Menjadi anak-anak Allah bukan sekadar sebutan, tetapi benar-benar berkeadaan sebagai anak-anak Allah. Dalam (Efesus 1:5) jelas sekali dikatakan bahwa Allah menentukan supaya orang-orang pilihan-Nya menjadi “anak-anak Allah.” Dalam (Roma 8:4) menyatakan bahwa semua orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah. Dalam hal ini seseorang dapat dikatakan sebagai anak Allah, bukan karena sekadar menjadi orang Kristen, aktivis gereja, majelis atau pendeta, tetapi karena dipimpin oleh Roh Kudus. Jadi kalau dikatakan bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus, artinya bukan saja bahwa di luar Kristus tidak ada keselamatan, tetapi juga bahwa keselamatan hanya melalui atau oleh korban Tuhan Yesus atas orang yang memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus.
Dalam
(Roma
8:14) Firman Tuhan menunjukkan bahwa semua orang yang dipimpin Roh
Allah, adalah anak Allah. Kualifikasi ini tidak bisa digantikan dengan yang
lain. Orang yang hidup dalam pimpinan Roh Allah adalah orang-orang yang
berpotensi untuk dapat melakukan segala sesuatu selalu sesuai dengan kehendak
Bapa. Dengan demikian hanya orang percaya yang memberi diri dipimpin oleh Roh
Kudus yang dimungkinkan menjadi anak-anak Allah. Hasil atau buah, atau akibat
dari hidup yang dipimpin Roh Kudus adalah orang percaya menemukan roh dalam
arti menemukan gairah, spirit atau hasrat yang sama dengan Kristus. Jika orang
percaya hidup menurut roh tersebut, maka barulah dapat dikatakan sebagai
anak-anak Allah yang sah (Yun. Huios). Inilah fasilitas keselamatan, agar orang
percaya dapat dikembalikan ke rancangan Allah semula. Orang yang selalu hidup
menurut roh akan menyatu dengan roh tersebut, gairah hidup lamanya digantikan
dengan gairah hidup menurut roh tersebut. Sehingga secara permanen hidup orang
percaya tersebut berubah total.
Dalam
hal ini jelas sekali bahwa seseorang dapat menjadi anak Allah yang benar atau
sah, tergantung masing-masing individu. Jika seorang Kristen masih memiliki
tanda-tanda orang yang hidup “menurut daging,” maka jelas ia bukan anak Allah.
Ia bisa merasa sebagai anak Allah, tetapi Tuhan tidak akan mengakuinya (Mat.
7:21-23). Tuhan menyediakan fasilitas pimpinan Roh Kudus yang
menghasilkan roh yang sesuai dengan Dia, agar orang percaya hidup menurut roh
tersebut, tetapi apakah seseorang memberi atau menyediakan diri hidup menurut
roh atau menurut daging tergantung masing-masing individu. Dalam hal ini, Tuhan
memberi kebebasan kepada masing-masing individu. Hanya orang yang menurut
kepada roh yang dapat melakukan kehendak Bapa. Dengan demikian keselamatan
bukan ditentukan secara sepihak oleh Allah, tetapi diperankan juga oleh
perjuangan masing-masing individu.
Hidup
menurut roh artinya segala sesuatu yang dilakukan hanya sesuai dengan pikiran
dan perasaan Tuhan. Tentu saja orang-orang yang hidup menurut roh tidak lagi
hidup menuruti keinginannya sendiri. Tetapi mengarahkan diri kepada kehendak
dan rencana Bapa serta memfokuskan diri pada kehidupan yang akan datang, yaitu
Kerajaan Surga. Jika orang percaya bisa melakukan hal ini, betapa hebat
kualitas hidup yang dimilikinya. Hal inilah yang mengesahkan dan menunjukkan
bahwa dirinya adalah anak-anak Allah. Dalam hal ini seseorang yang menyebut
Allah sebagai Bapa haruslah memiliki kualitas yang sangat luar biasa. Dengan
demikian apakah seseorang nanti akan diterima di dalam keluarga Kerajaan atau
tidak, sudah nampak dari perilakunya sekarang di bumi ini.
Oleh
sebab itu harus diingat bahwa menjadi orang percaya berarti berhutang untuk
hidup menurut roh, bukan menurut daging, artinya menjadi orang percaya harus
tidak lagi hidup seperti anak-anak dunia atau seperti sebelum dirinya bertobat.
Menurut daging artinya menuruti diri sendiri atau hidup dalam kewajaran manusia
lain hidup. Mereka yang memikirkan hal-hal dari daging atau dunia ini, menjalankan
hidupnya hanya untuk mencari dan menikmati dunia ini dengan segala hiburannya.
Inilah yang dimaksud dengan “percintaan dunia,” yaitu hidup dalam keinginan
daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup. Sejatinya, banyak orang Kristen
masih berkondisi seperti ini. Mereka bukanlah orang-orang yang jahat dalam
sudut pandang norma umum, tetapi mereka tidak hidup menurut roh. Kehidupan
mereka masih bisa disebut sebagai hidup dalam perbudakan.
Orang-orang
yang masih hidup dalam perbudakan tidak pernah hidup dalam pimpinan Roh Kudus,
tentu saja mereka juga tidak mengerti bagaimana hidup menurut roh. Mereka tidak
hidup di dalam kehendak Allah, tetapi hidup dalam kehendak diri sendiri, yaitu
kehendak yang tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Orang-orang yang
ada dalam perbudakan ini adalah orang-orang yang tidak layak memanggil Allah
sebagai Bapa. Mereka adalah anak-anak dunia, sebab gairah mereka adalah gairah
yang dikuasai oleh materi dunia ini. Betapa celakanya orang-orang Kristen
seperti mereka ini, yang merasa tidak perlu berjuang dengan sungguh-sungguh
untuk keluar dari percintaan dunia karena merasa sudah terpilih dan ditentukan
untuk selamat dan pasti masuk surga.
Memang kalau dibandingkan dengan anugerah dari Tuhan
dalam proses penyempurnaan kita sampai kita berkeadaan sebagai anak-anak Allah
yang mencapai kualitas hidup yang berkenan di hadapan Allah tidak sebanding.
walaupun kita berjuang dengan segenap hati, pikiran, perasaan kita dan segenap
kekuatan kita dalam melakukan kehendak Bapa tetap tidak sebanding dengan
anugerah Allah sebab anugerah dari Allah tidak terukur harganya, tetapi perlu
diingat bahwa tanpa respon kita yang memadai maka kita tidak bisa diproses
sampai sempurna.