KEDATANGAN TUHAN
Orang Percaya dapat mempercepat kedatangan hari Allah,
ini tampaknya suatu pernyataan yang tidak mudah dipahami, tetapi demikianlah
yang tertulis dalam (2 Ptr. 3:10-14): “Tetapi hari Tuhan akan tiba
seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat
dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada
di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara
demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup, yaitu kamu yang
menantikan dan MEMPERCEPAT
KEDATANGAN ALLAH. Pada hari itu
langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.
Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan
bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. Sebab itu, saudara-saudaraku
yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu
kedapatan TAK BERCACAT dan TAK BERNODA di
hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia”.
Hari Allah maksudnya adalah hari saat Allah mengakhiri
sejarah dunia. Ini berarti hari saat petualangan Iblis atau Lucifer berakhir,
dan ia beserta para pengikutnya dibuang ke dalam kegelapan abadi. Pada hari itu
langit akan lenyap, binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena
nyalanya. Inilah yang dikatakan oleh Wahyu bahwa bumi akan menjadi lautan api
(Wahyu 20:14-15).
Hari Allah adalah hari yang paling mengerikan bagi
Iblis dan para malaikat yang memberontak. Itulah sebabnya mereka berusaha agar
hari itu bisa ditunda selama mungkin. Untuk iblis dan para pengikutnya berusaha
menghambat terlaksananya eksekusi hukuman atas diri mereka. Bagaimana caranya?
Dengan cara mencegah orang percaya memiliki kehidupan yang saleh, tidak
bercacat dan tidak bercela. Mengapa? Sebab dengan kehidupan yang tidak bercacat
dan tidak bercela, berarti orang percaya menjaga corpus delicti.
Dalam 2 Ptr. 3:12, dikatakan orang percaya menantikan
dan mempercepat kedatangan hari Allah. Kata “mempercepat” dalam teks aslinya
berakar kata SPEVDO. Kata ini berarti “membuat sesuatu terjadi atau
datang dengan melakukan upaya tertentu, mempercepat”. Sulit dimengerti tetapi
demikian adanya, bahwa kedatangan Tuhan Yesus untuk mengakhiri sejarah dunia
bisa dipercepat oleh orang-orang percaya. Dengan demikian dikesankan bahwa
orang percaya dilibatkan oleh Allah dalam menentukan waktu diakhirinya sejarah
dunia.
Hal ini bisa dimengerti kalau kita mengkaitkan hal
kedatangan Tuhan Yesus dengan (Wahyu 6:11), bahwa kedatangan Tuhan
menunggu kegenapan jumlah orang yang kehilangan nyawa karena dibunuh.
Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai
jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat
sedikit waktu lagi HINGGA GENAP JUMLAH KAWAN-KAWAN PELAYAN DAN
SAUDARA-SAUDARA MEREKA, YANG AKAN DIBUNUH SAMA SEPERTI MEREKA (Wahyu
6:11)
Penderitaan Tubuh Kristus
Seperti halnya apa yang
diteladankan Rasul Paulus dalam hal menggenapi penderitaan dalam tuhuh
Kristus(jemaat), yang tertulis dalam kolose 1:24-25
Sekarang aku bersukacita bahwa
aku boleh menderita karena kamu, dan MENGGENAPKAN DALAM DAGINGKU APA
YANG KURANG DALAM PENDERITAAN KRISTUS,UNTUK TUBUHNYA, YAITU JEMAAT. (25) Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai
dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya
dengan sepenuhnya kepada kamu, (Kolose 1 : 24-25)
LAI TB, Mereka akan berperang
melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka,
karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di
atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia
juga akan menang, yaitu mereka yang
terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia. (Wahyu 17:14,
19:16)
Mengalahkan Iblis adalah Kepala
dan Tubuh Gereja
Orang-orang yang dibunuh yang dimaksud tidak hanya
orang-orang yang dibunuh secara fisik. Orang-orang yang mengalami penderitaan
dan aniaya dalam jiwanya (pikiran, perasaan dan kehendak) juga termasuk di
sini. Ini karena Firman Tuhan mengatakan bahwa YANG BISA MENGALAHKAN
IBLIS ADALAH DARAH ANAK DOMBA dan OLEH
PERKATAAN KESAKSIAN ORANG-ORANG PERCAYA, KARENA MEREKA TIDAK MENGASIHI NYAWA
MEREKA SAMPAI KE DALAM MAUT (Wah.
12:11).
Rela kehilangan nyawa
Terkait dengan pokok masalah ini, penting sekali untuk
mengerti apa yang dimaksud dengan “perkataan kesaksian mereka.” Yang bisa
mengalahkan Iblis bukan hanya darah Yesus, tetapi juga perkataan kesaksian
orang-orang percaya. Apa yang dimaksud dengan kata-kata ini? Perlu diketahui
bahwa “perkataan kesaksian mereka” tidak boleh dipisahkan dengan kata-kata yang
mengikutinya yaitu “tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.”
Orang-orang yang memiliki perkataan kesaksian yang
dapat mengalahkan Iblis adalah mereka yang benar-benar telah mengalami suatu
perjuangan sungguh-sungguh sampai tidak menyayangkan nyawa. Ini berarti
tidak memiliki kesenangan atau keinginan kecuali melakukan kehendak Bapa dan
menyelesaikan pekerjaan-Nya, atau berusaha menjadi corpus delicti. Sejatinya
inilah isi dan kualitas kehidupan Tuhan Yesus (Yoh. 4:34). Perjuangan seperti
ini juga telah dialami oleh Paulus, bahwa darahnya siap dicurahkan demi
pelayanan bagi jemaat Tuhan (2 Tim. 4:6-8). Inilah standar anak-anak Allah,
rela melepaskan nyawa bagi saudara-saudaranya (1 Yoh 3:16).
Dalam hal ini kita mengerti mengapa Tuhan Yesus
memberi syarat kepada pengikutnya untuk tidak menyayangkan nyawanya kalau mau
menjadi pengikut yang benar (Mat. 0:39; 16:25). Kata nyawa dalam teks aslinya
adalah psykhé yang juga dapat disebut “ jiwa ”, yang mengandung pikiran,
perasaan dan kehendak . Dalam jiwa ada keinginan-keinginan dan segala hasrat.
Di dalam jiwa ada berbagai pengertian dan filosofi. Oleh sebab itu seorang yang
rela kehilangan nyawa harus rela mengubah filosofi hidupnya. Perubahan bisa
terjadi jika mengalami pembaharuan pikiran (Rom. 12:2).
Melalui pembaharuan pikiran inilah gaya hidup
seseorang diubah. Perubahan yang signifikan ditandai dengan kerelaan berkorban
apapun demi melakukan kehendak Allah dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Seorang
yang bisa menjadi corpus delicti adalah orang yang benar-benar rela menjadi
seperti ANGGUR YANG
TERCURAN dan ROTI YANG TERPECAH. Merekalah
orang yang tidak menyayangkan nyawanya seperti Majikan Agungnya. Orang percaya
seperti ini meneladani sikap hidup Tuhan Yesus yang “tidak memiliki tempat
untuk meletakkan kepala-Nya”. Mereka orang-orang yang layak disebut Kristen.
Seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus bahwa hidup di dunia bukan untuk wisata
tetapi untuk bekerja menggenapi rencana Bapa meneruskan tugas penyelamatan yang
telah diselesaikan oleh Tuhan Yesus di kayu salib.
Menggenapi rencana Allah
Tulisan Petrus menunjukkan bahwa orang percaya dapat
mempercepat kedatangan Tuhan Yesus (2 Ptr. 3:12). Kata “mempercepat”
mengesankan bahwa waktu kedatangan Tuhan Yesus yang ditentukan oleh Allah Bapa
bersifat fleksibel atau relatif. Tuhan Yesus mengatakan bahwa masa dan waktu
pemulihan “Kerajaan Israel” ditetapkan oleh Bapa menurut kuasa-Nya (Kis 1:7).
Kata kuasa disini adalah eksusia, yaitu kuasa dalam arti otoritas atau hak.
Artinya “itu hak Bapa.”
Ini mengingatkan kita dengan pernyataan Yesus bahwa
diri-Nya tidak berhak memberikan posisi atau kedudukan bagi orang percaya. Itu
hanya Bapa yang hendak menyediakan atau menentukannya (Mat. 20:23). Hal ini
bisa menunjukkan bahwa Bapa menentukan orang-orangnya tetapi juga bisa menunjuk
jumlah orang-orang yang mempercepat kedatangan Tuhan ditentukan oleh Allah
Bapa. Dalam hal tersebut, Bapa menghendaki ada orang-orang yang ditentukan-Nya
menjadi orang-orang terkemuka di Kerajaan Tuhan Yesus Kristus. Tentu saja
mereka itu yang bersedia menderita bersama-sama dengan Tuhan Yesus; layak
dimuliakan bersama-sama dengan Dia (Rom. 8:17).
Orang-orang yang tidak mengasihi nyawa bukan hanya
mereka yang mengalami aniaya fisik dan dibunuh secara fisik pula, tetapi mereka
yang rela tidak menikmati dunia sama seperti anak-anak dunia. Orang-orang yang
tidak menyayangkan nyawa tersebut adalah orang-orang yang rela menderita
bersama-sama dengan Tuhan. Merekalah orang-orang yang menerima baptisan yang
sama seperti yang Tuhan terima, yaitu penderitaan (Mrk. 10:38-39). Dengan hal
tersebut di atas jelas sekali Firman Tuhan menyatakan bahwa yang dibutuhkan
Tuhan adalah orang-orang yang bisa menggenapi rencana Allah. Oleh sebab itu
fokus hidup dan pelayanan kita adalah berusaha menjadi pribadi yang tidak
menyayangkan nyawa, artinya rela meninggalkan kesenangan diri sendiri .
Selanjutnya menolong orang lain untuk memiliki kualitas hidup yang sama.
Betapa sulitnya memiliki sikap hidup tidak
menyayangkan nyawa pada jaman ini. Pada umumnya orang-orang berlomba untuk
menyelamatkan nyawanya. Ini adalah irama hidup standar yang dikenakan hampir
semua manusia yang hidup di dunia ini. Sebaliknya, tidak menyayangkan nyawa
adalah irama hidup yang dikenakan oleh Tuhan Yesus Kristus. Ia datang ke dunia
melepaskan semua kemuliaan-Nya, mengosongkan diri dengan keadaan sama seperti
manusia yang berdosa (Fil. 2:5-7).
Tuhan Yesus bisa memperoleh dan menikmati dunia ini,
tetapi ia memilih untuk melakukan kehendak Bapa. Ia matikan diri-Nya dari
segala kesenangan dunia. Pengakuannya adalah bahwa makanan-Nya atau rezeki-Nya
adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Iblis masih bekerja keras sebisa-bisanya untuk dapat
mencegah manusia menjadi corpus delicti, yaitu seperti Kristus yang menyerahkan
nyawanya untuk kemuliaan Allah Bapa dan taat sampai mati di kayu salib. Memang
bagi Iblis, orang-orang baik tidak membahayakan dirinya tetapi orang-orang yang
bersungguh-sungguh berusaha untuk memiliki kualitas hidup seperti Kristuslah
yang menakutkannya. Semakin banyak orang percaya diproses semakin seperti
Kristus, berarti semakin tercukupi jumlah orang percaya yang menjadi corpus
delicti. Ini berarti semakin cepat sejarah dunia berakhir dan Iblis dihukum
.Itulah sebabnya Lucifer yang jatuh menciptakan berbagai ajaran baik di dalam
dan di luar gereja untuk menghambat manusia menjadi seperti Kristus.
Ajaran-ajaran yang diciptakan oleh Lucifer diantaranya
bukan ajaran yang membuat orang menjadi jahat tidak bermoral atau bertingkah
tidak beradab seperti hewan, tetapi menciptakan orang-orang beragama yang baik
dan santun dalam kehidupan tetapi tidak akan pernah menjadi corpus delicti.
Orang percaya tidak boleh terjebak dengan pola hidup keberagamaan yang
menenggelamkan orang percaya pada standar kehidupan orang beragama yang baik,
tetapi tidak menjadi corpus delicti . Orang percaya harus berhati-hati terhadap
pengajaran yang menekankan pemenuhan kebutuhan jasmani sehingga mengabaikan
maksud keselamatan diberikan. Kekristenan harus menjadi jalan hidup, dimana
seorang anak Tuhan terus menerus belajar mengenakan gairah hidup Anak Allah
agar berkualitas sebagai corpus delicti
Mari kita mengikuti jejak Tuhan Yesus, membentuk irama
hidup seperti yang dimiliki-Nya. Dengan demikian yang dimaksud dengan memenuhi
rencana Tuhan adalah berusaha menjadi corpus delicti untuk mengakhiri pekerjaan
Iblis sehingga Kerajaan Allah bisa diwujudkan. Kita harus berpikir bahwa kita
adalah corpus delicti yang terakhir yang dinantikan. Inilah Kekristenan yang
sejati.