TAFSIR ALKITAB - PARDES
Anda mungkin memiliki banyak sekali buku-buku referensi, tafsir atau commentary Kristen yang ditulis para theolog-theolog barat dalam filosofi barat mereka. Faktanya memang gereja-gereja di Indonesia adalah mayoritas berasal dari penginjilan para misionaris Barat, Katolik Roma, Lutehran, Reformed, Baptis, Pentakosta, Kharismatik.... dan masih banyak lagi, ...bahkan kalangan Saksi-saksi Yehuwa, semuanya berasal dari theology Kristen yang berasal dari Barat. Situs Sarapanpagi Biblika (SPB) selalu membahas dalam prespektif aslinya, yaitu dari perspektif Timur, perspektif sastra bahasa asli Ibrani. Hal yang cukup jarang kita dapati di dalam pembahasan di komunitas Kristiani di Indonesia. SPB memang kami bangun sebagai wadah untuk mempelajari Alkitab dalam perspektif Bahasa Asli di mana Alkitab kita dahulu ditulis dalam sastra aslinya oleh para Nabi dan Rasul.
Situs SPB tidak bermaksud menjadikan pembacanya menjadi "Yahudi," namun mengajak untuk memahami sastra, antropology budaya dan sejarah Timur dari tempat dimana Alkitab kita ditulis (original). Sebab siapakah audience Musa yang pertama kali? Kepada bangsa apa Musa dan para nabi menuliskan kitab-kitab yang mereka tulis dalam ilham Roh Kudus? Bukankah kepada bangsa Israel? Demikian juga, siapakah audience pertama Tuhan Yesus, Allah kita yang inkarnasi ke Bumi. Bukankah audience Tuhan Yesus yang pertama kali juga adalah orang-orang Yahudi. Anda nanti akan dapat merasakan betapa indahnya jika Alkitab itu dibaca dalam perspektif sastra, budaya dan sejarah aslinya, yaitu Semitik.
Dalam study pendalaman Alkitab, khususnya telaah "tekstual dan konteks" dalam pembacaan ayat secara פְּשָׁט - PESHAT (lurus, apa adanya) dari ayat-ayat Alkitab dalam penggalian makna-nya yang lebih mendalam, sesuai pemahaman original dari para penulis Alkitab yang para penulisnya yang adalah orang-orang Ibrani. Telaah Naskah Alkitab Bahasa Ibrani pada ayat-ayat Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB) adalah penting.
Walaupun naskah PB itu ditulis dalam bahasa Yunani, namun telaah naskah bahasa Ibrani-nya tetap penting. Sebab, kita harus mengingat bahwa Naskah Yunani PB bukan naskah Yunani Helenistik biasa. Tetapi Naskah PB Yunani adalah juga termasuk dalam sastra Ibrani, olehnya naskah-naskah PB Bahasa Asli Yunani itu disebut dengan istilah "Judeo-Greek". Demikian pula naskah-naskah dari Septuaginta (terjemahan Tanakh Ibrani dalam bahasa Yunani), juga masuk ke dalam sastra Ibrani: Judeo-Greek.
Disebut Judeo-Greek, sebab meski secara naskah ditulis dalam bahasa Yunani, tetapi penulisnya adalah orang-orang Semit Yahudi, yang menulis dengan latar budaya Yahudi dengan filosofi semitik Yahudi, dan bahkan cara ungkapannya menuliskan istilah-istilah "Ibrani" dalam bahasa Yunani secara harfiah. Misalnya ungkapan "Amen Amen" (ada gaya bahasa "Tautologia" yang khas sastra Ibrani). Dan juga ungkapan-ungkapan narrative Ibrani yang sering menggunakan prefix "VA-" artinya "dan" (konjugasi Vayiqtol atau Veqatal) yang ditulis secara harfiah dalam naskah Yunani PB "kai." Dan masih banyak contoh-contoh lainnya dimana gaya bahasa Ibrani itu "di-Yunani-kan" dalam Naskah PB.
Di lemari buku dan perpustakaan pribadi Anda boleh jadi memiliki banyak koleksi buku. Dan bahasan-bahasan di SPB ini semoga dapat memberikan koleksi baru dan wawasan baru membaca Alkitab dalam perspektif Bahasa Asli Ibrani, sesuai dengan tingkatan פַּרְדֵּס - PAR'DES:
Kidung 4:13
LAI TB, Tunas-tunasmu merupakan kebun pohon-pohon delima dengan buah-buahnya yang lezat, bunga pacar dan narwastu,
KJV, Thy plants are an orchard of pomegranates, with pleasant fruits; camphire, with spikenard,
Hebrew,
שְׁלָחַיִךְ פַּרְדֵּס רִמֹּונִים עִם פְּרִי מְגָדִים כְּפָרִים עִם־נְרָדִֽים׃
Translit interlinear, SHELAKHAYIKH {tunas2mu} PAR'DES {taman/ kebun (orchard)} RIMONIM {delima} 'IM {dan} PERI {buah2} MEGADIM {dengan kelezatannya yg manis} KEFARIM {bunga pacar} 'IM {dan} -NERADIM {narwastu}
Kata פַּרְדֵּס - PAR'DES, yang berarti "taman" atau "kebun" dan istilah ini dipilih oleh para Rabbi untuk melambangkan tingkatan yang berbeda dari penafsiran Alkitab, dan pemahaman ini berasal dari Kitab Kidung Agung.
Kidung 4:16
LAI TB, --Bangunlah, hai angin utara, dan marilah, hai angin selatan, bertiuplah dalam kebunku, supaya semerbaklah bau rempah-rempahnya! Semoga kekasihku datang ke kebunnya dan makan buah-buahnya yang lezat.
KJV, Awake, O north wind; and come, thou south; blow upon my garden, that the spices thereof may flow out. Let my beloved come into his garden, and eat his pleasant fruits.
Hebrew,
עוּרִי צָפֹון וּבֹואִי תֵימָן הָפִיחִי גַנִּי יִזְּלוּ בְשָׂמָיו יָבֹא דֹודִי לְגַנֹּו וְיֹאכַל פְּרִי מְגָדָֽיו׃
Translit interlinear, URI {bangunlah} TSAFON {hai angin utara} UVOY {datanglah} TEIMAN {hai angin selatan} HAFIKHI {bertiuplah} GANI {dalam kebunku} YIZELU {supaya semerbaklah} VESAMAV {bau rempah2nya} YAVO {dia datang, he come} DODI {kekasihku} LEGANO {ke kebunnya} VEYOKHAL {dan dia akan memakan} PERI {buah2nya} MEGADAV {dengan kelezatannya yg manis}
Kata Ibrani pertama yang saya pelajari adalah רוּחַ – RUAKH, roh, angin, semangat. Saya mengaitkan itu dengan רוּחַ הַקֹּדֶשׁ - RUAKH HAQODESH, Roh Kudus. Jadi RUAKH HAQODESH - Roh Kudus itu bertiup pada taman rohani kita dan dengan demikian menghasilkan aroma surgawi. Kita sebagai umatnya menkmati siraman-siraman rohani dari-Nya untuk dapat memahami makna Alkitab lebih mendalam, di dalam semangat dan kesih kepada-Nya. Dan Kristus, Sang mempelai kita, Dia akan dapat memetik buah-buah dari kehidupan kita untuk dapat dikecap-Nya, dan itu akan menyukakan Sang mempelai kita Sorgawi.
Maka, dari pemahaman פַּרְדֵּס - PAR'DES (orchard) ini akan membimbing kita memahami Alkitab dalam tingkatannya secara bertahap: Peshat, Remez, Derash, dan Sod.
Dan ada yang menarik pada ayat sebelumnya, yaitu di ayat 12 yang menyebut kata Ibrani yg memiliki makna sinonim: גַּן - GAN, artinya: taman/ kebun (garden):
Kidung 4:12
LAI TB, Dinda, pengantinku, kebun tertutup engkau, kebun tertutup dan mata air termeterai.
KJV, A garden inclosed is my sister, my spouse; a spring shut up, a fountain sealed.
Hebrew,
גַּן נָעוּל אֲחֹתִי כַלָּה גַּל נָעוּל מַעְיָן חָתֽוּם׃
Translit interlinear, GAN {taman/ kebun} NA'UL {yang tertutup} 'AKHOTI {engkau saudariku} KHALAH {kekasihku} GAL {semaian} NAUL {yang tertutup} MAYAN {mata air} KHATUM {yang ber-segel}
Hebatnya, di ayat 12, menjelaskan kepada kita suatu taman yang tertutup: גַּן נָעוּל - GAN NA'UL, artinya: taman yang tertutup; garden enclosed. Jadi, ketika kita belum masuk kepada taman itu, taman itu hanyalah suatu "taman yang tertutup." Dan taman itu belum menjadi פַּרְדֵּס - PAR'DES (orchard), suatu taman yang kita menemukan kenikmatan di dalamnya. Ketika kita masih berada di luar taman, kita tidak bisa membedakan rasa dan aroma buah yang tumbuh di dalam taman itu. Ya, kita memang dapat mengintip isi dari taman/kebun itu dari luar; bisa juga kita mencoba untuk mengenali pohon-pohon yang tumbuh di sana. Namun itu hanya sebatas pengenalan dari luar. Ini akan berbeda jika kita masuk ke dalam. Ketika kita berjalan-jalan di dalam taman itu, kita dapat benar-benar melihat dan merasakan buah-buah yang tumbuh di sana, mengecapnya, menelannya dan mencium aromanya. Maka, גַּן נָעוּל - GAN NA'UL - taman yang tertutup itu berubah menjadi פַּרְדֵּס - PAR'DES (orchard) bagi kita, sebagaimana diungkapkan dalam ayat 14: "Tunas-tunasmu merupakan kebun (Pardes) pohon-pohon delima dengan buah-buahnya yang lezat, bunga pacar dan narwastu".
SPB dengan perseptif bahasan-bahasan naskah Bahasa Asli ingin membawa Anda semua masuk ke dalam PAR'DES Allah, marilah mengecap dan menelan buahnya dan menikmati aromanya. Kita makan dengan kenikmatan yang tiada tara "buah-buah rohani" dari taman Allah, yang Allah sediakan untuk kesehatan tubuh rohani kita.
PENAFSIRAN YAHUDI "PARDES"
Di dalam eksegesis Yahudi, metode pemahaman Alkitab "PAR'DES" memiliki empat tingkat. Istilah פַּרְדֵּס - PAR'DES ini sebenarnya adalah sebuah "akronim" (PaRDeS: פרדס - Fe-Resh-Dalet-Samekh) yang terbentuk dari masing-masing inisial dari empat tingkatan tersebut, yaitu:
1. Aksara פ - Fe : פְּשָׁט - PESHAT, artinya: "polos (plain); sederhana (simple)," atau "lurus (straight)", atau "langsung (direct)." Memahami Alkitab dari artinya yang lurus/ plain; memahami arti harfiah/ pemahaman literal dari apa yang tertulis di Alkitab.
Kata Ibrani פְּשָׁט - PESHAT ini berasal dari Verba פָּשַׁט - PASHAT, artinya: to strip off, to put off, menelanjangi, menanggalkan, kata ini digunakan dalam PB dalam artian Kenosis dari Tuhan kita Yesus Kristus.
2. Aksara ר - Resh : רֶמֶז - REMEZ, artinya: "petunjuk (hint)," yaitu "petunjuk yang lebih dalam (hidden or symbolic)"; memahami isi Alkitab dalam makna simbolis-nya, memahami arti alegorisnya, pemahaman ini di luar arti harfiah dari yang tertulis di Alkitab.
3. Aksara ד - Dalet : דְּרַשׁ - DERASH, artinya "menanyakan (to inquire)" dan "mencari (to seek)" untuk menuju kepada suatu "wawasan/ insight." Dalam tahap ini kita mencari arti komparatif: makna yang lebih dalam yang diperoleh dari satu bagian ayat di Alkitab dengan membandingkan dengan kata-kata dan kontennya di ayat-ayat yang lain; Ini merupakan study komparatif (midrash).
Khusus pada Tahapan Derash ini, ada Metode Khusus dari Rabbi Hillel: DERASH: TUJUH AZAZ HILEL - SEVEN RULES OF HILEL (The Seven Principles of Biblical Hermeneutics) di tujuh-azaz-hilel-seven-rules-of-hilel-vt11932.html#p74890
4. Aksara ס - Samekh : סוֹד - SOD, artinya: "rahasia" dan "misteri"; mengungkap makna dari Alkitab melalui ilham atau pewahyuan (Roh Kudus).
Secara Singkat kita pahami, PESHAT, adalah penafsiran literal (simple/plain); REMEZ, adalah pemahaman arti kias atau non-literal; DERASH, adalah wawasan (hint)/ study komparatif yang diperluas dan aplikasinya dalam kehidupan ; dan SOD adalah "mystery," memahami makna yang tersembunyi/ makna rahasia dari ayat Alkitab (pencerahan Roh Kudus).
Sebelum bertafsir langkah pertama, ayat Alkitab harus dipahami dahulu secara PESHAT penafsiran literal (simple/plain), kemudian masuk kepada pemahaman REMEZ, yaitu pemahaman arti kias atau non-literal; DERASH, adalah wawasan (hint)/ study komparatif yang diperluas dan aplikasinya dalam kehidupan. Kita membaca ayat ttg, DERASH ini:
2 Tawarikh 24:27
LAI Terjemahan Baru (TB), Tentang anak-anaknya dan ucapan-ucapan ilahi yang banyak terhadap dia, serta tentang perbaikan rumah Allah, semua itu tertulis dalam tafsiran kitab raja-raja. Maka Amazia, anaknya, menjadi raja menggantikan dia."
King James version (KJV), Now concerning his sons, and the greatness of the burdens laid upon him, and the repairing of the house of God, behold, they are written in the story of the book of the kings. And Amaziah his son reigned in his stead.
Biblia Hebraic Stuttgartensia (BHS), Hebrew with vowels,
וּבָנָיו [כ וְרֹב] [ק יִרֶב] הַמַּשָּׂא עָלָיו וִיסֹוד בֵּית הָאֱלֹהִים הִנָּם כְּתוּבִים עַל־מִדְרַשׁ סֵפֶר הַמְּלָכִים וַיִּמְלֹךְ אֲמַצְיָהוּ בְנֹו תַּחְתָּיו׃ ף
Translit interlinear, ÛVÂNÂV {dan mengenai putera2nya} VIREV {yang banyak} HAMASÂ' {tugas} 'ÂLÂV {kepadanya} VÏSÕD {dan perbaikan} BÊYT HÂ'ELOHÏM {Rumah Allah} HINÂM KETÛVÏM {semulanya tertulis} 'AL-MID'RASH {pada tafsiran} SÊFER {kitab} HAMELÂKHÏM {raja-raja} VAYIMELOKH {dan yang memerintah} 'AMATSHÂHÛ {amazia} VENÕ {puteranya} TAKHETÂV {menggantikan dia}
Kata Ibrani מִדְרַשׁ - MID'RASH, masculine noun, berasal dari kata kerja דָּרַשׁ - DÂRASH yang bermakna mencari, meminta, menghendaki, dan secara konseptual merujuk kepada suatu metode membaca rincian ke dalam atau ke luar dari suatu naskah Alkitab.
Saya pribadi menyukai membaca Alkitab dengan cara פְּשָׁט - PESHAT, yang lurus, simple apa adanya. Baru jika diperlukan menimbang juga 3 tahapan yang lain: Remez, Derash & Sod. Tahapan awal, ayat dibaca dengan cara simple saja, karena itu adalah dasar. Seperti jikalau kita diperhadapkan dengan suatu persoalan dalam suatu perdebatan mengenai terjemahan atau tafsir Alkitab. Untuk pembacaan ayat secara "PESHAT" (plain, polos, apa adanya), perlu pemahaman: "basic-grammar Ibrani"
Kata מִדְרַשׁ - MID'RASH dapat digunakan sebagai verba, yaitu sebagai cara menafsirkan (to interprete) ayat Alkitab. Di samping itu dapat digunakan sebagai nomina, tafsiran, yaitu merujuk kepada ayat-ayat tertentu dan penafsirannya. Jadi seseorang dapat berkata bahwa MID'RASH dari Kejadian 1:1 bermakna .... terus diisi dengan penafsiran yang dilakukan oleh para Midrashik (penafsir). Akhirnya MID'RASH juga dapat merujuk kepada suatu kitab yang berisikan pengajaran tentang MID'RASH, misalnya BERESHIT RABAH adalah suatu kitab berisikan MID'RASH (tafsiran) tentang kitab Kejadian. Kumpulan MID'RASH terdiri atas dua bagian yaitu הֲלָכָה - HALAKHAH dan הַגָּדָה - HAGADAH.
Raja Salomo mengajarkan kita dalam Kitab Amsal, yang mengacu pada Taurat sebagai hikmat Allah: "Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia" (Amsal 3:18). Marilah kita memahami Alkitab, berjalan-jalan di dalam Pardes Allah, memakan buah-buah yang di dalamnya, menghirup wangi aromanya, dan Anda akan diberkati dengan buah-buah yang manis dari pohon kehidupan.
Kita baca ayat ini dan perhatikan penerjemahannya:
1 Korintus 2:13
LAI TB, Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh.
KJV, Which things also we speak (LALEÔ), not in the words which man's wisdom teacheth, but which the Holy Ghost teacheth; comparing (SUGKRINÔ) spiritual things with spiritual.
Textus Receptus (TR), α και λαλουμεν ουκ εν διδακτοις ανθρωπινης σοφιας λογοις αλλ εν διδακτοις πνευματος αγιου πνευματικοις πνευματικα συγκρινοντες
Translit interlinear, ha {hal2 yang} kai {juga} laloumen {kami mengatakan, verb - present active indicative - first person} ouk {bukan} en {dengan} didaktois {yang diajarkan} anthrôpinês {manusia2} sophias {hikmat} logois {kata2} all {tetapi} en didaktois {yang diajarkan} pneumatos hagiou {Roh Kudus} pneumatikois {kepada orang2 yg dipenuhi Roh} pneumatika {hal2 rohani} sugkrinontes {membandingkan/ menafsirkan, verb - present active participle - nominative plural masculine}
Kata menafsirkan kurang tepat diterjemahkan dalam ayat di atas karena kata Yunani λαλουμεν - laloumen dari kata λαλεω - laleô secara harfiah berarti berbicara, berkata, menceritakan hal-hal tertentu meskipun dapat saja bermakna mengucapkan penafsiran, tetapi pengertiannya terlalu luas.
1 Korintus 12:10
LAI TB, Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.
KJV, To another the working of miracles; to another prophecy; to another discerning of spirits; to another divers kinds of tongues; to another the interpretation of tongues:
TR, αλλω δε ενεργηματα δυναμεων αλλω δε προφητεια αλλω δε διακρισεις πνευματων ετερω δε γενη γλωσσων αλλω δε ερμηνεια γλωσσων
Translit interlinear, allô {kepada yang lain} de {tetapi} energêmata {fungsi2} dunameôn {menghasilkan mujizat2} allô {kepada yg lain} de {tetapi} prophêteia {karunia memberi pesan} allô {kepada yang lain} de {dan/ tetapi} diakriseis {kesanggupan membedakan} pneumatôn {roh2} heterô {kepada yang lain} de {dan/ tetapi} genê {macam2} glôssôn {bahasa2 lidah} allô {kepada yang lain} de {tetapi/ dan} hermêneia {penafsiran/ penerjemahan, noun - nominative singular feminine} glôssôn {bahasa2 lidah}
Kata menafsirkan menurut ayat di atas diterjemahkan dari kata Yunani ερμηνεια - hermênia, feminine noun: penafsiran/ penerjemahan, dan kata inilah yang akhirnya digunakan untuk HERMENEUTIKA, ilmu penafsiran. Kata ερμηνεια - hermênia berasal dari kata kerja ερμηνευω - hermêneuô, menafsirkan, menjelaskan dengan kata-kata. Tujuan utama dari hermeneutika adalah menggali apa maksud penulis Alkitab yang sebenarnya. Praktek hermeneutika juga dikenal dengan istilah eksegesis, menggali makna penulis, dan bukan eisegesis, memasukkan ide sendiri ke dalam Alkitab.
1 Korintus 12:30
LAI TB, atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?
KJV, Have all the gifts of healing? do all speak with tongues? do all interpret?
TR, μη παντες χαρισματα εχουσιν ιαματων μη παντες γλωσσαις λαλουσιν μη παντες διερμηνευουσιν
Translit interlinear, mê {adakah} pantes {semua} kharismata {karunia2} ekhousin {mempunyai} hiamatôn {penyembuhan2} mê {adakah} pantes {semua} glôssais {dengan bahasa2 lidah} lalousin {berbicara} mê {adakah} pantes {semua} diermêneuousin {mereka menerjemahkan/ mereka menafsirkan, verb - present active indicative - third person}
Kata διερμηνευουσιν - diermêneuousin yang diterjemahkan dengan menafsirkan, berasal dari dari kata kerja διερμηνευω - diermêneuô yaitu gabungan dari preposisi δια - dia, oleh, melalui; dan kata kerja ερμηνευω - hermêneuô yang telah dijelaskan di atas. Makna kata diermêneuô tidak jauh berbeda yaitu membuka makna apa yang dikatakan, memberi penjelasan, dan bahkan menerjemahkan sesuatu ke dalam bahasa tertentu. Kata ini juga dijumpai dalam 1 Korintus 14:5, 13, 27-28.
2 Petrus 1:20
LAI TB, Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri,
KJV, Knowing this first, that no prophecy of the scripture is of any private interpretation.
TR, τουτο πρωτον γινωσκοντες οτι πασα προφητεια γραφης ιδιας επιλυσεως ου γινεται
Translit interlinear, touto {ini} prôton {yg terutama} ginôskontes {ketahuilah} hoti {bahwa} pasa prophêteia {ada nubuat} graphês {dalam alkitab} idias {diri sendiri} epiluseôs {dari penjelasan, noun - genitive singular feminine} ou {tidak} ginetai {datang}
Rasul Petrus menggunakan kata benda επιλυσις - epilusis, penafsiran, yang berasal dari kata επιλυω - epiluô, menguraikan, secara konseptual berarti melepaskan dari ikatan. Makna umum dari kata ini adalah penjelasan tetapi kata epilusis ini tidak ditemukan lagi di dalam Perjanjian Baru Yunani sedangkan kata epiluô dapat ditemukan dalam Markus 4:34 saat Yesus Kristus menguraikan segala sesuatu tanpa perumpamaan.
Biasanya orang menganggap keterangan Rasul Petrus ini menyatakan, bahwa nubuat hanya dapat dimengerti oleh seseorang bila orang itu dipimpin Roh Kudus yaitu Roh yang sama yang memimpin para penulis, namun anggapan ini memutarbalikkan kata kerja dalam ayat tersebut dengan pengertian yang tidak umum. Lebik baik dimengerti dari segi asal mula Alkitab dan bukan dari tafsirannya, artinya, tidak ada nubuat dalam Alkitab yang berasal dari pendapat seseorang, yaitu penjelasan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, sekarang dan kemudian, karena alasan-alasan tertentu.
Tulisan-tulisan Rasul Paulus adalah "Midrash" tentang Taurat bagi jemaat Kristus, ada beberapa bahasannya di artikel:
Study Midrash: JALAN SERTA YESUS - WALKING WITH JESUS
Study Midrash: EFESUS 2:15 Kematian Kristus Membatalkan Hukum Taurat
Study Midrash: JANJI KEPADA ABRAHAM DAN POSISI TAURAT
Study Midrash: UPAH DOSA ADALAH MATI
Ada hal yang menarik diungkapkan Tuhan Yesus Kristus, Dia menyebutkan bahwa "murid-murid Kristus adalah ahli Taurat (ahli Kitab Suci)". Hal itu Ia sabdakan setelah selesai mengajar para murid-Nya dengan mengunakan perumpamaan-perumpamaan dalam Matius Pasal 13, yaitu :
1. Perumpamaan tentang Penabur (Matius 13:1-23)
2. Perumpamaan tentang Lalang dan Gandum (Matius 13:24-30)
3. Penjelasan Perumpamaan tentang Lalang dan Gandum (Matius 13:36-43)
4. Perumpamaan tentang Biji Sesawi dan Ragi (Matius 13:31-34)
5. Perumpamaan tentang Harta Terpendam dan Mutiara yang Berharga (Matius 13:44-46)
6. Perumpamaan tentang Pukat (Matius 13:47-50)
Setelah memberikan pengajaran-pengajaran itu, Tuhan Yesus menutup pengajaran-Nya demikian :
Matius 13:51-52
13:51 Mengertikah kamu semuanya itu?" Mereka menjawab: "Ya, kami mengerti."
13:52 LAI TB, Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya."
KJV, Then said he unto them, Therefore every scribe which is instructed unto the kingdom of heaven is like unto a man that is an householder, which bringeth forth out of his treasure things new and old.
TR, ο δε ειπεν αυτοις δια τουτο πας γραμματευς μαθητευθεις εις την βασιλειαν των ουρανων ομοιος εστιν ανθρωπω οικοδεσποτη οστις εκβαλλει εκ του θησαυρου αυτου καινα και παλαια
Translit interlinear, ho {(Ia)} de {maka} eipen {berkata} autois {kepada mereka} dia touto {karena itu} pas {setiap} grammateus {ahli kitab (suci)} mathêteutheis {(yang) menjadi murid} eis {dalam} tên basileian {Kerajaan} tôn ouranôn {Surga} homoios {sama seperti} estin {adalah} anthrôpô {dengan seorang} oikodespotê {tuan rumah} hostis {yang} ekballei {mengeluarkan} ek {dari} tou thêsaurou {gudang (tempat menyimpanan)} autou {nya} kaina {(barang-barang) baru} kai {juga} palaia {(barang-barang) lama}
Pengertian ayat 51-52 sbb :
Dari pengajaran Yesus Kristus terhadap 6 perumpamaan-perumpamaan tsb., Tuhan Yesus, Sang Firman itu bertanya kepada murid-murid-Nya : apakah mereka mengerti perumpamaan-perumpamaan tentang Kerajaan Allah?. Sesudah mereka itu menjawab bahwa mereka mengerti, maka Yesus berkenan memberi kepada mereka sebuah gelar yang sangat indah; Tuhan Yesus menyebut mereka adalah "ahli-ahli Kitab yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga" (catatan LAI menterjemahkan dengan ahli-ahli Taurat).
Pada Zaman itu "γραμματευς - grammateus" adalah gelar yang dipakai bagi para pengajar agama, yang juga berarti ahli dalam Kitab Suci, yang juga berarti memiliki kemampuan untuk "menafsirkan" Kitab Suci. Karena LAI menterjemahkannya dengan "ahli Taurat", ayat ini sering disalah-mengertikan (mengingat Ahli Taurat sebagaimana juga Orang Farisi lebih sering dicatat dalam Alkitab Perjanjian Baru dalam artian negatif, "sebagai kelompok orang-orang munafik") Namun ayat ini bermakna sangat indah karena Tuhan Yesus, Sang Firman itu menyebut para murid-Nya itu adalah "ahli-ahli Kitab yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga".
Kata γραμματευς – grammateus diterjemahkan pada King James Version : "Scribes" (ahli kitab suci). Sebab istilah ini merujuk pada orang yang berprofesi sebagai penyalin Kitab Suci. Dengan demikian, lebih bisa dipastikan bahwa orang yang menjadi Scribes ini jumlahnya memang tidak banyak. Barangkali hanya 50 orang saja jumlahnya di Yerusalem [waktu itu!], itu sdh dapat dikatakan "amat sangat banyak".
Istilah yang pas menerjemahkan kata γραμματευς – grammateus adalah "ahli kitab suci" tsb. Namun, mungkin karena para penerjemah LAI menganggap istilah "Ahli Taurat" adalah paling dekat korelasinya, maka dipakailah saja istilah tsb meskipun sesungguhnya tidak secara tepat menggambarkan arti kata aslinya. Sebab setiap Scribes pasti paham mengenai Taurat, tetapi tidak setiap Ahli Taurat dapat dengan begitu saja menjadi seorang Scribe.
Karena Tuhan Yesus kristus, Sang Firman itu sudah membukakan pengajaran-pengajaran. Dan pengajaran itu keluar dari mulut Sang Firman sendiri. Dengan demikian, murid-murid Tuhan Yesus itu boleh menjadi "pengajar kitab suci" juga, malahan pengajar yang lebih cakap daripada "grammateus -- scribes" Yahudi lainnya. Ini semua karena murid-murid itu sudah menerima pengajaran langsung dari Tuhan Yesus Kristus yang adalah Sang Firman itu sendiri. Para murid telah menerima "pelajaran dari hal Kerajaan Sorga" (yaitu Kerajaan Allah, karena Sorga adalah kata pengganti untuk Allah).
Para "grammateus -- scribes" Yahudi, para ahli Taurat Yahudi belum mengetahui tentang peraturan-peraturan yang berlaku di Kerajaan Allah, sebagaimana diajarkan Tuhan Yesus dalam "Khotbah di Bukit", dan belum mengetahui tentang jalan perkembangan Kerajaan Allah, seperti yang diajarkan Tuhan Yesus dalam perumpamaan-perumpamaan di Matius pasal 13 ini.
Kemudian, Tuhan Yesus mengumpamakan murid-murid-Nya sebagai seorang tuan rumah (Yunani, οικοδεσποτης - oikodespotês) yaitu : "seorang tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaan-perbendaharaannya". Perbendaharaan berarti tempat menyimpan persediaan. Dari tempat itu seorang tuan rumah mengeluarkan barang yang baru dan yang lama, artinya alat-alat, pakaian dan air anggur yang baru, dan alat-alat, pakaian dan anggur yang sudah tua.
Di sini persediaan yang tua berarti penyataan Allah yang telah diberikan dalam Perjanjian Lama, dan persediaan yang baru berarti penyataan Ilahi yang baru, yang dibawa oleh Tuhan Yesus; begitulah pendapat kebanyakan penafsir. Jadi, murid-murid Tuhan Yesus dalam tugasnya mengajar Kitab Suci tidak boleh melupakan Perjanjian Lama, dan tidak boleh melupakan juga apa yang diajarkan Tuhan Yesus.
Tambahan :
Beberapa penafsir mengatakan bahwa di sini, walaupun tidak dengan sengaja, Matius penulis Injil ini melukiskan dirinya sendiri; ia memelihara hubungan dengan Perjanjian Lama dan dengan serentak ia memperlihatkan semua kekayaan yang baru yang timbul melalui dan di dalam Tuhan Yesus . Seringkali Matius memperlihatkan bahwa ajaran Tuhan Yesus melengkapkan ajaran Perjanjian Lama" bahwa Tuhan Yesus memenuhi/ menggenapi janji-janji yang telah tertulis dalam Perjanjian Lama. Memang di segala abad Gereja-gereja tidak boleh melupakan Perjanjian Lama (PL). Firman dalam PL tetap merupakan Firman Allah bagi kita, sebab semuanya adalah dasar dari Perjanjian Baru. Kita tidak akan bisa mengerti arti "kurban Yesus Kristus" tanpa melihat dan memahami dosa asal yang diperbuat Adam-Hawa. Kita tidak akan mengerti terminologi "Anak Domba Allah" tanpa mempelajari prinsip-prinsip pengampunan dosa yang ada di Perjanjian Lama, kurban bakaran, kurban pengampunan dosa, dst.
Saya pribadi menyukai membaca Alkitab dengan cara פְּשָׁט - PESHAT, yang lurus, simple apa adanya. Baru jika diperlukan menimbang juga 3 tahapan yang lain: Remez, Derash & Sod. Tahapan awal, ayat dibaca dengan cara simple saja, karena itu adalah dasar. Seperti jikalau kita diperhadapkan dengan suatu persoalan, misalnya, apa sih yang sebenarnya terjadi pada Keluarga Abraham. Apakah betul Ismael adalah "putera kecelakaan yang tidak dikehendaki Allah"? Bagaimana dengan Hagar? Dua tokoh Alkitab tsb. terpinggirkan di dalam bahasan umum di gereja di Indonesia ini, karena orang-orang Kristen cenderung mengidentikan "Hagar dan Ismael" adalah wakil Islam dan Arab. Apakah pandangan tsb didasari pembacaan Alkitab yang benar? Ternyata tidak! Ada banyak salah paham mengenai "Hagar dan Ismael" di dalam pandangan orang-orang Kristen.
Perlunya Menafsirkan Alkitab
Sering kali kita mendengar seseorang berkata "kita tidak perlu menafsirkan Alkitab. Cukup baca saja, dan lakukan apa yang dikatakannya". Biasanya ucapan tersebut dikatakan oleh orang awam untuk menentang para teolog, pengajar Alkitab, atau para 'profesional' lainnya. Sering juga kita mendengar "para teolog dan para pengajar alkitab itu justru memperkeruh air. Apa yang sudah jelas bagi kita ketika kita pertama kali membaca tidak akan bisa lebih jelas lagi".
Protes tersebut ada benarnya. Seorang kristen harus membaca, mempercayai, dan menuruti apa kata Alkitab apa adanya. Alkitab bukanlah buku misterius jika dipelajari dan dibaca dengan sungguh-sungguh. Justru, biasanya problemnya bukanlah bahwa pembaca tidak bisa mengerti apa kata Alkitab, melainkan karena pembaca kadang mengerti terlalu baik!
Misalnya masalah dengan ayat seperti "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan" (Filipi 2:14) bukanlah bahwa pembaca tidak bisa mengerti ayat tersebut, tapi terletak pada mematuhi nya -- mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan dari penafsiran yang baik bukanlah keunikan. Penafsiran yang unik biasanya salah. Ini bukannya mengatakan bahwa penafsiran yang benar terhadap sebuah text tidak akan terdengar unik dikuping orang yang pertama kali mendengarnya. Yang mau dikatakan adalah bahwa kita menafsirkan bukan supaya penafsiran itu menjadi unik. Keunikan bukanlah tujuan dari penafsiran.
Tujuan dari penafsiran yang baik adalah untuk menangkap arti yang jelas dari text. Penafsiran yang bagus harus diuji yaitu apakah tafsiran tersebut pas dengan konteks. Tapi jika tujuan dari penafsiran adalah untuk menangkap arti yang jelas, kenapa harus menafsirkan? kenapa tidak sekedar baca saja?
Pembaca sebagai Penafsir
Alasan pertama kenapa orang harus belajar menafsirkan adalah karena, suka atau tidak suka, semua pembaca adalah penafsir. Kita biasanya cenderung berpikir bahwa pengertian kita, setelah membaca Alkitab, sama dengan apa yang Roh Kudus atau penulis Alkitab maksudkan. Bagaimanapun juga, kita sering memasukan kedalam text tersebut sesuatu seperti misalnya pengalaman, budaya, dan pengertian kita sendiri.
Misalnya, ketika kita membaca Alkitab yang bercerita tentang 'gereja yang sedang beribadah', kadang kita langsung membayangkan orang-orang sedang duduk rapi didalam sebuah gedung seperti layaknya gereja jaman skrg. Ketika Paulus berkata "...dan janganlah merawat tubuhmu (sarx/ flesh) untuk memuaskan keinginannya (Roma 13:14) para pembaca biasanya berpikir bahwa sarx/ flesh disini berarti "tubuh". Jadi mereka yang pertama kali membaca ayat tersebut akan berpikir bahwa Paulus sedang berbicara tentang 'keingingan badan'. Tapi kata sarx/ flesh/ daging yang Paulus gunakan jarang berarti "tubuh" dan dalam konteks ini sarx/ flesh/ daging lebih berarti 'penyakit spiritual'.
Walaupun pembaca tidak bermaksud untuk memasukan pengertiannya sendiri kedalam text, tanpa disengaja, hal ini sering terjadi dan sayangnya biasanya salah.
Dalam Penterjemahan Alkitab sendiri dibutuhkan penafsiran sehingga bisa diterjemahkan kedalam bahasa masing-masing. Alkitab kita , versi apapun yang kita pakai, adalah hasil dari banyak pekerjaan sarjana-sarjana Alkitab. Para penterjemah harus memilih arti dari sebuah kata, dan arti tersebut akan mempengaruhi pengertian kita. Jadi secara tidak langsung, kita sendiri sudah terlibat dalam penafsiran.
Contoh, Roma 13:14, apakah para penterjemah harus menerjemahkan flesh/ daging untuk kata Yunani: σάρξ - SARX (seperti KJV, RSV, NRSV, NASB dll) karena kata itulah yang dipakai oleh Paulus dan menyerahkan pada para penafsir untuk menjelaskannya bahwa Paulus disini tidak bermaksud 'badan/tubuh' ? atau para penterjemah langsung menolong para pembaca bahwa Paulus disini tidak bermaksud 'badan' dan menerjemahkannya langsung menjadi 'natur berdosa' (sinful nature seperti NIV, GNB dll) karena memang inilah yang Paulus maksudkan?
Banyak gereja sekarang melarang wanita untuk berbicara di gereja berdasarkan 1 Korintus 14:34-35 dan pada saat yang sama menolak validitas berbahasa lidah dan bernubuat, yang ayatnya muncul pada konteks yang sama dengan larangan wanita berbicara di gereja (1 Korintus 14). Untuk sebagian orang, Alkitab dengan tegas mengajarkan bahwa baptisan itu harus diselam: sebagian percaya bahwa bayi harus dibaptis. Ada yang percaya bahwa Alkitab mengajarkan bahwa sekali selamat tetap selamat sampai akhir; sedangkan yang lainnya percaya bahwa orang kristen bisa kehilangan keselamatan. Keduanya dikotbahkan di gereja, tapi tidak pernah oleh orang yang sama! Kedua pihak mengklaim bahwa pandangannya lah yang sesuai dengan Alkitab. Mereka membaca Alkitab yang sama, dan berusaha untuk menuruti apa yang Alkitab katakan.
Ada aliran yang mengklaim bahwa orang kristen itu harus makmur dalam segala hal termasuk materi. Aliran ini mengklaim bahwa inilah yang diajarkan Alkitab. Aliran ini mengutip ayat 3 Yohanes 2 untuk membuktikan kebenaran doktrin yang dianutnya. Padahal ayat 3 Yohanes 2 ini tidak berbicara apa-apa tentang materi.
Karena banyaknya perbedaan dalam penafsiran inilah , bahkan dikalangan scholars yang mestinya mengetahui 'peraturan' nya, maka tidak heran muncul klaim "tidak usah menafsir, baca saja dan turuti". Tapi ini adalah pilihan yang salah. Lawan dari penafsiran yang buruk bukanlah tidak menafsir, melainkan penafsiran yang baik.
Fakta bahwa Alkitab mempunyai aspek/element manusia adalah alasan mengapa kita harus menafsirkan Alkitab. 2 Hal perlu dicatat dalam hal ini:
1. Firman Allah berbicara lewat pribadi yang nyata (real person), dalam periode lebih dari 1500 tahun, dinyatakan dalam kata-kata dan gaya dari pribadi tersebut dan dipengaruhi juga oleh kebudayaan dan lingkungan pada jaman tersebut. Artinya, firman Allah kepada kita pada pertamanya adalah firman-Nya kepada mereka yang hidup pada jaman tersebut. Jika mereka mendengar firman tersebut, itu hanya karena lewat kejadian atau bahasa yang mereka bisa mengerti. Masalah kita adalah kita jauh terpisah dengan mereka dari segi waktu dan kadang juga cara berpikir. Ini adalah alasan utama kenapa kita harus belajar menafsirkan Alkitab. Sebelum kita menafsirkannya, kita harus belajar mendengar firman yang mereka dengar.
2. Salah satu aspek terpenting dari element manusia dalam Alkitab adalah untuk mengkomunikasikan firman-Nya kepada semua kondisi manusia, Allah memilih hampir semua jenis komunikasi: narasi sejarah, hukum, kotbah, genealogi, drama, puisi, nubuat dll. Untuk mendapatkan arti firman yang sama seperti yang didengar oleh para pendengar pertamanya, , kita tidak hanya harus mengenal beberapa aturan dasar yang bisa diaplikasikan kepada seluruh Alkitab, tetapi juga kita harus mengenal aturan khusus yang hanya bisa diaplikasikan kepada bentuk tertentu. Sebagai contoh, kita harus mengerti bagaimana Mazmur, bentuk yang biasanya ditujukan kepada Allah, bisa menjadi firman Tuhan bagi kita.
Exegesis
Tugas pertama dari seorang penafsir adalah exegesis. Tujuannya adalah untuk mendengar firman yang diterima oleh penerima originalnya ('plain meaning') karena kalau tidak ayat Alkitab akan menjadi subyektif dan bisa berarti apa saja. Contoh, ada yang mengklaim bahwa Alkitab sudah menubuatkan televisi,radio dll berdasarkan ayat Mzm 19:2-7.
Banyak yang bilang biasanya ini adalah tugas dari seorang 'ahli', yaitu mereka yang sudah mempelajari bahasa asli dan keadaan text tersebut. Faktanya, seseorang tidak perlu menjadi seorang ahli supaya bisa ber eksegesis yang baik.
Semua orang adalah exegete. Pertanyaannya adalah apakah kita akan menjadi exegete yang baik. Sering kali kita mendengar "apa yang Yesus maksud disini adalah..." atau "pada jaman tersebut memang hal itu dimaklumkan". Ekspresi-ekspresi seperti itu merupakan bagian dari exegesis. Dinegara yang tidak akrab dengan ciuman dipublik, biasanya 'holy kiss' diganti menjadi berjabat tangan (2 Korintus 13:12).
Kita tidak harus memulai dengan berkonsultasi dengan 'ahli'. Tapi jika diperlukan, pergunakanlah sumber yang baik. Sebagai contoh, dalam Markus 10:23 (Matius 19:23 ; Lukas 18:24), dikatakan bahwa orang kaya susah masuk surga. Banyak yang mengatakan bahwa 'lubang jarum' disini (ayat 25) adalah nama sebuah gerbang di Yerusalem, dimana unta hanya bisa lewat sambil berlutut. Masalah dengan 'exegesis' ini adalah itu tidak benar. Karena tidak ada dalam sejarah gerbang seperti itu di Yerusalem. 'Bukti' paling tua dari ide ini dapat ditemukan dalam commentary seorang kristen Yunani pada abad ke 11 yang bernama Theopylact, yang mempunyai kesulitan juga ketika berusaha menafsirkan ayat ini
Belajar untuk ber exegesis
Pada level tertinggi, exegesis membutuhkan pengetahuan bahasa alkitab asli, budaya israel pada jaman kitab ditulisl; bagaimana menentukan text asli nya ketika manuscript² terdapat perbedaan; penggunaan sumber primer dll.
Tapi kita tetap bisa berexegesis walaupun tidak punya akses ke hal-hal diatas. Untuk itu kita harus belajar bagaimana menggunakan kemampuan kita dan bagaimana menggunakan karya orang lain. Kunci dari exegesis adalah belajar untuk membaca text secara hati-hati dan menanyakan pertanyaan yang tepat dari text.
Pertanyaan dasar yang harus ditanyakan ketika kita membaca text Alkitab, yaitu pertanyaan yang berhubungan dengan kontext.
Pertanyaan yang berhubungan dengan kontext dasarnya terbagi 2 yaitu sejarah dan literal.
Konteks Sejarah berbeda-beda dalam tiap buku. Ini berhubungan dengan budaya dan jaman sang penulis dan pembaca pada jamannya. Untuk itu kita butuh sumber luar seperti kamus Alkitab (Bible Dictionary) misalnya International Standard Bible Encyclopedia dll.
Konteks literal ini adalah bagian vital untuk kita bisa berexegesis dengan baik. Dan bagian ini bisa dilakukan semua orang tanpa harus berkonsultasi dengan 'ahli'. Ketika kita membaca sebuah text, kita harus bertanya apakah pointnya disini? apakah yang dikatakan penulis dan mengapa dia menuliskannya disini?
Hermeneutika berasal dari bahasa Yunani, dari kata kerja ερμηνευω - hermêneuô, menafsirkan; hermêneus, penafsir. Maka, Hermeneutika adalah ilmu teoretis mengenai ilmu tafsir.
Maksudnya, dalam ilmu hermeneutika diterangkan prinsip-prinsip ilmu tafsir. Dalam hermeneutika ilmu tafsir dipertanggung-jawabkan secara ilmiah, khususnya secara teologis. Maka hermeneutika adalah suatu ilmu tambahan untuk mendasari dan mempertanggungjawabkan ilmu tafsir. Hermeneutika hanya mempunyai arti dalam hubungan dengan ilmu tafsir. Dan oleh karena membicarakan prinsip-prinsip teoretis, maka sebetulnya hanya berguna bagi mereka yang menjadi ahli dalam bidang itu.
Dalam artikel-artikel di Forum ini, pembahasan Alkitab memang menggunakan ilmu tafsir ini, yang dalam membahas suatu ayat atau pengajaran dalam Alkitab dijelaskan secara Hermeneutika :
Seperti contoh penafsiran PERUMPAMAAN : BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR perumpamaan-bendahara-yang-tidak-jujur.
Pembahasan ajaran Yesus tentang "BERBAHAGIALAH ORANG YANG MISKIN" di berbahagialah-orang-yang-miskin.
Penjelasan apa yang dimaksud Yesus mengenai "PIKULLAH KUK, dalam MATIUS 11:28-30" di pikullah-kuk-matius-11-28-30-vt39.html#p93
Pembahasan "YESUS MENOLAK DISEBUT BAIK?" di yesus-menolak-disebut-baik.
dan lain-lain...
Hermeneutik: Ilmu Tafsir
Banyak perdebatan modern mengenai Alkitab berkisar sekitar persoalan- persoalan mengenai hermeneutika. Ilmu Hermeneutika adalah ilmu penafsiran Alkitab. Dalam mitos Yunani, dewa Hermes adalah pembawa berita para dewa. Tugasnya adalah menafsirkan kehendak dewa-dewa. Karena itu hermeneutika berhubungan dengan penyampaian berita yang dapat dimengerti.
Tujuan hermeneutika adalah menetapkan garis-garis pedoman dan aturan- aturan menafsir. Hermeneutika telah berkembang menjadi ilmu yang teknis dan rumit. Dokumen tertulis mana saja adalah subjek salah tafsir. Karena itu kita telah mengembangkan aturan-aturan untuk menjaga kita dari kesalahpahaman seperti itu. Penelitian ini akan kita batasi hanya sampai pada aturan-aturan dan garis-garis pedoman yang dasar saja.
Secara historis Amerika Serikat memiliki badan khusus yang secara teoritis berfungsi sebagai majelis agung hermeneutika negaranya. Badan ini disebut Mahkamah Agung. Salah satu tugasnya yang utama ialah menafsirkan Konstitusi Amerika Serikat. Konstitusi itu merupakan dokumen tertulis dan memerlukan penafsiran. Asalnya, prosedur menafsir konstitusi itu mengikuti apa yang disebut metode gramatis historis. Maksudnya, konstitusi itu ditafsirkan dengan cara mempelajari kata-kata dokumennya sendiri melalui arti kata-kata tersebut pada waktu dipakai untuk menyusun dokumen itu.
Sejak karya Oliver Wendell Holmes, metode penafsiran konstitusi itu telah berubah secara radikal. Krisis dalam hukum dan kepercayaan masyarakat yang terjadi sekarang ini terhadap mahkamah agung nasional langsung berhubungan dengan problem dasarnya, yaitu metode penafsiran. Pada waktu Mahkamah Agung menafsirkan konstitusi menurut cara-cara modern, hasilnya adalah perubahan konstitusi itu melalui penafsiran ulang. Hasil akhirnya ialah bahwa dengan cara yang sangat halus Mahkamah Agung itu menjadi badan legislatif, jadi telah berubah dari fungsinya yang semula sebagai badan penafsir.
Krisis yang sama telah terjadi dengan penafsiran Alkitab. Ketika ahli- ahli Alkitab memakai metode penafsiran yang menyangkut "memodernkan Alkitab" melalui penafsiran ulang, maka makna asli Alkitab menjadi kabur dan beritanya dikompromikan dengan tren-tren (kecenderungan) zaman ini.
ANALOGI IMAN
Ketika para tokoh Reformasi memisahkan diri dari Roma dan menyatakan pandangan mereka bahwa Alkitab harus menjadi otoritas utama gereja (Sola Scriptura), dengan cermat mereka mendefinisikan prinsip-prinsip dasar penafsiran. Aturan utama penafsiran disebut "analogi iman." Analogi iman adalah aturan yang mengatakan bahwa Alkitab harus menafsirkan Alkitab: Sacra Scriptura sui interpres (Kitab Suci adalah penafsirnya sendiri). Artinya cukup sederhana, yaitu bahwa tidak ada bagian Alkitab yang dapat ditafsirkan sedemikian rupa sehingga konflik dengan apa yang dengan jelas diajarkan di bagian Alkitab yang lain. Misalnya, jika suatu ayat tertentu memungkinkan adanya dua macam penerjemahan atau penafsiran yang berlainan dan salah satu penafsiran itu berlawanan dengan bagian-bagian Alkitab yang lain, dan penafsiran yang kedua itu cocok dengan keseluruhan makna Alkitab, maka penafsiran yang kedualah yang harus dipakai.
Prinsip itu bertumpu pada kepercayaan sebelumnya kepada Alkitab sebagai Firman Allah yang diwahyukan. Karena itu mereka juga percaya bahwa Alkitab itu konsisten dan koheren (tetap dan berkaitan). Mereka beranggapan bahwa Allah tidak akan berkontradiksi dengan diri-Nya sendiri. Karena itu memilih suatu interpretasi yang menyebabkan Alkitab bertentangan dengan dirinya sendiri, yang sebenarnya tak perlu demikian adalah sama dengan menghujat Roh Kudus. Di zaman kita sekarang ketelitian inspirasi Alkitab sering diabaikan. Sudah umum terdapat para penafsir modern yang tidak hanya menafsirkan Alkitab dengan melawan Alkitab sendiri, tetapi juga menyimpang untuk melakukannya. Usaha-usaha oleh ahli-ahli Alkitab ortodoks untuk menyerasikan pasal-pasal yang sulit dihina dan sangat diabaikan oleh mereka.
Terpisah dari persoalan inspirasi, metode analogi iman adalah metode yang sehat untuk menafsir buah sastra. Norma sederhana mengenai kesopanan yang umum seharusnya melindungi penulis mana saja dari tuduhan-tuduhan berkontradiksi dengan diri sendiri yang tidak berdasar. Jikalau saya dihadapkan kepada pilihan untuk menafsirkan ulasan-ulasan seseorang. Pilihan pertama ialah menyatakan bahwa ulasan-ulasan tersebut konsisten (tetap, tidak berubah-ubah dan tidak kontradiksi). Pilihan kedua ialah menyatakan bahwa ulasan-ulasan tersebut perlu berkontradiksi. Jikalau demikian tampaknya orang tersebut perlu dibebaskan dari tuduhan bahwa ulasan-ulasannya berkontradiksi, karena saya yakin tidak mungkin seseorang berkontradiksi dengan dirinya sendiri.
Pernah orang-orang bertanya kepada saya mengenai pasal-pasal yang telah saya tulis dalam buku-buku saya. Misalnya mengapa saya dapat mengatakan begini dalam pasal 6, sedangkan dalam pasal 4 saya mengatakan begini dan begitu. Saya kemudian menjelaskan apa yang saya maksudkan dalam pasal 6, maka orang tersebut lalu melihat bahwa pada akhirnya kedua macam pemikiran saya itu sebenarnya tidak bertentangan. Perspektif saya dalam pasal 6 agak berbeda dengan perspektif saya dalam pasal 4. Pada pandangan pertama tampaknya kedua perspektif tersebut bertentangan, namun dengan memakai "falsafah melihat kembali kedua kalinya" maka problem itu dapat dipecahkan. Kita semua telah melakukan kesalahfahaman seperti itu, sebab itu kita perlu peka terhadap kata-kata orang lain kalau kita ingin memahaminya.
Sudah barang tentu, mungkin kata-kata saya memang bertentangan. Jadi metode kepekaan dan falsafah "pembebasan dari tuduhan karena diragukan si pelaku memang bersalah" itu hanya dapat diterapkan kalau ada keragu- raguan. Kalau tidak ada keraguan bahwa saya telah berkontradiksi dengan diri saya sendiri, maka yang boleh dilakukan hanyalah mengevaluasi saja. Meskipun demikian, jikalau kita tidak berusaha untuk menafsirkan kata-kata dengan cara konsisten, maka kata-kata yang kita baca itu menjadi sangat kacau. Kalau hal ini terjadi dalam penafsiran Alkitab, maka Alkitab menjadi seperti bunglon yang berubah-ubah warna kulitnya kalau latar belakangnya berubah. Jadi yang dimaksud ialah penafsiran berubah kalau yang menafsir lain.
Jadi jelas bahwa pandangan kita mengenai hakiki dan asal Alkitab memberikan dampak penting pada bagaimana kita akan menafsirkannya. Jika kita memandang Alkitab sebagai Firman Allah yang diwahyukan, maka analogi iman bukanlah metode pilihan, tetapi merupakan tuntutan penafsiran.
lee shiau lung wrote:
dan ada yang saya masih bingung, bisakah Anda memperjelas maksud dari kutipan artikel anda?
2 Petrus 1:20
LAI TB, Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri,
KJV, Knowing this first, that no prophecy of the scripture is of any private interpretation.
TR, τουτο πρωτον γινωσκοντες οτι πασα προφητεια γραφης ιδιας επιλυσεως ου γινεται
Translit, touto prôton ginôskontes hoti pasa prophêteia graphês idias epiluseôs ou ginetai
Rasul Petrus menggunakan kata benda επιλυσις - epilusis, penafsiran, yang berasal dari kata επιλυω - epiluô, menguraikan, secara konseptual berarti melepaskan dari ikatan. Makna umum dari kata ini adalah penjelasan tetapi kata epilusis ini tidak ditemukan lagi di dalam Perjanjian Baru Yunani sedangkan kata epiluô dapat ditemukan dalam Markus 4:34 saat Yesus Kristus menguraikan segala sesuatu tanpa perumpamaan.
Biasanya orang menganggap keterangan Petrus ini menyatakan, bahwa nubuat hanya dapat dimengerti oleh seseorang bila orang itu dipimpin Roh Kudus yaitu Roh yang sama yang memimpin para penulis, namun anggapan ini memutarbalikkan kata kerja dalam ayat tersebut dengan pengertian yang tidak umum. Lebik baik dimengerti dari segi asal mula Alkitab dan bukan dari tafsirannya, artinya, tidak ada nubuat dalam Alkitab yang berasal dari pendapat seseorang, yaitu penjelasan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, sekarang dan kemudian, karena alasan-alasan tertentu.
maksudnya apa yach? apakah saya harus membaca alkitab itu secara keseluruhan dan tidak asal maen comot satu ayat aja yach untuk lebih mengerti ayat alkitab yang di maksudkan?
Kita pahami dulu Latar Belakang ayat yang dipertanyakan :
Rasul Petrus menulis dengan latar belakang suatu pengertian bahwa sudah banyak sekali nubuat-nubuat yang digenapi oleh kedatangan Tuhan Yesus Kristus ke dunia, lihat Matius 1:22; 2:5-6. Bahkan Tuhan Yesus sendiiri telah menguraikan hal ini kepada orang2 Yahudi misalnya di Yohanes 5:39, Lukas 22:37; 24:26-27,44.
(lihat perinciannya di artikel : Nubuat Perjanjian Lama Tentang Mesias Terpenuhi Dalam Diri Yesus Kristus, di nubuat-pl-tentang-mesias-terpenuhi-dalam-diri-yesus-kristus-vt2217.html )
Pemberitaan Injil yang pertama yang menjaring jemaat mula-mula menekankan nubuat-nubuat tentang kedatangan Mesias yang telah terpenuhi dalam Yesus Kristus (Kisah 2:25 dab, Kisah 3:22-24). Dengan demikian, Karena sudah terpenuhinya nubuat2 itu dalam kedatangan Yesus yang pertama, maka orang Kristen juga harus memperhatikan sisa nubuat yang akan digenapiNya pada kedatanganNya yang kedua. Dan nubuat-nubuat yang telah tertulis itu bukan khayalan manusia (seperti dongeng yang dikemukakan pada 2 Petrus 1:16), melainkan nubuat itu adalah pernyataan Allah dengan perantaraan Roh-Nya.
Sekarang mengenai poin yang Anda tanyakan, ttg alinea ini :
BP wrote:
Biasanya orang menganggap keterangan Petrus ini menyatakan, bahwa nubuat hanya dapat dimengerti oleh seseorang bila orang itu dipimpin Roh Kudus yaitu Roh yang sama yang memimpin para penulis, namun anggapan ini memutarbalikkan kata kerja dalam ayat tersebut dengan pengertian yang tidak umum. Lebik baik dimengerti dari segi asal mula Alkitab dan bukan dari tafsirannya, artinya, tidak ada nubuat dalam Alkitab yang berasal dari pendapat seseorang, yaitu penjelasan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, sekarang dan kemudian, karena alasan-alasan tertentu.
Alinea diatas adalah suatu keterangan yang terjadi karena "pernafsiran" ayat 2 Petrus 1:20 dimana ada "otoritas Gereja" melarang "orang awam" untuk menafsirkan sendiri ayat-ayat dalam Alkitab. Menafsir Alkitab dianggap resmi dan tidak dapat sesat jikalau penafsiran itu dilaksanakan oleh Magisterium (Magisterium adalah Paus dalam persatuan dengan semua Uskup yang menjadi pewaris sah kuasa Petrus dan para rasul). 2 Petrus 1:20 dianggap sebagai keterangan yang menyatakan bahwa nubuat-nubuat hanya dapat dimengerti oleh seseorang apabila tafsiran itu dilaksanakan oleh Gereja (Gereja yang mewarisi otoritas dari para Rasul/ apostolik) yang dipenuhi Roh Kudus yaitu Roh yang sama yang mengilhami para penulis Alkitab.
Namun, anggapan itu memutarbalikkan kata kerja dalam ayat tersebut dengan pengertian yang tidak umum. Lebik baik dimengerti dari segi asal mula Alkitab dan bukan dari tafsirannya.
Artinya, tidak ada nubuat dalam Alkitab yang berasal dari pendapat seseorang (karangan nabi-nabi secara pribadi), namun nubuat itu ditulis dengan ilham dan dorongan Roh Kudus. Dan pengertiannya pun harus bersesuaian dengan maksud Roh Kudus.
Saya beri satu contoh nubuat dalam Perjanjian Lama yang ditafsirkan dengan kehendaknya sendiri oleh orang-orang Yahudi untuk menolak bahwa Yesuslah Mesias yang dijanjikan :
Nubuat tentang Mesias Perjanjian Lama, dimana dituliskan bahwa Mesias yang dijanjikan itu melakukan mujizat-mujizat, lihat Yesaya 29:18-19; 35:5-6; 61:1
Nubuat-nubuat tsb terpenuhi dalam ayat ini :
Matius 13:54
Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu?
Namun karena kehendaknya sendiri, orang-orang Yahudi itu melakukan penolakan bahwa Yesus-lah Sang Mesias yang dinubuatkan itu dengan merujuk bahwa Dia hanyalah orang dari kalangan biasa, tukang kayu (yang bukan kalangan terhormat), mereka meremehkan kesederhanaan yang memang dipilih Yesus dalam masa inkarnasiNya sebagai Mesias yang dijanjikan :
Matius 13:55-58
13:55 Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?
13:56 Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?"
13:57 Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya."
13:58 Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.
"Penafsiran dengan kehendak sendiri", atas dasar penilaian subjektif inilah yang dimaksudkan dalam 2 Petrus 1:20. Kisah dalam Matius 13:54-58 ini hanya salah-satu contoh saja.