KEHENDAK SENDIRI
Yudas
berkhianat atas keinginannya sendiri, bukan karena keinginan orang lain apalagi
keinginan Tuhan. Kejahatan Yudas sebenarnya dimulai dari kebiasaannya suka
mencuri uang kas yang dipercayakan kepadanya. Alkitab menulis bahwa, ia sering
mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya (Yoh. 12:6). Dalam hal
ini kita harus mengerti, bahwa seseorang tidak mungkin jadi orang jujur
mendadak atau menjadi pencuri mendadak. Kebiasaan Yudas mencuri dan mengingini
uang untuk kepentingannya sendiri inilah yang membuka peluang Iblis masuk dalam
kehidupannya. Iblis akan masuk dalam kehidupan seseorang kalau seseorang
memberikan peluang atau pangkalan (Ef. 4:27). Hal ini meneguhkan bahwa Yudas
memilih nasib atau keadaannya sebagai pengkhianat. Walau hal ini tidak
direncanakan oleh Yudas sendiri sebelumnya, tetapi kebiasaan jahatnya
menggiringnya kepada keputusan yang salah tersebut.
Terdapat
beberapa teks dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa Yudas dimasuki oleh Iblis
(Luk. 22:3; Yoh. 13:27). Tidak mungkin Iblis diizinkan oleh Tuhan masuk dalam
diri Yudas tanpa alasan sebelumnya. Memang Yudas sudah terbiasa “bermain-main”
dengan Iblis melalui ketidakjujurannya (Yoh. 12:6; 13:2). Langkah-langkah
panjang Yudas inilah yang membawa Yudas kepada keputusan tragisnya, yaitu
menjual Tuhan Yesus kepada imam-imam kepala (Mat. 26:14; Mrk. 14:10; Luk.
22:4).
Yudas
seperti murid-murid yang lain, selalu mendengar pengajaran Tuhan. Di dalamnya
termasuk nasihat, peringatan, larangan, dan lain sebagainya. Apakah semua itu
diberikan kepada Yudas sebagai sandiwara? Apakah Tuhan menasihati Yudas, tetapi
sementara itu juga Yudas dikeraskan hatinya dan tidak akan bisa menjadi umat
pilihan? Tentu tidak. Yudas memang selalu mendengar pengajaran Tuhan Yesus,
tetapi hatinya sudah tertambat ke uang. Mata hatinya telah dibutakan oleh
hasratnya terhadap keinginan materi. Hal ini sesuai dengan apa yang diucapkan
Tuhan Yesus dalam Lukas 16:11: Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon
yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?
Kalimat harta yang sesungguhnya dalam bahasa aslinya adalah ἀληθινὸν
(alethinon) yang artinya kebenaran (Ing. Truth). Jadi, walau Yudas banyak
mendengar pengajaran Yesus, tetapi karena hatinya terikat uang, maka ia tidak
dapat mengerti Firman Tuhan.
Jadi,
kalau seseorang sudah tidak benar soal harta (hati melekat kepada kekayaan),
maka ia tidak akan dapat mengerti Firman Tuhan walaupun diajar setiap hari
(Luk. 16:11). Jadi, kebutaan mata rohani Yudas bukan karena hatinya dikeraskan
oleh Tuhan, tetapi karena ia memilih mencintai harta atau cinta uang. Yudas
sendiri yang mengeraskan hatinya. Inilah yang dikatakan Paulus, yaitu
orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman
ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang
adalah gambaran Allah.
Roma
1:16-17 menyatakan Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang
yang percaya. Injil kekuatan Allah yang menyelamatkan, tetapi kenyataannya
tidak sedikit yang mendengar Injil tetapi tidak selamat, termasuk Yudas. Apakah
dalam hal ini kuasa Injil patut diragukan? Tentu tidak. Manusia yang mendengar
Injil berperan untuk menerima dan mengalami keselamatan yang Tuhan sediakan.
Dalam Yesaya 55:11, dinyatakan: .. demikianlah firman-Ku yang keluar dari
mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan
melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan
kepadanya. Dari pernyataan teks ini disuratkan dengan jelas bahwa Firman Tuhan
yang disampaikan Tuhan tidak akan sia-sia, artinya tidak pernah gagal. Tetapi
pada kenyataannya, banyak orang yang mendengar Firman Tuhan, baik umat
Perjanjian Lama maupun zaman anugerah, namun mereka tetap menolak dan akhirnya
tidak mengalami keselamatan. Mengapa ini bisa terjadi? Kuasa Firman tidak
diragukan lagi, sangat luar biasa. Tetapi kembali kepada manusianya, apakah
menerima Firman tersebut dengan benar atau tidak. Sebab kalau dengan
kehendaknya sendiri ia menolak Firman tersebut, maka kuasa Firman yang tidak dialami.