NABI HARUS MELIHAT TUHAN
Bilangan 12:6-8
“Lalu berfirmanlah Ia: ‘Dengarlah firman-Ku ini. JIKA DI ANTARA KAMU ADA SEORANG NABI, MAKA AKU, TUHAN MENYATAKAN DIRIKU KEPADANYA DALAM PENGLIHATAN, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. 7.Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku. 8.Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan IA MEMANDANG RUPA TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?'”
1 Timotius 2 : 5
Karena Allah itu ESA dan ESA pula Dia yang menjadi PENGANTARA ANTARA ALLAH DENGAN MANUSIA, yaitu MANUSIA YESUS KRISTUS,
33:17 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku mengenal engkau."
33:18 Tetapi jawabnya: "Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku."
33:19 Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani."
33:20 Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup."
33:21 Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu;
33:22 apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat.
33:23 Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan ENGKAU AKAN MELIHAT BELAKANGKU, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan."
Teofani, adalah suatu istilah dalam ilmu teologi, yang berasal dari bahasa Yunani: τεοφάνια - THEOPHANIA, berasal dari dua kata, kata benda θεός - THEOS (Allah) dan kata kerja φανερόω - PHANEROÔ yang artinya menampakkan, mewujudkan (diri). Maka, THEOPHANIA adalah penampakan Allah/ appearance of God/ a manifestation of God to the world.
PEMAHAMAN TEOFANI:
TUHAN Allah menampakkan diri dengan tanda-tanda yang dapat dihayati oleh yang bersangkutan, sehingga ybs. sadar bahwa mereka berhadapan dengan Allah sendiri. Umpamanya, Allah menampakkan diri-Nya kepada Musa dalam nyala api yang keluar dari semak duri, Allah menampakkan diri kepada Israel di dalam tiang awan, dalam awan yang padat yang disertai guruh dan kilat di atas gunung Sinai, di dalam kemuliaan-Nya yang melalui Musa, menampakkan diri kepada Gideon sebagai Malaikat TUHAN (MAL'AKH YHVH), dan seterusnya.
Dalam kitab PL peristiwa teofani dapat dilihat dalam tiga wujud:
1) Wujud "MALAIKAT" yang mengunjungi Abraham (Kejadian 18:1-3; 32: 28-30);
2) wujud “MANUSIA” Panglima Balatentara (Hakim 13: 28);
3) dalam wujud benda, “SEMAK” terbakar.
Ini semua dalam konteks providensi Allah yang khusus.
Theofani atau penampakan diri TUHAN Allah ini bukanlah kehadiran TUHAN Allah yang tanpa keaktifan dan tanpa waktu, melainkan dengan manampakkan diri ini TUHAN Allah hadir dengan nyata atau mendatangi umat-Nya serta berada di tengah-tengah umat-Nya. Ia berdiam di antara umat-Nya. Maka penampakan diri ini termasuk perbuatan atau karya TUHAN Allah yang historis, baik yang mendatangkan hukuman maupun yang mendatangkan pertolongan.
Istilah 'teofani' penampakan Allah dalam bentuk yang kelihatan, berbeda dengan inkarnasi. Dalam inkarnasi, terdapat kesatuan yang tetap antara kemanusiaan dan keilahian.
Kejadian
15:1
Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan:
"Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."
Kejadian 17:1
Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri
kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa,
hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela."
Kejadian 26:2
Lalu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfirman: "Janganlah pergi ke
Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu."
Kejadian 48:3
Berkatalah Yakub kepada Yusuf: "Allah, Yang Mahakuasa telah menampakkan
diri kepadaku di Lus di tanah Kanaan dan memberkati aku."
Keluaran 4:1
Lalu sahut Musa: "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak
mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri
kepadamu?"
Kisah Para Rasul 7:2
Jawab Stefanus: 'Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah! Allah yang
Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika
ia masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran,"
Demikian, Allah menampakkan diri sebagai manusia di hadapan Abraham dengan cara
Teofani.
Selanjutnya Tuhan Allah menyatakan diri-Nya kepada Israel dengan mujizat atau
perbuatan-perbuatan-Nya yang menakjubkan. Segala perbuatan atau karya Tuhan
Allah sebenarnya adalah mujizat. Mujizat ini ada bermacam-macam, sebagai
umpamanya mujizat yang diadakan guna mengeluarkan Israel dari Mesir, untuk
memelihara Israel dalam pengembaraannya di padang gurun, untuk memasukkan
Israel ke tanah Kanaan, untuk menolong Israel dari penindasan bangsa-bangsa
yang berdiam di sekitar tanah Kanaan, dan sebagainya.
Akhirnya Tuhan Allah berfirman dengan firman atau sabda yang dapat didengar guna menyatakan atau memberitahukan kehendak-Nya. Firman ini dapat diberikan di dalam penglihatan atau wahyu, seperti yang terjadi pada para nabi, dapat juga diberikan di dalam impian dan sebagainya. Pembicaraan Tuhan Allah yang terbanyak, yang pernah terjadi di antara Tuhan Allah dengan manusia, ialah pembicaraan yang diadakan TUHAN Allah dengan Musa, yang di dalam Alkitab disebut "berbicara dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya". Jikalau segala pembicaraan ini diperhatikan, tidak diperoleh kesan seolah-olah TUHAN Allah memberikan bisikan ilahi, melainkan TUHAN Allah berfirman dari luar, seperti yang terjadi di dalam pembicaraan di antara aku dan engkau.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan yang demikian itulah maka ada di antara para ahli yang menduga, bahwa sebutan יהוה – YHVH ("TUHAN" dalam huruf kapital) bagi Allah itu didasarkan atas ketakjuban Israel kepada segala karya Allah yang besar itu. Kata יהוה – YHVH ada sangkut-pautnya dengan kata-kata אֶהְיֶה - 'EHEYEH/ EHYEH di dalam Keluaran 3:14 tersebut di atas, yaitu sama-sama diturunkan dari kata-kerja הָיָה - HAYAH.
Kata יהוה – YHVH dipandang sebagai diturunkan dari kata seru Yahu, kata yang menunjukkan ketakjuban. Jika dugaan ini benar, maka lebih jelas lagi, bahwa Tuhan Allah memperkenalkan diri atau menyatakan diri kepada Israel dengan karya-karyanya, bukan dengan bisikan ilahi.
Penyataan TUHAN Allah yang dengan penampakan diri (theofani) adalah karya TUHAN Allah di dalam
sejarah umat-Nya yang penuh dengan dinamika, di mana Tuhan Allah keluar dari
persembunyian-Nya, sehingga Israel yakin, bahwa mereka bertemu dengan Tuhan
Allah. Demikian juga halnya dengan penyataan TUHAN Allah yang dengan mujizat.
Oleh karena itu maka kedua cara penyataan diri Allah ini dapat dirangkumkan
menjadi penyataan Allah yang dengan karya-Nya di dalam sejarah
Israel. Dengan demikian ketiga macam cara penyataan Allah tadi dapat
dirangkumkan di dalam penyataan Allah yang dengan karya dan firman-Nya.
Maka, "Teofani" ini dimengerti sebagai suatu
konsep teologis yang menjelaskan kemunculan Allah dalam Perjanjian Lama dalam
suatu wujud. Disini dipahami Allah yang Roh menampakan diri-Nya secara langsung
kepada manusia dalam wujud jasmaniah/ragawi bisa dikenali dengan indera
manusia. Dari perspektif penggenapan Perjanjian Baru (PB), kunjungan diri TUHAN
Allah itu untuk meneguhkan perjanjian anugerah-Nya di masa-masa sulit dalam
kerohanian umat secara pribadi maupun bangsa.
TEOFANI - KRISTOFANI
Kalangan yang berpaham
monoteisme ekstrim, mereka beranggapan TUHAN Allah tidak bisa datang ke dalam
dunia dan tidak dapat berkomunikasi langsung dengan manusia. Jadi, tidak
mungkin ada relasi antar-pribadi dengan manusia di dunia. Namun dalam
monoteisme Kristen, TUHAN Allah yang adalah Roh, namun Dia dapat berkomunikasi
antar-pribadi secara dekat. Allah yang demikian dapat turun dalam wujud
kelihatan dan berkunjung secara langsung pada manusia, yang disebut
"Teofani". Bahkan telah datang dalam "inkarnasi" untuk
mengaktualisasikan penebusan umat-Nya (teofani riil).
Ada orang melanjutkan konsep teofani menjadi "kristofani". Kristofani
selama ini dimengerti sebagai penampakan Kristus sebelum inkarnasi. Beberapa
orang memahami pra-eksistensi Anak Allah identik dengan pra-inkarnasi Kristus.
Memang ada benarnya, karena secara teologis pra-inkarnasi adalah pra-eksistensi
Kristus sebelum inkarnasi, namun sebenarnya praeksistensi Anak Allah adalah
eksistensi niscaya yang kekal dan mutlak dan tidak boleh disamakan dengan
pra-inkarnasi Kristus di bumi. Tepatnya, pra-inkarnasi Kristus dalam teofani
merupakan bagian tema pra-eksistensi Anak dalam doktrin Tritunggal.
Disini didahului dengan identifikasi bahwa Kristus sendirilah yang ditunjuk
sebagai Malaikat YHVH yang bergumul dengan Yakub. Atau juga salah satu dari
tiga Malaikat Allah yang menjumpai Abraham. Peristiwa penampakan itu ditandai
dengan penyembahan layaknya kepada Allah, sedangkan malaikat biasa tidak
mendapatkan perlakukan istimewa demikian. Sampai disini pandangan injili ini
tidak ada salahnya juga, karena didasarkan pada Alkitab kanonik (PL dan PB)
yang memberitakan Kristus sebagai pusat berita keselamatan Alkitab. Ini yang
disebut Kristofani potensial bagi inkarnasi dalam PB.
TEOFANI - MAL'AKH YHVH
Kristofani PL bukanlah spekulasi teologi dalam iman Kristen, inkarnasi Kristus menjadi manusia Ini dapat juga dikatakan teofani sesungguhnya. Sebelumnya sudah disinggung teofani Allah dalam MAL'AKH YHVH. Studi Malaikat khusus ini tidak dapat dipelajari terpisah dari doktrin Allah karena akan memberhalakan malaikat. Dalam doktrin Allah, malaikat dipelajari dalam kerangka ciptaan Allah yang immateri. Malaikat adalah ciptaan, dan normalnya malaikat biasa adalah pesuruh Allah di dalam providensi-Nya dalam menolong umat. Namun malaikat teofani (MAL'AKH YHVH/ Malaikat Allah) yang tampil dalam Alkitab teridentifikasi sebagai yang disembah dan menerima sujud dan persembahan dari umat Allah. Jadi, malaikat ini bukan malaikat biasa, tetapi TUHAN Allah sendiri.
Kalau TUHAN Allah dikatakan menampakkan diri dalam rupa malaikat (MAL'AKH YHVH), bukan berarti Allah berubah menjadi malaikat, tetapi Allah mengunjungi manusia secara langsung melalui rupa malaikat. Ini adalah misteri ilahi dalam rincian penjelasannya. Malaikat nya itu pun mungkin berupa manusia, seperti tercatat dengan kata-kata "tiga orang" atau "seorang". Allah adalah Roh yang berpribadi. Secara bentuk, Ia tidak berbentuk dalam material. Dalam hubungan dengan umat-Nya secara pribadi Ia memakai sarana dan prasarana yang nampak agar dapat berkomunikasi secara aktual. Prinsipnya, Allah dapat mengambil bentuk tetapi tidak terikat dan tidak boleh diikat dalam bentuk-bentuk apapun di dalam pengalaman orang percaya.
INKARNASI - TEOFANI RIIL
Fungsi teofani Alkitab
adalah untuk menyelamatkan umat berdasarkan janji-janji Nya. Secara khusus
Allah datang langsung dan kelihatan ke dalam dunia manusia untuk meneguhkan
iman.
Jadi, dasarnya adalah perjanjian keselamatan-Nya yang kekal. Disinilah
peristiwa teofani yang paling puncak, yaitu kedatangan Yesus Kristus
dalam inkarnasi (Yohanes
1:1-17), inkarnasi Kristus yang lebih sesuai disebut "Kristofani".
Dan inkarnasi ini
merupakan teofani yang riil, sebab Allah itu datang sebagai manusia, bisa
dilihat, bisa diraba, bisa didengar dan dirasakan oleh semua indera manusia,
tinggal bersama-sama dengan manusia, hidup normal sebagaimana halnya
manusia-manusia yang lain di dalam pertumbuhan kemanusiaan yang lazim.
Sang Firman yang adalah Allah itu telah menjadi manusia. Inkarnasi-Nya adalah
pernyataan Firman-Nya. Kata yang dipakai di dalam Perjanjian Lama
bagi firman adalah דָּבָר - DAVAR. Kata DAVAR/ DABAR berarti
perkataan, akan tetapi bukan perkataan yang kosong. DAVAR/ DABAR adalah
perkataan yang telah berisikan latar belakang atau dasar yang terkandung di
dalam perkataan itu. (Di tangan manusia sering perkataan tidak cocok dengan
isinya, sebagai ilustrasi: A adalah seorang yang jujur, sedang
sebenarnya tidaklah demikian). Kata dâbar senantiasa cocok
dengan perkara yang diungkapkan di dalam perkataan itu. Oleh karena itu sifat
terpenting dari kata dâbar ialah kebenaran.
2
Samuel 7:28
LAI TB, Oleh sebab itu, ya Tuhan ALLAH, Engkaulah Allah dan segala
firman-Mulah kebenaran; Engkau telah menjanjikan perkara yang baik ini kepada
hamba-Mu.
KJV, And now, O Lord GOD, thou art that
God, and thy words be true, and thou hast promised this goodness unto thy
servant:
Hebrew,
וְעַתָּה ׀ אֲדֹנָי יְהוִה אַתָּה־הוּא הָאֱלֹהִים וּדְבָרֶיךָ יִהְיוּ אֱמֶת וַתְּדַבֵּר אֶל־עַבְדְּךָ אֶת־הַטֹּובָה הַזֹּאת׃
Translit, VE'ATAH 'ADONAY YEHOVAH (baca: 'ADONAY
YEHOVIH) 'ATAH-HU' HA'ELOHIM UDEVAREYKHA YIHYU 'EMET VATEDABER 'EL-'AVDEKHA
'ET-HATOVAH HAZO'T
Yesaya 55:10-11
55:10 LAI TB, Sebab seperti hujan dan
salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi,
membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada
penabur dan roti kepada orang yang mau makan,
KJV, For as the rain cometh down, and the
snow from heaven, and returneth not thither, but watereth the earth, and maketh
it bring forth and bud, that it may give seed to the sower, and bread to the
eater:
Hebrew,
כִּי כַּאֲשֶׁר יֵרֵד הַגֶּשֶׁם וְהַשֶּׁלֶג מִן־הַשָּׁמַיִם וְשָׁמָּה לֹא יָשׁוּב כִּי אִם־הִרְוָה אֶת־הָאָרֶץ וְהֹולִידָהּ וְהִצְמִיחָהּ וְנָתַן זֶרַע לַזֹּרֵעַ וְלֶחֶם לָאֹכֵל׃
Translit, KÏ KA'ASYER YERED HAGESYEM VEHASYELEG MIN-HASYAMAYIM
VESYAMAH LO' YASYUV KI 'IM-HIRVAH 'ET-HA'ARETS VEHOLIDAH VEHITSMIKHAH VENATAN
ZERA' LAZOREA' VELEKHEM LA'OKHEL
55:11 LAI TB, demikianlah firman-Ku yang
keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia
akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang
Kusuruhkan kepadanya.
KJV, So shall my word be that goeth forth
out of my mouth: it shall not return unto me void, but it shall accomplish that
which I please, and it shall prosper in the thing whereto I sent it.
Hebrew,
כֵּן יִהְיֶה דְבָרִי אֲשֶׁר יֵצֵא מִפִּי לֹא־יָשׁוּב אֵלַי רֵיקָם כִּי אִם־עָשָׂה אֶת־אֲשֶׁר חָפַצְתִּי וְהִצְלִיחַ אֲשֶׁר שְׁלַחְתִּיו׃
Translit, KEN YIHYEH DEVARÏ 'ASYER YETSE' MIPI LO'-YASYUV 'ELAY
REYQAM KI 'IM-'ASAH 'ET-'ASYER KHAFATSTI VEHITSLIAKH 'ASYER SYELAKHTIV
Dari ayat di atas dapat disimpulkan, bahwa firman TUHAN Allah adalah firman yang
bekerja, bukan firman yang mati. Sebab di situ disebutkan, bahwa firman Tuhan
tidak akan kembali dengan hampa, melainkan akan melaksanakan apa yang
dikehendaki oleh Tuhan Allah, seperti hujan dan salju yang turun dari langit
tidak akan kembali lagi ke situ, melainkan akan mengairi bumi dan membuatnya
subur sehingga memberikan hasil yang diharapkannya.
Selanjutnya, bahwa firman TUHAN Allah adalah firman yang bekerja, bukan firman
yang mati, ternyata dari karya penjadian TUHAN Allah. Di Mazmur 33:9, umpamanya
disebutkan, "Sebab Dia berfirman, maka
semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada."
Sebaliknya Perjanjian Lama juga mengatakan, bahwa pekerjaan TUHAN Allah adalah
juga firman-Nya. Pekerjaan atau karya Tuhan Allah dipakai oleh Allah untuk
berfirman. Mazmur 19:2-4 umpamanya mengatakan, bahwa langit menceritakan
kemuliaan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya dan seterusnya.
Demikianlah dari Perjanjian Lama dapat diambil kesimpulan, bahwa firman TUHAN
Allah adalah firman yang bekerja, dan sebaliknya, bahwa pekerjaan atau karya
Tuhan Allah adalah pekerjaan yang berbicara. Jadi jika demikian, maka firman
TUHAN Allah tidak dapat dibedakan dengan karya-Nya, sedangkan karya Tuhan Allah
juga tidak dapat dibedakan dengan firman-Nya. Keduanya adalah sama, dan
mewujudkan dua segi dari satu kenyataan. Oleh karena itu, maka alat penyataan
atau perkenalan TUHAN Allah, yaitu firman dan karya-Nya, dapat dirangkumkan
menjadi penyataan TUHAN Allah yang dengan firman-Nya. Firman TUHAN
Allah adalah alat komunikasi TUHAN Allah dengan manusia.
Di dalam Perjanjian Baru ada gagasan yang baru, yaitu bahwa penyataan atau
perkenalan TUHAN Allah yang dengan firman-Nya itu diwujudkan di dalam diri Yesus
Kristus.
Di Markus 2:2 disebutkan, bahwa Yesus memberitakan firman kepada orang banyak
(dapat dibandingkan dengan Lukas 8:1, yang menyebutkan bahwa Yesus memberitakan
Injil Kerajaan Allah, juga Lukas 11:28). Di sini Yesus disejajarkan dengan para
nabi di dalam Perjanjian Lama, yang memberitakan Firman TUHAN Allah. Sekalipun
demikian, jikalau pemberitaan para penulis Injil itu diperhatikan, kesejajaran
itu tidaklah persis sama. Ada perbedaan yang besar sekali di antara para nabi
di dalam Perjanjian Lama dan Yesus.
Pada waktu Yohanes Pembaptis mengutus para muridnya menghadap Yesus untuk
mengetahui apakah Yesus ini adalah orang yang benar-benar dinantikan Israel,
atau apakah bukan, para murid Yohanes diperintahkan memberitakan kepada Yohanes
apa yang telah mereka dengar dan lihat. "Pergilah dan katakanlah kepada
Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar; orang
buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli
mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar
baik." Dari sini dapat diketahui, bahwa kata-kata Yesus tidak sama dengan
kata-kata para nabi di Perjanjian Lama. Para nabi memberitakan firman Tuhan
Allah yang bekerja, akan tetapi di sini firman Yesus adalah firman yang bekerja
sendiri. Firman-Nya telah menyembuhkan para orang sakit dan telah membawa kabar
kegirangan, sehingga harus disimpulkan, bahwa para murid Yohanes harus
memberitakan kepada Yohanes, bahwa Firman Kristus adalah Firman Allah.
Selain daripada itu, yang perlu diperhatikan di dalam bagian Injil ini ialah,
bahwa firman Kristus dapat dilihat dan didengar.
Firman itu dapat dilihat di dalam karya-Nya yang menyembuhkan dan dapat
didengar di dalam pemberitaan kabar baik kepada yang miskin.
Di Lukas 1:2 Lukas mengatakan, bahwa para rasul menjadi penyaksi mata dan
pelayan Firman. Yang disaksikan oleh para rasul adalah karya penyelamatan
Kristus dan yang diberitakan adalah karya-Nya itu. Oleh karena itu kata pelayan
Firman berarti: pelayan Kristus. Di sini Kristus diidentikkan dengan
Firman Allah. Hal yang demikian juga terdapat di Kisah Para Rasul 11:1,
"Rasul-rasul dan saudara-saudara di Yudea mendengar, bahwa bangsa-bangsa
lain juga menerima firman Allah."
Ada bagian Injil yang lebih mendalam lagi membicarakan hal ini, yaitu Yohanes
1.
Di Yohanes 1:1, 14 disebutkan, bahwa Yesus Kristus adalah Firman, yang pada
mulanya bersama-sama dengan Allah dan Allah adanya, tetapi yang kemudian
menjadi manusia. Dengan ini jelaslah bahwa Yesus adalah pengejawantahan firman
Allah, dan di dalam diri Yesus itu Tuhan Allah berfirman kepada manusia. Oleh
karena itu apa yang dikatakan dan dikerjakan oleh Yesus adalah alat-alat Tuhan
Allah untuk berfirman kepada manusia. TUHAN Allah berfirman dan menyatakan atau
memperkenalkan diri-Nya melalui Yesus dan di dalam diri-Nya. Maka Yesus Kristus
adalah puncak dan akhir penyataan Tuhan Allah kepada manusia.
Hal ini akan menjadi lebih jelas lagi jikalau ditinjau Ibrani 1:3 yang
menyebutkan, bahwa Yesus adalah cahaya kemuliaan Allah
dan gambar wujud Allah.
Kata yang diterjemahkan dengan cahaya yaitu ἀπαύγασμα - apaugasma sebenarnya
berarti "cahaya yang disinarkan dari", sehingga kata itu menunjukkan,
bahwa cahaya itu berasal dari sumber cahaya, serta memiliki sifat-sifat serta
watak yang sama dengan sumber cahaya tadi. Oleh karena itu maka ungkapan cahaya
kemuliaan Allah tadi menunjukkan, bahwa Yesus memiliki kemuliaan yang
sama dengan kemuliaan TUHAN Allah. Dan selanjutnya ungkapan ini juga dapat
diterangkan bahwa Yesus adalah cermin yang mencerminkan TUHAN Allah.
Kata kedua yang diterjemahkan dengan gambar wujud yaitu kata
Yunani χαρακτήρ - KHARAKTÊR sebenarnya
berarti tindasan, tembusan, cetakan atau cap dari Allah.
Dengan ungkapan ini ditentukan, bahwa Yesus menampakkan hakekat TUHAN Allah
yang sebenarnya.
Di Ibrani 1:3 ini dengan singkat dikemukakan, bahwa Yesus Kristus adalah alat
penyataan Allah yang sempurna atau alat dengannya TUHAN Allah memperkenalkan
diri secara sempurna. Oleh karena itu dapat dimengerti, jika Yesus di Yohanes
14:9 berkata, bahwa barangsiapa telah melihat Dia, ia telah melihat Bapa. Sebab
di dalam diri Yesus itu TUHAN Allah memperkenalkan diri kepada manusia secara
sempurna. Di dalam diri Yesus itu TUHAN Allah memperkenalkan isi hati-Nya.
Demikianlah Yesus Kristus, sebagai Firman yang pada mulanya ada pada Allah dan
bersama-sama dengan Allah, dan yang kemudian menjadi manusia, adalah penyataan
TUHAN Allah yang sempurna. Ia adalah penyataan TUHAN Allah dengan firman yang
secara kongkrit. Oleh karena itu maka segala penyataan TUHAN Allah, baik yang
dengan firman-Nya maupun yang dengan karya-Nya, di dalam diri Yesus menjadi
satu secara sempurna.
Sekalipun Yesus Kristus adalah puncak dan akhir penyataan TUHAN Allah, namun
hal itu tidak berarti, bahwa Kristus adalah satu-satunya penyataan TUHAN Allah.
Pertama-tama hal ini jelas dari Ibrani 1:1-2, yang menyebutkan, bahwa setelah
pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada
nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia
telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya.
Di sini firman Tuhan kepada nenek moyang disebutkan bersama-sama dengan firman
TUHAN Allah di dalam Anak-Nya. Jika demikian maka penyataan-penyataan Tuhan
Allah sejak zaman nenek-moyang hingga zaman Yesus dipandang sebagai suatu
rentetan kejadian-kejadian yang terjadi di dalam suatu sejarah yang panjang,
dengan cara yang bermacam-macam, dan yang menyatakan hal yang bermacam-macam
juga. Jadi penyataan TUHAN Allah sebenarnya adalah pluriform atau
beranekaragam, sedang Yesus adalah puncak dan akhir segala penyataan yang pluriform itu.
Jikalau Tuhan Allah menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya, Ia tidak
memperkenalkan diri-Nya sepenuhnya atau secara sempurna pada saat itu.
Penyataan-Nya atau perkenalan-Nya setiap waktu diselaraskan dengan keadaan
orang yang menerima penyataan tadi. Bukankah penyataan TUHAN Allah itu
dikaitkan dengan janji-janji-Nya? Umpamanya, setelah Adam dan Hawa jatuh ke
dalam dosa Tuhan Allah menyatakan diri-Nya sebagai Pembalas Hukum dan sebagai
Pengasih. Kepada Abraham Tuhan Allah menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya
sebagai yang Mahakuasa, yang dapat memberikan anak kepada Abraham, meski Sarai
disebutkan mandul. Di Horeb Tuhan Allah menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya
kepada Musa sebagai TUHAN Allah perjanjian. Demikian seterusnya.
Penyataan-penyataan TUHAN Allah kepada para nenek-moyang tadi oleh Alkitab
jelas dipandang sebagai penyataan yang benar-benar nyata. Menurut Yesaya 1:3
dan Yeremia 2:3 umpamanya, dosa bangsa Israel ialah bahwa bangsa itu tidak mau
mengakui adanya penyataan TUHAN Allah kepada nenek-moyang mereka.
Bahwa TUHAN Allah bukan hanya menyatakan diri di dalam Kristus saja,
selanjutnya dapat diuraikan sebagai berikut:
Dari Alkitab diketahui, bahwa segera Israel mengenal TUHAN Allahnya sebagai
"Allah yang berbuat", yang dengan nyata bertindak di dalam
sejarah, maka segera terdengarlah pemberitaan, bahwa Tuhan Allah yang
"Mahakuasa di dalam sejarah" itu adalah juga Tuhan Allah yang
"Mahakuasa di dalam alam semesta". Dialah yang menggempakan bumi dan
menghancurkan bukit-bukit, bahkan Dialah yang menjadikan itu semuanya.
Di Yeremia 27 disebutkan, bahwa pada waktu itu datanglah utusan dari beberapa
negara tetangga di Yerusalem untuk meminta kepada Yehuda, agar mau
menggabungkan diri dengan para raja tetangga tadi untuk memberontak terhadap
Babel. Sebagian besar rakyat Yehuda menyambut ajakan itu dengan girang. Akan
tetapi raja Zedekia ragu-ragu. Dengan suatu tindakan yang simbolis Yeremia
diperintahkan oleh Tuhan Allah untuk memberitakan, bahwa Yehuda harus menyerah
kepaa Babel. Pemberitaan yang demikian itu disertai ucapan yang demikian, "Akulah yang menjadikan bumi, manusia dan hewan yang
ada di atas bumi dengan kekuatan-Ku yang besar dan dengan lengan-Ku yang
terentang, dan Aku memberikannya kepada orang yang benar di mata-Ku"
(Yeremia 27:5)
Firman ini bermaksud menunjukkan, bahwa TUHAN Allah yang Mahakuasa, yang
menjadikan langit dan bumi serta segala isinya itu telah memberikan kekuasaan
atas dunia kepada Babel. Oleh karena itu suatu pemberontakan terhadap Babel
akan membawa kecelakaan kepada Yehuda. Di sini kemahakuasaan Tuhan Allah di
dalam sejarah dikembalikan kepada dasar, bahwa Tuhan Allahlah yang menjadikan
segala sesuatu. Tindakan TUHAN Allah yang Mahakuasa di dalam sejarah tadi
dikatakan sebagai berlandaskan kepada kemahakuasaan-Nya sebagai Al-khalik, dan
hal itu terjadi dengan secara erat sekali. Memang, menurut Perjanjian Lama
bentuk sejarah, yaitu karya TUHAN Allah di dalam sejarah, adalah karya-Nya yang
sama dengan menjadikan. Kata yang dipergunakan untuk mengungkapkan karya TUHAN
Allah di dalam sejarah adalah sama dengan kata yang dipergunakan untuk
mengucapkan penjadian, yaitu kata arb-bârâ'.
Kata בָּרָא - BARA' kecuali dipergunakan untuk menyebutkan
karya penjadian, juga dipergunakan untuk mengungkapkan mujizat-mujizat
TUHAN Allah.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa TUHAN Allah bukanlah hanya menyatakan atau
memperkenalkan diri-Nya dengan perantaraan karya-Nya yang ditujukan kepada
penyelamatan umat Israel, akan tetapi Ia juga memperkenalkan diri-Nya dengan
perantaraan karya-Nya di dalam alam semesta. Oleh karena itu segera setelah
Israel mengenal TUHAN Allahnya dengan perantaraan firman dan karya-Nya yang
ditujukan kepadanya, maka terbukalah mata Israel, dan dapatlah ia melihat Tuhan
Allahnya di dalam segala karya-Nya. Alam semesta, yang semula seolah-olah bisa,
sekarang dapat berbicara. Itulah sebabnya juru Mazmur dapat berkata, "Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di
seluruh bumi!" Demikian juga Mazmur 19 dapat mengatakan, bahwa
langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan
tangan-Nya.
Para juru Mazmur di sini tidak melihat adanya ketegangan di antara karya TUHAN
Allah di dalam alam semesta dan karya-Nya di dalam penyelamatan.
Bukan hanya alam semesta "sebagai hasil karya tangan Allah" saja yang
menyatakan atau memperkenalkan TUHAN Allah kepada manusia, melainkan juga
"karya Allah untuk memelihara" alam semesta itu. Mazmur 33 mengajak
kita untuk memuji TUHAN Allah, karena kesetiaan-Nya terhadap segala perbuatan
tangan-Nya. Bumi telah dipenuhi dengan kemurahan Allah. Tuhan bukan hanya
menjadikan alam semesta, akan tetapi Dia jugalah yang memeliharanya. Dialah
yang menutupi langit dengan awan-awan, yang menyediakan hujan bagi bumi dan
yang membuat gunung-gunung menumbuhkan rumput, dan seterusnya.
Berdasarkan hal itu semua, maka Rasul Paulus di Roma 1:19-12 dapat mengatakan,
bahwa apa yang dapat diketahui manusia tentang Allah telah nyata bagi mereka,
sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka sehingga apa yang tidak nampak
dari-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada
pikiran dari karya-Nya sejak dunia dijadikan. Akan tetapi hal ini bukan
berarti, bahwa segala manusia dengan akalnya dapat mengenal Tuhan Allah,
seperti yang diajarkan oleh Plato, yaitu dengan mempelajari alam semesta. Kata
yang diterjemahkan dengan karya-Nya di dalam ayat 20
ialah ποίημα - poiêma, yang
kiranya lebih tepat diterjemahkan dengan hal-hal yang dikerjakan,
yaitu karya TUHAN Allah atau perbuatan-perbuatan-Nya di dalam sejarah, yang
setiap waktu dihadapi oleh manusia. Dengan perbuatan-perbuatan TUHAN Allah di
dalam sejarah inilah manusia sejak semula dan setiap saat dikonfrontasikan
dengan TUHAN Allah.
Demikianlah dapat disimpulkan, bahwa ada sejarah penyataan TUHAN Allah yang
menuju kepada puncak penyataan tadi, yaitu Yesus Kristus, dan ada penyataan
TUHAN Allah yang melalui hasil karya-Nya di dalam alam semesta dan di dalam pemeliharaan
serta pemerintah-Nya terhadap dunia. Maka kiranya tidaklah benar, jika
penyataan TUHAN Allah hanya dipandang sebagai terjadi pada diri Yesus Kristus
semata-mata.
Telah diuraikan, bahwa TUHAN Allah menyatakan diri-Nya dengan firman dan
karya-Nya guna menyelamatkan umat manusia, dan bahwa penyataan ini dapat
dirangkumkan di dalam penyataan dengan firman-Nya, yang berpuncak pada diri
Kristus. Di samping itu masih ada penyataan TUHAN Allah dengan hasil karya-Nya
di dalam alam semesta, baik dalam alam semesta itu sendiri, maupun di dalam
segala kejadian yang terjadi di dalam alam semesta, dan bahwa penyataan ini
hanya dapat dilihat dan dimengerti oleh umat Allah, yang telah mengenal Allah
sebagai Allahnya.
Penyataan dua macam ini biasanya disebut penyataan yang khusus dan
penyataan yang umum.
Yang dimaksud dengan penyataan yang khusus ialah penyataan
yang diberikan TUHAN Allah dengan firman dan karya-Nya, yang berpusat pada
Kristus. Penyataan ini disebut khusus, karena hanya diperuntukkan
bagi orang-orang yang beriman saja. Penyataan ini dapat menyelamatkan
manusia.
Yang dimaksud dengan penyataan yang umum ialah penyataan TUHAN
Allah yang dengan perantaraan firman dan karya-Nya di dalam alam semesta, di
dalam sejarah dan juga di dalam hati sanubari manusia. Penyataan ini
disebut umum, karena diperuntukkan bagi manusia pada umumnya, tanpa
terkecuali. Penyataan ini tidak dapat menyelamatkan manusia.
TEOFANI - KRISTOFANI SELANJUTNYA:
Kristofani yang nyata adalah teofani riil yang terjadi sejak Kristus lahir sebagai bayi, melakukan pelayanan di bumi, disalibkan untuk menjadi kurban tebusan, dan naik ke Surga, dalam apa yang disebut masa inkarnasi. Apakah mungkin ada penampakan Allah (teofani) terjadi lagi setelah kenaikan Kristus ke Surga? Atau masih mungkinkah bagi jemaat Kristus mendapat kunjungan teofani? Karena ternyata, ada orang pada masa kini mempunyai kesaksian tentang pengalaman pribadi dengan TUHAN Allah yang menampakkan diri dalam bentuk yang kelihatan, layaknya teofani, bahkan kristofani pada masa kini. Kelak puncaknya pada kedatangan Kristus kedua yang dinyatakan dalam penampakan Kristus di langit. Ini yang kita katakan kristofani mulia pada parousia (kedatangan) yang kedua kalinya nanti.
Bagaimana pun juga, penampakan Kristus kembali pada parousia adalah
untuk menjemput kita di dunia ini (1 Tesalonika 5:16). Setelah kedatangan-Nya
yang pertama dalam inkarnasi pada kelahiran anak dara, sebagai kristofani aktual,
Ia akan menampakan diri dalam kemenangan sebagai Raja di atas segala raja dan
Tuhan di atas segala tuhan. Inilah yang dikatakan penampakan Kristus yang
terakhir di langit pada akhir zaman.
Teofani adalah tanda kekuasaan TUHAN Allah yang yang senantiasa ingin
berhubungan dengan makhluk ciptaan-Nya di dalam dunia nyata sehari-hari. Maksud
Teofani bukan hanya kasih setia Allah, tetapi juga belas-kasihan khusus dari
TUHAN Allah kepada umat-Nya dalam maksud keselamatan agar manusia dapat
bersama-sama dengan TUHAN Allah dalam kehidupan yang kekal.