Agenda Satu-Satunya
Satu hal yang sangat prinsip, dan sejatinya
menjadi satu-satunya hal yang harus digumuli dalam kehidupan jemaat dan gereja,
adalah kebenaran yang diajarkan oleh Tuhan Yesus untuk dikenakan dalam
kehidupan orang percaya di bumi ini. Kebenaran-kebenaran yang diajarkan di
dalam Injil dan tulisan rasul-rasul harus dipahami dengan benar agar orang
percaya mengerti maksud keselamatan diberikan kepada umat pilihan. Keselamatan
diberikan agar manusia menemukan maksud dirinya diciptakan oleh Tuhan, atau
dikembalikan ke rancangan semula. Dalam hal ini, Injil dan tulisan rasul-rasul
sama sekali tidak memberikan tekanan pada pemenuhan kebutuhan jasmani dan
penyelesaian masalah-masalah hidup umum yang bersifat fana. Injil dan tulisan
rasul-rasul selalu menekankan bagaimana memindahkan hati ke Kerajaan Surga dan
hidup tidak bercacat dan tidak bercela; sempurna seperti Bapa atau serupa
dengan Yesus.
Hal segambaran dan keserupaan dengan Allah,
sebenarnya adalah pokok pengajaran yang hanya ada pada Kekristenan. Tidak ada
agama di dunia ini yang mengajarkan umat harus sempurna seperti Tuhan yang
disembahnya. Dalam hal ini, orang percaya dipanggil untuk menjadi manusia Allah
(man of God) yang berkodrat Ilahi. Oleh sebab itu, pelayanan pekerjaan Tuhan harus
diorientasikan pada hal ini. Hal tersebut harus menjadi agenda utama dalam
pelayanan, agar jemaat benar-benar memahami dan bersedia untuk masuk ke dalam
proses pembentukan manusia batiniah sampai sempurna.
Dalam banyak agama dan keyakinan tidak pernah
diajarkan mengenai segambaran dan keserupaan dengan Allah serta standar atau
parameternya. Menjadi manusia yang segambar dan serupa dengan Allah lebih dari
sekadar menjadi orang yang hidup santun, beradab, dan beretika dengan mematuhi
hukum-hukum yang ada pada agama-agama pada umumnya. Sedangkan dalam kehidupan
orang percaya segambaran dan keserupaan dengan Allah adalah tujuan atau goal
yang harus dicapai orang percaya. Tidak ada tujuan lain yang boleh mewarnai
kehidupan orang percaya. Agenda satu-satunya kehidupan orang percaya yang
menjadi umat pilihan adalah sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus.
Kalau orang-orang pada umumnya berurusan
dengan allah, ilah, atau dewa sesembahan mereka adalah karena mereka menghadapi
persoalan-persoalan hidup, dan biasanya hanya menyangkut pemenuhan kebutuhan
jasmani. Mereka berharap sesembahan mereka dapat memberi pertolongan atau jalan
keluar. Itulah sebabnya mereka mengadakan seremonial, ritual, atau upacara
agama. Mereka mengharapkan dan berusaha memercayai bahwa allah, ilah, atau dewa
sesembahan mereka menunjukkan kemukjizatan-kemukjizatan yang dapat memberi
jalan keluar mudah dari berbagai persoalan hidup yang mereka hadapi. Hal ini
berbeda dengan orang percaya yang benar. Orang percaya datang kepada Tuhan untuk
memperkarakan maksud dan tujuan Allah menciptakan manusia, serta bagaimana
seharusnya manusia menyelenggarakan hidupnya sesuai kehendak-Nya.
Jadi, seharusnya orang datang ke gereja bukan
karena masalah-masalah pemenuhan kebutuhan jasmani, tetapi untuk menemukan
kebenaran-Nya agar dapat menjadi manusia sesuai dengan maksud dan tujuan
dirinya diciptakan oleh Tuhan. Jika orang percaya memahami kebenaran ini, maka
ia tidak akan melirik kuasa Tuhan yang dapat melahirkan mukjizat-mukjizat. Bagi
orang percaya yang benar dan dewasa, mengerti kehendak Tuhan dan melakukan
kehendak-Nya lebih dari sekadar mengalami mukjizat.
Jadi kalau ada gereja dan pendetanya selalu
menekankan mukjizat, maka itu berarti sebuah penyimpangan yang berdampak sangat
negatif. Sebab orientasi berpikir jemaat disimpangkan dari tujuan keselamatan.
Memang kelihatannya tidak melanggar Firman bahkan dianggap sangat positif,
tetapi sebenarnya sebuah penyimpangan yang membuat jemaat tidak pernah menjadi
anak-anak Allah yang diperkenan masuk ke dalam anggota keluarga Kerajaan.