Saudaraku,
Kalimat “sempurna seperti Bapa” menjadi persoalan yang belum selesai dalam kehidupan gereja Tuhan. Banyak perdebatan yang terjadi sekitar kalimat ini. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan sempurna seperti Bapa ini? Apakah manusia bisa sempurna seperti Bapa? Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang percaya “harus” sempurna seperti Bapa di surga (Mat. 5:48). Kata “harus” di sini berarti bukan sesuatu yang bisa atau boleh dihindari. Ini pasti sesuatu yang bernilai mutlak. Kata harus di dalam teks ini memberi kabar baik, sebab di balik kata harus di sini diisyaratkan bahwa kita bisa melakukannya. Sebab Tuhan yang bijaksana tidak mungkin memberi perintah yang sifatnya mutlak yang harus dilakukan sementara kita tidak bisa melakukannya.
Kualitas hidup sempurna seperti Bapa adalah ciri atau yang menandai seseorang adalah anak-anak Allah (Mat. 5:45). Berkenaan dengan hal ini kita bisa menghubungkan dengan tulisan dalam Injil Yohanes, bahwa Ia memberikan kuasa supaya kita menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12). Dalam 2 Petrus 1:3-4, Allah memberikan kuasa agar kita mengambil bagian dalam kodrat Ilahi. Tuhan memanggil kita sebagai anak-anak-Nya, tetapi apakah sah menjadi anak Allah, tergantung pencapaian kita di hadapan Allah (Ibr. 12:7-9). Orang yang berhasil mengambil bagian dalam kekudusan-Nya adalah orang yang bersedia menjadi anak Allah. Itulah sebabnya kita harus hidup dalam ketakutan selama menumpang di bumi ini (1Ptr. 1:17).
Kata Bapa dalam ayat ini hendak mengisyaratkan bahwa kita adalah anak-anak Allah semesta alam. Kita adalah keturunan Allah. Dalam Alkitab dikatakan bahwa Adam adalah anak Allah (Luk. 3:38). Lebih tegas dan kontroversi lagi, Paulus menyatakan bahwa manusia adalah keturunan Allah (Kis. 17:28-29). Kata keturunan dalam teks aslinya adalah henos (ένος) yang artinya keturunan (Ing. offspring, race, stock, descendants), kata yang sama yang digunakan untuk pengertian keturunan secara umum. Dengan kata Bapa di sini orang percaya dipanggil untuk dikembalikan seperti rancangan Allah semula, yaitu diciptakan menurut rupa dan gamba Allah sebagai Bapa.
Saudaraku,
Setelah Tuhan Yesus membandingkan hukum yang diberlakukan bagi umat Perjanjian Lama dan hukum yang dikenakan umat Perjanjian Baru yang menekankan batiniah (Mat, 5:21-47), Tuhan Yesus mengatakan agar orang percaya sempurna seperti Bapa di surga. Standar kelakuan yang ditunjukkan Tuhan Yesus bukan hanya di atas kualitas hukum yang diberlakukan bagi umat Israel, tetapi juga sangat bersifat batiniah. Dalam hal ini Tuhan menunjukkan bahwa orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan, tetapi juga dan kualitas batiniah seperti Bapa di surga.
Setelah Tuhan Yesus membandingkan hukum yang diberlakukan bagi umat Perjanjian Lama dan hukum yang dikenakan umat Perjanjian Baru yang menekankan batiniah (Mat, 5:21-47), Tuhan Yesus mengatakan agar orang percaya sempurna seperti Bapa di surga. Standar kelakuan yang ditunjukkan Tuhan Yesus bukan hanya di atas kualitas hukum yang diberlakukan bagi umat Israel, tetapi juga sangat bersifat batiniah. Dalam hal ini Tuhan menunjukkan bahwa orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan, tetapi juga dan kualitas batiniah seperti Bapa di surga.
Pada akhirnya kehidupan orang percaya adalah kehidupan yang tidak diatur oleh siapapun kecuali oleh Allah sendiri sebagai Bapa. Hukum yang diberikan Tuhan hanya menjadi “tutor” sementara, sebab akhirnya tanpa tekanan dan bayang-bayang hukum seseorang bisa memiliki kelakuan yang bukan saja tidak melanggar hukum, tetapi sesuai dengan kehendak Allah. Dalam hal ini orang percaya harus memiliki kualitas moral seperti Allah sendiri. Kualitas moral seperti inilah yang sebenarnya Allah Bapa kehendaki dimiliki oleh anak-anak-Nya. Dan mereka harus memilikinya, sebab Tuhan Yesus berkata “harus sempurna”. Dengan demikian menjadi sempurna maksudnya agar orang percaya hidup dalam pengaturan Tuhan sepenuhnya. Tidak ada yang anak Tuhan kerjakan di luar kehendak Allah Bapa. Sehingga akhirnya kita bisa berkata seperti Tuhan Yesus berkata: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”.
Saudaraku,
Sebenarnya Allah tidak memformat manusia sejak semula untuk hidup di bawah bayang-bayang hukum atau peraturan, itulah sebabnya pada waktu penciptaan, Allah tidak merumuskan hukum untuk dilakukan. Allah menciptakan manusia menurut rupa dan gambar-Nya, artinya bahwa Allah memberikan kemampuan moral kepada manusia yang bisa membaca pikiran dan perasaan Allah, sehingga segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan keinginan Bapa. Jadi, sempurna seperti Bapa artinya segala suatu yang dilakukan oleh seorang anak Tuhan sesuai dengan yang Allah Bapa kehendaki. Dengan demikian seorang anak Tuhan yang selalu berjalan dengan Allah untuk belajar melakukan kehendak-Nya secara benar akan memiliki frekuensi pikiran dan perasaan yang “nyambung” dengan Allah.
Dengan demikian tanpa pemaksaan seorang anak Tuhan akan selalu berjalan sesuai dengan kehendak Allah yang sama berjalan seiring dengan Tuhan sendiri. Di sini seseorang bisa berdialog dengan Allah. Dialog ini akan semakin terbuka dan intensif, sehingga seseorang bisa tinggal di dalam Dia; artinya dalam persekutuan dengan Allah Bapa seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus (Yoh. 17:20-21). Itulah sebabnya Tuhan menghendaki agar kita memiliki pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (Yun. phroneo). Pikiran dan perasaan inilah yang hampir sama dengan nurani (Yun. suneidesis). Tetapi sebelum Tuhan Yesus menang, taat sampai mati, menderita, disalib dan bangkit, Ia berkata orang percaya harus sempurna seperti Bapa, sebab pada waktu itu Ia belum bisa mengklaim bahwa diri-Nya menang. Tetapi setelah Tuhan Yesus menang, maka ia bisa menjadi pokok keselamatan bagi orang yang taat kepada-Nya (Ibr. 5:9), maka kalau seseorang mau sempurna seperti Bapa ia harus mengenal kehidupan Tuhan Yesus.
Tags:
Renungan Harian