PRIA YANG
BERTANGGUNG JAWAB
Kenyataan yang tidak dapat dibantah,
semakin banyak pria yang tidak berjalan dalam terang kebenaran Tuhan dalam
mengelola perasaan dan daging atau nafsu birahinya dalam berlayar di samudra
cinta. Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa Tuhan menaruh
cinta dalam kehidupan manusia dengan maksud yang jelas. Seorang pria yang akan
menjadi imam dan kepala rumah tangga, harus memiliki kebesaran jiwa untuk bisa
bertanggung jawab terhadap hidup ini, terhadap dirinya dan orang lain, juga
dalam mengelola cinta yang bisa bersemi di hati.
Harus ditegaskan bahwa cinta bukan sekadar perasaan, apalagi nafsu libido belaka. Cinta meliputi tanggung jawab, belas kasihan dan kerelaan berkorban demi keuntungan, kepentingan dan kebahagiaan pasangannya. Untuk itu, harus dipegang teguh prinsip ini bahwa melakukan sentuhan fisik seperti ciuman dan percumbuan yang membuka pintu gerbang hubungan seks harus dihindari. Mengenal lawan jenis bukan untuk memuaskan nafsu seks atas nama cinta. Mengenal lawan jenis adalah pergumulan menemukan partner untuk bisa bersama melayani Tuhan dan membalas kebaikan orang tua. Jangan meneruskan hubungan dengan wanita yang tidak takut Tuhan dan tidak menghormati orang tuamu. Demikian pula bagi wanita, jangan meneruskan hubungan dengan pria yang tidak menghormati dan mengasihi orang tuamu. Jodoh harus menjadi hadiah bagi keluargamu dan keluarga besar serta kaum kerabatmu.
Bagi pria, hargai teman wanitamu dengan
segala kehormatan. Untuk itu, jangan perlakukan secara tidak sopan, seperti
menciumi dan bercumbu, apalagi berhubungan seks. Bayangkan dan pikirkan bahwa
anda juga tidak ingin saudara wanitamu (adik atau kakak) diperlakukan seperti
itu oleh pria yang tidak bertanggung jawab. Seorang pria seharusnya bukan saja
menghormati teman wanitanya, tetapi juga melindungi dalam artinya yang luas.
Dalam arti yang luas termasuk menjaga keperawanan dan kesucian pasangamu. Dari
hal ini, sebenarnya wanita bisa melihat macam apa pria yang digauli tersebut.
Membangun keintiman tidak harus melalui
hubungan seks, tetapi melalui sebuah pergumulan bersama bertumbuh dalam Tuhan.
Ketika menyamakan persepsi mengenai hidup dan bersama memiliki komitmen
melayani Tuhan, maka seorang pria akan menemukan keintiman yang “tiada tara”
dengan pasangan yang diberikan atau disediakan Tuhan baginya. Sangatlah indah
kalau pasangan menjadi dewasa rohani dan bertumbuh tua secara usia bersama.
Kebahagiaan ini dapat dibangun sejak mengenal lawan jenis dan berhati-hati
dalam menentukan jodoh atau pasangan hidup.
Kenikmatan seks hanya boleh dinikmati di
dalam ikatan janji perkawinan di hadapan Tuhan. Seks adalah ekspresi yang tulus
dan benar dari cinta, bukan pada waktu berpacaran, tetapi dalam ikatan
pernikahan. Jadi jangan lakukan sebelum waktunya. Memang ini berat bagi yang
tidak mau menurut, tetapi ringan bagi yang mau taat. Kerjakanlah apa yang
terbaik bagi Tuhan, dirimu serta orang lain, walau tidak enak. Ingat rumus ini:
Seks yang paling aman dan benar dalam masa berpacaran adalah tidak melakukan
hubungan seks sama sekali. Jangan berpikir bahwa berpacaran tanpa seks seperti
sayur tanpa garam. Garam dalam berpacaran bukanlah seks, tetapi pengertian
untuk saling mempersiapkan diri guna hari esok.
Banyak orang muda dengan alasan hanya satu
kali saja melakukan hubungan seks, mereka melakukannya. Tetapi ternyata hal itu
menjadi ikatan atau semacam candu yang membelenggu, sehingga menjadi kebiasaan
yang menuntut untuk dilakukan terus menerus. Jangan berpikir bahwa hubungan
seks dilakukan hanya kali itu saja, atau itu yang terakhir. Dimulai dari suatu
kesalahan, maka akan berulang terus sampai menghancurkan kehidupan. Juga jangan
berpikir bahwa setelah melakukan itu, lalu minta ampun kepada Tuhan dengan
pikiran bahwa Tuhan pasti mengampuni. Ingat segala sesuatu yang ditabur akan
dituai.
Jangan meneruskan hubungan dengan orang yang tidak takut Tuhan dan tidak menghormati orang tuamu!
Membangun keintiman tidak harus melalui
hubungan seks, tetapi melalui sebuah pergumulan bersama bertumbuh dalam Tuhan.