês parabaseôs {(dengan) pelanggaran} adam {adam}

'Sebelum', Yunani akhri = hingga, sampai, yaitu sampai kedatangan hukum Taurat. 'Dunia' di sini juga kosmos. 'Diperhitungkan', berbeda dengan Roma 4:3, di sini adalah terjemahan ellogeitai , yang berasal dari lingkungan perdagangan. Bandingkan juga Filemon 18. Bentuk pasif di sini menunjuk bahwa yang memperhitungkan adalah Allah (passivum divinum). Dalam ayat 14 'berkuasa' merupakan terjemahan ebasileusen, yang serumpun dengan kata basileus, 'raja', 'kaisar'. 'Dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam', harfiah 'atas kesamaan/gambar pelanggaran Adam'. LAI tidak menampakkan perbedaan antara 'dosa' dalam ayat 13 (hamartia) dan "pelanggaran Adam" dalam ayat 14 (parabasis). Perbedaan itu perlu kita perhatikan, agar memahami makna kedua ayat ini.

Dalam ayat 13 Rabbi Saul menjawab pertanyaan yang dapat timbul berdasarkan apa yang telah dikatakannya dalam ayat 12. Yaitu kalau maut (sebagai hukuman atas dosa) masuk ke dalam dunia karena semua orang telah berbuat dosa, mengapa maut itu menimpa juga mereka yang telah berdosa sebelum ada hukum Taurat? Pertanyaan itu bertolak dari keyakinan yang terdapat dalam kitab-kitab apokaliptik Yahudi, yaitu bahwa perbuatan orang dicatat dalam Kitab-kitab sorgawi, yang akan dibuka pada hukuman terakhir (Daniel 7: 10). Namun, pencatatan itu hanya berlaku berkaitan dengan perbuatan yang melanggar hukum yang ada, yaitu hukum Taurat, sesuai dengan keyakinan yang bersifat umum dan yang berlaku pula dalam sistem peradilan kita, yaitu kalau tidak ada peraturan hukum tidak bisa ada hukuman. Maka timbullah pertanyaan: mengapakah orang kena hukuman (maut) kendati mereka belum mengenal hukum Taurat?

Jawaban Rabbi Saul bertolak dari perbedaan antara 'pelanggaran' dan 'dosa'. Adam telah melanggar perintah Tuhan yang tegas (Kejadian 2:17; 3:1 dyb.). Begitu pula dalam Roma 2:23 'pelanggaran' dikaitkan dengan hukum Taurat. Maka dalam Roma 4:15 Rabbi Saul dapat berkata, 'di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran'. 'Pelanggaran' itu adalah perbuatan yang dilakukan dengan sadar, berlawanan dengan kehendak Tuhan yang telah dinyatakan secara jelas. Sebaliknya, 'dosa' dalam ayat 13 tidak mengacu pada perbuatan manusia, tetapi pada kuasa yang menahan manusia (bnd. Lihat Roma 3:9).

Nah, kata Rabbi Saul di sini, kalian bertanya bagaimana saya sampai hati menyatakan bahwa 'semua' telah berdosa? Sebab sebelum hukum Taurat ada, dosa telah ada dalam dunia. Memang dosa itu tidak dicatat dalam Kitab-kitab yang akan dibuka dalam hukum terakhir. Namun, maut, sebagai akibat dosa yang tak terpisahkan darinya (ayat 12), telah berkuasa juga pada zaman pra-hukum itu, yaitu dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa. Artinya, mereka yang hidup pada zaman itu kena juga hukuman maut, meskipun dosa mereka tidak meliputi pelanggaran hukum Tuhan yang tegas, seperti halnya dosa Adam dan dosa orang-orang sesudah Musa yang telah menerima hukum Taurat.

Di sini Rabbi Saul memakai jalan pikiran lain dari dalam Roma pasal 1-3. Di situ pun ia menyatakan bahwa 'seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah' (Roma 3:20), bahwa 'semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat, dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat' (Roma 2:12). 'Murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia' (Roma 1:18), meskipun mereka hanya mengenal Dia dari alam ciptaan-Nya (Roma 1:19 dyb.). Perbedaannya, dalam Roma pasal 1-3 hal-hal itu dikatakan dengan maksud membuktikan kesalahan golongan yang membanggakan hukum Taurat, yaitu umat Yahudi (Roma 2:1 dyb., Roma 2:17 dyb.). Sebaliknya, di sini Rabbi Saul hendak membuktikan bahwa orang yang belum memiliki hukum Taurat pun kena akibat dosa. Namun, baik di sana maupun di sini sama saja maknanya, yaitu memperlihatkan bahwa 'semua orang telah berbuat dosa', bahwa dosa itu bersifat umum, agar sifat umum kasih karunia (rahmat) Tuhan lebih menonjol karenanya.

5:14b LAI TB, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.

KJV, who is the figure of him that was to come.

TR, ος εστιν τυπος του μελλοντος

Translit interlinear, hos {yang} estin {adalah} tupos {gambaran} tou {(Dia) yang} mellontos {akan datang}

Tambahan pada ayat 13-14 ini mengandung inti pokok seluruh peri kop ini. Wawasan inti itu akan diungkapkan lebih jelas dalam ayat 18-19. Istilah 'gambaran', Yunani tupos, mula-mula berarti: acuan, cetakan, kemudian juga: gambaran, bahkan juga: bentuk, sosok. Baiklah juga kita perhatikan artinya yang asli, sebab hal itu akan membantu kita memahami maksud perbandingan antara Adam dan Kristus yang dilakukan Rabbi Saul dalam perikop ini. Soalnya, di satu pihak Rabbi Saul menyamakan Adam dan Kristus dalam hal ini: dua-duanya menjadi pelopor seluruh umat manusia, sehingga perbuatannya membawa akibat yang jauh bagi semua orang (ayat 15, satu ... semua). Tetapi ada pula perbedaan besar antara keduanya. Adam tidak menjadi gambaran (tipologi) Kristus dengan cara yang sama seperti Musa atau Daud.

Pendahuluan Roma 5:15-17

Dalam 15-17 Rabbi Saul lebih dulu menonjolkan perbedaan antara Adam dan Kristus, karena ia ingin mencegah salah paham mengenai kesamaan yang memang ada (bandingkan ayat 14b). Kesamaan itu baru akan diungkapkan dalam ayat 18. Demi pemahaman yang tepat mengenai ketiga ayat yang sulit ini perlu kita perhatikan dua hal.

(1) Di dalamnya perbedaan antara Adam dengan Kristus dinyatakan dalam dua kalimat singkat (15a dan 16a), yang masing-masing disusul penjelasan tentang perbedaan itu (15b dan 16b-17).

(2) Struktur penalaran Rabbi Saul dalam 15b dan 16b-17 tidak berjalan sesuai dengan logika kita (lihat tafsiran). Sebabnya, sifat unik kasih karunia (rahmat) Tuhan membuat mustahil setiap perbandingan dengan barang apa pun dari lingkungan manusia.

5:15 LAI TB, Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.

KJV, But not as the offence, so also is the free gift. For if through the offence of one many be dead, much more the grace of God, and the gift by grace, which is by one man, Jesus Christ, hath abounded unto many.

TR, αλλ ουχ ως το παραπτωμα ουτως και το χαρισμα ει γαρ τω του ενος παραπτωματι οι πολλοι απεθανον πολλω μαλλον η χαρις του θεου και η δωρεα εν χαριτι τη του ενος ανθρωπου ιησου χριστου εις τους πολλους επερισσευσεν

Translit interlinear, all {tetapi} oukh {tidak} hôs {seperti} to paraptôma {pelanggaran itu} houtôs {demikian} kai {juga} to kharisma {kasih karunia} ei {jika} gar {sebab} tô tou henos {satu (orang)} paraptômati {karena pelanggaran} hoi polloi {banyak (orang), adjective - nominative plural masculine} apethanon {telah mati} pollô mallon {bahkan lebih banyak (orang), adjective - dative singular masculine} hê kharis {kasih karunia/ anugerah} tou theou {dari Allah} kai {dan} hê dôrea {pemberian} en {karena} khariti {kemurahan-hati} tê tou henos {dari satu} anthrôpou {manusia} iêsou {Yesus} khristou {Kristus} eis {kepada} tous pollous {banyak (orang)} eperisseusen {melimpah}

'Karunia' dalam 15a kharisma, dalam 15b dôrea. Tambahan 'Allah' (15a) tidak ada dalam naskah Yunani. LAI 'telah jatuh ke dalam kuasa maut', Yunani apethanon, 'telah mati'. Bentuknya adalah bentuk aoristus, yang di sini dapat dipandang sebagai aoristus ingressivus: mulai mati. 'Semua orang' dalam 15a dan 15b hoi polloi, 'yang banyak'. Namun, terjemahan LAI bukan tidak tepat, sebab jelaslah Rabbi Saul di sini memakai 'banyak' dengan arti inklusif. Dalam 15b LAI mengubah susunan kalimat Yunani (lihat catatan didepan).

Kalimat pertama ayat 15 menyatakan adanya perbedaan antara Adam dan Kristus, yaitu antara perbuatan masing-masing dan dengan demikian antara akibat perbuatan itu. Perbuatan Adam ialah pelanggaran, dosa pertama dalam firdaus, yang telah mencelakakan seluruh keturunannya (ayat 12-14). Sebaliknya, perbuatan Kristus (yang memperlihatkan rahmat Allah) ialah penganugerahan karunia (bandingkan terjemahan LAI dalam 16b).

Sesungguhnya, perbandingan ini tidak berjalan sesuai dengan logika manusia. Sebab, menurut penalaran yang wajar, lawan 'pelanggaran' ialah 'ketaatan'. Tetapi kalau di sini 'karunia' menggantikan 'ketaatan' menjadi lawan 'pelanggaran', hal itu memang bermakna. Sebab dalam berbuat pelanggaran, manusia memang aktif (pelaku). Tetapi karunia Allah tidak dapat dikerjakan atau dihasilkan oleh manusia; ia hanya dapat menerimanya.

Lalu sebab membuka kalimat yang menjelaskan lebih lanjut perbedaan antara 'pelanggaran Adam' dan penganugerahan karunia oleh Kristus. Dalam ayat 15 ini perbedaan tersebut dipandang dari sudut efektivitas atau keampuhan perbuatan masing-masing. Jauh lebih besar keampuhan perbuatan Kristus. Kita dapat bertanya: di mana letaknya 'yang lebih besar' itu? Bukan dalam luasnya dampak perbuatan itu. Sebab, perbuatan

Adam dan perbuatan Kristus membawa akibat yang sama-sama meliputi seluruh umat manusia. Kelebihan perbuatan Kristus dinyatakan oleh kata kerja 'berlimpah' (lihat catatan 4 di bawah). Rahmat Allah di dalam Kristus jauh lebih kuat daripada dosa dan maut, sehingga mengatasi seluruh perlawanan. Rahmat itu bagaikan sungai besar, yaitu sungai kehidupan, yang mengalir ke (demikianlah memang arti kata depan Yunani eis) seluruh umat manusia ('yang banyak') untuk membersihkannya dari akibat-akibat dosa (ayat 12). Dosa dan maut seakan-akan dihanyutkan oleh sungai itu.

Kita menambahkan beberapa catatan.

(1) Dalam naskah Yunani 'satu orang' memakai kata sandang: tau henos, harfiah: yang satu. Artinya, bukan sembarang orang, melainkan 'yang satu itu', yaitu Adam, cikal bakal umat manusia, dan Kristus, perintis umat manusia yang baru.

(2) LAI menggabungkan hê dôrea en khariti menjadi satu perkataan: 'karunia-Nya'. Agaknya lebih tepat kalau en khariti dst. diterjemahkan: 'oleh anugerah manusia yang satu itu, yakni Yesus Kristus'. Bandingkan rumus 'anugerah Yesus Kristus' dalam 1 Korintus 16:23 dll.

(3) LAI menjadikan 'Allah' sebagai subyek eperisseusen (berlimpah), sehingga terjemahannya menjadi 'dilimpahkan-Nya'. Sebaliknya, dalam kalimat Yunani 'karunia' dst. yang menjadi subyek. Karunia itulah yang berlimpah, bagaikan sungai yang menghanyutkan dosa dan maut.

(4) eperisseusen, 'berlimpah', memakai bentuk aoristus, sehingga menunjukkan peristiwa masa lampau. Mengingat tambahan 'oleh anugerah Yesus Kristus' (catatan 1), kita harus menghubungkan 'berlimpah' itu dengan peristiwa-peristiwa yang telah memuncak dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Kematian dan kebangkitan itulah yang mencetuskan kasih karunia dan karunia yang begitu besar.

Bagian kedua perbandingan ini menyimpang dari jalan pikiran yang berlaku dalam lingkungan agama Yahudi. Sebab bukan ketaatan (perbuatan amal) manusia yang taat yang 'lebih besar' (lebih besar dampaknya) daripada pelanggaran Adam, melainkan kasih karunia Allah. Jalan pikiran itu kita temukan dalam salah satu karangan Yahudi dari zaman sesudahRabbi Saul, 'Kalau engkau ingin mengenal upah orang benar di masa depan, pergilah mengenalnya dari nasib manusia pertama. [ ... ] Manusia pertama itu disuruh memelihara hanya satu perintah, tetapi ia melanggarnya. Alangkah banyaknya kematian yang menjadi hukuman atas dia dan atas keturunannya dan keturunan dari keturunannya hingga akhir keturunannya! Lalu bagaimana? Ukuran mana yang besar, ukuran rahmat ilahi atau ukuran hukuman? Katakanlah: ukuran rahmat. [ ... ] Maka bilamana menurut ukuran hukuman, yang lebih kecil, sekian banyak kematian yang menjadi hukuman atas keturunannya [ ... ], lebih-lebih orang yang menghindari makanan persembahan korban yang terlarang, dan yang berpuasa pada Hari Raya Pendamaian, memperoleh jasa amal bagi dirinya dan bagi keturunannya dan bagi keturunan dari keturunannya hingga akhir keturunannya' (Siphra Leviticus [Imamat] 5:17, dikutip dalam komentar Strack-Billerbeck, III, 230). Di sini lawan 'pelanggaran' memang 'ketaatan'. Rahmat Tuhan benar-benar dipuji. Tetapi yang menjadi subyek (pelaku) tetaplah manusia.

5:16 LAI TB, Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran.

KJV, And not as it was by one that sinned, so is the gift: for the judgment was by one to condemnation, but the free gift is of many offences unto justification.

5:16 και ουχ ως δι ενος αμαρτησαντος το δωρημα το μεν γαρ κριμα εξ ενος εις κατακριμα το δε χαρισμα εκ πολλων παραπτωματων εις δικαιωμα

Translit interlinear, kai {lalu} oukh {tidak} hôs {seperti} di {karena} henos {satu (orang)} hamartêsantos {berdosa} to dôrêma {pemberian/ anugerah} to men {(di satu pihak)} gar {sebab} krima {penghakiman/ vonis} ex {karena} henos {satu (pelanggaran)} eis {kedalam/ menuju ke / menghasilkan} katakrima {hukuman} to de {di lain pihak} kharisma {karunia} ek {karena} pollôn {banyak, adjective - genitive plural neuter} paraptômatôn {pelanggaran2} eis {kepada/ menghasilkan} dikaiôma {pembebasan}

Terjemahan harfiah 16a berbunyi, 'Dan tidak seperti oleh satu (orang) yang telah berdosalah pemberian'. Jelaslah kalimat perlu dilengkapkan; antara tanda kurung persegi kita sebaiknya mengisi misalnya 'penghakiman' (dari 16b). Begitu pula terjemahan harfiah bagian pertama 16b berbunyi, 'sebab penghakiman dari satu (ex henos) telah ... '. Kita dapat melengkapkan kalimat dengan menambahkan 'pelanggaran' atau 'manusia'. Krima berarti 'keputusan hakim', tetapi juga ' (pelaksanaan) hukuman' , sedangkan katakrima adalah penghukuman. 'Mengakibatkan', Yunani eis, menuju ke. Dikaioma biasanya berarti 'tuntutan hukum' (Roma 1:32; 2:26), tapi di sini diterjemahkan 'pembenaran', 'pemyataan bahwa seseorang tidak bersalah', karena merupakan pasangan 'penghukuman' (lain lagi dalam 17b).

Dalam ayat 16 Rabbi Saul merumuskan perbedaan antara Adam dan Kristus dari sudut pandangan lain, yaitu dari sudut akibat perbuatan masing-masing. Akibat dosa Adam yang tunggal itu ialah hukuman atas seluruh keturunannya (bandingkan Kejadian 3:17). Hukuman itu menyebabkan dosa berlimpah terus, sehingga seluruh umat manusia ikut terlibat dalam kesalahan dan menghadapi penghukuman dalam hukuman terakhir Sebaliknya, karunia Kristus, yang notabene harus bertolak dari (ex) kesalahan seluruh umat manusia (banyak pelanggaran itu) menghasilkan pembenaran, sehingga penghukuman dalam hukuman terakhir dihapuskan.

Dalam ayat ini tidak dikatakan bahwa karunia Allah 'jauh lebih besar lagi'. Namun, hal itu juga yang hendak dikatakan Paulus, sama seperti dalam ayat 15 dan 17, sehingga LAI berani menerjemahkan, tidak berimbangan. Soalnya, perkembangan yang bertolak dari satu pelanggaran dan yang lewat hukuman menuju ke penghukuman atas seluruh umat manusia merupakan perkembangan yang wajar. Sekali jalan itu ditempuh, manusia tidak usah berupaya lagi, sebab tujuannya tercapai dengan sendirinya. Sebaliknya, karunia menghadapi tugas yang jauh lebih sulit. Sebab karunia itu harus meniadakan kesalahan umat manusia yang telah bertumpuk sepanjang abad menjadi banyak pelanggaran.

Perbedaan tersebut dapat kita jelaskan dengan memakai contoh dari kehidupan sehari-hari. Kita semua tahu bahwa merusak sesuatu jauh lebih mudah daripada memperbaiki atau memulihkannya. Lebih mudah bikin rusak suatu alat daripada memperbaikinya; lebih mudah mencabut tanaman daripada menanamkannya lagi sehingga kembali bertumbuh; lebih mudah merusak nama baik seseorang atau hubungan baik antara dua orang daripada memulihkannya. Begitu juga jauh lebih mudah merusak hubungan antara umat manusia dengan Tuhan Allahnya daripada memulihkannya. Untuk merusaknya hanya perlu mendengarkan bisikan ular, mengulurkan tangan, dan mengecap satu buah. Untuk memulihkannya perlu meninggalkan kemuliaan surgawi, mengalami penderitaan yang tak terkatakan dan kematian yang hina, serta pembangkitan oleh tangan Tuhan yang perkasa.

Untuk mengungkapkan perbedaan sifat antara perbuatan Adamdan perbuatan Kristus itu, kita dapat juga memakai kiasan lain: dosa pertama merupakan langkah pertama di jalan yang menurun. Mudah saja berjalan kaki atau naik sepeda di jalan yang menurun; demikian juga sesudah Adam perluasan kuasa dosa agaknya tidak menemukan kesulitan (Kejadian pasal 4-5). Sebaliknya, anugerah Tuhan yang memulihkan hubungan antara Tuhan dengan manusia seolah harus lewat jalan yang menanjak, dan berjalan di atas jalan yang menanjak berat.

Akhirnya kita mencatat sekali lagi (bandingkan ayat 15) bahwa penalaran Rabbi Saul tidak sesuai dengan logika manusia. Wajarlah perkara hukum yang dicetuskan oleh pelanggaran berakhir dengan (peng)hukuman. Tetapi bahwa banyak pelanggaran menghasilkan pembenaran (pernyataan tidak bersalah), hal itu menurut ukuran manusia jauh lebih sulit, bahkan sama sekali tidak wajar, dan luar biasa.

5:17 LAI TB, Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.

KJV, For if by one man's offence death reigned by one; much more they which receive abundance of grace and of the gift of righteousness shall reign in life by one, Jesus Christ.)

TR, ει γαρ τω του ενος παραπτωματι ο θανατος εβασιλευσεν δια του ενος πολλω μαλλον οι την περισσειαν της χαριτος και της δωρεας της δικαιοσυνης λαμβανοντες εν ζωη βασιλευσουσιν δια του ενος ιησου χριστου

Translit interlinear, ei {jika} gar {sebab} tô tou henos {satu (orang)} paraptômati {karena pelanggaran} ho thanatos {maut} ebasileusen {telah berkuasa} dia {melalui} tou henos {satu (orang) itu} pollô mallon {dengan lebih banyak (orang)} hoi {(orang2) yang} tên perisseian {kelimpahan} tês kharitos {anugerah} kai {dan} tês dôreas {pemberian} tês dikaiosunês {status yg dibenarkan} lambanontes {menerima} en {dalam} zôê {hidup (kekal)} basileusousin {akan berkuasa} dia {melalui} tou henos {satu (orang)} iêsou {Yesus} khristou {Kristus}

'Sebab' tidak menjelaskan 16b, tetapi mengaitkan ayat 17 dengan 15a dan 16a. LAI 'dosa' merupakan terjemahan paraptômati, yang dalam ayat 15 dan 16 diterjemahkan 'pelanggaran'; sebaiknya di sini pun terjemahan itulah yang dipakai. Ebasileusen (berkuasa) merupakan bentuk aoristus, yang di sini dapat diterjemahkan 'telah mulai berkuasa' (aoristus ingressivus). 'Kelimpahan' harus dihubungkan baik dengan 'kasih karunia' maupun dengan 'anugerah kebenaran': dua-duanya berlimpah-limpah.

Dalam ayat 15 Rabbi Saul telah berbicara tentang kelimpahan karunia. Dalam ayat 16 ia menyebutkan pembenaran sebagai isi karunia yang berlimpah-limpah itu. Dalam ayat 17 kedua perkataan kunci dari 15 dan 16 kembali dipakai, yaitu kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran (= pembenaran dari ayat 16). Maka dalam ayat ini ia seakan-akan menarik kesimpulan dari kedua ayat terdahulu itu. Yaitu ia menggambarkan kemuliaan yang akan diwarisi mereka yang telah menerima karunia dan anugerah kebenaran yang berlimpah-limpah itu.

Mendahului kesimpulan itu, Rabbi Saul mengulang perkataannya dalam ayat 15, yaitu bahwa orang telah jatuh ke bawah kuasa maut. Hanya, rumus di sini lain, karena mau dijadikan sejajar dengan rumus dalam 17b, yang merupakan inti ayat ini. Akibat perbuatan Adam maut itu telah mulai berkuasa. Lalu, sepanjang sejarah, maut menjadi' penguasa yang lahm, yang bersama pembantunya, yaitu penyakit, kelaparan, dst., menganiaya seluruh umat manusia. Dalam bahasa Yunani 'berkuasa' serumpun dengan 'raja' (basileus). Maut 'telah menjadi basileus' . Oleh rakyat berbahasa Yunani kaisar Romawi sering disebut dengan gelar basileus. Dalam PB gelar itu sering dipakai dalam hubungan dengan Allah. Jadi, 'berkuasa' bisa saja ditafsirkan sebagai: menjadi penguasa tertinggi di dunia, yang kepadanya segala sesuatu makluk. Dalam hal seorang raja manusiawi yang lalim, rakyat masih bisa mengelak dengan berpindah ke wilayah seorang raja lain. Tetapi raja ini, yaitu maut, berkuasa di seluruh dunia, sehingga tidak mungkin luput darinya. Kedudukan itu diperolehnya lantaran perbuatan 'yang satu', leluhur kita yang menjadi penentu nasib seluruh keturunannya. Rabbi Saul mengulangi lagi: oleh satu orang supaya jelaslah perbandingan dengan satu orang yang lain itu, yaitu Yesus Kristus.

Lalu sekali lagi Rabbi Saul mengadakan perbandingan dengan berkata 'lebih-Iebih'. Maka, sama seperti dalam ayat 15 dan 16, kita bertanya: dimana letaknya kelebihan itu? Agaknya bukan dalam kepastian (LAI lebih benar) yang lebih besar. Apa yang lebih pasti daripada kenyataan bahwa maut berkuasa dalam dunia ini? Sesuai dengan LAI TB ('lebih besar') kita harus mencari kelebihan itu dalam besarnya kemuliaan yang akan diperoleh melalui (dia) Kristus yang telah menjadi 'yang satu' bagi kita sebagai ganti Adam. Melalui Dia kita telah memperoleh kelimpahan kasih karunia (bandingkan ayat 15) dan anugerah kebenaran (ayat 16). Dengan demikian hukuman atas dosa tidak berlaku lagi dan juga upah dosa, yaitu maut (Roma 6:.23), dihapuskan. Maut tidak berkuasa lagi, jadi kita akan hidup. Tetapi Itu belum cukup. Sekali lagi besarnya kasih karunia Allah mematahkan kerangka penalaran manusiawi: Paulus tidak berkata bahwa 'kehidupan akan berkuasa', tetapi bahwa mereka yang telah menerima kelimpahan ... akan hidup dan berkuasa.

'Hidup dan berkuasa' Yunaninya en zôê basileusousin, harfiah 'akan menjadi raja dalam kehidupan'. Bentuk kata kerja, yang memakai kala mendatang, menunjukkan kepada kita arti 'kehidupan' itu, yaitu kehidupan kekal. Maka kita dapat menerjemahkan pula, 'akan menjadi raja dalam kehidupan kekal'.

Bukankah itu yang dijanjikan Yesus kepada murid-murid-Nya? (Matius 19:28; bnd. 2 Timotius 2:12; Wahyu 5:10; 22:5). Hanya, agar kita tidak menyalahgunakan perkataan yang indah ini, perlu kita perhatikan tiga hal.

Pertama, 'berkuasa' di sini memakai bentuk kala mendatang. Kedudukan luhur itu, yang keluhurannya malah melebihi kuasa maut sekarang, merupakan janji. Kita, gereja Kristen, belum dapat menuntut kuasa' sebagai raja di bumi' (Wahyu. 5: 10). Di dunia ini kita turut memiliki 'rupa seorang hamba' yang telah diterima Kristus (Filipi 2:7).

Kedua, kedudukan itu kita peroleh oleh ... Yesus Kristus. Kedudukan itu merupakan pemberian, sehingga kita tidak boleh berbangga ('bermegah') karenanya. Ketiga, kita memperolehnya karena telah menerima ... anugerah kebenaran. Anugerah kebenaran itu adalah pembenaran orang berdosa, bahkan yang telah melakukan 'banyak pelanggaran' (ayat 17). Kenyataan' itu pun seharusnya mencegah kita bersombong karena status kita sebagai orang Kristen. Semuanya hanya merupakan hasil rahmat Tuhan, tidak ada yang dari kita sendiri.

Kesimpulan Roma 5:15-17 dan Pendahuluan Roma 5:18-21

(1) Dalam ayat 15-17 Rabbi Saul telah menjelaskan ketidaksamaan antara Kristus dan Adam. Ia telah menegaskan bahwa memang ada satu kesamaan, yaitu kedudukan masing-masing sebagai 'yang satu' berhadapan dengan umat manusia, yang nasibnya ditentukannya. Namun, dalam semua hal yang lain keduanya tidak sama. Setelah ketidaksamaan itu jelas, baru perbandingan antara keduanya dilanjutkan. Perbandingan itu dimuat dalam tiga kalimat yang memakai kerangka sama seperti ... demikian pula (ayat 18, 19,21).

(2) Kita telah melihat bahwa penalaran Rabbi Saul tidak sesuai dengan logika kita. Kepincangan itu tidak berarti bahwa pikiran Rabbi Saul kacau, tetapi bahwa kelimpahan kasih karunia Tuhan mematahkan seluruh pikiran manusia. Justru kelimpahan kasih karunia itulah yang merupakan amanat Injil Yesus Kristus.

5:18 LAI TB, Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.

KJV, Therefore as by the offence of one judgment came upon all men to condemnation; even so by the righteousness of one the free gift came upon all men unto justification of life.

TR, αρα ουν ως δι ενος παραπτωματος εις παντας ανθρωπους εις κατακριμα ουτως και δι ενος δικαιωματος εις παντας ανθρωπους εις δικαιωσιν ζωης

Translit interlinear, ara oun {sebab itu} hôs {seperti} di {karena/ melalui} henos {satu} paraptômatos {pelanggaran} eis {kepada} pantas {semua, adjective - accusative plural masculine} anthrôpous {manusia} eis {ke dalam} katakrima {hukuman} houtôs {demikian} kai {pula} di {karena/ melalui} henos {satu} dikaiômatos {perbuatan yg benar} eis {kepada} pantas {semua, adjective - accusative plural masculine} anthrôpous {manusia} eis {ke dalam (menghasilkan)} dikaiôsin {pembebasan} zôês {untuk hidup (kekal)}

'Sebab itu' Yunani ara oun, 'maka', 'jadi' (bandingkan Roma 7:3,25 dll.). Dilihat dari sudut tata bahasa henos (satu) dapat dihubungkan dengan pelanggaran/ perbuatan kebenaran (LAI) atau dilengkapkan dengan 'orang' (KB); melihat keseluruhan perikop ini agaknya yang kedua yang tepat, 'oleh pelanggaran satu orang'. Dikaiômatos di sini berarti 'perbuatan yang benar', karena di sini sejajar dengan 'ketaatan' dalarn ayat 19 (bnd. ayat 16). Dalarn eis dikaiosin zoes (harfiah: 'menuju ke pembenaran kehidupan'), bentuk genitivus zoes agaknya mengungkapkan hasil 'pembenaran' itu (LAI 'untuk hidup'). 'Semua' di sini pantas, bukan hoi polloi sebagaimana dalam ayat 15 dan 19. Perlu dicatat bahwa ayat ini padat, seperti halnya 15a dan 16a; tidak ada kata kerja. Bunyi harfiah 18a, 'Jadi, sarna seperti oleh pelanggaran satu orang menuju ke semua orang menuju ke penghukuman'; susunan bagian kedua sejajar dengan itu.

Terjemahan sebab itu dapat menyesatkan, karena ayat 18 bukanlah penjelasan tentang ayat atau ayat-ayat terdahulu. Sebaliknya, ayat 18 melanjutkan perbandingan dalam ayat 14c, yang untuk sementara waktu dihentikan sebab ketidaksamaan antara Adam dan Kristus hendak ditegaskan lebih dulu.

Maka kini Rabbi Saul menunjukkan kesamaan antara Adam dan Kristus, meski sesungguhnya di sini juga kesamaan itu bersifat negatif. Oleh pelanggaran leluhur yang satu itu, semua orang beroleh penghukuman. Akibat -akibat pelanggaran itu telah digambarkan dalam ayat 12-17: dosa merajalela, maut berkuasa. Gambaran lebih rinci kita temukan dalam Roma 1: 18-3:20. Di sini secara singkat-padat dikatakan 'penghukuman', hukuman terakhir, sebagai puncak dan titik akhir jalan yang telah ditempuh manusia di dalam leluhurnya Adam.

Begitu pula, perbuatan Kristus membawa akibat yang meliputi seluruh umat manusia. Perbuatan itu di sini disebut perbuatan kebenaran. Artinya, Kristus telah melakukan kehendak Tuhan dengan sempurna (ayat 19), sehingga Dia 'benar' di mata Allah. Dengan demikian diperoleh-Nya 'pembenaran' untuk 'yang banyak', yang di sini juga (bnd. 15) boleh diterjemahkan semua orang. Perbuatan kebenaran itu membawa hasil lebih besar lagi. Sebab manusia beroleh kehidupan karenanya. Kehidupan itu mencakup segala sesuatu yang bertentangan dengan 'maut': kebahagiaan (yang telah dimiliki orang percaya sekarang ini), kedekatan dengan Tuhan (yang telah kita rasakan sekarang, dan yang akan kita rasakan benar-benar dalam dunia yang akan datang), dan keadaan tidak dapat mati (yang masih merupakan janji).

Tinggal satu catatan, yaitu mengenai kata-kata semua orang itu. Bahwa semua orang kena getah perbuatan Adam dan terlibat di dalamnya, hal itu kiranya tidak perlu dijelaskan. Apa yang dikatakan dalam ayat 12, yaitu bahwa maut telah menjalar kepada semua orang, merupakan kenyataan di depan mata kita. Tetapi kalau dikatakan bahwa semua orang beroleh kebenaran untuk hidup, bagaimana perkataan itu harus kita artikan? Sebaiknya nas ini tidak kita kupas secara rasional. Di dalamnya kita lihat pernyataan luasnya kasih Allah dan besarnya kuasa Kristus. Memang, Kristus adalah pengganti Adam, sebagai pelopor umat manusia; melalui kebangkitan-Nya Dia menjadi 'buah sulung' umat manusia yang baru (1 Korintus 15:23). Tetapi kita ingat pula akan kata-kata peringatan yang diucapkan Tuhan Yesus dan yang tertulis dalam kitab-kitab Injil, serta akan perkataan Paulus sendiri dalam 2 Tesalonika 1:9. Begitu pula kita tidak lupa akan anjuran Paulus yang terus-menerus supaya orang Kristen hidup sesuai dengan panggilan mereka, agar mereka tidak kehilangan warisan yang telah mereka peroleh (bandingkan misalnya 1 Korintus 10: 1-14; Efesus 5: 1-6; dan juga Wahyu 2-3).

5:19 LAI TB, Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.

KJV, For as by one man's disobedience many were made sinners, so by the obedience of one shall many be made righteous.

TR, ωσπερ γαρ δια της παρακοης του ενος ανθρωπου αμαρτωλοι κατεσταθησαν οι πολλοι ουτως και δια της υπακοης του ενος δικαιοι κατασταθησονται οι πολλοι

Translit interlinear, hôsper {sama seperti} gar {sebab} dia {karena} tês parakoês {ketidak-taatan} tou henos {dari satu} anthrôpou {orang} hamartôloi {yang berdosa} katestathêsan {telah dijadikan} hoi polloi {banyak (orang), adjective - nominative plural masculine} houtôs {demikian} kai {juga} dia {karena} tês hupakoês {ketaatan} tou henos {dari satu (orang)} dikaioi {menjadi benar} katastathêsontai {akan dijadikan} hoi polloi {banyak (orang), adjective - nominative plural masculine}

'Jadi' sebaiknya diganti 'sebab' (gar), karena ayat 19 ini tidak hanya mengulang ayat 18, tetapi merupakan juga penjelasannya. 'Ketidaktaatan', Yunani parakoês, harfiah: tidak-mau-dengar. 'Telah menjadi ... menjadi', Yunani katestathêsan (aoristus) ... katastathêsontai (kala mendatang). Arti harfiah bentuk pasif kata kerja kathistanein itu 'ditempatkan sebagai', 'dijadikan', tapi bentuk pasif ini biasanya diterjemahkan 'menjadi', maka artinya tidak berbeda dengan 'ginesthai' . Dalam ayat ini muncul kembali hoi polloi = 'yang banyak/semua', bandingkan ayat 15 dan 18.

Ayat ini menjelaskan arti perbandingan dalam ayat 18. Tegasnya: ayat ini menjelaskan bagaimana pelanggaran satu orang bisa menjerumuskan semua orang sehingga 'beroleh penghukuman'. Juga bagaimana oleh perbuatan satu orang banyak orang 'beroleh pembenaran untuk hidup' .

Jawabnya, 'banyak orang' itu tidak dihukum karena dosa seorang lain, yaitu dosa Adam. Sebaliknya, oleh dosa itu mereka sendirilah telah menjadi orang berdosa. Hubungannya lebih jelas lagi kalau kita terjemahkan, 'mereka dijadikan orang berdosa'. Begitu pula, orang tidak 'beroleh pembenaran untuk hidup' hanya karena perbuatan seorang lain, yaitu perbuatan Kristus. Tetapi oleh perbuatan Kristus itu mereka sendirilah akan menjadi orang benar di mata Tuhan. Karena dipakai bentuk kala mendatang, kita dapat menafsirkan, 'mereka akan ternyata benar dalam hukuman terakhir'. Tetapi dalam ayat 1 dan 9, status orang benar itu dikaitkan dengan kehidupan orang percaya, sehingga di sini juga kita dapat menghubungkannya dengan kehidupan kita sekarang.

Dengan demikian Rabbi Saul telah menjelaskan lebih jauh arti kata-kata 'yang adalah gambaran Dia yang akan datang' dalam ayat 14. Sebagaimana ada hubungan yang tersembunyi. namun sangat erat, antara Adam dengan umatnya, begitu pula ada hubungan yang sangat akrab antara Kristus dan umat-Nya. Sebagaimana umat manusia senasib dengan Adam, begitu juga umat manusia yang baru senasib dengan Kristus.

Nas ini mengandung unsur lain lagi. Pelanggaran Adam (18) disebut ketidaktaatan. Ketidaktaatan itu digambarkan dalam Kejadian 3, banding¬kan juga Roma 8: 7. Sebaliknya, perbuatan kebenaran yang telah dilakukan Kristus ialah ketaatan-Nya. Sebagaimana dikatakan-Nya sendiri, Kristus selalu melakukan kehendak Bapa-Nya: Yohanes 4:34; 5:30 dll.; bandingkan Filipi 2:8. Khususnya kematian-Nya merupakan bukti ketaatan itu (Matius 26:42).

Ketaatan itu adalah ketaatan kepada Allah, yang 'telah menentukan Dia menjadi jalan pendamaian' (Roma 3:25; bandingkan 2 Korintus 5:19). Ketaatan itu begitu sempurna, sehingga bagi Paulus kasih Allah dan kasih Kristus satu (bandinglam Roma 5:8 dengan Galatia 2:20). Dikatakan bahwa Allah menyerahkan Kristus (Roma 4:25; 8:32), tapi juga bahwa Kristus menyerahkan diri (Galatia 1:4). Paulus dapat memuji kasih karunia Allah atau kasih karunia Kristus dalam hubungan yang sama saja (bandingkan Roma 1:5 dengan Galatia 1: 15; 2 Korintus 8:1 yang di dalamnya LAI mengabaikan tau theou dengan 2 Korintus 8:9). Maka dalam ketaatan Kristus nyatalah kesatuan Kristus dengan Allah, sekaligus kesatuan Allah dengan Kristus.

5:20 LAI TB, Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah,

KJV, Moreover the law entered, that the offence might abound. But where sin abounded, grace did much more abound:

TR, νομος δε παρεισηλθεν ινα πλεοναση το παραπτωμα ου δε επλεονασεν η αμαρτια υπερεπερισσευσεν η χαρις

Translit interlinear, nomos {hukum taurat} de {tetapi} pareisêlthen {telah masuk sebagai tambahan} hina {supaya} pleonasê {bertambah} to paraptôma {pelanggaran2} hou {di mana} de {tetapi} epleonasen {bertambah} hê hamartia {dosa} hupereperisseusen {lebih berlimpah2} hê kharis {anugerah}

LAI 'ditambahkan', Yunani pareisêlthen , harfiah: telah masuk lewat jalan samping (bentuk aoristus). Bandingkan eisêlthen dalam ayat 12. Pareiserkhesthai selain di sini hanya dipakai dalam Galatia 2:20, dengan arti 'menyusup masuk'. Tetapi dalam bahasa umum artinya bisa juga positif. Bentuknya di sini aktif, sehingga hukum Taurat itu sendiri yang menjadi pelaku, 'masuk campur tangan'. Dalam 20b juga dipakai dua kali bentuk aoristus; jadi, Paulus tidak menyajikan kaidah umum, tetapi menggambarkan perkembangan pada masa lampau.

Setelah membaca ayat-ayat terdahulu, seorang Yahudi dapat saja bertanya: tetapi bagaimana peranan hukum Taurat? Bukankah hukum Taurat diberikan agar menjadi pegangan bagi orang yang ingin hidup benar?

Dengan perkataan lain, bukankah hukum Taurat menyediakan kemungkinan mengatasi akibat-akibat dosa, sehingga orang dapat mengatasi keadaan yang telah diakibatkan oleh dosa Adam?

Menjawab pertanyaan seperti itu, Rabbi Saul kembali ke ayat 12-13. Di situ telah dikatakannya bahwa dosa 'telah masuk'. Di sini katanya: hukum Taurat 'telah masuk di samping/sesudah (dosa)'. LAI ditambahkan, yang menunjukkan Allah sebagai pemberi hukum Taurat, tidak didukung bentuk kata kerja Yunani, namun bukan tidak tepat, karena memang Taurat itu diberikan oleh Tuhan. Hal itu ditegaskan lagi oleh supaya yang menyusul; masuknya hukum Taurat bukan peristiwa kebetulan tetapi mengandung maksud tertentu. Maksud itu diungkapkan dengan kata-kata supaya pelanggaran menjadi semakin banyak.

Melihat kata-kata ini, kita boleh saja merasa heran. Apakah Tuhan menghendaki dosa bertambah banyak? Agaknya kehadiran hukum (undang-undang) justru merangsang orang untuk melanggarnya (bandingkan Roma 7:7 dyb.). Tanpa hukum mereka sampai tingkat tertentu masih polos; dengan adanya hukum mereka menjadi lebih sadar, lebih licik. Lagi pula, kalau dosa menjadi pelanggaran yang sadar, kesalahan pelakunya bertambah berat. Dalam hukum duniawi kita pun berlaku asas seperti itu. Jadi, mungkin kita boleh mengatakan bahwa Tuhan menghadirkan hukum Taurat supaya sifat dosa yang sebenarnya menjadi nyata.

Maka hukum Taurat tidak dapat menjadi jalan menuju ke kebenaran dan kehidupan (bandingkan Roma 3:20). Itulah keyakinan orang-orang Yahudi. Rabbi Saul menolak keyakinan itu, sebagaimana telah dilakukannya dalam pasal 2 dan 3. Kita dapat menambahkan: seandainya hukum Taurat memang diberikan supaya melalui pelaksanaannya kesalahan Adam dipulihkan, tidak diperlukan karunia yang berlimpah-limpah, tidak diperlukan seorang Kristus yang jaul, melebihi Adam, tidak berlaku lagi segala sesuatu yang telah dikatakan dalam ayat 15 sampai dengan 17.

Kalau begitu, dapat saja timbul pertanyaan: apakah hukum Taurat itu diberikan hanya dengan maksud mencelakakan manusia (bandingkan Roma 7:7)? Pertanyaan itu dijawab tuntas dalam pasal 7. Tetapi di sini pun Rabbi Saul menegaskan bahwa bertambahnya dosa bukanlah tujuan terakhir kehadiran hukum Taurat. Tujuan terakhir itu akan dijelaskan dalam ayat 21, tetapi di sini sudah ada petunjuk. Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.

Kita dapat menafsirkan kata-kata itu sebagai berikut, 'Makin banyak dosa, makin berlimpah anugerah'. Tetapi tafsiran ini masih bersifat umum, tidak benar-benar kena dengan maksud Paulus. Sebab: di mana dosa bertambah banyak? Dalam lingkungan yang telah menerima hukum Taurat, yakni dalam lingkungan umat Israel. Menurut kesaksian nabi-nabi Perjanjian Lama, di Israel terdapat dosa yang malah tidak terdapat di kalangan bangsa-bangsa kafir (Yeremia 2: 11). Mungkin kita orang Kristen harus menambahkan: justru di kalangan bangsa-bangsa Kristen kadang-kadang berlangsung kejahatan yang paling keji, yang paling massal dan brutal. Dosa itu memuncak dalam penolakan dan pembunuhan Yesus, oleh mereka yang mengaku paling setia kepada hukum Taurat (orang Yahudi) dan oleh mereka yang paling membanggakan sistem hukumnya (orang Romawi). Tetapi justru berhadapan perbuatan itu, di kayu salib, 'kasih karunia menjadi berlimpah-limpah' .

Sulit untuk menjelaskan bagaimana justru oleh bertambahnya dosa kasih karunia berlimpah-limpah, karena di sini kita menghadapi rahasia kasih Allah. Tetapi mungkin boleh juga kita mengambil perumpamaan dari lingkungan manusia. Di situ juga berlaku bahwa kesetiaan seseorang dinilai lebih besar kalau pihak lain bertindak tidak layak. Kesetiaan pada istri atau suami teladan tidak sulit. Tetap setia kalau isteri atau suami itu bertindak buruk jauh lebih sulit danjauh lebih besar. Kesetiaan Tuhan memuncak pada saat kejahatan manusia memuncak, yaitu di dalam kematian Yesus Kristus. Sebab justru kematian itulah yang mencetuskan anugerah yang berlimpah-limpah.

Perkataan Yunani yang dipakai di sini (huper-perisseuein) mengungkapkan kelimpahan itu. Sebab perisseuein sendiri berarti 'berlimpah'; huper (bnd. Latin/Inggris super) menunjukkan tingkat kelimpahan yang lebih tinggi lagi. Di dalamnya kembali menjadi nyata apa yang diungkapkan pula oleh kata-kata 'jauh lebih' dalam ayat 15 dan 17.

5:21 LAI TB, supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

KJV, That as sin hath reigned unto death, even so might grace reign through righteousness unto eternal life by Jesus Christ our Lord.

TR, ινα ωσπερ εβασιλευσεν η αμαρτια εν τω θανατω ουτως και η χαρις βασιλευση δια δικαιοσυνης εις ζωην αιωνιον δια ιησου χριστου του κυριου ημων

Translit interlinear, hina {supaya} hôsper {sama seperti} ebasileusen {berkuasa} hê hamartia {dosa} en {ke dalam} tô thanatô {manut} houtôs {demikian} kai {juga} hê kharis {karunia/ anugerah} basileusê {berkuasa} dia {karena} dikaiosunês {pembenaran} eis {ke dalam} zôên {hidup} aiônion {kekal} dia {melalui} iêsou {Yesus} khristou {Kristus} tou kuriou {Tuhan} hêmôn {kita}

Dalam 21a 'berkuasa', Yunani ebasileusen , memakai bentuk aoristus: telah berkuasa; dalam 21b dipakai bentuk kala mendatang basileusê. Mengenai 'dosa' lihat catatan pada 3:9. 'Dalam alam maut' merupakan terjemahan en tô thanatô, harfiah 'di dalam maut'; ternyata LAI memilih en = 'dalam lingkungan (kekuasaan)'. Ada pula kemungkinan lain, yaitu en = 'oleh', 'melalui' (instrumental).

Berkuasa berarti 'memiliki kuasa tertinggi' (tafsiran ayat 17). Dalam ayat 14 dan 17 dikatakan bahwa yang berkuasa ialah maut. Di sini temyata ada kuasa di belakang maut, yaitu dosa. Dosa itulah yang telah memasukkan maut ke dalam alam dunia (ayat 12), yaitu maut jasmani dan maut kekal. Dosa itu pun yang berkuasa dengan menggunakan maut sebagai alatnya. Di dalam maut, oleh maut, dosa menyatakan kekua¬saannya atas umat manusia dan atas seluruh makhluk.

Di sini kita mencatat dua hal. Pertama, kata-kata ini mengungkapkan kebenaran yang paling dalam berkaitan dengan maut. Maut itu bukan kenyataan wajar, yang dari semula merupakan unsur yang tak terpisahkan dari ciptaan. Sebaliknya, maut itu 'upah dosa' (Roma 6:23; bandingkan Kejadian 3:19). Kedua, kata kerja 'berkuasa' memakai bentuk kala lampau. Bukan karena dosa dan maut kini sudah tidak hadir lagi dalam dunia kita ini, melainkan karena pada asasnya keduanya telah dikalahkan oleh Kristus (1 Korintus 15 :57, sesudah 54-56). Berkat karya-Nya, kasih karunia begitu berlimpah-limpah (ayat 20), sehingga dosa dan maut itu ditelan, kuasanya ditiadakan, dan kasih karunia berkuasa sebagai gantinya. Kuasa kasih karunia itu akan didirikan tuntas pada zaman akhir (bentuk kala mendatang: akan berkuasa).

Hubungan antara kasih karunia, oleh kebenaran, dan hidup yang kekal akan menjadi lebih jelas kalau kita ingat bahwa yang menjadi 'basileus' , Penguasa tertinggi itu Allah sendiri. Kalau dikatakan kasih karunia akan berkuasa, yang dimaksud ialah Allah sendiri, yang berkuasa dengan melimpahkan kasih karunia. Kasih karunia itu dilimpahkan-Nya oleh kebenaran. Mengingat isi ayat 16-19, kita sebaiknya mengartikan, 'dengan memberi kita karunia kebenaran'. Hasilnya ialah kita menerima hidup yang kekal.

Kita mendapat bagian dalam semua itu oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Di dalam Dia baik kasih karunia Allah maupun kebenaran-Nya dan hidup yang kekal menyatakan diri, bahkan dalam Dia semua itu menjelma (bandingkan Yohanes 14:6). Maka di dalam Dia kita beroleh semua itu. Di sini hal itu dinyatakan dengan khidmat. Rumus khidmat itu sekaligus merupakan penutup bagian ini (bandingkan 5:1).

KESIMPULAN Roma 5:12-21

Ayat -ayat ini menggambarkan cara dan jangkauan pendamaian yang telah dihasilkan oleh kematian Yesus Kristus (ayat 10-11). Caranya ialah oleh rahmat, melalui pembenaran. Bukan dengan cara hukum Taurat. Jangkauannya seluas umat manusia. Artinya, jangkauan itu tidak terbatas pada umat yang memiliki hukum Taurat, yaitu umat Israel. Tetapi luasnya sama dengan jangkauan kuasa dosa. Sebagaimana permusuhan dengan Allah meliputi seluruh umat manusia, begitu pula halnya pendamaian, yang meniadakan permusuhan itu. Maka di sini isi Roma 1:18 - 3: 20 dikaitkan dengan isi Roma 3:20-5:11. Rencana keselamatan Allah menjadi jelas. Dosa diatasi oleh rahmat yang berlimpah-limpah.

Sumber :

- Dr. Thomas van den End, Surat Roma, BPK, 1995, p 274- 295

- Cranfield, CEB, A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle of Romans, the International Critical Commentary, T&T Clark Limited, Edidburg, 1974.


A. MENGAPA ALLAH TIDAK CIPTAKAN MANUSIA BARU UTK MENYELAMATKAN MANUSIA

mengapa Allah tidak menciptakan manusia tanpa dosa untuk menyelamatkan manusia yang berdosa, dan mengapa harus Allah sendiri yang menjadi manusia. Ada beberapa alasan Alkitabiah dan teologis:


1. MANUSIA yang berdosa harus ditebus oleh MANUSIA

  • Hukum Allah menuntut keadilan: "jiwa yang berbuat dosa, itu harus mati" (Yehezkiel 18:4, Roma 6:23).
  • Dosa masuk ke dunia melalui manusia (Adam), sehingga hukuman harus ditanggung oleh manusia juga (Roma 5:12, 1 Korintus 15:21).
  • Seorang wakil manusia yang sejati harus menanggung dosa manusia. Itulah sebabnya Yesus benar-benar menjadi manusia (Ibrani 2:14-17).

2. Tidak ada manusia yang tidak berdosa yang bisa menyelamatkan

  • Semua manusia keturunan Adam mewarisi dosa (Mazmur 51:7, Roma 3:10, Roma 5:12).
  • Jika Allah hanya menciptakan manusia “baru” tanpa dosa, ia tetap bukan bagian dari umat manusia yang jatuh dalam dosa, sehingga tidak sah menjadi wakil untuk menanggung hukuman dosa seluruh umat manusia.
  • Yesus adalah pengecualian: lahir dari perempuan (manusia), tetapi dikandung oleh Roh Kudus (tidak mewarisi dosa asal) – Lukas 1:35.

3. Hanya Allah yang sanggup menanggung murka Allah dan mengalahkan dosa

  • Dosa bukan hanya masalah moral, tetapi pemberontakan terhadap Allah yang Mahakudus. Hutang dosa manusia adalah tak terbatas karena dilakukan terhadap Allah yang tak terbatas.
  • Tidak ada manusia ciptaan yang mampu menanggung murka Allah sepenuhnya dan mengalahkan maut. Hanya Allah sendiri yang mampu.
  • Karena itu, Firman Allah menjadi manusia (Yohanes 1:14), supaya sebagai manusia Ia bisa mati menggantikan kita, dan sebagai Allah Ia sanggup menanggung murka yang tak terbatas dan mengalahkan maut.

4. Allah menjadi manusia menunjukkan kasih dan keadilan-Nya sempurna

  • KEADILAN: Hukuman atas dosa tetap ditegakkan.
  • KASIH: Allah sendiri yang menanggung hukuman itu, bukan sekadar menyuruh makhluk lain.
  • KEDEKATAN: Allah tidak hanya menyelamatkan dari jauh, tapi masuk ke dalam penderitaan manusia (Filipi 2:6-8, Ibrani 4:15).

Kesimpulan

Allah tidak sekadar menciptakan manusia tanpa dosa untuk menyelamatkan manusia, karena:

  • Penebus harus SEJATI MANUSIA untuk menggantikan manusia.
  • Penebus harus TANPA DOSA agar bisa menjadi korban yang layak.
  • Penebus harus ALLAH SENDIRI agar mampu menanggung hukuman dosa yang tak terbatas dan memberikan kehidupan kekal.

Maka jawabannya ada dalam Yesus Kristus: 100% Allah, 100% manusia – satu-satunya yang layak dan sanggup menyelamatkan.


Mau saya lanjutkan dengan mengapa tidak cukup Allah mengampuni tanpa salib (tanpa penebusan)? atau mengapa Yesus harus mati, bukan hanya lahir atau hidup suci??


Pertanyaan ini berkaitan dengan teologi Perjanjian Baru, khususnya dalam surat-surat Paulus. Konsep Yesus sebagai Adam kedua/terakhir muncul karena Alkitab melihat ada hubungan langsung antara Adam pertama dan Yesus Kristus dalam rencana keselamatan Allah.


1. Adam Pertama: Kepala Umat Manusia Lama

  • Adam adalah wakil seluruh manusia.
    • Roma 5:12 – “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang (Adam), dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.”
  • Keputusan Adam mempengaruhi seluruh keturunannya.
    • Adam mewakili umat manusia dalam ketaatan kepada Allah, tetapi ia jatuh, sehingga dosa dan maut menguasai dunia.

2. Yesus: Adam Kedua/Adam Terakhir

Paulus menyebut Yesus Adam yang terakhir (1 Korintus 15:45-47) karena:

  • Yesus menjadi Kepala umat manusia baru.
    • Sama seperti Adam mewariskan dosa, Yesus mewariskan hidup kekal kepada semua yang ada "di dalam Dia".
  • Yesus datang untuk membalikkan akibat kejatuhan Adam.
    • Roma 5:18-19 – “Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.”
  • Yesus mewakili manusia secara sempurna di hadapan Allah.
    • Ibrani 2:14-17 – Ia menjadi manusia untuk memikul dosa manusia, sebagai wakil yang benar.

3. Mengapa Harus Ada “Adam Kedua”?

  1. Masalah berasal dari Adam pertama (manusia), maka penyelesaian juga harus dari seorang manusia (tetapi manusia yang sempurna).
  2. Yesus bukan sekadar manusia, Ia adalah Allah yang menjadi manusia, sehingga:
    • Ia mampu taat sempurna (tidak jatuh dalam dosa).
    • Ia mampu mengalahkan maut dan memberi hidup kekal.
  3. Yesus sebagai Adam terakhir menutup sejarah kegagalan manusia lama dan membuka ciptaan baru:
    • 2 Korintus 5:17 – “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”

4. Kesimpulan

Yesus harus menjadi Adam kedua/terakhir karena:

  • Adam pertama gagal sebagai wakil manusia di hadapan Allah.
  • Keselamatan menuntut wakil baru yang benar-benar taat dan tanpa dosa.
  • Yesus memenuhi peran itu sebagai wakil, pengganti, dan kepala umat manusia baru yang membawa hidup, bukan maut.


B. PRINSIP HUKUM ALLAH: WAKIL HARUS DARI UMAT YANG SAMA

hukum perwakilan (federal headship) dalam Alkitab. Kita bahas dari perspektif keadilan Allah dan teologi keselamatan:


1. Prinsip Hukum Allah: Wakil Harus Dari Umat yang Sama

Dalam Alkitab, konsep wakil (representative) selalu berdasarkan solidaritas dengan umat yang diwakili.

  • Adam adalah kepala umat manusia pertama (Roma 5:12, 1 Kor 15:22).
  • Jika ada penyelamat, dia harus menjadi bagian dari umat yang jatuh supaya dapat mewakili mereka.

Kalau Allah menciptakan manusia baru di luar garis keturunan Adam:

  • Ia bukan bagian dari umat manusia yang jatuh dalam dosa.
  • Maka secara hukum ia tidak sah menjadi wakil karena tidak mewarisi kodrat yang sama dengan mereka yang akan ditebus.

Analogi: Dalam sistem hukum, wakil harus berasal dari kelompok yang sama. Orang asing tidak bisa dipilih menjadi presiden suatu negara karena tidak punya kewarganegaraan yang sama.


2. Mengapa Tidak Cukup Hanya "Manusia Baru"?

  • Dosa Adam mengikat semua keturunannya melalui perjanjian Allah dengan Adam (Roma 5:12-19).
  • Solusi harus datang dari orang yang terikat dengan perjanjian yang sama, tetapi mampu menaatinya dengan sempurna.
  • Jika Allah menciptakan manusia baru:
    • Ia bukan keturunan Adam, jadi tidak terikat pada perjanjian Adam.
    • Ia tidak menanggung akibat dosa Adam, sehingga tidak bisa menjadi pengganti hukum.

Ini sebabnya Yesus dilahirkan dari perempuan (Lukas 1:35), masuk ke garis keturunan Adam, tapi tanpa mewarisi dosa melalui pembuahan Roh Kudus.


3. Kenapa Yesus Sah Secara Hukum?

  • Ia benar-benar manusia (dari Maria) → masuk ke dalam keluarga manusia yang jatuh.
  • Ia Anak Daud, Anak Abraham → memenuhi janji Allah kepada Israel.
  • Namun Ia tanpa dosa → sehingga dapat memenuhi syarat hukum Allah sebagai korban yang sempurna.

Ibrani 2:17: “Karena itu Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya dalam segala hal, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”


Kesimpulan

Kalau Allah menciptakan manusia baru di luar garis keturunan Adam, maka secara hukum ia tidak sah menjadi wakil manusia yang berdosa.
Karena:

  • Ia tidak terikat dengan perjanjian yang sama.
  • Ia bukan bagian dari umat manusia yang jatuh.
  • Penyelamatan membutuhkan wakil yang sehakikat (homoousios dalam hal kemanusiaan).


Baik, kita lanjut ke kenapa Yesus harus lahir dari perempuan tetapi bukan dari laki-laki – peran Roh Kudus di sini:


1. Alasan Harus Lahir dari Perempuan

  1. Masuk ke dalam garis keturunan Adam secara hukum

    • Dengan dilahirkan dari Maria, Yesus benar-benar manusia.
    • Lukas 3:38 menyebut Yesus sebagai “anak Adam, anak Allah.”
    • Ini membuat-Nya sah sebagai wakil umat manusia karena Ia benar-benar bagian dari umat yang jatuh (secara kemanusiaan), bukan “makhluk asing” di luar garis keturunan manusia.
  2. Menggenapi nubuat

    • Kejadian 3:15 – “benih perempuan” yang akan meremukkan kepala ular.
    • Yesaya 7:14 – “Seorang perawan akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki.”
    • Keduanya menekankan bahwa penyelamat akan datang dari manusia, tetapi secara unik dari perempuan.

2. Alasan Tidak Boleh dari Laki-laki (Dibuahi Secara Alami)

  1. Untuk menghindari dosa asal dari Adam

    • Roma 5:12 – dosa masuk melalui satu orang, Adam, dan menjalar kepada semua keturunannya.
    • Dalam pemahaman Alkitab, dosa diwariskan melalui kepala umat manusia, yaitu Adam (pria).
    • Jika Yesus lahir dari hubungan biologis biasa, Ia akan berada “di bawah” warisan dosa Adam.
  2. Supaya tidak ada “kepala manusia” selain Allah sendiri

    • Yohanes 1:13 menegaskan bahwa anak-anak Allah “dilahirkan bukan dari darah, bukan dari kehendak daging, bukan pula dari kehendak seorang laki-laki, melainkan dari Allah.”
    • Yesus adalah yang utama dari ciptaan baru – bukan hasil kehendak manusia.

3. Peran Roh Kudus

  • Roh Kudus mengandung Yesus dalam rahim Maria (Lukas 1:35):
    • Menjamin kemanusiaan Yesus sejati (lahir dari perempuan, tumbuh dalam kandungan, mengalami kelahiran).
    • Menjamin kekudusan-Nya (tanpa dosa sejak konsepsi):

      “Roh Kudus akan turun atasmu... sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Lukas 1:35).

  • Hasilnya: Yesus adalah 100% manusia (dari Maria) dan 100% Allah (dari Roh Kudus), sah mewakili manusia dan mampu menebus dosa.

4. Kesimpulan

  • Yesus lahir dari perempuan → sah secara hukum sebagai keturunan Adam.
  • Tanpa kontribusi laki-laki → bebas dari dosa asal Adam.
  • Oleh Roh Kudus → menjadikan-Nya pribadi unik: manusia sejati tanpa dosa, Anak Allah yang kekal.

C. PENYELAMAT HARUS DARI DARI KETURUNAN ADAM

Apakah penyelamat manusia bisa bukan dari keturunan Adam?


1. Prinsip Alkitab: Penyelamat Harus dari Keturunan Adam

Alkitab menunjukkan bahwa penebus manusia harus benar-benar manusia:

  1. Masalah masuk melalui manusia (Adam), maka penyelesaian harus melalui manusia juga.

    • Roma 5:12 – “Oleh satu orang dosa masuk ke dalam dunia...”
    • 1 Korintus 15:21 – “Oleh karena maut datang karena manusia, maka kebangkitan orang mati juga datang karena manusia.”
      Hukum keadilan Allah: yang jatuh (manusia), harus ditebus oleh wakilnya (manusia).
  2. Mesias dijanjikan sebagai "benih perempuan" (keturunan manusia).

    • Kejadian 3:15 – “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu...”
      → Ini nubuat pertama bahwa penyelamat harus lahir sebagai manusia.
  3. Ibrani 2:14-17 – Kristus harus menjadi sama dengan saudara-saudara-Nya (manusia) supaya dapat menjadi Imam Besar yang setia dan menebus dosa manusia.
    → Jika Ia bukan keturunan Adam, Ia tidak bisa menjadi wakil yang sah.


2. Kenapa Tidak Bisa Penyelamat dari "Luar Manusia" (Malaikat, Makhluk lain, atau Allah tanpa menjadi manusia)?

  • Malaikat tidak bisa menebus manusia:
    • Mereka bukan bagian dari umat manusia, tidak memiliki hubungan perjanjian dengan Allah sebagai wakil manusia.
  • Allah tanpa menjadi manusia tidak bisa mati menggantikan manusia:
    • Upah dosa adalah kematian manusia (Roma 6:23).
    • Allah adalah Roh, Ia kekal – tidak bisa mati sebagai pengganti tanpa mengambil kodrat manusia.
  • Hukum wakil (substitusi):
    • Sama seperti dosa diwariskan melalui kepala umat manusia (Adam), keselamatan juga harus diwariskan melalui Kepala baru umat manusia (Kristus).

3. Mengapa Yesus Tetap Unik Meski dari Keturunan Adam?

  • Yesus adalah keturunan Adam melalui Maria (manusia sejati) → Lukas 3:23-38 menelusuri silsilah Yesus sampai ke Adam.
  • Tetapi tanpa dosa asal karena dikandung oleh Roh Kudus (Lukas 1:35).
  • Sehingga Ia 100% manusia untuk mewakili kita, dan 100% Allah untuk memberi kemenangan atas dosa dan maut.

Kesimpulan

Tidak mungkin penyelamat datang dari luar keturunan Adam.

  • Karena masalah (dosa dan maut) masuk melalui manusia, maka hanya manusia yang bisa secara sah menanggungnya.
  • Tetapi manusia biasa tidak mampu karena sudah berdosa, sehingga Allah sendiri masuk dalam garis keturunan Adam melalui inkarnasi Yesus Kristus: "Firman itu telah menjadi manusia" (Yohanes 1:14).

Mau saya lanjutkan dengan penjelasan mengapa Yesus disebut “Anak Manusia” sebagai gelar utama-Nya? atau kenapa Ia harus tanpa dosa tapi tetap berasal dari garis Adam yang berdosa??


D. DARI ASPEK HUKUM DAN NUBUAT YESUS SAH SEBAGAI ANAK DAUD YG DIJANJIKAN

Tepat sekali, dalam hukum Yahudi kuno, garis keturunan resmi (silsilah) biasanya memang diwariskan melalui laki-laki (ayah). Lalu bagaimana Yesus bisa disebut Anak Daud jika Ia tidak dikandung oleh Yusuf?

Jawabannya ada pada dua aspek: hukum (legal) dan kenyataan nubuat (janji Allah).


1. Garis Keturunan Yesus Menurut Hukum Yahudi (Legalitas Lewat Yusuf)

  • Dalam hukum Yahudi, anak yang diakui atau diadopsi sah oleh ayahnya dianggap pewaris penuh, termasuk warisan suku dan hak perjanjian.
  • Yusuf adalah keturunan Daud (Matius 1:1-16) → lewat garis Salomo, pewaris takhta kerajaan.
  • Ketika Yusuf menerima Yesus sebagai anaknya (Matius 1:24-25), Yesus secara sah menjadi “Anak Daud” menurut hukum Yahudi.
  • Jadi, Yesus mewarisi hak kerajaan Daud secara legal melalui Yusuf meskipun bukan hasil darah Yusuf.

2. Garis Keturunan Yesus Menurut Nubuat dan Darah (Lewat Maria)

  • Maria juga keturunan Daud (Lukas 3), lewat garis Natan, anak Daud yang lain.
  • Ini penting untuk menggenapi nubuat bahwa Mesias benar-benar keturunan Daud secara biologis, bukan hanya secara legal (Yeremia 23:5 – “Aku akan menumbuhkan bagi Daud suatu tunas yang adil”).
  • Roh Kudus mengandung Yesus dalam rahim Maria → menjadikan Yesus benar-benar manusia dari keturunan Daud, tapi tanpa dosa asal.

3. Mengapa Kombinasi Legal + Darah Ini Penting?

  1. Memenuhi seluruh janji Allah kepada Daud:

    • Hak takhta lewat garis hukum Yusuf (raja sah).
    • Hak darah lewat garis Maria (keturunan sejati Daud).
  2. Menunjukkan kedaulatan Allah:

    • Allah menjaga agar Mesias memiliki klaim kerajaan yang sah tanpa terkena kutukan garis keturunan Salomo (Yeremia 22:30 – kutukan terhadap raja Yekhonya dari garis Salomo).
    • Karena Yesus tidak lahir dari benih Yusuf, Ia bebas dari kutukan itu, tapi tetap sah secara hukum.
  3. Membuktikan Yesus adalah Mesias yang dijanjikan:

    • Ia “Anak Daud” secara legal dan biologis.
    • Ia juga “Tuhan Daud” karena sebagai Allah, Ia ada sebelum Daud (Matius 22:41-45).

Kesimpulan

  • Menurut hukum Yahudi: Yesus adalah Anak Daud melalui Yusuf, ayah sah-Nya.
  • Menurut nubuat dan darah: Yesus adalah keturunan Daud melalui Maria.
  • Menurut kekekalan: Yesus adalah “Akar Daud” (Pencipta Daud) dan sekaligus “Keturunan Daud” (Mesias dari garis Daud) – Wahyu 22:16.

Mau saya lanjut jelaskan kenapa Yesus disebut “Akar dan Keturunan Daud” sekaligus (bagaimana Dia bisa lebih tua dari Daud tapi lahir sebagai keturunan Daud)? atau hubungan ini dengan pengakuan Mesias sebagai Raja di Yerusalem nanti?


E. GELAR UTAMA KRISTUS ADALAH "ANAK MANUSIA"

kenapa Yesus disebut "Anak Manusia" sebagai gelar utama-Nya, dan hubungannya dengan Adam Kedua dan penghakiman akhir:


1. “Anak Manusia” = Gelar Utama Yesus

Dalam Injil, Yesus paling sering menyebut diri-Nya “Anak Manusia” (lebih dari 80 kali).

Makna Teologisnya:

  1. Identitas sebagai manusia sejati (keturunan Adam)

    • Menunjukkan bahwa Ia benar-benar masuk ke dalam kondisi manusia, bukan sekadar “tampak sebagai manusia.”
    • Ibrani 2:17 – “Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya dalam segala hal...”
  2. Gelar Mesianik dari Daniel 7:13-14

    • “Tampak seorang seperti Anak Manusia datang dengan awan-awan dari langit... kepadanya diberikan kekuasaan, kemuliaan, dan kerajaan...”
    • Gelar ini menunjuk pada Raja yang akan datang dari Allah untuk memerintah selamanya.
  3. Kedua makna ini digabungkan dalam Yesus:

    • Ia manusia sejati (Adam Kedua), tetapi juga Raja surgawi yang kekal.

2. Hubungan “Anak Manusia” dengan Adam Kedua

  1. Yesus mewakili seluruh umat manusia di hadapan Allah

    • Sama seperti Adam pertama mewakili kita dalam kejatuhan, Yesus mewakili kita dalam ketaatan dan kebangkitan (Roma 5:18-19).
    • Sebagai Anak Manusia, Ia adalah kepala umat manusia yang baru.
  2. Yesus menggenapi panggilan yang gagal dipenuhi Adam pertama

    • Adam dipanggil untuk “berkuasa atas bumi” (Kejadian 1:28) tetapi gagal.
    • Yesus, Anak Manusia, akan menerima seluruh kerajaan dunia (Daniel 7:14, Matius 28:18).

3. “Anak Manusia” dan Penghakiman Akhir

  • Hanya Adam Kedua yang berhak menghakimi dunia:

    • Yohanes 5:27 – “Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia.”
    • Hak menghakimi diberikan bukan hanya karena Ia Allah, tetapi karena Ia manusia sejati yang mewakili umat manusia – mengetahui dosa, penderitaan, dan hukum Allah secara sempurna.
  • Penghakiman akhir adalah pemisahan antara dua umat manusia:

    • Di dalam Adam pertama → binasa.
    • Di dalam Adam kedua (Kristus) → hidup kekal.
    • 1 Korintus 15:22 – “Karena sama seperti semua orang mati dalam Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam Kristus.”

4. Kesimpulan

  • Yesus disebut “Anak Manusia” untuk menegaskan:
    • Ia sah secara hukum sebagai wakil manusia.
    • Ia kepala umat manusia yang baru (Adam Kedua).
    • Ia hakim terakhir yang menentukan nasib kekal manusia, karena Ia menggenapi panggilan yang gagal dipenuhi Adam pertama.

F. MENGAPA YESUS DISEBUT KETURUNAN HAWA BUKAN ADAM


Mengapa Kejadian 3:15 berbicara tentang “keturunan perempuan (Hawa)” dan bukan “keturunan Adam”?


1. Bunyi Kejadian 3:15

"Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau (ular) dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."

Ini adalah protoevangelium – kabar baik pertama tentang Mesias.


2. Mengapa Disebut “Keturunan Perempuan”, Bukan “Keturunan Adam”?

a. Menunjukkan penyelamat akan lahir dari perempuan, tanpa benih laki-laki

  • Biasanya, Alkitab menyebut keturunan dari garis ayah (contoh: “anak Abraham,” “anak Daud”).
  • Tetapi nubuat ini unik – “keturunan perempuan” → menunjuk pada kelahiran yang tidak melibatkan benih laki-laki, yaitu kelahiran perawan (Yesaya 7:14, Lukas 1:35).
  • Dengan demikian, Mesias akan:
    • Masuk ke dunia sebagai manusia sejati (lahir dari perempuan).
    • Bebas dari dosa warisan Adam (tidak dikandung oleh laki-laki).

b. Menunjukkan bahwa dosa diwariskan melalui Adam, bukan Hawa

  • Roma 5:12, 1 Korintus 15:22: dosa masuk melalui satu orang, yaitu Adam, bukan Hawa.
  • Karena Adam adalah kepala perjanjian umat manusia, solusi keselamatan harus datang dari luar kuasa dosa Adam.
  • Maka Mesias dijanjikan melalui perempuan, bukan melalui laki-laki berdosa.

c. Mengangkat peran “perempuan” sebagai sarana keselamatan, bukan penyebab kutuk

  • Hawa menjadi pintu masuk dosa (1 Timotius 2:14 – dia tertipu), tetapi Allah berjanji melalui Hawa juga akan datang penebusan.
  • Ini menunjukkan kasih karunia: dari pihak yang terjatuh, Allah bangkitkan jalan keselamatan.

3. Pemenuhannya dalam Kristus

  • Yesus lahir dari “benih perempuan” (Maria), dikandung oleh Roh Kudus:
    • Galatia 4:4 – “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”
  • Yesus menghancurkan kepala ular (Iblis) melalui salib dan kebangkitan:
    • Ibrani 2:14 – “Supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut.”

4. Kesimpulan

  • Kejadian 3:15 menunjuk pada kelahiran perawan – Mesias akan datang melalui perempuan tanpa campur tangan laki-laki.
  • Keturunan perempuan artinya penyelamat akan lahir sebagai manusia, tetapi di luar warisan dosa Adam.
  • Inilah sebabnya Yesus disebut “benih perempuan”, “Anak Manusia”, sekaligus “Anak Allah”.

G. ADAM  SEBAGAI PEWARIS DOSA DAN BUKAN HAWA 

kenapa dosa diwariskan melalui Adam saja (bukan Hawa), meskipun Hawa yang pertama makan buah terlarang:


1. Adam adalah Kepala Perjanjian (Federal Head)

  • Dalam rencana Allah, Adam ditetapkan sebagai wakil resmi seluruh umat manusia.
  • Hawa diciptakan dari Adam dan untuk Adam (Kejadian 2:18-23), tetapi perintah dari Allah diberikan langsung kepada Adam sebelum Hawa diciptakan (Kejadian 2:16-17).
  • Jadi tanggung jawab hukum perjanjian ada pada Adam, bukan pada Hawa.

Roma 5:12,19“Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang (Adam)... Sebab, sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa...”

Paulus tidak menyebut Hawa, tetapi Adam, karena Adam adalah kepala hukum (federal head) umat manusia.


2. Hawa Tertipu, Adam Sengaja Melanggar

  • 1 Timotius 2:14 – “Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa.”
  • Hawa jatuh karena ditipu, tetapi Adam jatuh karena sengaja memilih melawan Allah demi menyertai istrinya.
  • Karena Adam dengan sadar melanggar perintah, dosanya menjadi dasar penghukuman seluruh umat manusia.

3. Warisan Dosa = Dari Kepala Keluarga, Bukan dari Pasangan

  • Dalam budaya Alkitab (dan prinsip perjanjian Allah), keturunan mewarisi status hukum dari kepala keluarga (ayah):
    • Lewi "membayar persepuluhan dalam tubuh Abraham" (Ibrani 7:9-10) → tindakan ayah diwariskan ke keturunan.
    • Sama, dosa Adam diwariskan kepada seluruh keturunannya.
  • Hawa bukan kepala umat manusia, maka dosanya tidak diturunkan secara perjanjian.

4. Bagaimana Ini Terhubung dengan Kristus?

  • Adam pertama → kepala perjanjian lama → semua "di dalam Adam" terkena dosa dan maut.
  • Yesus (Adam kedua) → kepala perjanjian baru → semua "di dalam Kristus" menerima hidup kekal (1 Korintus 15:22).

Karena itu:

  • Warisan dosa datang melalui Adam (laki-laki) → semua yang lahir secara normal terkena dosa asal.
  • Yesus lahir dari perempuan melalui Roh Kudus → masuk menjadi manusia, tapi di luar warisan dosa Adam, sehingga bisa menjadi Adam yang baru.

Kesimpulan

  • Dosa diwariskan melalui Adam karena ia adalah WAKIL HUKUM SELURUH UMAT MANUSIA.
  • Hawa bukan kepala perjanjian, jadi dosanya tidak diteruskan secara legal.
  • Inilah yang membuat janji Kejadian 3:15 luar biasa: Allah akan memakai “benih perempuan” untuk menghancurkan kuasa dosa yang masuk melalui “benih laki-laki” (Adam).

H. MESIAS YANG SAH HARUS DARI KETURUNAN DAUD

Penting karena menghubungkan janji Allah dari Kejadian 3:15 (benih perempuan) hingga ke Yesus sebagai Raja Mesias dari garis Daud.


1. Mesias = “Yang Diurapi” = Raja Penyelamat

Kata Mesias (Ibrani: Mashiach, Yunani: Christos) berarti “Yang Diurapi” – menunjuk pada Raja yang dipilih Allah.

  • Dalam rencana Allah, Mesias bukan hanya penebus dosa (imam), tetapi juga raja yang memerintah selamanya.
  • Maka Mesias harus datang dari garis kerajaan yang sah, yaitu Daud.

2. Janji Allah kepada Daud

2 Samuel 7:12-16 – Allah berjanji kepada Daud:

Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan AKU AKAN MENGOKOHKAN KERAJAANNYA. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan AKU AKAN MENGOKOHKAN TAKHTA KERAJAANNYA UNTUK SELAMA-LAMANYA  Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. Tetapi kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. Keluarga dan KERAJAANMU AKAN KOKOH UNTUK SELAMA-LAMANYA DI HADAPAN-KU, TAKHTAMU AKAN KOKOH UNTUK SELAMA-LAMANYA. 

Poin penting:

  • Mesias akan datang dari keturunan Daud.
  • Kerajaannya kekal (bukan hanya kerajaan Israel sementara).

3. Nubuat PL yang Menegaskan Mesias = Anak Daud

  • Yesaya 9:6-7“Seorang anak telah lahir... pemerintahan ada di atas bahunya... dari takhta Daud dan kerajaannya sampai selama-lamanya.”
  • Yeremia 23:5“Aku akan menumbuhkan bagi Daud tunas yang adil; ia akan memerintah sebagai raja.”
  • Mazmur 89:3-4, 35-37 – Allah bersumpah bahwa takhta Daud akan kekal.
  • Yehezkiel 37:24-25 – Mesias disebut “hamba-Ku Daud” yang akan memerintah selamanya.

Artinya:

  • Mesias harus manusia sejati (lahir dari garis Daud).
  • Mesias harus raja yang sah (pewaris janji Allah kepada Daud).

4. Pemenuhannya dalam Yesus

  • Kedua silsilah Injil (Matius 1 & Lukas 3) menunjukkan Yesus dari garis Daud:
    • Matius (melalui Yusuf) → menunjukkan hak legal Yesus atas takhta Daud.
    • Lukas (melalui Maria) → menunjukkan hubungan darah biologis Yesus dengan Daud.
  • Lukas 1:32-33 – Malaikat berkata kepada Maria:

    “Tuhan Allah akan memberikan kepada-Nya takhta Daud, bapa-Nya... dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”

  • Orang Yahudi mengenali Yesus sebagai “Anak Daud” (Mat 21:9; Mrk 10:47).

5. Teologi: Mengapa harus Daud?

  • Adam gagal memerintah bumi → perlu Adam kedua.
  • Israel gagal menjadi kerajaan kudus → perlu Raja sejati.
  • Daud menerima janji kerajaan kekal → digenapi dalam Kristus, Raja segala raja.

Yesus = Pemenuhan semua janji kerajaan Allah:

  • Sebagai Imam → menebus dosa.
  • Sebagai Nabi → menyatakan Firman Allah.
  • Sebagai Raja Daud yang kekal → memerintah selamanya atas umat-Nya.

Kesimpulan:
Mesias harus keturunan Daud karena Allah menetapkan jalur kerajaan kekal melalui Daud. Tanpa garis Daud, Mesias tidak sah secara hukum dan tidak dapat menggenapi nubuat Perjanjian Lama. Yesus memenuhi semua syarat itu – Anak Daud, Anak Manusia, Anak Allah.



I. MENGAPA ADA DUA SILSILAH MESIAS

Kenapa silsilah Yesus harus dua versi (Matius & Lukas)? atau hubungan janji kepada Daud dengan Kejadian 3:15 (benih perempuan → Raja Kekal)?



1. Mengapa Ada Dua Silsilah?

a. Matius 1 (Melalui Yusuf – Hak Hukum/Tahta)

  • Ditulis untuk orang Yahudi, menekankan Yesus adalah Raja yang dijanjikan.
  • Menelusuri garis keturunan Daud → Salomo → Yusuf.
  • Tujuannya: Menunjukkan bahwa Yesus memiliki hak hukum atas takhta Daud melalui ayah legal-Nya, Yusuf.
  • Penting: Dalam hukum Yahudi, hak waris takhta dan nama keluarga diturunkan melalui ayah legal, meskipun anak itu lahir bukan dari darah ayahnya (adopsi dianggap sah secara hukum).

b. Lukas 3 (Melalui Maria – Hubungan Darah/Biologis)

  • Ditulis untuk dunia non-Yahudi (Yunani), menekankan Yesus adalah Anak Manusia sejati untuk semua bangsa.
  • Menelusuri garis keturunan Daud → Natan (anak Daud lainnya) → Maria.
  • Tujuannya: Menunjukkan bahwa Yesus benar-benar keturunan Daud secara biologis, melalui darah Maria.
  • Yusuf disebut “anak Eli” (Lukas 3:23) karena dalam budaya Yahudi, menantu laki-laki dapat disebut “anak” ayah mertua.

2. Mengapa Ini Penting Secara Teologis?

  1. Menggenapi Janji Kepada Daud (2 Samuel 7:12-16):

    • Yesus punya hak legal (melalui Yusuf) dan hubungan darah (melalui Maria) untuk menjadi Raja Kekal.
  2. Menggenapi Janji Kepada Hawa (Kejadian 3:15):

    • “Benih perempuan” → menunjuk bahwa Mesias akan lahir dari perempuan, bukan dari benih laki-laki.
    • Kelahiran dari Maria melalui Roh Kudus memastikan:
      • Ia manusia sejati (dari Maria, keturunan Adam & Daud).
      • Ia tanpa dosa asal (tidak mewarisi dosa Adam karena tidak dari benih laki-laki).
  3. Menghindari Sumpah Atas Garis Salomo (Yeremia 22:30):

    • Allah mengutuk garis raja Yehuda melalui Yekhonya (keturunan Salomo):
      “Tak seorangpun dari keturunannya akan duduk di atas takhta Daud...”
    • Yusuf adalah keturunan Yekhonya → Yesus tidak boleh lahir dari darah Yusuf agar tidak terkena kutukan.
    • Namun, melalui Maria (garis Natan), Yesus tetap keturunan Daud tanpa terkena kutukan itu.
    • Jadi: Hak hukum dari Yusuf, darah murni Daud dari Maria.

3. Kesatuan Janji Allah

  • Kejadian 3:15 → “Benih perempuan” akan menghancurkan kuasa dosa.
  • Janji kepada Abraham (Kejadian 22:18) → “Keturunanmu akan memberkati segala bangsa.”
  • Janji kepada Daud (2 Samuel 7) → “Takhtamu kekal selamanya.”
  • Semua janji ini bertemu dalam Kristus:
    • Lahir dari perempuan (Hawa/Maria).
    • Keturunan Abraham (bagi semua bangsa).
    • Keturunan Daud (Raja kekal).

Kesimpulan

Dua silsilah Yesus bukan kontradiksi, tetapi saling melengkapi:

  • Matius menegaskan hak hukum Yesus sebagai Raja Daud.
  • Lukas menegaskan Yesus sungguh manusia, keturunan Daud & Adam, tetapi tanpa dosa.
  • Ini menjadikan Yesus satu-satunya yang sah, murni, dan layak menjadi Mesias – Raja sekaligus Penebus.


Kenapa Allah “melibatkan” Daud dalam rencana kerajaan-Nya? Ada beberapa lapisan jawaban:


1. Rencana Allah melalui Perjanjian (Covenant)

Allah membuat Perjanjian Daud (Davidic Covenant) (2 Samuel 7:12–16).

  • Allah menjanjikan takhta kekal kepada keturunan Daud.
  • Janji ini bukan hanya soal politik Israel, tetapi menunjuk pada Mesias yang akan datang.
Dengan kata lain, Daud dipilih sebagai “saluran” agar janji Mesias memiliki garis keturunan yang jelas dan sah.

2. Daud sebagai simbol raja yang berkenan kepada Allah

  • Saul gagal sebagai raja, karena tidak taat.
  • Daud dipilih karena hatinya berkenan kepada Allah (1 Sam 13:14; Kis 13:22).
  • Dari situlah Daud menjadi simbol “raja yang benar”, yaitu raja yang tunduk pada kehendak Allah.

3. Legitimasi Mesias di mata Israel

  • Bagi bangsa Israel, Mesias harus sah secara silsilah.
  • Nubuatan para nabi (Yesaya 11:1, Yeremia 23:5) menyebut Mesias sebagai “tunas dari Daud”.
  • Maka, Yesus disebut sebagai Anak Daud (Matius 1:1, 21:9) supaya bangsa Yahudi paham bahwa Ia adalah penggenapan janji Allah.

4. Keterhubungan simbolis → dari bayangan ke penggenapan

  • Kerajaan Daud → bayangan kerajaan Allah yang terbatas, penuh kelemahan manusia.
  • Kerajaan Yesus → penggenapan kerajaan Allah yang kekal, penuh kebenaran dan damai sejahtera.

 Jadi, Daud dilibatkan karena:

  1. Allah membuat perjanjian khusus dengan dia.
  2. Dia raja yang hatinya sesuai dengan Allah.
  3. Mesias harus sah secara nubuatan dan silsilah.
  4. Supaya kerajaan Yesus terbaca sebagai penggenapan, bukan kerajaan baru yang terputus dari janji Allah.


Sebenarnya legitimasi Yesus sebagai Mesias adalah dari Allah. Tetapi kenapa juga perlu lewat legitimasi di mata Israel?


1. Allah bekerja melalui sejarah & bangsa pilihan

Allah memilih Abraham, Ishak, Yakub → lahirlah bangsa Israel.
Dari bangsa inilah Allah menyatakan hukum, nubuat, dan janji Mesias.
Jadi, Yesus datang bukan di ruang kosong, tetapi dalam sejarah nyata, sesuai nubuatan yang sudah Allah tetapkan melalui Israel.


2. Nubuatan harus digenapi

Kitab para nabi sudah bernubuat bahwa Mesias akan datang dari keturunan Daud (Yes 11:1, Yer 23:5).
Kalau Yesus muncul tanpa garis Daud, orang Israel bisa menolak Dia dengan alasan: “Tidak sesuai nubuatan.”
Allah menyiapkan “peta” lewat nubuat, supaya ketika Yesus datang, ada tanda pengenalan yang jelas.


3. Yesus datang pertama kali untuk Israel

Matius 15:24 → “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”
Artinya, pelayanan awal Yesus fokus pada Israel agar janji Allah kepada nenek moyang mereka digenapi terlebih dahulu.
Baru setelah itu, keselamatan dibawa ke bangsa-bangsa lain (Roma 1:16).


4. Legitimasi Allah → dibuktikan melalui legitimasi Israel

Yesus sudah sah di hadapan Allah sejak kekekalan (Yoh 1:1).
Tetapi, supaya dunia mengakui-Nya sebagai Mesias, Dia juga harus memenuhi persyaratan hukum Taurat dan nubuat Israel.
Dengan kata lain:

  • Legitimasi Allah → asal kekal Yesus sebagai Firman.
  • Legitimasi Israel → tanda bukti di bumi bahwa Yesus adalah penggenapan janji Mesias.

Jadi, legitimasi di mata Israel bukan karena Allah butuh pengakuan mereka, tetapi karena Allah konsisten dengan janji dan nubuat yang Ia sendiri ucapkan melalui sejarah Israel.
Itulah sebabnya Yesus disebut “Anak Daud” supaya bangsa Israel tidak bisa menyangkal nubuatan yang digenapi.

Mau saya lanjutkan dengan menjelaskan kenapa meski Yesus sah secara nubuat, banyak orang Israel tetap menolak Dia?







mengapa Yesus harus sekaligus Raja dan Imam (bukan hanya Raja Daud biasa)? atau bagaimana konsep "Imam menurut Melkisedek" menggenapi peran Mesias ini?

J. KRISTUS RAJA DAN IMAM

Baik, kita lanjut ke mengapa Yesus harus sekaligus Raja dan Imam – dan bagaimana “Imam menurut Melkisedek” menggenapi peran Mesias ini:


1. Masalah Utama Umat Manusia: Dosa & Kerajaan Allah Hilang

  • Adam adalah wakil manusia untuk memerintah bumi & hidup dalam hadirat Allah (Kej 1:26-28).
  • Adam gagal → kerajaan hilang (manusia dikuasai dosa) & akses ke hadirat Allah tertutup (Kej 3:23-24).
  • Solusi Allah harus:
    1. Menghapus dosa (peran Imam).
    2. Memulihkan kerajaan Allah (peran Raja).

2. Dua Jabatan Penting dalam PL

  1. Raja (dari suku Yehuda) – memerintah atas umat.
  2. Imam (dari suku Lewi) – mengadakan pendamaian antara Allah dan manusia.

Masalah:

  • Tidak boleh satu orang merangkap kedua jabatan ini dalam Hukum Taurat.
  • Contoh: Raja Uzia dihukum karena mencoba tugas imam (2 Taw 26:16-21).

Artinya: Mesias harus datang dari luar sistem Taurat, tapi tetap memenuhi kedua fungsi itu.


3. Janji tentang Imam & Raja yang Akan Datang

a. Mazmur 110:1-4

  • Ayat 1: “Tuhan berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku...” → Raja yang ditinggikan.
  • Ayat 4: “Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya menurut Melkisedek.” → Imam kekal, bukan Lewi.

b. Zakharia 6:12-13

“Dialah yang akan mendirikan bait TUHAN... ia akan duduk memerintah di atas takhta-Nya dan menjadi imam di atas takhta-Nya.”

Artinya: Mesias akan menyatukan jabatan Raja & Imam.


4. Siapa Melkisedek? (Kejadian 14:18)

  • Raja Salem (Yerusalem) dan Imam Allah Yang Mahatinggi – gabungan Raja & Imam.
  • Tidak berasal dari garis Lewi (bahkan sebelum Lewi lahir).
  • Menjadi gambaran Kristus:
    • Imam kekal (Ibrani 7:3 – “tidak berbapa, tidak beribu...” artinya tanpa silsilah imam).
    • Lebih tinggi dari Lewi (Abraham memberi persepuluhan kepada Melkisedek → menunjukkan keunggulan imamatnya).

5. Penggenapan dalam Yesus

  • Imam Besar menurut Melkisedek (Ibr 7:11-28):
    • Bukan dari garis Lewi, tapi dari suku Yehuda (Raja Daud).
    • Mengadakan korban sekali untuk selamanya (diri-Nya sendiri), bukan korban berulang seperti imam Lewi.
    • Menghapus dosa secara sempurna.
  • Raja Kekal di Takhta Daud (Luk 1:32-33):
    • Memerintah atas umat Allah untuk selamanya.

Yesus = Raja yang memerintah & Imam yang mendamaikan.
Tanpa peran ganda ini:

  • Jika hanya Raja → kerajaan berdosa, tak bisa berdiri di hadapan Allah.
  • Jika hanya Imam → dosa dihapus, tapi tanpa Raja kerajaan Allah tak dipulihkan.
  • Dalam Kristus: dosa dihapus (Imam), kerajaan Allah dipulihkan (Raja).

Kesimpulan

Yesus harus:

  • Keturunan Daud (Raja) untuk memerintah umat Allah.
  • Imam menurut Melkisedek untuk mendamaikan manusia dengan Allah selamanya.
  • Dengan demikian, Ia mengembalikan apa yang hilang oleh Adam: hadirat Allah & kerajaan yang kekal.

Mengapa Mesias juga disebut “Anak Manusia” (Daniel 7) yang menerima kerajaan kekal dari Allah Bapa – dan hubungannya dengan Raja-Imam tadi? atau mau saya gabungkan semua ini menjadi satu skema besar rencana keselamatan dari Adam → Kristus?

K. ANAK MANUSIA

Bagus, kita lanjut ke “Anak Manusia” dalam Daniel 7 dan hubungannya dengan Raja & Imam tadi:


1. Siapa “Anak Manusia” dalam Daniel 7?

Daniel 7:13-14:

Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang SEPERTI ANAK MANUSIA; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya KEKUASAAN dan KEMULIAAN dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah KERAJAAN YANG TIDAK AKAN MUSNAH.

Maknanya:

  • “Anak Manusia” = figur ilahi-manusia:
    • “Awan-awan” = simbol kehadiran Allah (Kel 13:21, Maz 104:3).
    • “Kepada-Nya diberikan kerajaan kekal” = mandat memerintah seluruh bumi.
  • Beda dari kerajaan binatang (Daniel 7:2-8) → kerajaan manusia berdosa.
  • Anak Manusia = Raja Kekal dari Allah sendiri.

2. Mengapa Yesus menyebut diri-Nya “Anak Manusia”?

  • Gelar favorit Yesus (±80 kali di Injil).
  • Menunjukkan:
    1. Kemanusiaan sejati (seorang manusia utuh, mewakili umat manusia).
    2. Keilahian (datang di awan-awan sebagai Hakim & Raja).
  • Markus 14:61-62 – Saat di hadapan Mahkamah Agama:

    “Kamulah Mesias, Anak dari Yang Terpuji?” Yesus menjawab: ‘Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah awan-awan di langit.’”

    • Klaim langsung sebagai penggenapan Daniel 7 + Mazmur 110 (Raja-Imam).

3. Hubungan “Anak Manusia” dengan Raja & Imam

  • Raja Kekal: Daniel 7 → Kerajaan Anak Manusia kekal, sesuai janji kepada Daud.
  • Imam & Pendamaian: Untuk memerintah umat yang berdosa, Ia harus terlebih dahulu menebus mereka:
    • Daniel 7:21-27 – Orang kudus ditindas oleh kuasa jahat, tetapi Anak Manusia membebaskan dan memberikan kerajaan kepada mereka.
    • Ibrani 2:14-17 – Ia menjadi manusia untuk menghancurkan kuasa maut & menjadi Imam Besar.

4. Kristus = Anak Manusia = Adam Kedua

  • Adam pertama gagal → kerajaan hilang, maut masuk.
  • Anak Manusia (Kristus) berhasil:
    • Menanggung dosa (Imam).
    • Mengalahkan musuh (Raja).
    • Menerima kerajaan dari Allah untuk dibagikan kepada umat-Nya (Daniel 7:27).

5. Kesimpulan

Yesus sebagai:

  • Benih perempuan (Kej 3:15) → mengalahkan Iblis.
  • Keturunan Daud (2 Sam 7) → Raja sah Israel & dunia.
  • Imam Melkisedek (Mazmur 110) → mendamaikan manusia dengan Allah.
  • Anak Manusia (Daniel 7) → Mewakili umat manusia di hadapan Allah & menerima kerajaan kekal.

Semua gelar ini saling melengkapi: Yesus adalah Manusia Ilahi yang memulihkan segala yang hilang oleh Adam dan membawa umat-Nya masuk kerajaan Allah kekal.


L. KERAJAAN KRISTUS DAN KERAJAAN DUNIA

Kerajaan Kristus yang berbeda dari kerajaan dunia (Daniel 2 & 7) dan hubungannya dengan Yesus sebagai penggenapan seluruh janji Allah:


1. Gambaran Kerajaan Dunia dalam Daniel

Daniel 2: Patung Nebukadnezar

  • Kepala emas → Babel
  • Dada/perak → Media-Persia
  • Pinggang/tembaga → Yunani
  • Kaki/besi → Romawi
  • Batu kecil tanpa bantuan tangan manusia menghancurkan patung & menjadi gunung besar memenuhi bumi.
    • Batu = Kerajaan Allah yang didirikan Allah sendiri, bukan manusia.

Daniel 7: Empat binatang besar

  • Singa (Babel), beruang (Media-Persia), macan tutul (Yunani), binatang mengerikan (Romawi).
  • Semuanya binatang → kerajaan manusia bersifat buas, menindas, sementara.
  • Anak Manusia menerima kerajaan kekal dari Allah → kontras total dengan kerajaan binatang.

2. Mengapa Kerajaan Mesias Berbeda?

  • Asal-usulnya:
    • Kerajaan dunia dibangun oleh manusia berdosa.
    • Kerajaan Kristus berasal langsung dari Allah (“tanpa tangan manusia” – Daniel 2:34).
  • Sifatnya:
    • Duniawi: kekerasan, paksaan, penindasan.
    • Kristus: kebenaran, damai, kekal (Yes 9:5-6).
  • Pendiriannya:
    • Dunia: melalui perang & kekuatan militer.
    • Kristus: melalui salib & kebangkitan – kemenangan atas dosa & maut.
  • Hasilnya:
    • Dunia: sementara, berakhir.
    • Kristus: kekal, tak tergoncangkan (Ibr 12:28).

3. Hubungan dengan Janji-janji PL

  • Kej 3:15 – Benih perempuan menghancurkan kepala ular → kemenangan rohani atas Iblis.
  • Janji kepada Daud (2 Sam 7:12-16) – Takhta kekal bagi keturunannya → digenapi dalam Kristus.
  • Mazmur 110 – Raja di sebelah kanan Allah & Imam kekal → Yesus naik ke surga.
  • Daniel 7 – Anak Manusia menerima kerajaan kekal → Yesus akan datang kembali dalam kemuliaan.

4. Penggenapan dalam Yesus

  • Masa Pertama (Kedatangan Pertama):
    • Menang atas dosa & maut (dasar kerajaan).
    • Memerintah secara rohani dalam hati orang percaya (Kol 1:13).
  • Masa Kedua (Kedatangan Kedua):
    • Menghancurkan semua kerajaan dunia (Daniel 2:44).
    • Menetapkan langit & bumi baru (Why 21-22).

5. Kesimpulan Besar

  • Seluruh sejarah Alkitab bergerak dari:
    • Janji Penebusan (Kej 3:15)
    • Pemilihan umat & janji kerajaan (Abraham & Daud)
    • Nubuatan Raja-Imam kekal (Mazmur 110, Zakh 6)
    • Janji Kerajaan Kekal (Daniel 2 & 7)
    • Penggenapan sempurna dalam Yesus Kristus: Raja, Imam, Anak Manusia, Adam Kedua.


M. TAKHTA DAUD

janji kerajaan Daud dan kerajaan kekal Allah dalam Alkitab. Mari kita bedah secara bertahap:


1. Takhta Daud: Janji Kerajaan Mesias (2 Sam 7:12-16)

  • Allah berjanji kepada Daud:

    “Takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku.” (2 Sam 7:16)

Maknanya:

  • Takhta Daud = simbol pemerintahan Allah atas umat-Nya melalui raja pilihan-Nya.
  • Dalam sejarah Israel: raja-raja Daud hanya bayangan (typologi) → semuanya gagal total (dosa, pemberontakan, kehancuran kerajaan).
  • Janji ini menunjuk pada keturunan Daud yang sempurna yang akan memerintah selamanya = Mesias.

2. Takhta Kekal Allah: Pemerintahan Langsung Allah atas Seluruh Alam (Mazmur 93; 97; Yes 6:1)

  • Allah selalu adalah Raja atas semesta, tetapi:
    • Sejak kejatuhan manusia, kerajaan-Nya tidak diakui di bumi (manusia memberontak, kuasa jahat berkuasa – 1 Yoh 5:19).
    • Janji kedatangan Mesias adalah jalan Allah memulihkan pemerintahan-Nya secara sempurna di bumi.

3. Hubungan Takhta Daud & Takhta Allah dalam Mesias

  • Yesus sebagai keturunan Daud (manusia sejati):
    • Memenuhi janji 2 Sam 7: Dia Raja sah dari garis Daud.
  • Yesus sebagai Anak Allah (Ilahi):
    • Memiliki pemerintahan kekal, tak tergoncangkan (Dan 7:14; Luk 1:32-33).
  • Gabungan keduanya:
    • Takhta Daud diangkat ke tingkat tertinggi sebagai Takhta Allah Kekal:
      • Lukas 1:32-33: “Tuhan Allah akan memberikan kepada-Nya takhta Daud, bapa-Nya... dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”
      • Wahyu 3:21: “Barangsiapa menang, akan Kududukkan bersama-Ku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku telah menang dan duduk bersama Bapa-Ku di atas takhta-Nya.”
    • Artinya: Pemerintahan Mesias adalah pemerintahan Allah sendiri yang diwujudkan melalui manusia sejati (Yesus) di bumi dan di surga.

4. Mengapa ini penting?

  • Jembatan antara bumi & surga:
    • Takhta Daud (bumi, Israel) ↔ Takhta Allah (surga, kekal).
    • Dalam Kristus, keduanya bersatu: Allah memerintah sebagai manusia di bumi.
  • Jaminan keselamatan & pemulihan ciptaan:
    • Tidak lagi ada perpecahan antara pemerintahan Allah & umat-Nya.
    • Akhirnya akan tergenapi dalam langit & bumi baru (Why 21-22) – Allah bersemayam di tengah umat-Nya selamanya.

Kesimpulan:

  • Takhta Daud = janji spesifik kepada Israel & Daud → penggenapan melalui Mesias.
  • Takhta Allah = pemerintahan kekal & universal → diwujudkan sempurna dalam Mesias.
  • Di dalam Yesus, janji lokal (Daud) dan janji universal (Allah) bersatu → Raja manusia yang adalah Allah, memerintah selamanya.


N. SEJARAH KERAJAAN ISRAEL

Inti sejarah kerajaan Israel dan mengapa takhta Daud harus dikembalikan ke takhta Allah melalui Mesias. Mari kita lihat alurnya:


1. Allah Sendiri sebagai Raja Awalnya

  • Hakim-hakim 8:23 – Gideon berkata:

    “Aku tidak akan memerintah atas kamu dan anakku pun tidak, TUHAN yang akan memerintah kamu.

  • 1 Samuel 8:7 – Saat Israel meminta raja manusia:

    “Bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Aku yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka.

  • Artinya:
    • Israel dipanggil untuk menjadi theokrasi (Allah sebagai Raja langsung).
    • Mereka menolak pemerintahan langsung Allah, ingin seperti bangsa lain.

2. Raja Manusia: Solusi Sementara yang Gagal

  • Saul, Daud, Salomo, dan keturunan mereka → tidak sempurna, banyak jatuh dalam dosa.
  • Kerajaan pecah, bangsa dibuang → membuktikan manusia tidak mampu memerintah atas nama Allah dengan sempurna.

3. Janji Allah: Akan Datang Raja yang Benar (Mesias)

  • Mazmur 2: Raja di Sion adalah Anak-Ku → Raja Mesias adalah representasi Allah sendiri.
  • Yesaya 9:6-7: “Pemerintahan ada di atas bahunya… Raja Damai… kekuasaannya tidak berkesudahan di atas takhta Daud.”
  • Yehezkiel 34:23-24: Allah sendiri akan menjadi Gembala & mendirikan “hamba-Ku Daud” (Mesias).

4. Kristus: Allah yang Menjadi Manusia untuk Mengembalikan Takhta Allah

  • Yesus datang sebagai:
    • Anak Daud → Raja manusia sejati, sah menurut janji Allah.
    • Anak Allah → Menghadirkan pemerintahan Allah sendiri.
  • Melalui salib & kebangkitan:
    • Mengalahkan dosa = akar pemberontakan manusia.
    • Mendapat hak ilahi & manusiawi untuk memerintah selamanya (Fil 2:8-11).

5. Kesimpulan:

  • Dahulu → Allah Raja, manusia menolak.
  • Lalu → Raja manusia gagal.
  • Akhirnya → Allah datang sebagai Manusia (Yesus) → memulihkan pemerintahan Allah atas manusia melalui manusia sempurna.
  • Itulah mengapa takhta Daud diangkat menjadi takhta Allah kekal di dalam Kristus.

O. SALIB PENOBATAN SEBAGAI RAJA

 Bagaimana salib justru menjadi “penobatan” Yesus sebagai Raja, bukan kekalahan:


1. Salib: Simbol Kekalahan yang Dibalik Menjadi Kemenangan

  • Di mata dunia:
    • Salib = hukuman bagi penjahat, kehinaan total (1 Kor 1:18).
    • Musuh-musuh Yesus mengira mereka telah menggagalkan Dia sebagai “Raja Yahudi” (Yoh 19:19).
  • Di mata Allah:
    • SALIB = tahta penobatan Mesias:
      • Yoh 12:31-32: “Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini; sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar. Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.”
      • “Ditinggikan” = disalibkan → ironisnya, itulah cara Dia dimuliakan.

2. Salib: Penaklukan Musuh-Musuh Kerajaan Allah

  • Kolose 2:15: “Ia melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka di salib.”
  • Makna:
    • Kuasa dosa, maut, dan Iblis dipatahkan di salib → raja dosa digulingkan.
    • Yesus menang bukan dengan pedang, tetapi dengan pengorbanan total.

3. Salib: Jalan Menuju Takhta Kekal

  • Filipi 2:8-11:
    • Karena Yesus taat sampai mati di kayu salib, Allah sangat meninggikan Dia → diberi nama di atas segala nama.
    • Semua lutut bertelut = deklarasi kerajaan kekal-Nya.
  • Wahyu 5:5-6:
    • Singa dari Yehuda (Raja) tampak sebagai Anak Domba yang tersembelih = kemenangan melalui pengorbanan.
    • Itulah sebabnya Yesus berhak membuka gulungan rencana Allah (pemerintahan universal).

4. Kesimpulan:

  • Salib bukan sekadar alat penebusan dosa, tetapi:
    • PENOBATAN RAJA: Yesus dimahkotai (walau mahkota duri), diangkat (walau di kayu salib), dan diakui (oleh Allah dengan kebangkitan).
    • RESTORASI KERAJAAN ALLAH: musuh dikalahkan, manusia ditebus, takhta Allah kembali ditegakkan di bumi melalui Mesias.


Jaminsen

Welcome, TO BE LIKE JESUS

Post a Comment

Previous Post Next Post