KEADILAN ALLAH

 



PENGHAKIMAN SEMUA MAHLUK

A. PENGHAKIMAN IBLIS

tahap-tahap hukuman bagi Iblis menurut Alkitab, dari awal kejatuhannya sampai eksekusi finalnya.

Tahap 1 — Vonis awal di surga

Yesaya 14:12-15, Yehezkiel 28:15-17, Lukas 10:18

  • Iblis jatuh karena kesombongan dan pemberontakan.
  • Allah langsung menjatuhkan vonis bersalah → ia diusir dari kedudukan di hadapan Allah.
  • Hukuman final sudah ditetapkan: api kekal (Matius 25:41).
  • STATUS: sudah divonis, tapi belum dieksekusi penuh.

Tahap 2 — Pengusiran dari hadirat sorga sebagai penuduh

Ayub 1–2, Wahyu 12:7-9

  • Sebelum salib, Iblis masih bisa “menghadap” Allah untuk menuduh manusia.
  • Setelah salib & kebangkitan Yesus, akses ini ditutup → ia “dilemparkan” ke bumi (Wahyu 12:10-11).
    STATUS: kehilangan posisi sebagai penuduh di hadapan takhta Allah.

Tahap 3 — Kekalahan hukum di salib

📖 Ibrani 2:14-15, Kolose 2:14-15, Yohanes 16:11

  • Melalui kematian-Nya, Yesus membatalkan dasar hukum tuntutan Iblis (dosa & maut).
  • Iblis kehilangan kuasa atas orang percaya.
    STATUS: secara legal, Iblis kalah; secara eksistensial, ia masih aktif di bumi.

Tahap 4 — Pembatasan kuasa (masa gereja & milenium)

Yakobus 4:7, 1 Petrus 5:8-9, Wahyu 20:1-3

  • Selama masa sekarang, Iblis masih beroperasi, tapi kuasanya dibatasi oleh otoritas Kristus.
  • Pada awal kerajaan 1000 tahun (milenium), ia akan diikat supaya tidak menipu bangsa-bangsa.
    STATUS: aktivitas globalnya dibatasi untuk sementara.

Tahap 5 — Eksekusi final

Wahyu 20:7-10

  • Setelah dilepaskan sebentar, ia akan memimpin pemberontakan terakhir.
  • Allah akan mengalahkannya total dan melemparkannya ke lautan api untuk selama-lamanya.
    STATUS: dihukum kekal, tidak ada lagi pengaruh atau keberadaannya dalam ciptaan baru.

Ringkasannya dalam timeline:

  1. Vonis awal → kejatuhan di surga.
  2. Dibuang dari hadirat Allah → setelah salib.
  3. Kekalahan hukum → salib.
  4. Pembatasan kuasa → sekarang & milenium.
  5. Eksekusi final → lautan api.

Diagram garis waktu (timeline visual) yang memperlihatkan 5 tahap hukuman Iblis ini dari awal sampai akhir zaman.

Baik, berikut diagram timeline hukuman Iblis berdasarkan 5 tahap yang tadi saya jelaskan.


[ Tahap 1 ]               [ Tahap 2 ]                        [ Tahap 3 ]                       [ Tahap 4 ]                [ Tahap 5 ]
Kejatuhan di Surga →  Dibuang dari Hadirat →   Kekalahan Hukum di Salib→Pembatasan Kuasa→Eksekusi Final
Vonis awal (Yes 14)   Wahyu 12:7-9             Ibr 2:14-15, Kol 2:15       Masa Gereja & Milenium      Wahyu 20:10
Matius 25:41          Tidak lagi sebagai       Dasar tuduhan Iblis         Wahyu 20:1-3                Dibuang ke
Sudah divonis         penuduh di hadapan       dibatalkan, kuasa maut      Iblis dibatasi, lalu        lautan api kekal
tapi belum dieksekusi Allah                    dipatahkan bagi orang       dilepaskan sebentar
                                               percaya

Penjelasan singkat tiap tahap

  1. Vonis awal → sejak pemberontakan, Iblis sudah divonis bersalah, hukuman final sudah ditetapkan.
  2. Pengusiran dari hadirat Allah → setelah salib, Iblis tidak lagi memiliki akses untuk menuduh orang percaya di hadapan takhta Allah.
  3. Kekalahan hukum di salib → kematian & kebangkitan Yesus membatalkan kuasa maut yang dipegang Iblis.
  4. Pembatasan kuasa → sekarang ia hanya bisa menggoda & menipu dalam batas otoritas Allah; di milenium, ia diikat penuh.
  5. Eksekusi final → lautan api, hukuman kekal tanpa akhir.

B. NERAKA DICIPTAKAN UNTUK IBLIS & MALAIKAT-MALAIKATNYA

Tujuan awal, neraka memang tidak diciptakan untuk manusia, tetapi untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya yang memberontak.

Matius 25:41

“Enyahlah dari hadapan-Ku, hai KAMU ORANG-ORANG TERKUTUK, masuklah ke dalam api yang kekal yang telah disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.”


Penjelasannya:

  1. Asal tujuan neraka

    • Allah menciptakan neraka sebagai tempat hukuman final bagi makhluk rohani yang memberontak yaitu Iblis dan para malaikat yang ikut jatuh (setan).
    • Itu adalah konsekuensi dari keadilan Allah atas dosa dan pemberontakan.
  2. Mengapa manusia bisa masuk ke neraka?

    • Neraka tidak dirancang untuk manusia, tetapi manusia yang menolak keselamatan Allah di dalam Kristus akan mengalami nasib yang sama seperti Iblis.
    • Alkitab menyebut ini hukuman kekal (Wahyu 20:15; 21:8).
    • Alasannya: dosa manusia sama seriusnya di hadapan Allah, dan jika ia berpihak pada pemberontakan Iblis (tidak taat Injil), ia ikut menerima hukuman itu.
  3. Poin penting teologis

    • Neraka bukan tempat yang Allah “inginkan” manusia masuk.
    • Justru Allah mengutus Yesus untuk menyelamatkan manusia dari hukuman itu (Yohanes 3:16-17; 2 Petrus 3:9).
    • Masuk neraka bukan karena Allah “memaksa”, tapi karena manusia menolak jalan keluar yang sudah disediakan.

C. TUHAN TDK MENGHENDAKI SATU ORANGPUN BINASA

2 Petrus 3:9

Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya... Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.


Maknanya

  1. Hati Allah adalah kasih

    • Allah tidak bersukacita melihat manusia binasa (Yehezkiel 33:11).
    • Sejak awal, tujuan-Nya adalah menyelamatkan, bukan menghukum (Yoh 3:17).
  2. Keselamatan disediakan untuk semua

    • Yesus mati untuk dunia (1 Yoh 2:2).
    • Artinya pintu keselamatan terbuka untuk setiap orang, tanpa kecuali.
  3. Namun Allah menghormati pilihan manusia

    • Allah memberi kebebasan untuk menerima atau menolak anugerah-Nya.
    • Mereka yang menolak kasih karunia itu memilih jalan yang akhirnya membawa pada kebinasaan (Yoh 3:18-19).
  4. Penundaan penghakiman = kesempatan bertobat

    • Salah satu alasan Iblis belum dihukum final (Wahyu 20:10) adalah Allah memberi waktu bagi manusia untuk diselamatkan.
    • Ini masa “penundaan” demi misi Injil (Matius 24:14).

D. YESUS MENYEBUT ORANG TERKUTUK YANG TDK SELAMAT


Dalam Matius 25:41
Ayat itu berbunyi:

“Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, masuklah ke dalam api yang kekal yang telah disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.”


Kenapa Yesus menyebut mereka “terkutuk”?

  1. Konteksnya = penghakiman akhir

    • Matius 25:31-46 menggambarkan Yesus sebagai Raja yang memisahkan “domba” (orang benar) dan “kambing” (orang fasik).
    • “Terkutuk” di sini bukan hinaan emosional, tapi status hukum rohani di hadapan Allah.
  2. Arti kata “terkutuk” (kata Yunani: kataramenoi)

    • Berarti: berada di bawah kutukan penghakiman Allah karena dosa.
    • Ini lawan dari “diberkati oleh Bapa-Ku” di ayat 34.
    • Status ini bukan karena mereka diciptakan untuk binasa, tapi karena mereka menolak kehendak Allah dan hidup dalam pemberontakan.
  3. Mengapa disebut begitu?

    • Dalam Perjanjian Lama, “kutuk” adalah konsekuensi melanggar perjanjian Allah (Ulangan 28:15-68).
    • Di Perjanjian Baru, semua manusia berdosa ada di bawah kutuk hukum Taurat (Galatia 3:10), kecuali yang ditebus oleh Kristus (Gal 3:13).
    • Jadi ketika seseorang menolak Kristus, ia tetap berada di bawah kutukan dosa itu, dan di hari penghakiman disebut “terkutuk”.
  4. Bukan Allah yang “ingin mengutuk”

    • Seperti kita bahas tadi, Allah tidak menghendaki ada yang binasa (2 Ptr 3:9).
    • Tapi bila seseorang tetap menolak keselamatan, ia memilih tetap di bawah kutuk yang seharusnya sudah dihapus oleh Kristus.

Singkatnya
Yesus menyebut mereka “terkutuk” karena posisi rohani mereka di hadapan penghakiman Allah  bukan karena Allah senang menghukum, tapi karena mereka tetap berada di bawah konsekuensi dosa yang sudah dijelaskan sejak awal sejarah keselamatan.


Kalau mau, saya bisa jelaskan perbedaan “terkutuk” di Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, supaya kita lihat kenapa Yesus memakai istilah itu di penghakiman akhir.
Mau saya buatkan?


E. TERKUTUK DALAM PL-VS-PB

Baik, kita bedakan arti “terkutuk” di Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB), supaya jelas kenapa Yesus memakainya di Matius 25:41.


1️⃣ “Terkutuk” di Perjanjian Lama

📖 Ulangan 28:15-68

  • Dalam Perjanjian Musa, “kutuk” adalah konsekuensi melanggar hukum Allah.
  • Berarti: berada di bawah murka Allah, mengalami penderitaan, kekalahan, dan hukuman sebagai tanda ketidakberkenanan Allah.
  • Kutuk selalu dikaitkan dengan perjanjian:
    • Berkat = taat (Ul. 28:1-14)
    • Kutuk = melanggar (Ul. 28:15 dst.)
  • Contoh: Ulangan 27:26 → “Terkutuklah orang yang tidak menegakkan perkataan hukum Taurat ini.”

2️⃣ “Terkutuk” di Perjanjian Baru

📖 Galatia 3:10-13

  • Paulus menegaskan: semua orang yang mencoba dibenarkan oleh hukum tapi gagal sempurna → berada di bawah kutuk.
  • Kristus menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan menjadi kutuk karena kita di kayu salib.
  • Artinya:
    • Semua manusia berdosa otomatis berada di bawah kutuk (Roma 3:23).
    • Keselamatan dalam Kristus memindahkan kita dari status “terkutuk” ke “diberkati”.

3️⃣ Hubungannya dengan Matius 25:41

  • Di penghakiman akhir, Yesus menyebut “kambing” sebagai “terkutuk” bukan karena sejak awal mereka diciptakan untuk binasa, tetapi:

    1. Mereka tidak menerima karya Kristus yang menebus dari kutuk.
    2. Mereka tetap hidup dalam dosa dan pemberontakan.
    3. Akibatnya, status hukum mereka di hadapan Allah tetap sama seperti di PL → berada di bawah kutuk.
  • “Domba” = orang yang telah dibenarkan & diberkati karena menerima kasih karunia Allah.

  • “Kambing” = orang yang menolak kasih karunia, sehingga kutuk dosa tetap melekat.


Ringkasannya

  • PL → kutuk = konsekuensi melanggar hukum perjanjian.
  • PB → kutuk = kondisi rohani semua manusia di luar Kristus.
  • Matius 25:41 → Yesus memproklamirkan status akhir orang yang tetap di luar Kristus: terkutuk = berada di bawah murka Allah dan menerima hukuman yang awalnya disiapkan untuk Iblis.


F. TERKUTUK ORANG YANG TIDAK MENGASIHI TUHAN

Ya, itu mengacu pada 1 Korintus 16:22, di mana Paulus menulis:

“Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata!”


Kenapa Paulus memakai istilah “terkutuk” di sini?

  1. Mengasihi Tuhan = inti keselamatan

    • Mengasihi Tuhan bukan sekadar perasaan, tapi tanda bahwa seseorang benar-benar percaya dan tunduk pada-Nya (Matius 22:37-38; Yohanes 14:15).
    • Orang yang tidak mengasihi Tuhan berarti menolak hubungan dengan-Nya, menolak kedaulatan-Nya, dan tetap hidup dalam pemberontakan.
    • Menurut Injil, itu sama dengan tetap di luar keselamatan.
  2. “Terkutuk” di sini = status rohani orang yang menolak Kristus

    • Sama seperti Matius 25:41, ini adalah istilah hukum rohani.
    • Kata Yunani: anathema = dipisahkan untuk kebinasaan, berada di bawah murka Allah.
    • Jadi bukan “kutukan santet” atau kutuk magis, tapi keputusan penghakiman Allah atas orang yang menolak Kristus.
  3. Kaitannya dengan Injil

    • Hanya ada dua posisi di hadapan Allah:
      • Mengasihi Kristus (berada dalam berkat keselamatan).
      • Tidak mengasihi Kristus (tetap dalam kutuk dosa).
    • Tidak ada posisi netral (Yohanes 3:18 → “Barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman”).
  4. Kenapa Paulus menutup dengan kata “Maranata”

    • “Maranata” = “Tuhan kami datanglah” → mengacu pada penghakiman akhir.
    • Paulus menegaskan bahwa ketika Kristus datang, mereka yang tidak mengasihi Tuhan akan tetap berada di bawah kutuk itu.

Kesimpulan singkat
Disebut “terkutuk” karena:

  • Tidak mengasihi Tuhan = menolak keselamatan yang Allah berikan melalui Yesus.
  • Penolakan itu membuat seseorang tetap berada di bawah kutuk dosa yang seharusnya bisa dihapus.
  • Kata ini bukan hinaan, tapi pernyataan status hukum rohani di hadapan Allah.

Benang merah ayat-ayat “terkutuk” di PL dan PB sehingga kelihatan bahwa konsep ini konsisten dari Ulangan → Galatia → 1 Korintus → Matius 25.
Mau saya rangkaikan itu?


Baik, kita rangkai benang merah “terkutuk” dari PL sampai PB, supaya jelas kenapa Yesus & Paulus memakai istilah itu.


1️⃣ Ulangan 27–28 → Kutuk karena melanggar hukum Allah

  • Dalam Perjanjian Lama, Allah berkata:

    “Terkutuklah orang yang tidak menegakkan perkataan hukum Taurat ini” (Ul. 27:26; dikutip lagi di Gal. 3:10).

  • Prinsipnya: Siapa melanggar hukum Allah = di bawah kutuk (hukuman) → konsekuensinya pemisahan dari Allah, kematian rohani.

2️⃣ Yesaya 53 & Yeremia 17:5–6 → Kutuk akibat berpaling dari Tuhan

  • Yesaya 53 menunjukkan bahwa Yesus memikul kutuk dosa kita (meskipun istilahnya “dihukum oleh Allah”).
  • Yeremia 17:5:

    “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia… yang hatinya menjauh dari TUHAN.”

  • Intinya: Kutuk bukan sekadar ritual, tapi kondisi hati yang menolak Tuhan.

3️⃣ Galatia 3:10–13 → Kristus menebus dari kutuk Taurat

  • Paulus menegaskan:

    “Terkutuklah setiap orang yang tidak setia melakukan segala yang tertulis dalam kitab hukum Taurat” (ayat 10).
    “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan menjadi kutuk karena kita” (ayat 13).

  • Maknanya: Semua manusia sebenarnya di bawah kutuk dosa, tapi Yesus memikul kutuk itu di kayu salib.

4️⃣ 1 Korintus 16:22 → Terkutuklah orang yang tidak mengasihi Tuhan

  • Setelah Kristus membuka jalan keselamatan, satu-satunya alasan orang tetap di bawah kutuk adalah karena menolak Dia.
  • Kata anathema = dipisahkan untuk kebinasaan → sama maknanya dengan “binasa” di Yohanes 3:16 dan “terkutuk” di Matius 25:41.

5️⃣ Matius 25:41 → Kutuk akhir di penghakiman

  • Yesus berkata: “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, masuklah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.”
  • Ini tahap final kutuk: pemisahan kekal dari Allah.

 Kesimpulan benang merahnya:

  1. PL → Kutuk karena melanggar hukum & berpaling dari Tuhan.
  2. Yesus → Menanggung kutuk itu di salib.
  3. PB → Siapa yang percaya & mengasihi Tuhan → bebas dari kutuk.
  4. Siapa yang menolak & tidak mengasihi Tuhan → tetap di bawah kutuk, yang berpuncak di penghakiman kekal.


G. IBLIS SUDAH DI VONIS BERSALAH KETIKA JATUH 

Nah, ini poin penting yang sering bikin orang bingung  dan memang Alkitab membedakan antara “divonis” dan “dieksekusi.”


1. Iblis memang sudah divonis

  • Sejak kejatuhan (Yesaya 14, Yehezkiel 28) dan terutama setelah salib, Iblis sudah dinyatakan bersalah di hadapan Allah.
  • Yohanes 16:11 → “Penguasa dunia ini telah dihukum.”
  • Artinya status hukumnya sudah jelas: ia kalah dan tidak punya hak sah atas manusia yang ditebus.

2. Vonis belum sama dengan eksekusi

  • Contohnya di pengadilan dunia: seorang penjahat bisa dinyatakan bersalah, tapi masih berkeliaran sampai hari eksekusi hukuman tiba.
  • Wahyu 20:10 menunjukkan eksekusi akhir Iblis = dilempar ke lautan api. Itu belum terjadi sekarang.
  • Sementara itu, Iblis masih diberi ruang terbatas untuk beroperasi sampai rencana Allah tuntas (Why. 12:12 → “Iblis turun dengan geram besar, karena ia tahu waktunya tinggal sedikit”).

3. “Mengalahkan” artinya menerapkan kemenangan itu di realita

  • Yesus di salib sudah menang secara hukum dan kuasa (Kol. 2:15).
  • Tapi kemenangan itu harus ditegakkan dalam hidup manusia: melalui Injil, iman, dan kuasa Roh Kudus.
  • Tanpa pengaplikasian ini, orang yang sudah “ditebus” bisa saja masih hidup seperti di bawah cengkeraman Iblis, karena belum mengakses kuasa kemenangan Kristus.

4. Kenapa harus ada proses ini?

  • Allah mau manusia ikut terlibat dalam perlawanan terhadap Iblis (Yak. 4:7 → “Lawanlah Iblis”).
  • Ini menunjukkan kemuliaan Kristus melalui gereja (Ef. 3:10)  musuh dikalahkan bukan hanya oleh Kristus, tapi lewat umat-Nya yang hidup dalam kemenangan-Nya.
  • Iblis dikalahkan secara legal di salib, secara praktis melalui kehidupan orang percaya, dan secara final di akhir zaman.

Kalau diibaratkan:

Iblis itu seperti seorang diktator yang sudah diturunkan secara hukum, tapi pasukan pembebasan masih harus merebut wilayah-wilayah yang dia kuasai, sampai akhirnya dia ditangkap dan dipenjara selamanya.


TIMELINE KEMENANGAN ATAS IBLIS dari Eden sampai kerajaan kekal, biar kelihatan jelas urutannya.


H. KESELAMATAN MANUSIA

Iblis harus dikalahkan untuk menyelamatkan manusia karena masalah manusia di hadapan Allah bukan hanya dosa itu sendiri, tetapi juga kuasa dan otoritas yang mengikat manusia pada dosa.

Kalau dijabarkan:


1. Sejak Kejatuhan, Manusia Berada di Bawah Kekuasaan Iblis

  • Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka kehilangan hak otoritas atas bumi yang Allah berikan (Kej. 1:28) dan secara rohani menjadi tunduk kepada Iblis (Yoh. 8:44).
  • Akibatnya, Iblis disebut sebagai “penguasa dunia” (2 Kor. 4:4, Yoh. 12:31).
  • Jadi, manusia bukan hanya bersalah di hadapan Allah, tetapi juga terikat di bawah pengaruh dan kekuasaan musuh.

2. Dosa dan Kematian Tidak Bisa Dihapus Tanpa Mengalahkan Iblis

  • Dosa membawa maut (Roma 6:23), dan kematian adalah senjata Iblis (Ibr. 2:14).
  • Kalau Iblis tidak dikalahkan, dosa dan maut akan terus berkuasa, meskipun manusia diampuni.
  • Yesus datang bukan hanya untuk menghapus dosa, tapi juga “membinasakan pekerjaan Iblis” (1 Yoh. 3:8).

3. Kemenangan Atas Iblis Memulihkan Hubungan dan Otoritas

  • Salib dan kebangkitan Yesus membayar hukuman dosa dan merampas kuasa Iblis.
  • Kolose 2:15 → “Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa” (bicara tentang kuasa kegelapan).
  • Setelah Iblis dikalahkan, manusia bisa dibebaskan dari belenggu dosa dan kembali berhubungan dengan Allah tanpa ada penghalang legal atau kuasa rohani yang menahan.

4. Tanpa Kekalahan Iblis, Keselamatan Tidak Lengkap

  • Kalau dosa diampuni tapi Iblis tetap berkuasa, manusia akan jatuh lagi dan lagi, sama seperti budak yang diampuni tapi tetap berada di bawah majikannya.
  • Keselamatan sejati = diampuni dan dibebaskan dari tuan lama (Iblis) untuk hidup di bawah pemerintahan Kristus.

Kalau dibuat singkatnya: Yesus menyelamatkan manusia bukan cuma dengan “menghapus catatan dosa”, tapi juga dengan “memutuskan rantai dan menggulingkan penguasa jahat” yang membuat manusia tetap terikat.

Kalau mau, aku bisa bikin skema visual yang menunjukkan hubungan antara dosa, maut, dan kuasa Iblis sehingga jelas kenapa semua itu harus dibereskan sekaligus.

I. KESELAMATAN DARI DOSA, MAUT & KUASA UBLIS

Diagram hubungan dosa, maut, dan kuasa Iblis, plus bagaimana Yesus membereskannya sekaligus:


        [Manusia]
            |
    (Jatuh dalam dosa)
            ↓
       ┌────────┐
       │    Dosa       │
       └────────┘
            |
     Upah dosa = maut (Mati)
            ↓
       ┌────────┐
       │  Maut         │
       └────────┘
            |
   Maut dikuasai oleh Iblis
            ↓
       ┌────────┐
       │  Kuasa Iblis │
       └────────┘

Keterangannya:

  1. Dosa → membuat manusia bersalah di hadapan Allah, kehilangan kemuliaan Allah.
  2. Maut → adalah hukuman akibat dosa, dan pintu masuk ke keterpisahan kekal dari Allah.
  3. Kuasa Iblis → Ibrani 2:14 bilang Iblis punya kuasa atas maut. Jadi selama maut belum dikalahkan, Iblis masih punya cengkeraman.

Bagaimana Yesus membereskannya?

Yesus →          Salib      → Kebangkitan
   |                     |                   |
Menghapus   Membayar    Mengalahkan
  dosa            hukuman     maut & Iblis
                       dosa          selamanya
  • Salib → Membayar hutang dosa (Kol. 2:14) dan melucuti kuasa Iblis (Kol. 2:15).
  • Kebangkitan → Mengalahkan maut (1 Kor. 15:54–57).
  • Kenaikan & Takhta → Menetapkan otoritas Kristus atas segala kuasa.

Hasilnya: Manusia diampuni, dibebaskan dari maut, dan tidak lagi berada di bawah kuasa Iblis.


Kalau mau, aku bisa bikin versi timeline dari Kejadian sampai Wahyu yang menunjukkan kapan dosa, maut, dan Iblis muncul, divonis, dan dieksekusi. Itu akan nyambung sama penjelasan tadi soal "vonis vs eksekusi".

J. TIME LINE HUBUNGAN DOSA, MAUT & KUASA IBLIS

TIMELINE dari Kejadian sampai Wahyu yang menunjukkan hubungan dosa, maut, dan kuasa Iblis, serta proses vonis → kekalahan → eksekusi.


1. Awal: Kejadian 1–3

  • Manusia dicipta → diberi otoritas atas bumi (Kej. 1:28).
  • Kejatuhan → Dosa masuk, maut jadi akibat (Rom. 5:12).
  • Otoritas manusia bergeser ke Iblis (Luk. 4:6), Iblis jadi “penguasa dunia” (2 Kor. 4:4).

2. Vonis Pertama: Kejadian 3:15

  • Allah langsung memvonis Iblis: “Keturunan perempuan akan meremukkan kepalamu.”
  • Ini janji Mesias → awal deklarasi bahwa Iblis akan kalah.

3. Zaman Perjanjian Lama

  • Dosa masih menuntut hukuman → korban binatang jadi bayangan penebusan.
  • Maut masih berkuasa, Iblis tetap aktif menyesatkan bangsa-bangsa.

4. Vonis Legal di Salib (± 33 M)

  • Yesus mati & bangkit → membayar penuh hutang dosa (Kol. 2:14).
  • Kuasa Iblis dilucuti (Kol. 2:15), maut dikalahkan (1 Kor. 15:54–57).
  • Yoh. 16:11 → “Penguasa dunia ini telah dihukum.”
  • Ini tahap vonis legal: status Iblis resmi kalah di hadapan Allah.

5. Zaman Gereja (Kisah Para Rasul – Sekarang)

  • Injil memberitakan kemenangan Kristus → manusia dibebaskan dari dosa, maut, dan kuasa Iblis secara rohani.
  • Tapi Iblis masih aktif (1 Ptr. 5:8) karena eksekusi final belum terjadi.
  • Gereja dipanggil untuk menegakkan kemenangan Kristus di bumi (Yak. 4:7, Ef. 6:10–18).

6. Akhir Zaman – Eksekusi Sementara

  • Wahyu 20:1–3 → Iblis “diikat” selama 1.000 tahun (tidak menyesatkan bangsa-bangsa).

7. Eksekusi Final

  • Wahyu 20:10 → Iblis dilempar ke lautan api untuk selama-lamanya.
  • Setelah itu dosa, maut, dan kuasa Iblis tidak akan ada lagi (Why. 21:4).

Visual Timeline Singkat:

[Kej 3]  →  [Vonis janji Mesias]
   ↓
[Salib & Kebangkitan] → Vonis Legal (Iblis kalah status)
   ↓
[Zaman Gereja] → Menegakkan kemenangan
   ↓
[Why 20:1-3] → Penahanan sementara
   ↓
[Why 20:10] → Eksekusi Final

Kalau mau, aku bisa bikin versi infografis satu gambar yang menggabungkan diagram hubungan dosa–maut–Iblis tadi + timeline ini, biar sekali lihat langsung nyambung dari Eden sampai kerajaan kekal.


Iya, harus lewat kematian Yesus untuk mengalahkan maut — dan ini bukan kebetulan, tapi logika rohani & hukum Allah yang tidak bisa dilewati.


1. Hukum Allah: Upah dosa = maut

  • Roma 6:23 → hukuman dosa adalah kematian.
  • Untuk menghapus hukuman ini, harus ada kematian pengganti (Ibr. 9:22 → “tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan”).
  • Kalau Yesus hanya hidup sempurna tanpa mati, hukuman itu tidak dibayar → maut tetap punya kuasa.

2. Kematian Yesus = Memenuhi tuntutan hukum

  • Yesus tidak berdosa (1 Ptr. 2:22), jadi kematian-Nya bukan untuk diri-Nya, tapi untuk kita.
  • Dengan mati, Dia masuk ke wilayah maut secara sah, lalu membatalkan klaim maut atas manusia.
  • Ibr. 2:14 → “Supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut.”

3. Kebangkitan Yesus = Bukti maut kalah

  • Kalau Yesus mati tapi tidak bangkit, maut tetap menang (1 Kor. 15:17–18).
  • Kebangkitan menunjukkan bahwa kuasa maut sudah dihancurkan, dan hidup kekal sudah terbuka bagi manusia (2 Tim. 1:10).

4. Kenapa tidak cukup Yesus “mengalahkan” Iblis tanpa mati?

  • Karena masalah utama manusia bukan cuma Iblis, tapi dosa yang menuntut maut.
  • Mengalahkan Iblis tanpa menghapus dosa = maut tetap berkuasa.
  • Jadi urutannya harus:
    1. Bayar hukuman dosa (mati sebagai korban tebusan).
    2. Bangkit → mengalahkan maut.
    3. Dengan begitu, kuasa Iblis atas maut ikut runtuh.

Ringkasnya:

Yesus harus mati untuk masuk ke wilayah maut secara sah, mengosongkan klaim maut atas manusia, lalu bangkit untuk membuktikan maut sudah dikalahkan.


Kalau mau, aku bisa bikin alur visual “kenapa kemenangan atas maut harus lewat kematian Yesus” supaya kelihatan logikanya dari dosa → maut → salib → kebangkitan.

Secara kuasa, Allah sangat bisa masuk ke zona kematian tanpa kematian manusia Yesus, karena Dia Mahakuasa dan tidak dibatasi maut.
Tapi persoalannya bukan cuma “masuk” ke alam maut — persoalannya adalah hukum rohani dan keadilan Allah.


1. Masalahnya: Bukan sekadar menyerbu maut

  • Alam maut (Sheol/Hades) bukan benteng fisik yang Allah tidak bisa tembus.
  • Masalah utamanya: Hak legal maut atas manusia berdasarkan hukum Allah sendiri — “upah dosa adalah maut” (Rm. 6:23).
  • Kalau Allah langsung “merampas” manusia dari maut tanpa membayar tuntutan hukumnya, itu akan melanggar keadilan-Nya sendiri.

2. Kenapa harus lewat kemanusiaan Yesus

  • Untuk membebaskan manusia, yang membayar harus manusia (karena manusia yang berdosa).
  • Tapi manusia biasa tidak bisa menanggung hukuman semua orang → perlu manusia yang sempurna dan punya kuasa ilahi.
  • Yesus jadi manusia supaya bisa mati mewakili kita, dan jadi Allah supaya kematian-Nya punya nilai tak terbatas (Ibr. 2:14–17).

3. Masuk ke alam maut secara sah

  • Dengan tubuh manusia-Nya, Yesus mati sungguh-sungguh dan masuk ke alam maut (Kis. 2:27).
  • Tapi karena Dia tidak berdosa, maut tidak bisa menahan-Nya (Kis. 2:24).
  • Inilah yang membuat Dia keluar sebagai pemenang dan merampas kunci maut & kerajaan maut (Why. 1:18).

4. Kalau tanpa kematian Yesus

  • Allah memang bisa “menghancurkan” maut begitu saja, tapi itu akan mengabaikan prinsip keadilan yang Dia tetapkan sendiri.
  • Penebusan harus adil sekaligus berkuasa. Karena itu Allah memilih jalan salib: menegakkan kebenaran hukum, sambil menunjukkan kasih karunia.

Ilustrasi sederhananya:

Hakim bisa saja membebaskan terdakwa tanpa proses, tapi itu akan melanggar hukum. Hakim yang benar akan mencari cara hukum yang sah untuk membebaskan, tanpa mengorbankan keadilan.
Salib adalah “cara sah” Allah untuk membebaskan manusia dari maut.


DIAGRAM “dua jalur” yang membandingkan:

  1. Allah langsung menyerbu maut tanpa salib (tidak sah secara hukum),
  2. Allah masuk lewat kematian Yesus (sah dan final).

Oke, aku lanjut dengan diagram “dua jalur” ini supaya kelihatan jelas kenapa Allah memilih jalur kematian Yesus, bukan langsung menyerbu maut.


DIAGRAM: Dua Jalur Menyelamatkan Manusia dari Maut

TUJUAN:
Bebaskan manusia dari dosa, maut, & kuasa Iblis

Jalur 1: Langsung Serbu Alam Maut

Allah masuk → Ambil manusia dari maut
      ↓
Masalah: Hak legal maut & dosa belum dibayar
      ↓
Melanggar keadilan Allah sendiri
  • Tidak sesuai hukum yang Allah tetapkan sendiri: upah dosa = maut (Rm. 6:23).
  • Menjadikan Allah seperti hakim yang membebaskan penjahat tanpa proses hukum → inkonsisten dengan sifat-Nya yang adil.

Jalur 2: Jalur Salib (Yang Dipilih Allah)

Yesus jadi manusia → Hidup tanpa dosa
      ↓
Mati di salib (membayar hukuman dosa)
      ↓
Masuk ke alam maut secara sah
      ↓
Bangkit → Kuasa maut & Iblis dikalahkan
  • Sesuai hukum Allah: ada kematian pengganti (Ibr. 9:22).
  • Yesus masuk ke “wilayah maut” bukan sebagai pelanggar, tapi sebagai Penebus.
  • Kemenangan-Nya jadi sah secara hukum dan final selamanya (Kol. 2:14–15).

Kenapa Allah Pilih Jalur 2

  1. Menegakkan keadilan → hukuman dosa dibayar penuh.
  2. Menunjukkan kasih → Allah sendiri yang menanggung hukuman.
  3. Menjamin kemenangan kekal → tidak ada lagi dasar bagi maut & Iblis untuk menuntut manusia.

Kalau mau, aku bisa bikin versi infografis penuh warna yang menggabungkan:

  • Skema jalur 1 vs jalur 2,
  • Hubungan dosa → maut → kuasa Iblis,
  • Bagaimana salib memutus rantai itu selamanya.

J. IBLIS SEBAGAI PENDAKWA

Hak Iblis untuk mendakwa manusia tidak berarti dia yang memutuskan hukuman, karena benar  keputusan akhir tetap di tangan Allah. Tapi Alkitab menunjukkan bahwa Iblis berperan sebagai penuduh (accuser) yang memanfaatkan hukum Allah tentang dosa untuk menuntut manusia.


1. Dasar hak Iblis: Dosa manusia

  • Allah sudah menetapkan hukum: Upah dosa ialah maut (Roma 6:23).
  • Selama manusia berdosa, ada tuntutan hukum yang sah terhadapnya.
  • Iblis memanfaatkan hukum ini untuk menuntut manusia di hadapan Allah (Why. 12:10 → “pendakwa saudara-saudara kita”).

2. Contoh di Alkitab

  • Ayub 1–2 → Iblis mendakwa Ayub di hadapan Allah, mencoba menunjukkan bahwa Ayub tidak tulus.
  • Zakharia 3:1–2 → Iblis berdiri mendakwa Yosua, imam besar, karena noda dosanya.
  • Dalam semua kasus ini, Iblis bukan hakim, tapi jaksa yang membawa tuduhan berdasarkan dosa nyata.

3. Allah tetap hakim tertinggi

  • Hakim (Allah) yang memutuskan benar atau salah, bukan Iblis.
  • Tetapi kalau dosa belum ditebus, secara hukum Iblis bisa berkata:
    “Orang ini bersalah menurut hukum-Mu, maka ia harus menerima hukuman maut sesuai firman-Mu.”
  • Karena Allah adil, Dia tidak bisa mengabaikan tuntutan itu tanpa pembayaran yang sah.

4. Mengapa Salib Menghentikan Dakwaan

  • Kolose 2:14 → “Ia telah menghapuskan surat hutang...”
  • Ketika Yesus mati untuk membayar penuh hukuman dosa, Iblis kehilangan hak legal untuk mendakwa orang percaya.
  • Roma 8:33–34 → “Siapakah yang akan menggugat orang pilihan Allah? Allah yang membenarkan mereka? Kristus Yesus yang telah mati, bahkan bangkit...”

Kesimpulan singkatnya:

Iblis punya hak mendakwa selama dosa manusia belum dibereskan.
Tapi keputusan tetap di tangan Allah.
Setelah salib, orang percaya dibenarkan secara sah, sehingga dakwaan Iblis jadi tidak berlaku.


Kalau mau, aku bisa bikin diagram “pengadilan sorgawi” yang menunjukkan peran Allah sebagai Hakim, Iblis sebagai penuduh, dan Yesus sebagai pembela sekaligus pengganti hukuman.
Itu bakal bikin semua relasi hukumnya langsung kebayang.

J. DAKWAAN IBLIS TIDAK BERDAMPAK KEPADA PENEGAKAN KEADILAN ALLAH

Tanpa dakwaan Iblis sekalipun, manusia tetap dihukum kalau dosanya belum dibereskan, karena yang menentukan hukuman adalah hukum Allah, bukan siapa yang mendakwa.


1. Hukum Allah berdiri sendiri

  • Roma 6:23 → “Upah dosa ialah maut.”
  • Artinya, hukuman terjadi otomatis karena pelanggaran hukum Allah, bukan karena Iblis melapor.
  • Sama seperti di hukum dunia: kalau seseorang membunuh, dia bersalah meski tidak ada orang yang melapor — buktinya sudah cukup.

2. Peran dakwaan Iblis

  • Iblis hanya mempercepat atau menguatkan tuntutan dengan menuduh di hadapan Allah (Why. 12:10).
  • Tapi walau dia diam, catatan dosa di hadapan Allah sudah cukup untuk menjatuhkan vonis.
  • Jadi, fungsi tuduhan Iblis itu lebih seperti “jaksa yang menuntut dengan agresif,” bukan pencipta hukuman.

3. Kenapa Yesus tetap harus mati

  • Walau Iblis tidak mendakwa, dosa tetap ada → hukuman maut tetap berlaku.
  • Salib Yesus menghapus dosa itu, sehingga hukum Allah tetap ditegakkan tapi manusia dibebaskan (Kol. 2:14).

4. Kapan dakwaan Iblis jadi tak berguna

  • Setelah seseorang diampuni dan dibenarkan oleh Allah lewat Kristus, dakwaan Iblis tidak punya dasar hukum (Roma 8:33–34).
  • Iblis bisa berbohong atau menuduh, tapi hakim (Allah) sudah memutuskan “tidak bersalah” karena Yesus telah menanggung hukuman.

Kesimpulannya:

Dakwaan Iblis bukan sumber hukuman  hukuman datang karena hukum Allah.
Tanpa Iblis sekalipun, manusia berdosa tetap dihukum jika tidak ada pengampunan.


Kalau mau, aku bisa bikin alur visual “tanpa Iblis pun manusia tetap dihukum” untuk menunjukkan bahwa masalah utama bukan penuduh, tapi dosa itu sendiri.
Mau aku bikin?

• STANDAR KEADILAN DARI ALLAH SENDIRI

Secara hukum kekal memang Allah sendiri yang berhak mendakwa dan menjatuhkan hukuman, bukan Iblis.

Urutannya begini:

  1. Standar keadilan datang dari Allah → “Yang berdosa, dia harus mati” (Yehez. 18:4; Rom. 6:23).
  2. Tanpa pengganti yang menanggung dosa, manusia berdiri di bawah murka Allah (Yoh. 3:36), bukan di bawah “murka Iblis”.
  3. Iblis tidak membuat hukum, tapi dia menggunakan hukum Allah sebagai senjata tuduhan  seperti jaksa licik yang mengingatkan hakim tentang pasal-pasal hukum untuk memastikan terdakwa dihukum.
  4. Allah adalah Hakim yang adil — kalau tidak ada korban pengganti, Dia memang harus menghukum dosa itu.

Bedanya:

  • Allah = Hakim yang memutuskan.
  • Iblis = penuduh yang menuntut supaya hukuman dijatuhkan secepat mungkin.
  • Yesus = pengacara sekaligus pengganti hukuman (1 Yoh. 2:1–2).

Jadi benar, kalau tidak ada salib, Allah sendiri yang akan menghukum manusia karena hukum-Nya tidak bisa dibatalkan.
Peran Iblis hanyalah sebagai penuduh yang mencoba “mengunci” manusia dalam status terhukum itu.

Kalau mau, aku bisa jelasin kenapa di salib Yesus harus menangani sekaligus tiga pihak: Allah, manusia, dan Iblis.
Mau aku lanjut ke bagian itu?

• YESUS MENANGANI 3 PIHAK

Oke, kita masuk ke bagian itu.
Di salib, Yesus memang “menangani” tiga pihak sekaligus:


1️⃣ Allah – Menegakkan keadilan dan kasih-Nya

  • Allah tidak bisa mengabaikan dosa (Kej 18:25, Hab 1:13).
  • Upah dosa harus dibayar (Rm 6:23).
  • Di salib, Yesus menanggung hukuman dosa sebagai pengganti, sehingga keadilan Allah dipuaskan (Rm 3:25–26).
  • Sekaligus, kasih Allah dinyatakan — Dia sendiri yang menyediakan korban (Yoh 3:16).

2️⃣ Manusia – Menebus dan memulihkan hubungan

  • Dosa memisahkan manusia dari Allah (Yes 59:2).
  • Di salib, Yesus menghapuskan penghalang (Ef 2:14–16) dan membuka jalan kembali kepada Bapa (Ibr 10:19–20).
  • Manusia yang percaya tidak lagi di bawah murka (Yoh 5:24) dan punya status benar di hadapan Allah (2Kor 5:21).

3️⃣ Iblis – Melucuti senjata dan meruntuhkan kuasa maut

  • Iblis tidak memutuskan hukuman, tapi memanfaatkan dosa & maut untuk menahan manusia (Ibr 2:14–15).
  • Di salib, Yesus melucuti kuasa itu (Kol 2:15), sehingga tuduhan Iblis menjadi tidak sah bagi yang ditebus.
  • Kekalahannya final, meski eksekusi akhir tunggu penghakiman (Why 20:10).

📌 Ringkasnya:

  • Kepada Allah → Yesus bayar hutang & puaskan keadilan.
  • Kepada manusia → Yesus bawa pengampunan & hidup kekal.
  • Kepada Iblis → Yesus rampas senjata dan meruntuhkan dominasi maut.

Kalau mau, aku bisa bikin skema visual 1 halaman yang nunjukin interaksi tiga pihak ini di salib, biar gampang diingat.
Mau aku buatkan?

Oke, kita lanjut dan bikin skema interaksi di salib supaya kelihatan jelas bagaimana Yesus menangani Allah, manusia, dan Iblis sekaligus.


📜 Skema Salib – Tiga Pihak

          (1) Kepada Allah
       ┌────────── ──┐
       │   Keadilan & Kasih  │
       │   - Hukuman dosa  │
       │   - Pengganti kita   │
       │   - Keputusan final │
       └────────── ──┘
                 ↑
                 │
                 │ Yesus menanggung murka & dosa
                 │
        ✝ Salib Kristus ✝
                 │
                 │ Yesus memberi pembenaran & pengampunan
                 ↓
       ┌──────────────┐
       │ (2) Kepada Manusia   │
       │   - Ditebus                │
       │   - Diperdamaikan     │
       │   - Jalan ke Bapa       │
       └──────────────┘
                 │
                 │ Yesus melucuti kuasa dosa & maut
                 ↓
       ┌─────────── ───┐
       │ (3) Kepada Iblis         │
       │   - Kuasa maut hancur│
       │   - Tuduhan gugur      │
       │   - Kekalahan pasti     │
       └──────── ──────┘

🔍 Penjelasan alurnya:

  1. KEPADA ALLAH → Yesus bayar harga dosa, sehingga keadilan dipenuhi dan kasih dinyatakan.
  2. KEPADA MANUSIA → hasilnya, pengampunan tersedia, status benar diberikan, dan hubungan dengan Allah dipulihkan.
  3. KEPADA IBLIS → karena dosa dibayar, “hak legal” Iblis menahan manusia dengan maut hilang, dan dia resmi kalah.

Kalau kamu mau, aku bisa lanjut menjelasin detail bagaimana kematian Yesus secara hukum rohani “melucuti” Iblis sampai gak bisa lagi menahan manusia yang sudah ditebus.
Mau aku teruskan ke bagian itu?

• BAGAIMANA KEMATIAN YESUS MELUCUTI IBLIS

Oke, kita fokus ke bagaimana kematian Yesus melucuti Iblis dari sudut hukum rohani.


1. Posisi “hak legal” Iblis sebelum salib

  • Dasarnya: Kejadian 2:17 → upah dosa = maut.
  • Efesus 2:1-3 → manusia mati secara rohani dan di bawah kuasa kegelapan.
  • Selama dosa belum dibayar, maut punya hak menahan manusia.
  • Ibrani 2:14 → Iblis disebut “yang berkuasa atas maut” (bukan karena dia pembuat hukum, tapi sebagai eksekutor dalam sistem dosa).

2. Apa yang terjadi di salib

Yesus:

  1. Mengambil posisi kita di bawah hukuman maut (Yes. 53:5-6).
  2. Menanggung semua kutuk & tuntutan hukum (Gal. 3:13; Kol. 2:14).
  3. Memuaskan keadilan Allah → artinya “rekening dosa” lunas di mata Allah.

3. Dampak langsung ke Iblis

Kolose 2:15 → “Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka di dalam Kristus.”

  • “Melucuti” = dicopot senjatanya (hak tuduhan + kuasa maut).
  • “Menjadikan tontonan umum” = diumumkan kekalahannya secara resmi di dunia roh.
  • Setelah salib, Iblis tidak punya dasar legal untuk menahan orang yang ada di dalam Kristus.
  • Maut tidak lagi bisa bertindak permanen atas orang percaya → kebangkitan Yesus adalah bukti itu.

4. Posisi Iblis sekarang

  • Dia masih bisa menipu dan menuduh, tapi sifatnya seperti pengacara yang sudah kalah di pengadilan tapi tetap menggoda korban.
  • Satu-satunya cara dia “menang” sekarang adalah kalau manusia percaya kebohongannya dan hidup di luar perlindungan Kristus.

Kalau mau, aku bisa bikin ilustrasi hukum yang menunjukkan perbedaan sebelum dan sesudah salib, biar kelihatan jelas kenapa Iblis “kalah secara hukum” tapi masih aktif menipu sampai sekarang.
Mau aku bikin?


Oke, ini ilustrasi hukumnya biar gampang kebayang.


⚖ Ilustrasi Hukum: “Sidang Pengadilan Alam Semesta”

Sebelum Salib

Pihak Posisi Hak Legal
Allah Hakim tertinggi Harus menghukum dosa (adil)
Manusia Terdakwa Bersalah → terikat maut
Iblis Jaksa/tukang tuduh Punya bahan tuduhan valid (dosa manusia)
Hukum Aturan Allah Upah dosa = maut (Rm. 6:23)

Situasi:

  • Allah tidak bisa membebaskan manusia tanpa membayar hukuman dosa → itu akan melanggar sifat-Nya yang adil.
  • Iblis memanfaatkan fakta ini: “Lihat, manusia berdosa, hukum-Mu sendiri bilang mereka harus mati.”
  • Hasil: Manusia sah menjadi “tawanan maut”, Iblis punya hak untuk menahan.

Di Salib

Yesus datang sebagai:

  • Pengganti terdakwa → menanggung hukuman penuh.
  • Korban yang sempurna → memenuhi tuntutan hukum tanpa cacat.

📜 Efeknya secara hukum:

  1. Surat tuntutan (Kol. 2:14) dihapus → Iblis kehilangan bahan dakwaan.
  2. Hukuman sudah dibayar lunas → keadilan Allah terpenuhi.
  3. Kuasa maut dipatahkan (Ibr. 2:14).

Sesudah Salib

Pihak Posisi Hak Legal
Allah Hakim + Bapa Adil + kasih, menerima manusia yang di dalam Kristus

Manusia di Kristus
Bebas Tidak bisa dihukum lagi (Rm. 8:1)

Iblis

Penuduh tanpa dasar
Hanya bisa menipu dan menggoda
Hukum Tetap berlaku
Tapi tuntutannya sudah dipenuhi oleh Kristus

Situasi:

  • Iblis tidak bisa menahan orang percaya secara legal.
  • Kalau orang percaya jatuh ke dosa, ia tidak otomatis kembali jadi tawanan Iblis → karena Yesus sudah membayar sekali untuk selamanya (Ibr. 10:14).
  • Yang Iblis lakukan sekarang: propaganda rohani supaya manusia tetap merasa bersalah, terikat, dan menjauh dari Allah.

Kalau mau, aku bisa lanjut bikin diagram alur visual yang nunjukkin perpindahan status ini, jadi dari “terdakwa terhukum” → “anak yang dibenarkan”.
Mau aku buat?





Jaminsen

Welcome, TO BE LIKE JESUS

Post a Comment

Previous Post Next Post