MATI

 


BAGI ALLAH TIDAK ADA YANG MUSTAHIL

Lukas 1 : 37
Sebab bagi Allah TIDAK ADA YANG MUSTAHIL."

Misteri Inkarnasi Firman menjadi manusia adalah sesuatu yang tidak bisa dilukiskan dengan sempurna oleh bahasa manusia.


1. Kenapa disebut misteri?

  • Allah yang tidak terbatas masuk ke dalam keberadaan manusia yang terbatas.
  • Yang kekal masuk ke dalam ruang dan waktu.
  • Yang Mahakuasa rela menjadi lemah.
  • Yang tidak bisa mati mengambil tubuh yang bisa mati.

Ini semua melampaui logika manusia, sehingga akal kita hanya bisa mendekati, bukan sepenuhnya memahami.


2. Alkitab sendiri mengakuinya

  • 1 Timotius 3:16 → “Sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: Ia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia...”
  • Yohanes 1:14 → “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita...”
    Alkitab tidak menjelaskan secara teknis bagaimana Allah bisa jadi manusia, hanya menegaskan bahwa itu sungguh terjadi.

3. Upaya manusia menjelaskan

  • Gereja sepanjang sejarah mencoba menjelaskan Inkarnasi (misalnya Konsili Nicea 325 dan Konsili Khalkedon 451).
  • Rumusannya: Yesus Kristus adalah satu pribadi dengan dua kodrat (ilahi & manusia), tanpa tercampur, tanpa berubah, tanpa terbagi, tanpa terpisah.
  • Tapi tetap saja, rumusan ini bukan “penjelasan lengkap”, melainkan pagar supaya kita tidak salah paham.

4. Kenapa tidak bisa dilukiskan sempurna?

  • Karena Allah lebih besar daripada akal manusia (Yesaya 55:8–9).
  • Misteri Inkarnasi bukan untuk dipahami tuntas, tapi untuk dihayati dengan iman.
  • Yang penting bukan “mengetahui semua detailnya”, tapi mengalami kasih Allah yang nyata dalam Yesus.

Kesimpulan:
Misteri Inkarnasi memang tidak bisa dijelaskan dengan sempurna. Tetapi justru di situlah letak kebesarannya: Allah turun menjadi manusia bukan supaya kita bisa menguraikan semuanya dengan logika, melainkan supaya kita DISELAMATKAN dan MENGENAL-NYA SECARA PRIBADI.


Mau saya tunjukkan beberapa contoh ilustrasi sederhana yang dipakai para teolog untuk membantu memahami Inkarnasi (walau tidak sempurna)?

A. KRISTUS MATI DALAM KEADAAN MANUSIA

  1. Kematian Yesus adalah kematian sebagai manusia

    • Firman (Logos) yang kekal tidak bisa mati, sebab Allah tidak dapat lenyap.
    • Yang mati di kayu salib adalah Yesus dalam kemanusiaan-Nya: tubuh dan jiwa manusia-Nya benar-benar mengalami penderitaan dan kematian.
  2. Tidak melanggar hakikat keilahian

    • Keilahian-Nya tetap utuh, tidak berkurang, tidak terhapus.
    • Yang terjadi adalah pemisahan sementara antara jiwa dan tubuh manusia-Nya, serta pengalaman keterpisahan dari hadirat Bapa (“Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” – Mat. 27:46).
  3. Kematian bukan lenyap

    • Kematian dalam Alkitab bukan berarti hilang atau lenyap, melainkan perpisahan.
      • Tubuh terpisah dari roh/jiwa.
      • Dalam penderitaan di salib, Yesus mengalami “perpisahan relasional” dari Bapa, tapi tidak pernah “perpisahan ontologis” (hakikat-Nya sebagai Allah tidak tercerai).
  4. Sementara waktu

    • Perpisahan itu hanya berlangsung sampai kebangkitan.
    • Setelah bangkit, tubuh dan jiwa-Nya dipersatukan kembali, dan Ia kembali masuk dalam kemuliaan penuh di sisi Bapa.

Jadi, benar sekali: kematian Kristus adalah realitas manusiawi yang ditanggung sepenuhnya, tetapi tidak pernah meniadakan keilahian-Nya.

B. KRISTUS HARUS MATI DALAM KEADAAN MANUSIA

Makna Yesus mati dalam keadaan sebagai manusia dapat dipahami dari beberapa sisi teologis:


1. Kematian yang sah secara hukum Allah

  • Upah dosa adalah maut (Roma 6:23).
  • Karena Yesus benar-benar menjadi manusia (inkarnasi), Ia bisa mengalami kematian fisik.
  • Kalau Ia hanya dalam keadaan Allah saja, Ia tidak mungkin bisa mati, sebab Allah kekal.

Maka Yesus mati sebagai manusia supaya kematian-Nya sah untuk menggantikan manusia yang berdosa.


2. Sebagai wakil dan pengganti manusia

  • Ibrani 2:14 – “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis…”
  • Yesus mati dalam tubuh manusia → artinya Ia mewakili manusia di hadapan Allah.
  • Ia menanggung hukuman dosa kita, bukan sebagai Allah yang jauh, tapi sebagai manusia sejati.

3. Supaya bisa merasakan penderitaan manusia sepenuhnya

  • Filipi 2:8 – “Ia merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
  • Kematian Yesus bukan sekadar simbol, tapi penderitaan nyata: rasa sakit, kesepian, ditinggalkan.
  • Ini menunjukkan bahwa Allah benar-benar masuk ke dalam kondisi manusia, tidak hanya “berpura-pura”.

4. Menjadi jalan kebangkitan manusia

  • Kalau Yesus tidak sungguh-sungguh mati sebagai manusia, maka kebangkitan-Nya pun tidak akan berarti untuk kita.
  • Tetapi karena Ia mati sebagai manusia, maka ketika Ia bangkit, itu menjadi jaminan bahwa manusia juga akan bangkit (1 Korintus 15:20–22).

Jadi maknanya:
Yesus mati sebagai manusia sejati supaya kematian-Nya berlaku sah sebagai tebusan dosa, menjadi wakil umat manusia, menanggung penderitaan kita sepenuhnya, dan membuka jalan kebangkitan serta hidup kekal.



C. MATI SEBAGAI MANUSIA VS MATI SEBAGAI ALLAH

Mau saya jelaskan juga apa bedanya Yesus mati sebagai manusia dengan kalau seandainya Dia “mati” dalam keadaan ilahi?

1. Yesus mati sebagai manusia

  • KODRAT YANG BISA MATI: Manusia secara kodrati fana (bisa mati). Tubuh jasmani Yesus sungguh-sungguh bisa mengalami penderitaan, darah mengalir, napas terhenti.
  • TUJUAN KEMATIAN: Kematian-Nya sebagai manusia adalah jalan untuk menanggung hukuman dosa umat manusia (Roma 6:23 – upah dosa adalah maut).
  • SIFAT SEMENTARA: Maut hanya berkuasa atas tubuh-Nya, bukan atas keilahian-Nya. Karena itu Dia bisa bangkit.
  • KONSISTEN DENGAN MISI: Jika Yesus tidak sungguh mati sebagai manusia, maka penebusan tidak sah  karena manusia yang berdosa harus ditebus oleh manusia yang tidak berdosa (Ibrani 2:14–17).

2. Seandainya Yesus “mati” dalam keadaan ilahi

  • Kodrat ilahi tidak bisa mati: Allah itu kekal, tidak bisa lenyap atau berhenti ada (Mazmur 90:2, 1 Tim 6:16 – Allah bersemayam dalam terang yang tak dapat didekati, yang tidak dapat mati).
  • Konsekuensinya: Kalau keilahian Yesus bisa “mati”, maka seluruh eksistensi Allah berhenti, seluruh ciptaan lenyap, karena Allah adalah sumber keberadaan segala sesuatu (Kolose 1:16–17).
  • Tidak masuk akal teologis: Allah yang mati berarti Allah berhenti ada, padahal keberadaan-Nya absolut dan tidak bersyarat. Itu bertentangan dengan hakikat Allah.
  • Misi gagal: Jika keilahian-Nya mati, bukan hanya penebusan gagal, tetapi seluruh kosmos musnah karena ditopang oleh Firman.

Jadi bedanya:

  • Mati sebagai manusia → sungguh-sungguh wafat secara jasmani, tapi keilahian tetap hidup, sehingga maut dikalahkan, kebangkitan mungkin, dan penebusan sah.
  • Mati sebagai Allah → mustahil, karena Allah tidak dapat mati. Kalau itu terjadi (andaikan mungkin), berarti Allah berhenti ada, ciptaan lenyap, dan tidak ada penebusan.

Mau saya buatkan analogi sederhana biar lebih gampang dibayangkan, supaya terlihat mengapa kodrat manusia-Nya yang mati sedangkan kodrat ilahi-Nya tetap hidup?


1. Hakikat Allah sendiri

  • Allah tidak bisa mati dalam keilahian-Nya, karena Allah itu kekal dan tidak fana.
    📖 1 Timotius 6:16 → Allah “satu-satunya yang tidak takluk kepada maut.”
  • Kalau keilahian Allah bisa mati, maka Allah berhenti ada, dan seluruh ciptaan lenyap (Kolose 1:17).

2. Inkarnasi: Allah menjadi manusia

  • Dalam Yesus Kristus, Firman (Allah Anak) mengambil kodrat manusia, lengkap dengan tubuh dan jiwa (Yohanes 1:14).
  • Kodrat manusia Yesus bisa menderita dan mati (Ibrani 2:14).
  • Jadi: Allah tidak mati dalam keilahian-Nya, tapi sungguh mati dalam kemanusiaan-Nya.

3. Kenapa boleh kita katakan “Allah mati”

  • Karena Yesus Kristus adalah satu pribadi (bukan dua pribadi terpisah), maka apa yang dialami kemanusiaan-Nya bisa dikatakan juga tentang diri-Nya sebagai Allah Putra.
  • Contoh: Kisah Para Rasul 20:28 → “...jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah-Nya sendiri.”
    Allah tidak punya darah secara ilahi, tapi karena Yesus adalah Allah yang jadi manusia, maka Alkitab berani bilang “darah Allah.”

4. Jadi, siapa bilang Allah tidak bisa mati sebagai manusia?

  • Yang benar: Allah tidak bisa mati dalam keilahian-Nya,
  • Tapi Allah bisa mati dalam kemanusiaan-Nya melalui Yesus.
  • Itulah misteri salib: Yang tidak bisa mati menjadi manusia agar bisa mati untuk menyelamatkan kita.

Kesimpulan:

  • Allah tidak mungkin mati dalam kodrat ilahi.
  • Tapi Allah sungguh bisa mati dalam kodrat manusia yang diambil-Nya di dalam Yesus Kristus.
  • Karena itu, kita bisa berkata dengan iman: “Allah mati untuk saya di kayu salib” → bukan karena keilahian-Nya lenyap, melainkan karena Ia sungguh jadi manusia.

Mau saya jelaskan juga bagaimana para bapa gereja awal (misalnya Athanasius, Gregorius dari Nazianzus) menjelaskan misteri ini supaya lebih mantap?


D. MAKNA FANA

1. Makna "fana" dalam Alkitab

  • Kata fana dalam konteks tubuh manusia berarti: bisa mengalami kerusakan, penderitaan, dan kematian.
  • Contoh: 1 Korintus 15:53 → “Yang fana ini harus mengenakan yang tidak fana, dan yang mortal ini harus mengenakan yang tidak immortal.”
    Jadi “fana” = bisa rusak/mati, bukan lenyap atau hilang keberadaannya.

2. Tubuh fana ≠ lenyap

  • Waktu Yesus mati, tubuh-Nya tidak lenyap, tapi benar-benar mati, lalu dikuburkan (Markus 15:46).
  • Sesudah itu, tubuh yang sama dibangkitkan, hanya saja diubah menjadi tubuh kemuliaan (Lukas 24:39; Yoh 20:27).
  • Jadi, fana → bisa mati, tapi tetap ada, bukan hilang dari eksistensi.

3. Contoh sederhana

  • Misalnya pisau besi bisa berkarat dan patah = fana, tapi tidak otomatis lenyap dari keberadaan.
  • Demikian juga tubuh manusia: bisa rusak dan mati = fana, tapi tetap ada (jasad → tanah).

Jadi kesimpulan:

  • Fana = bisa menderita, rusak, dan mati.
  • Bukan berarti lenyap.
  • Tubuh Yesus fana → sungguh bisa mati. Tapi tidak lenyap, sebab:
    • Dikuburkan,
    • Lalu dibangkitkan dalam tubuh kemuliaan.

E. MAKNA KEKAL


1. Makna Kekal secara umum

  • Kekal = tidak bermula dan tidak berakhir.
  • Kekal = tidak tunduk pada waktu, tidak berubah, tidak rusak.
  • Jadi sesuatu yang kekal tidak pernah tidak ada dan tidak akan pernah berhenti ada.

2. Kekekalan Allah

  • Hanya Allah yang benar-benar mutlak kekal.
  • 📖 Mazmur 90:2 → “Dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.”
  • 📖 1 Timotius 1:17 → “Bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa...”
  • Artinya: Allah ada tanpa awal dan tanpa akhir, tidak tergantung pada ciptaan.

3. Kekekalan manusia (ciptaan)

  • Manusia tidak kekal dalam arti Allah. Kita punya awal mula (diciptakan).
  • Tapi Allah memberikan hidup yang tidak berkesudahan:
    • Daniel 12:2 → ada kebangkitan untuk hidup kekal atau untuk penghinaan kekal.
    • Yohanes 3:16 → orang percaya diberi “hidup yang kekal.”
  • Jadi makna kekekalan manusia: tidak berakhir (tetap eksis selamanya), tapi tetap punya permulaan.

4. Perbedaan penting

  • Allah kekal → tanpa awal, tanpa akhir, tidak berubah.
  • Manusia kekal (dalam anugerah) → punya awal, tapi akan terus ada (entah dalam hidup kekal atau hukuman kekal).

Kesimpulan:

  • Kekal = ada terus, tidak terikat oleh batas waktu.
  • Bagi Allah → kekekalan-Nya mutlak, tanpa awal maupun akhir.
  • Bagi manusia → kekekalan itu anugerah, ada awal (saat diciptakan), tapi tidak berakhir (selamanya).

Mau saya lanjutkan dengan menjelaskan hubungan kekekalan Allah dengan waktu ciptaan (apakah Allah “ada di dalam waktu” atau “di luar waktu”)?



TUBUH YESUS FANA

Dasar Alkitabnya yang jelas untuk menunjukkan bahwa tubuh Yesus benar-benar fana (bisa menderita dan mati).


Dalil Alkitab bahwa tubuh Yesus fana

  1. Yesus lapar & haus

    • Matius 4:2 → “Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.”
    • Yohanes 19:28 → “Yesus berkata: ‘Aku haus!’”
       Tubuh yang lapar & haus = tubuh yang fana.
  2. Yesus lelah & tidur

    • Yohanes 4:6 → “Yesus letih lesu karena perjalanan, lalu Ia duduk di pinggir sumur.”
    • Markus 4:38 → “Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam.”
      Kelelahan & butuh tidur hanya dialami tubuh fana.
  3. Yesus bisa berdarah & terluka

    • Yohanes 19:34 → “Tetapi seorang prajurit menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.”
      Tubuh fana = bisa berdarah & terluka.
  4. Yesus benar-benar mati

    • Markus 15:37 → “Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya.”
    • Roma 5:6, 8 → Kristus “telah mati untuk kita.”
      Hanya tubuh fana yang bisa benar-benar mati.
  5. Ibrani 2:14

    “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka…”
    Yesus sungguh mengambil kodrat manusia yang fana (darah & daging).


Jadi jelas:

  • Tubuh Yesus sama dengan tubuh manusia biasa → bisa lapar, haus, lelah, sakit, berdarah, bahkan mati.
  • Tapi beda-Nya: Yesus tanpa dosa (Ibrani 4:15). Karena itu maut hanya bisa menyentuh-Nya sementara, tapi tidak bisa menguasai-Nya.



Jaminsen

Welcome, TO BE LIKE JESUS

Post a Comment

Previous Post Next Post