KASIH ADALAH KEGENAPAN HUKUM TAURAT
Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu KASIH ADALAH KEGENAPAN HUKUM TAURAT.
KASIH: SESEORANG BUKAN SESUATU
IMAMAT YANG RAJANI
• TUHAN BERTABERNAKEL, kemah suci tempat kehadiran Allah.
Keluaran 25 : 22
Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada orang Israel."
A. TUBUH KRISTUS KEGENAPAN BAIT SUCI, SEBAGAI KEPALA GEREJA
Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."
Yohanes 2 : 20
Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?"
Yohanes 2 : 21
Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.
Yohanes 2 : 22
Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.
B. TUBUH KRISTUS KORBAN YG SEMPURNA
1. Korban harian
2. Korban hari raya paskah
3. Korban hari raya pendamaian (Yongkipur)
IMAMAT HARUN : BANGSA ISRAEL
IMAMAT MELKISEDEK : BANGSA PENGIKUT YESUS
Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia;
Yohanes 1 : 17
sebab HUKUM TAURAT diberikan oleh Musa, tetapi KASIH KARUNIA dan KEBENARAN datang oleh YESUS KRISTUS.
NUBUATAN KEIMAMAN YESUS
TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: "ENGKAU ADALAH IMAM UNTUK SELAMA-LAMANYA, MENURUT MELKISEDEK."
Mazmur 110 : 5-6
TUHAN ada di sebelah kananmu; Ia meremukkan raja-raja pada hari murka-Nya,I a menghukum bangsa-bangsa, sehingga mayat-mayat bergelimpangan; Ia meremukkan orang-orang yang menjadi kepala di negeri luas.
Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.
1 Korintus 3 : 12
Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,
1 Korintus 3 : 13
sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.
KASIH: HUKUM TERUTAMA DARI HUKUM TAURAT
Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan KASIHILAH
KASIH ADALAH KEGENAPAN HUKUM TAURAT
Roma 13:8-10
13:8 Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.
13:9 Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!
13:10 Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu KASIH ADALAH KEGENAPAN HUKUM TAURAT.
Perikop ini adalah merupakan peralihan Roma 13:1-7 dari tema "takhluk kepada pemerintah" kepada tema "kasih". Roma 13:1-7 Paulus mengaitkan nasihat yang telah diberikannya dalam Roma 12:9-21 dengan sikap orang Kristen terhadap para penguasa. Taat kepada pemerintah dan membayar pajak merupakan kewajiban yang tak dapat diselesaikan, sedangkan kasih adalah kewajiban yang tak ada habis-habisnya.
Di sini ia kembali ke nasihat yang bersifat agak umum. Perkataan 'berutang' (opheilete) dalam ayat 8 mengutip 'apa yang harus kamu bayar' (tas opheilas) dalam 7; dengan demikian 13:1-7 dikaitkan dengan nasihat pokok dalam Roma 12:9 dyb., yaitu mengenai kasih sebagai dasar kelakuan orang Kristen.
13:8 LAI TB, Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.
KJV, Owe no man any thing, but to love one another: for he that loveth another hath fulfilled the law
TR, μηδενι μηδεν οφειλετε ει μη το αγαπαν αλληλους ο γαρ αγαπων τον ετερον νομον πεπληρωκεν
Translit interlinear, mêdeni {kepada siapa pun} mêden {janganlah apapun} opheilete {berhutang} ei mê {kecual} to agapan {mengasihi} allêlous {satu sama lain} ho {orang yang} gar {sebab} agapôn {mengasihi} ton heteron {yang lain} nomon {hukum taurat} peplêrôken {telah memenuhi/ menggenapi}
Menurut terjemahan LAI, bagian pertama ayat ini berarti: kamu tidak boleh mengabaikan kewajibanmu terhadap seorang pun juga. Sebaliknya, kamu wajib saling mengasihi. BIS menyajikan terjemahan kontekstual yang lebih mudah dipahami, sbb:
"Janganlah berutang apa pun kepada siapa juga, kecuali berutang kasih terhadap satu sama lain. Sebab orang yang mengasihi sesama manusia, sudah memenuhi semua hukum Musa."
Makna dari nasehat Rasul Paulus adalah: "kamu harus melunasi segala kewajiban terhadap semua orang." Hanya, ada satu kewajiban yang tak mungkin kamu lunasi sampai habis, yaitu kewajiban mengasihi sesamamu. Sebab kasih itu (berbeda dengan hutang uang dst.) setiap hari merupakan tugas baru yang tidak pernah selesai sampai tuntas. Maka di sini Paulus berkata, "hendaklah kamu saling mengasihi terus-menerus." Kita yang telah ditebus oleh Yesus Kristus berhutang besar kepada-Nya. Dengan mengasihi, kita mulai melunasi hutang tersebut yang sebenarnya bersifat kekal, yaitu suatu kewajiban yang tetap dibayar terus-menerus.
Sekali lagi kita melihat bahwa etika Kristen menuntut 'lebih daripada yang lazim'. Dalam sastra helenistis kita menemukan ungkapan yang serupa dengan kata-kata pertama ayat 8. Demikianlah misalnya tulisan pada nisan kubur seorang wanita Romawi: "Ia tak meninggalkan utang apa pun kepada seorang pun juga." Tetapi nasihat rasuli ini menuntut lebih daripada itu, yaitu kasih, yang memang tidak pernah cukup diberikan. Kita dapat bertanya, apakah saling mengasihi berarti: dalam lingkungan jemaat atau dalam lingkungan semua orang di sekitar kita, apakah mereka Kristen atau tidak. Mengingat kata-kata 'siapa pun juga' dan mengingat nasihat dalam Roma 12:14 dan 17-19, kita harus menerima bahwa memang yang terakhir itu yang dituntut dari kita (bnd. juga Lukas 10:25-37, perumpamaan orang Samaria yang murah hati).
Bagian kedua ayat 8 menunjukkan alasan nasihat agar kita saling mengasihi terus-menerus. Yaitu barang siapa mengasihi sesamanya manusia, Ia sudah memenuhi hukum Taurat. 'Memenuhi' berarti "melaksanakan dengan sempurna".
Satu-satunya hal yang membuat kita berhutang terus menerus adalah kasih. Hal ini berarti memenuhi Taurat, tidak peduli aturan Taurat yang mana dari 613 PERATURAN yang dibebankan kepada kita.
Kita menemukannya juga dalam Roma 8:4 (LAI 'menggenapi'). Di situ juga kita melihat, bahwa yang memungkinkan orang percaya memenuhi hukum Taurat ialah pelaksanaan kasih dalam Roh yang diam di dalam mereka.
Perlu kita tambahkan dua catatan mengenai kata-kata 'kepada yang lain (sesamanya manusia)' (ton heteron).
Pertama, menurut terjemahan harfiah di sini tertulis 'yang lain'. Tetapi karena memakai kata sandang ("ton"), jelas yang dimaksud bukanlah 'orang lain' (yang kita pilih sesuka bagi kita), melainkan 'orang lain, siapa pun juga dia' (bnd. 8a). Maka terjemahan 'sesama manusia' di dalam LAI, meski tidak harfiah, memang tepat. Maknanya sesuai dengan Lukas 10:25-37. 'Sesama' itu bukan orang yang kita pilih supaya dia kita kasihi, melainkan siapa pun yang 'kebetulan' kita hadapi, biar musuh kita. Mengasihi orang lain tidak begitu sulit, kalau kita boleh memilih dulu siapa yang akan dianugerahi kasih kita: orang yang kita anggap simpatik, orang yang banyak berjasa terhadap kita, anak-istri kita dll. (Dalam hal itu pun kasih kita sering kurang sempurna dan tidak tahan kekecewaan.) Kasih gaya itu lazim ditemukan di dunia ini. Tetapi, sekali lagi, yang dituntut dari orang percaya 'lebih dari yang lazim'. Maka menurut ayat ini kasih bukan sekadar perasaan hati, melainkan soal kemauan dan perbuatan.
Kedua, menurut tata kalimat "ton heteron" ('yang lain') dapat saja dihubungkan dengan nomon ('hukum'). Dengan demikian kalimat ini berbunyi: "Sebab barang siapa mengasihi, ia sudah memenuhi hukum lain". Dalam hal ini, 'hukum lain' adalah hukum Taurat.
13:9 LAI TB, Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!
KJV, For this, Thou shalt not commit adultery, Thou shalt not kill, Thou shalt not steal, Thou shalt not bear false witness, Thou shalt not covet; and if there be any other commandment, it is briefly comprehended in this saying, namely, Thou shalt love thy neighbour as thyself.
TR, το γαρ ου μοιχευσεις ου φονευσεις ου κλεψεις ου ψευδομαρτυρησεις ουκ επιθυμησεις και ει τις ετερα εντολη εν τουτω τω λογω ανακεφαλαιουται εν τω αγαπησεις τον πλησιον σου ως εαυτον
Translit interlinear, to gar {karena} ou {janganlah} moikheuseis {berzina} ou {janganlah} phoneuseis {membunuh} ou {janganlah} klepseis {mencuri} ou {janganlah} pseudomarturêseis {mengucapkan saksi dusta} ouk {jangan} epithumêseis {mengingini} kai {dan} ei {jika} tis {ada suatu} hetera {yang lain} entolê {perintah} en {dalam} toutô {ini} tô logô {firman} anakephalaioutai {itu disimpulkan} en tô {yaitu} agapêseis {kasihilah} ton plêsion {sesama} sou {mu} hôs {seperti} seauton {dirimu sendiri}
Terhadap kutipan "hukum Taurat", baik juga kalau kita mencatat beberapa hal:
Pertama, bahwa perintah-perintah dikutip dengan memakai urutan yang berbeda dengan yang terdapat dalam Kitab Suci kita. Dasa titah: Firman ke-7 didahulukan, menyusullah yang ke-6, yang ke-8, yang ke-10. Perintah yang ke-9 tidak ada. Urutan yang sama kita temukan dalam Lukas 18:20 dan dalam beberapa naskah lain, termasuk terjemahan Ulangan 5:17 dyb. dalam LXX. Jadi, pemakaian urutan ini tidak sewenang, tetapi mengikuti tradisi tertentu.
Kedua, timbul pertanyaan bagaimana seharusnya sikap orang Kristen terhadap hukum Taurat menurut ayat ini? Perlu kita pahami bahwa kita telah memiliki hukum yang baru, yaitu Hukum Kristus (yang dikenal dengan hukum kasih) kita tidak perlu lagi memperhatikan detail perintah-perintah hukum Taurat, sebab barang siapa mengasihi sesamanya telah memenuhi perintah-perintah itu. Dengan perkataan lain: Taurat sudah sudah selesai, sudah tergenapi
Isi ayat ini tidak sulit untuk dipahami. Ayat 9 membuktikan apa yang telah dikatakan dalam ayat 8b. Barang siapa mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat, karena perintah kasih adalah kesimpulan semua perintah dalam hukum Taurat.
Ayat ini mengutip Imamat 19:18 (yang dikutip dalam PB beberapa kali, lihat Matius 5:43, 19:19; Markus 12:31; Lukas 10:27; Galatia 5:14, dan Yakobus 2:8). Namun perlu kita pahami bahwa makna "sesama" dalam pengertian Taurat adalah berbeda dengan standard Yesus Kristus (lihat siapakah-sesamaku-vt742.html#p1727 ). "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (bnd. juga Matius 19:19; 22:39; Galatia 5:14; Yakobus 2:8), kita diperintahkan untuk mengasihi orang lain, bukan diri kita sendiri saja. Sesama kita dalam arti yang seluas-luasnya, melintasi perbedaan bangsa, ras, kelas sosial, dll. Manusia tidak perlu diperintahkan mengasihi dirinya sendiri karena manusia berdosa sudah cukup pandai dalam mengasihi dirinya sendiri. Tidak ada orang yang harus dilatih untuk mengutamakan kepentingannya sendiri. Dengan kasih yang kuat seperti itu, murid-murid Kristus dituntut harus mengasihi sesama manusia.
13:10 LAI TB, Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.
KJV, Love worketh no ill to his neighbour: therefore love is the fulfilling of the law.
TR, \η αγαπη τω πλησιον κακον ουκ εργαζεται πληρωμα ουν νομου η αγαπη
Translit interlinear, hê agapê {kasih} tô plêsion {kepada sesama} kakon {yang jahat/ yang salah} ouk {tidak} ergazetai {melakukan} plêrôma {pemenuhan/ penggenapan} oun {karena itu} nomou {hukum taurat} hê agapê {kasih adalah}
Kata-kata "kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia" menghubungkan perkataan mengenai kasih dalam 8-9 dengan nasihat-nasihat yang telah diberikan dalam bagian sebelumnya (bnd. Roma 12:17 dan 21; 13:3 dyb.). Orang Kristen akan terhindar dari perbuatan jahat bila mereka memelihara kasih. Sebab kasih itu tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia. Dengan demikian perintah-perintah tersebut di atas dipenuhi. Maka menyusullah kesimpulan: "kasih adalah jalan memenuhi hukum Taurat."
Dalam surat-surat Paulus "plêrôma" biasanya berarti 'kegenapan'. Namun, kata kerja "plêrôo" berarti 'memenuhi' dalam arti 'melakukan' (bnd. 8). Dari situ "plêrôma" dapat juga berarti 'perbuatan memenuhi (melakukan)'. Agaknya "plêrôma" di sini sejajar dengan 'berbuat' dalam ayat10a ini, sehingga arti 'melakukan' lebih cocok di sini.
"Kasih adalah kegenapan hukum Taurat", tujuan Hukum Taurat adalah kebenaran, tetapi hukum Taurat tidak dapat mencapai tujuan itu. Sama seperti Kristus adalah tujuan (penggenap) hukum Taurat (Roma 10:4), demikian juga Kasih (yang dicapai dalam Kristus) adalah kegenapan hukum Taurat.
Kesimpulan
Dalam ayat-ayat ini nasihat-nasihat yang diberikan sepanjang pasal 12-13 memuncak. Dalam pasal 12 aturan hidup seorang Kristen dikaitkan dengan kasih (12:9). Di sini kasih langsung dihubungkan dengan hukum Taurat yang terdahulu, yaitu melalui pernyataan bahwa 'Kasih adalah kegenapan hukum Taurat'. Perkataan ini, dan isi ayat 8-10 pada umumnya, mempunyai dua segi:
Pertama, kasih itu adalah hukum, yang artinya keharusan, kewajiban. Orang percaya tidak bebas berbuat seenaknya, bersikap egois, mendesak: sesamanya manusia.
Kedua, hukum itu adalah kasih. Hukum Kasih itu dilaksanakan bukan karena takut akan sanksi, bukan juga karena untuk mengharapkan pahala. Pelaksanaannya tidak menciptakan sikap eksklusif (hanya aku dan kelompokku yang berhak menerima kasih Allah, sebagaimana Taurat hanya bagi Israel), tetapi sikap inklusif (kasih itu kupancarkan kepada semua orang).
Telah disinggung di atas bahwa dalam pemahaman Yahudi, Makna "sesama" berarti orang-orang sebangsa, saudara. Namun dalam tradisi baru yang dicanangkan oleh Tuhan Yesus, istilah "sesama" mempunyai cakrawala yang lebih luas.
Kasih dengan jelas menunjukkan komitmen positif dan ketaatan aktif dari orang-orang percaya terhadap Tuhan Yesus Kristus. Dan Yesus Kristus adalah akhir dari periode hukum Taurat (lihat Roma 10:4) dan motif-Nya untuk mengasihi kita adalah kasih yang sejati (band. Roma 8:35), kasih semacam inilah yang sekarang menjadi Hukum dan Norma bagi tingkah laku Kristen, dan ini menggantikan Taurat.
Roma 10:4
LAI TB, Sebab KRISTUS adalah kegenapan hukum Taurat (THE END OF THE LAW), sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.
KJV, For Christ is the end of the law for righteousness to every one that believeth.
TR, τελος γαρ νομου χριστος εις δικαιοσυνην παντι τω πιστευοντι
Translit interlinear, telos {akhir/ kesudahan/ tujuan} gar {sebab} nomou {hukum taurat} khristos {Kristus (adalah)} eis {sehingga} dikaiosunên {status yg dibenarkan} panti {bagi setiap} tô {(orang) yang} pisteuonti {percaya}