TIPU DAYA YANG MENYESATKAN
Memasuki abad milenium ini, banyak manusia yang jatuh ke dalam dosa
materialisme. Ini adalah ancaman yang sangat serius dalam kehidupan orang
Kristen. Tetapi, sebagian besar mereka tidak menyadari bahaya yang begitu besar
dan mengerikan. Materialisme ialah semangat hidup dan sikap yang merendahkan
nilai-nilai rohani, sehingga mengesampingkan kehidupan rohani demi mengutamakan
kebutuhan jasmani. Menurut mereka nilai tertinggi manusia adalah materi
(benda). Ini adalah berhala yang sangat dominan menguasai alam pikiran manusia
modern dewasa ini. Salah satu ciri dari berhala ini adalah manusia yang terikat
kepadanya menjadi sangat konsumeristis. Konsumeristis ini dimulai dari tingkat
terbatas sampai pada tingkat tidak terbatas. Tingkat yang tidak terbatas artinya
selalu ingin memiliki barang yang dimiliki orang lain atau yang ditawarkan
dunia.
Orang yang cinta uang, biasanya merasa boleh dan berhak bertindak bebas
dengan cara apa pun untuk memburu kenikmatan daging dengan mengumpulkan harta
duniawi. Hal itu juga dilakukan demi meningkatkan status sosial dan pangkat.
Hal ini akan membuat mereka tidak memedulikan Tuhan. Apabila manusia telah
memberhalakan materi, maka nilai-nilai kekekalan sudah tidak dihargainya lagi.
Semua usaha dan upaya yang dikerjakan dalam hidup ini semata-mata untuk
kepentingan kesenangan diri sendiri yang dibangun di atas materi. Materialisme
inilah allah lain atau berhala itu. Banyak orang Kristen yang sedang terjebak
dalam dosa satu ini. Hal ini disebut oleh Alkitab sebagai tipu daya kekayaan.
Tipu daya kekayaan dapat pula mengakibatkan kebenaran firman Allah yang
didengarnya tidak bertumbuh dan berbuah (Mat. 13:22). Kenyataan inilah yang
banyak kita jumpai dalam kehidupan jemaat Tuhan pada masa sekarang ini. Banyak
orang Kristen yang sudah bertahun-tahun menjadi anggota gereja, rajin ke gereja
bahkan aktif melayani pekerjaan Tuhan dalam berbagai kegiatan gereja, tetapi
ternyata kedewasaan rohaninya tidak bertumbuh. Mereka tetap menjadi orang
Kristen yang kerdil, tidak memahami kebenaran Allah. Banyak di antara jemaat
ini mengalami stagnasi pertumbuhan rohaninya. Ini semua disebabkan oleh tipu
daya kekayaan. Selain hal tersebut, kekayaan juga dapat membuat seseorang
tinggi hati. Inilah yang menyebabkan seseorang merasa lebih dari yang lain, bahkan
tidak dapat bersikap rendah hati terhadap Tuhan. Padahal Alkitab mengatakan
bahwa Allah menentang orang yang sombong (1Ptr. 5:5). Kita dapat menemukan
orang-orang kaya zaman ini yang akibat kekayaannya menjadi lupa diri. Mereka
merasa lebih bernilai daripada Tuhan sendiri. Dengan demikian, kekayaan dapat
menjadi sarana Iblis yang sangat ampuh untuk membinasakan banyak orang,
termasuk orang Kristen yang tidak setia.
Kekayaan dapat memberikan kecenderungan kepada seseorang untuk tidak
bergantung kepada Tuhan. Tidak bergantung kepada Tuhan berarti bergantung
kepada yang tidak tentu. Oleh sebab itu, seseorang yang bergantung kepada
kekayaan tidak akan mencari Tuhan dengan benar, tetapi ia akan lebih giat
mencari kekayaan dunia yang kepadanya ia bergantung. Dampak lain dari seorang
yang bergantung kepada kekayaan adalah ia menjadi pelit, kikir, dan tidak peka
terhadap penderitaan orang lain. Dalam Lukas 16:19-31 dikisahkan orang kaya
yang tidak memedulikan kemiskinan dan penderitaan sesamanya, dalam hal ini Lazarus.
Oleh sebab itu dalam 1 Timotius 6:18, Paulus memperingatkan agar mereka
berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, dan suka memberi serta membagi
harta mereka kepada yang berkekurangan. Bila tidak demikian, maka kekayaan itu
sendiri yang menjadi senjata ampuh untuk membunuh yang menggenggamnya. Ini
berarti bahwa kekayaan mengandung penipuan yang akan berakibat fatal bagi orang
yang tidak bertobat dan tidak mengerti bagaimana harus memperlakukannya. Yudas
mengkhianti Tuhan Yesus juga karena tipu daya kekayaan ini. Jemaat di Filipi
pada zaman Paulus pun sebenarnya sudah menunjukkan adanya jemaat yang
ber-Tuhankan perut mereka sendiri, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada
perkara-perkara duniawi (Flp. 3:18-20).
Sementara orang di sekitar kita terjerat oleh berhala atau ilah zaman ini,
yaitu materialisme, kita sebagai orang percaya yang benar harus berani
menantangnya. Ini bukan berarti kita tidak membutuhkan materi dalam bentuk uang
atau kekayaan dunia. Tetapi kita tidak diperbudak olehnya. Kita harus bekerja
keras mencari uang atau materi. Semua itu kita lakukan untuk kepentingan
Kerajaan Allah. Perlawanan kita kepada materialisme yang adalah bagian penting
dari semangat atau gairah zaman ini, dimulai dari diri kita sendiri. Kita harus
dapat melepaskan diri kita dari belenggu semangat zaman ini. Setelah kita
terlepas dari semangat zaman ini mengenai uang, maka kita dapat bertarung
menolong sesama agar dapat terlepas pula. Ini bentuk sikap kita menantang zaman
ini.