Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ”Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh PIKIRAN dan PERASAAN yang terdapat juga dalam KRISTUS YESUS, yang WALAUPUN DALAM RUPA ALLAH, TIDAK MENGANGGAP KESETARAAN DENGAN ALLAH itu sebagai milik yang harus dipertahankan.
Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat ANAK MANUSIA NAIK KE TEMPAT DI MANA IA SEBELUMNYA BERADA? Rohlah yang memberi
AKU TELAH MEMPERMULIAKAN ENGKAU di bumi dengan jalan MENYELESAIKAN PEKERJAAN YANG ENGKAU BERIKAN KEPADAKU untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, PERMULIAKANLAH AKU PADAMU SENDIRI dengan KEMULIAAN YANG KUMILIKI di HADIRATMU SEBELUM DUNIA ADA.
Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, AGAR MEREKA MEMANDANG KEMULIAANKU YANG TELAH ENGKAU BERIKAN KEPADAKU, sebab ENGKAU TELAH MENGASIHI AKU SEBELUM DUNIA DIJADIKAN.
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh PIKIRAN dan PERASAAN yang terdapat juga dalam KRISTUS YESUS, yang WALAUPUN DALAM RUPA ALLAH, TIDAK MENGANGGAP KESETARAAN DENGAN ALLAH menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah
Dalam Filipi 2:5-10, kata “hamba” (bahasa Yunani: δοῦλος / doulos) menunjuk pada:
1. Bukan sekadar pelayan biasa
- Kata doulos artinya budak yang tidak punya hak atas dirinya sendiri, melainkan sepenuhnya dimiliki oleh tuannya.
- Jadi, Yesus ketika “mengambil rupa seorang hamba” berarti Ia menyerahkan hak-hak ilahi-Nya dan memilih untuk hidup taat sepenuhnya kepada kehendak Bapa.
2. Yesus sebagai Hamba Tuhan (Yesaya 53)
- Dalam Perjanjian Lama, ada nubuat tentang Hamba TUHAN yang menderita (Yesaya 52–53).
- Yesus menggenapi nubuat itu dengan rela menanggung penderitaan dan dosa manusia.
- Jadi, kata hamba di sini juga menunjuk pada hamba yang taat dan menderita demi keselamatan orang lain.
3. Kebalikan dari Adam
- Adam ingin “menjadi sama dengan Allah” (Kejadian 3:5) dan jatuh.
- Yesus sebaliknya, meskipun dalam rupa Allah, Ia justru merendahkan diri jadi hamba.
- Inilah teladan kerendahan hati dan ketaatan yang sempurna.
4. Implikasi bagi kita
- Paulus menulis ini supaya jemaat Filipi meneladani Yesus: rela merendahkan diri, tidak menuntut hak, melainkan mau melayani.
- Jadi, menjadi hamba berarti hidup dalam kerendahan hati, pelayanan, dan ketaatan kepada Allah.
Jadi singkatnya:
“Hamba” dalam Filipi 2 adalah gambaran Yesus yang melepaskan hak ilahi-Nya, merendahkan diri sepenuhnya, taat kepada Bapa, dan melayani manusia bahkan sampai mati di kayu salib.
Bagaimana konsep “hamba” ini nyambung dengan perkataan Yesus di Injil, misalnya “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Markus 10:45)?
• HAMBA VERSI ALLAH
Kalau kita hubungkan Filipi 2:5-10 dengan perkataan Yesus di Injil, gambaran “hamba” jadi makin jelas:
1. Yesus sebagai Hamba yang Melayani (Markus 10:45)
“Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk MELAYANI dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”👉 Jadi jelas, hamba bukan sekadar kerendahan sikap, tapi puncaknya adalah pelayanan dengan pengorbanan nyawa.
2. Hamba yang Taat Sampai Mati
- Filipi 2 menekankan: “Ia taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib.”
- Seorang hamba sejati tidak menjalankan kehendaknya sendiri, tapi kehendak tuannya.
👉 Di sini Yesus mencontohkan KETAATAN HAMBA YANG TOTAL.
3. Konsep Hamba dalam Yesaya
- Yesaya 42, 49, 50, 52–53 menubuatkan tentang “Hamba TUHAN” yang dipilih untuk menderita demi menebus bangsa.
- Yesus menggenapi nubuatan itu, sehingga ketika Paulus menyebut “rupa seorang hamba”, itu langsung mengingatkan pada Hamba TUHAN yang menderita.
👉 Jadi bukan sekadar rendah hati, tetapi misi penebusan.
4. Paradoks Kemuliaan lewat Kerendahan
- Dunia menganggap “hamba” itu rendah, tidak berharga.
- Tapi justru karena Yesus menjadi hamba, Allah meninggikan Dia setinggi-tingginya (Filipi 2:9).
👉 Artinya, jalan kemuliaan adalah kerendahan dan pelayanan.
5. Teladan bagi Gereja
Paulus sengaja menulis ini untuk jemaat Filipi yang waktu itu mulai ada perselisihan.
- Dengan meneladani Kristus yang jadi hamba, jemaat dipanggil untuk:
- Tidak mementingkan diri sendiri (Fil 2:3-4).
- Merendahkan diri dan saling melayani.
- Hidup dalam kesatuan pikiran dan kasih.
Kesimpulan lanjutan:
Yesus menjadi hamba berarti:
- Menanggalkan hak ilahi-Nya.
- Taat penuh kepada Bapa.
- Melayani manusia sampai mati.
- Menggenapi nubuat Hamba TUHAN dalam Yesaya.
- Memberi teladan bahwa jalan menuju kemuliaan adalah jalan kerendahan.
Perbedaan antara “rupa Allah” dan “rupa hamba” di ayat ini, supaya makin jelas kontras yang Paulus mau tekankan?
1. “Dalam rupa Allah” (μορφῇ Θεοῦ / morphē theou)
- Kata morphē bukan sekadar bentuk luar, tapi hakikat / kodrat yang sejati.
- Artinya: sebelum inkarnasi, Kristus sudah ada dalam kemuliaan ilahi, memiliki sifat dan hakikat Allah.
- Ia setara dengan Allah, tetapi tidak memegang itu sebagai sesuatu yang harus dipertahankan atau dipamerkan (harpagmon = sesuatu yang dirampas/diraih/dipegang erat).
Jadi: Yesus benar-benar Allah, bukan hanya menyerupai Allah.
2. “Mengosongkan diri-Nya” (κένωσις / kenosis)
- Bukan berarti kehilangan keilahian-Nya.
- Tapi Ia melepaskan hak-hak ilahi-Nya (kemuliaan, keagungan, kehormatan surgawi).
- Ia memilih jalur kerendahan dengan lahir sebagai manusia biasa.
3. “Mengambil rupa seorang hamba” (μορφὴν δούλου / morphēn doulou)
- Lagi-lagi dipakai kata morphē = hakikat sejati.
- Yesus benar-benar menjadi hamba, bukan sekadar menyamar.
- Ini kontras: dari “rupa Allah” → “rupa hamba”.
- “Hamba” di sini berarti:
- Hidup dalam ketaatan penuh pada Bapa.
- Tidak punya hak atas diri-Nya, tetapi memberi diri untuk orang lain.
- Menggenapi nubuat Hamba TUHAN (Yes 53).
4. “Menjadi sama dengan manusia” (ὁμοίωμα ἀνθρώπων / homoiōma anthrōpōn)
- Artinya Ia sungguh-sungguh manusia, dengan segala keterbatasan: lapar, haus, lelah, bisa menderita, bahkan bisa mati.
- Bedanya: Ia tidak berdosa (Ibr 4:15).
5. Kontras Utama Paulus
- Tinggi → “Rupa Allah” = penuh kemuliaan, kuasa, keagungan.
- Rendah → “Rupa hamba” = taat, menderita, melayani, bahkan mati hina di kayu salib.
Paulus sengaja bikin kontras ekstrim, untuk menunjukkan kedalaman kerendahan Yesus → sehingga akhirnya Allah meninggikan Dia (Fil 2:9-11).
Ringkasnya:
- “Rupa Allah” = menunjukkan keilahian Kristus yang sejati.
- “Rupa hamba” = menunjukkan inkarnasi-Nya sebagai manusia taat yang rela melayani dan menderita.
- Inilah inti kerendahan Kristus, teladan bagi gereja.
“rupa Allah” dan “rupa hamba” ini paralel dengan Adam vs Kristus (Adam gagal karena ingin “jadi seperti Allah”, Kristus justru rela jadi hamba)?
1. Adam: ingin jadi seperti Allah
- Kejadian 3:5 → ular berkata: “Kamu akan menjadi seperti Allah.”
- Adam & Hawa menggenggam (harpagmon) sesuatu yang bukan miliknya → berusaha merebut kesetaraan dengan Allah.
- Akibatnya: jatuh dalam dosa, kehilangan kemuliaan Allah, dan membawa seluruh umat manusia dalam kebinasaan.
Adam = manusia yang ingin naik.
2. Kristus: rela merendahkan diri
- Filipi 2:6-7 → Kristus sudah dalam rupa Allah, tetapi tidak menganggap kesetaraan itu sesuatu yang harus dipertahankan.
- Justru Ia mengosongkan diri dan mengambil rupa hamba, taat sampai mati.
- Akibatnya: Allah meninggikan Dia (Fil 2:9).
Kristus = Allah yang rela turun.
3. Kontras Adam & Kristus
Adam | Kristus |
---|---|
Manusia, ingin jadi seperti Allah | Allah, rela jadi manusia |
Tidak taat (makan buah terlarang) | Taat sampai mati (salib) |
Keangkuhan → kejatuhan | Kerendahan → pemuliaan |
Membawa kutuk | Membawa keselamatan |
4. Yesus sebagai “Adam yang Kedua”
- Paulus di Roma 5:12-19 & 1 Kor 15:45-47 menyebut Yesus sebagai Adam terakhir.
- Adam pertama → gagal mewakili manusia, membawa dosa.
- Adam kedua (Kristus) → taat sempurna, membawa hidup & keselamatan.
Jadi Filipi 2 adalah “cermin terbalik” dari Kejadian 3.
5. Makna bagi kita
- Dunia sering dorong kita jadi seperti Adam: mengejar kuasa, gengsi, posisi.
- Paulus ajak jemaat Filipi meneladani Kristus: rela merendahkan diri, jadi hamba, baru kemudian Allah yang meninggikan.
- Inilah prinsip Kerajaan Allah:
“Siapa yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” (Mat 23:11)
Kesimpulan lanjutan:
- “Rupa Allah” → menunjukkan keilahian Yesus.
- “Rupa hamba” → menunjukkan kerendahan inkarnasi-Nya.
- Kontras dengan Adam → Adam gagal karena sombong, Kristus menang karena taat.
- Inilah teladan: jalan kemuliaan adalah jalan kerendahan.
Bagaimana kerendahan Kristus ini menghasilkan pengangkatan & pemuliaan di ayat 9-11 (“Allah sangat meninggikan Dia”)?
1. Ayat Kuncinya
“Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit, di bumi, dan di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah Bapa.” (Fil 2:9-11)
2. “Itulah sebabnya” (διὸ / dio)
- Kata ini menunjukkan hubungan sebab-akibat.
- Karena Yesus merendahkan diri → Allah meninggikan Dia.
- Prinsip rohani: kerendahan mendahului kemuliaan (bdk. Mat 23:12).
3. “Allah sangat meninggikan Dia” (ὑπερύψωσεν / hyperypsōsen)
- Bentuk kata ini unik, artinya: “meninggikan setinggi-tingginya”.
- Bukan sekadar kembali ke posisi semula, tapi Yesus dimuliakan sebagai RAJA ATAS SELURUH CIPTAAN.
- Yesus yang taat sebagai hamba → sekarang ditetapkan sebagai TUHAN ATAS SEGALANYA.
4. “Nama di atas segala nama”
- Nama dalam Alkitab = identitas + otoritas.
- Nama “Yesus” (Yehoshua = “TUHAN menyelamatkan”) → diberi otoritas ilahi penuh.
- Konteks PL: “nama di atas segala nama” mengacu pada YHWH (TUHAN).
👉 Jadi Paulus menyatakan: Yesus yang dulu disalibkan = sekarang diakui sebagai Tuhan (Kyrios), gelar yang biasanya dipakai untuk YHWH.
5. “Segala lutut bertelut... segala lidah mengaku”
- Menggemakan Yesaya 45:23: “Kepada-Ku setiap lutut akan bertelut, setiap lidah bersumpah setia.”
- Yang dulu hanya berlaku bagi YHWH → kini digenapi dalam Kristus.
- Ruang lingkupnya total:
- Langit = malaikat & kuasa surgawi.
- Bumi = manusia.
- Bawah bumi = kuasa maut & roh jahat.
👉 Semua ciptaan akhirnya tunduk pada otoritas Kristus.
6. “Bagi kemuliaan Allah Bapa”
- Pemuliaan Yesus tidak memisahkan-Nya dari Bapa, melainkan membawa kemuliaan kembali kepada Bapa.
- Kristus dimuliakan sebagai Tuhan → Bapa dimuliakan sebagai sumber keselamatan.
7. Rangkaian Lengkap Filipi 2:5-11
- Ayat 5-8 → Jalan kerendahan: Kristus rela jadi hamba, taat sampai mati.
- Ayat 9-11 → Jalan kemuliaan: Allah meninggikan Dia, memberi nama di atas segala nama, semua tunduk, semua mengaku Yesus adalah Tuhan.
Paulus mau tunjukkan pola ilahi:
Turun sedalam-dalamnya → diangkat setinggi-tingginya.
Kesimpulan akhir Filipi 2:5-11:
- Yesus adalah Allah sejati → rela jadi hamba.
- Ketaatan & kerendahan-Nya → membawa keselamatan bagi manusia.
- Karena itu, Allah meninggikan Dia → semua ciptaan mengakui Yesus adalah Tuhan.
- Inilah teladan hidup orang percaya: rela merendahkan diri & taat, percaya bahwa Allah yang akan meninggikan pada waktunya.
Mau saya bantu uraikan juga bagaimana Filipi 2:5-11 ini sering disebut sebagai “Himne Kristus” (lagu pengakuan iman gereja mula-mula), dan kenapa bagian ini sangat penting dalam teologi Kristologi?
1. Mengapa disebut Himne Kristus?
- Banyak ahli tafsir percaya bagian ini bukan sekadar tulisan Paulus, tapi lagu pengakuan iman gereja mula-mula.
- Struktur bahasanya puitis & ritmis → cocok untuk liturgi jemaat abad pertama.
- Paulus kemungkinan mengutip himne yang sudah dikenal jemaat, lalu memakainya untuk menegaskan teladan Kristus.
2. Struktur Dua Bagian (Turun – Naik)
Himne ini punya pola “V” (turun → naik):
Bagian A: Kerendahan (ayat 6-8)
- Dalam rupa Allah
- Mengosongkan diri
- Menjadi hamba
- Sama dengan manusia
- Taat sampai mati (paling rendah: salib)
Bagian B: Pemuliaan (ayat 9-11)
- Allah sangat meninggikan Dia
- Memberi nama di atas segala nama
- Semua ciptaan bertelut
- Semua lidah mengaku Yesus adalah Tuhan
Jadi, puncak kerendahan → diikuti puncak kemuliaan.
3. Nilai Kristologis
- Teks ini salah satu dasar terkuat untuk doktrin Kristologi (Yesus sebagai Allah-manusia).
- Menunjukkan:
- Pre-eksistensi Kristus (sudah ada dalam rupa Allah).
- Inkarnasi (mengambil rupa hamba, jadi manusia).
- Kematian penebusan (taat sampai mati di salib).
- Kebangkitan & kenaikan (Allah meninggikan Dia).
- Pengakuan universal (Yesus adalah Tuhan).
4. Nilai Soteriologis (Keselamatan)
- Jalan keselamatan terjadi bukan lewat kekuasaan, tapi lewat kerendahan & ketaatan Kristus.
- Dengan menjadi hamba & mati, Yesus menebus manusia.
- Dengan ditinggikan, Ia menjadi Raja & Tuhan yang memberi keselamatan.
5. Nilai Etis (Teladan Hidup)
- Paulus menaruh ayat 5 sebelum himne:
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.”
- Artinya: himne ini bukan hanya teologi tinggi, tapi juga praktis.
- Jemaat Filipi (dan kita) dipanggil untuk:
- Hidup rendah hati.
- Saling melayani.
- Tidak egois.
- Menyerahkan diri kepada Allah, percaya bahwa Dia yang akan meninggikan.
6. Relevansi Gereja Mula-mula
- Di tengah dunia Romawi yang memuja Kaisar sebagai “Tuhan” & “Juru Selamat”,
jemaat mula-mula menyanyikan himne ini untuk menyatakan:
👉 Bukan Kaisar, tetapi Yesus Kristus adalah Tuhan. - Jadi teks ini juga merupakan pengakuan iman yang radikal & berani.
Ringkas:
Filipi 2:5-11 adalah sebuah Himne Kristus → syair iman gereja mula-mula yang menegaskan:
- Yesus adalah Allah sejati yang rela jadi hamba.
- Kerendahan & ketaatan-Nya membawa keselamatan.
- Allah meninggikan Dia, menjadikan-Nya Tuhan atas segala ciptaan.
- Gereja dipanggil untuk meneladani kerendahan Kristus dalam hidup sehari-hari.
APAKAH SETELAH INKARNASI KRISTUS LEBIH TINGGI DARI PRA-INKARNASI ?
1. Pra-inkarnasi (sebelum turun jadi manusia)
- Filipi 2:6 → Yesus “dalam rupa Allah”, setara dengan Allah.
- Artinya: Kristus pra-inkarnasi sudah Allah sejati, dalam kemuliaan bersama Bapa (Yoh 17:5: “Bapa, permuliakanlah Aku di hadirat-Mu dengan kemuliaan yang Kumiliki bersama-Mu sebelum dunia ada.”).
👉 Jadi posisi-Nya sebelum inkarnasi: penuh kemuliaan, tidak kurang apa pun.
2. Inkarnasi (pengosongan diri)
- Yesus mengosongkan diri (kenosis) → bukan kehilangan keilahian, tapi melepaskan hak-hak ilahi-Nya.
- Ia rela masuk ke dunia, lahir sebagai manusia, mengambil rupa hamba, taat sampai mati di salib.
👉 Dari sudut pandang “status” di dunia, Ia kelihatan lebih rendah dari malaikat (Ibr 2:9).
3. Sesudah inkarnasi (kebangkitan & kenaikan)
- Filipi 2:9 → “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama.”
- Jadi setelah ketaatan-Nya di bumi, Kristus menerima kemuliaan tambahan dalam sejarah keselamatan:
- Diakui secara universal sebagai Tuhan (Kyrios).
- Diberi otoritas sebagai Hakim & Raja atas seluruh ciptaan (Mat 28:18: “Kepadaku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.”).
4. Apakah lebih tinggi dari pra-inkarnasi?
- Dari segi hakikat keilahian: Tidak.
- Kristus pra-inkarnasi sudah Allah penuh → tidak bisa “lebih Allah” lagi.
- Dari segi ekonomi keselamatan (ekonomi Trinitas): Ya, bisa dikatakan Kristus menerima pengangkatan dalam sejarah.
- Sebelum inkarnasi: Ia Allah dalam kemuliaan ilahi.
- Sesudah inkarnasi & penebusan: Ia Allah-manusia yang dimuliakan, dan sebagai manusia Ia menerima otoritas & penyembahan universal.
Dengan kata lain: bukan lebih tinggi dalam kodrat ilahi, tapi dalam peran & pengakuan universal setelah penebusan.
5. Analogi sederhana
- Seorang pangeran sejak lahir sudah anak raja. Ia tidak bisa “lebih anak raja”.
- Tapi setelah ia berperang, menang, lalu dimahkotai, ia menerima kemuliaan tambahan: pengakuan sebagai pahlawan, raja yang dimuliakan oleh semua bangsa.
- Demikian Kristus:
- Sejak kekal = Allah sejati.
- Sesudah inkarnasi & salib = Allah-manusia yang ditinggikan, diakui oleh seluruh ciptaan.
KESIMPULAN:
Kristus tidak menjadi lebih tinggi dalam kodrat ilahi setelah inkarnasi, karena Ia sudah Allah sejati sejak kekal.
Tetapi sebagai Allah yang menjadi manusia, Ia ditinggikan secara unik: menerima penyembahan universal, otoritas penuh, dan gelar “nama di atas segala nama”.
Itulah keagungan Kristus pasca-inkarnasi → Allah yang rela turun kini ditinggikan sebagai Raja atas segala ciptaan.
KRISTUS MENYERAHKAN KERAJAAN KEMBALI KEPADA ALLAH BAPA
Bagaimana Ibrani 2 & 1 Korintus 15 menjelaskan tahap-tahap ini (rendah → taat → ditinggikan → menyerahkan kembali kerajaan kepada Bapa)?
1. Ibrani 2:9–10 → Kristus direndahkan dulu, lalu dimuliakan
“Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat lebih rendah daripada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, bahwa karena penderitaan maut-Nya, Ia telah dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.”
- Yesus sementara lebih rendah daripada malaikat (saat inkarnasi → manusia yang bisa mati).
- Tetapi justru melalui penderitaan & salib, Ia dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat.
Jadi: pola yang sama → kerendahan → ketaatan → pemuliaan.
2. 1 Korintus 15:20–28 → Tahap akhir pemuliaan
- Paulus menjelaskan urutan:
- Kristus bangkit sebagai yang sulung dari antara orang mati.
- Ia memerintah sampai semua musuh diletakkan di bawah kaki-Nya.
- Musuh terakhir yang dikalahkan adalah maut.
- Setelah segalanya ditaklukkan, Kristus MENYERAHKAN KERAJAAN KEPADA ALLAH BAPA, supaya “Allah menjadi semua di dalam semua.”
Artinya:
- Sekarang Kristus memerintah (Mat 28:18).
- Nanti, setelah segala kuasa jahat & maut dikalahkan, Kristus akan mempersembahkan kerajaan itu kepada Bapa → bukan berarti Ia jadi lebih rendah, tapi MISI PENEBUSAN SELESAI, RELASI TRITUNGGAL KEMBALI SEMPURNA DALAM HARMONI KEKAL.
3. Hubungan dengan Filipi 2
- Filipi 2: kerendahan → ketaatan → ditinggikan dengan nama di atas segala nama.
- Ibrani 2: penjelasan lebih rinci → untuk sementara lebih rendah dari malaikat, lalu dimahkotai dengan kemuliaan.
- 1 Kor 15: gambaran eskatologis → Kristus berkuasa sampai segala sesuatu tunduk, lalu menyerahkan semua kepada Bapa.
Jadi tiga bagian ini menyatu:
- Masa lalu: Kristus sudah ada dalam rupa Allah (pra-inkarnasi).
- Masa kini: Ia pernah jadi hamba, mati, lalu bangkit & dimuliakan (sekarang berkuasa).
- Masa depan: Ia akan menyempurnakan segala sesuatu & membawa seluruh ciptaan kembali kepada Bapa.
4. Apakah Kristus lebih tinggi sesudah inkarnasi?
- Sebagai Allah: tidak ada perubahan → sama kemuliaan-Nya sejak kekal.
- Sebagai Allah-manusia: ya, karena kemanusiaan-Nya ikut dimuliakan & diangkat, bahkan duduk di sebelah kanan Allah (Ibr 1:3).
- Dalam rencana keselamatan: kemuliaan-Nya kini diakui universal, dan kelak semua ciptaan akan tunduk.
Ringkasnya:
- Filipi 2: Kristus turun jadi hamba → Allah meninggikan Dia.
- Ibrani 2: Ia sementara lebih rendah dari malaikat → lalu dimahkotai kemuliaan.
- 1 Kor 15: Ia memerintah sampai segala sesuatu tunduk, lalu menyerahkan kerajaan kepada Bapa.
Jadi, Kristus tidak lebih tinggi dalam kodrat ilahi, tetapi sebagai Allah-manusia, Ia ditinggikan dalam sejarah keselamatan dan akan diakui universal sampai akhir zaman.
Mau saya buatkan bagan/tabel alur lengkap pra-inkarnasi → inkarnasi → pemuliaan sekarang → pemuliaan akhir biar lebih gampang kelihatan tahap-tahapnya?
Mau saya rangkai seluruh Filipi 2:5-11 ini jadi alur teologis lengkap (seperti ringkasan dari atas ke bawah → dari Allah → turun jadi manusia → mati → bangkit → dimuliakan → semua mengaku Tuhan)?
Sebab APA YANG TIDAK MUNGKIN DILAKUKAN HUKUM TAURAT KARENA TAK BERDAYA OLEH DAGING, TELAH DILAKUKAN OLEH ALLAH.
YANG WALAUPUN DALAM RUPA ALLAH, tidak menganggap KESETARAAN DENGAN ALLAH itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah MENGOSONGKAN DIRINYA SENDIRI, dan MENGAMBIL RUPA HAMBA, dan
Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut!
BAPA MENINGGIKAN KEMBALI SANG FIRMAN YANG TELAH MENGOSONGKAN DIRINYA SEBELUMNYA
bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "YESUS KRISTUS ADALAH TUHAN," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat
Wahyu 1:8
Sebab APA YANG TIDAK MUNGKIN DILAKUKAN HUKUM TAURAT KARENA TAK BERDAYA OLEH DAGING, TELAH DILAKUKAN OLEH ALLAH.
SANG FIRMAN TAAT KEPADA KEHENDAK BAPA, DAN KENDAK BAPA DILAKUKAN DALAM KEADAAN SEBAGAI MANUSIA
Dan DALAM KEADAAN SEBAGAI MANUSIA, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
1 Petrus 3 : 18
Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh DALAM KEADAANNYA SEBAGAI MANUSIA, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh,
DALAM HIDUPNYA SEBAGAI MANUSIA, Ia telah MEMPERSEMBAHKAN DOA dan
PERMOHONAN dengan RATAP TANGIS
dan KELUHAN kepada Dia, yang sanggup
MENYELAMATKANNYA dari MAUT, dan karena KESALEHANNYA Ia telah didengarkan.
“Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari DARAH dan DAGING, maka Ia juga menjadi SAMA DENGAN MEREKA dan MENDAPAT BAGIAN DALAM KEADAAN MEREKA, SUPAYA OLEH KEMATIANNYA IA MEMUSNAHKAN DIA, YAITU IBLIS, YANG BERKUASA ATAS MAUT; dan supaya dengan jalan demikian Ia MEMBEBASKAN MEREKA yang seumur hidupnya berada dalam
PERHAMBAAN oleh karena TAKUTNYA kepada
MAUT.
“Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari DARAH dan DAGING, maka Ia juga menjadi SAMA DENGAN MEREKA dan MENDAPAT BAGIAN DALAM KEADAAN MEREKA, SUPAYA OLEH KEMATIANNYA IA MEMUSNAHKAN DIA, YAITU IBLIS, YANG BERKUASA ATAS MAUT; dan supaya dengan jalan demikian Ia MEMBEBASKAN MEREKA yang seumur hidupnya berada dalam
PERHAMBAAN oleh karena TAKUTNYA kepada
MAUT.