PERCAYA DAN MENGAKUI YESUS SEBAGAI TUHAN DAN JURUSELAMAT
Inilah indikator pertama yang menjadi kunci dalam membuktikan apa seseorang sungguh-sungguh pengikut Kristus. Apakah engkau sudah mempercayai dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatmu? Ini merupakan pertanyaan terpenting dalam hidupmu dan menentukan apakah engkau akan mengawarisi sorga atau neraka. Apa jawabanmu? Pikirkan matang-matang dan jangan sekedar menjawab karena jika sekedar menjawab, engkau tidak akan mengerti makna dan arti mempercayai Yesus Kristus. Saya tidak menanyakan apa engkau beribadah para hari Minggu atau apa engkau berdoa dan membaca Alkitab tetapi yang saya maksud, apakah engkau sungguh-sungguh mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatmu?
Untuk lebih memahami pertanyaan di atas saya ingin mengilustrasikan
demikian, seandainya Yesus bertanya kepadamu pertanyaan sepert ini, “Apa
yang membuatmu bisa masuk sorga?” Kira-kira apa yang akan engkau sampaikan
kepada Yesus? Apa yang sedang terlintas dalam pikiranmu ketika mendengarkan
pertanyaan itu. Kedengarannya pertanyaan ini sangat sederhana karena sudah
begitu sering mendengarkan pertanyaan atau pernyataan yang mirip dengan itu.
Mungkin jikalau ada orang yang menanyakan hal yang sama, dengan mudah bisa
menjawabnya tetapi berbeda jikalau Yesus yang akan menanyakannya langsung
karena Ia tahu isi hati setiap orang dan tidak bisa hanya sekedar memberi
jawaban.
Jikalau engkau menjawab dengan penuh keyakinan bahwa engkau mempercayai
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatmu maka engkau sudah melakukan langkah awal
dan terpenting dalam hidupmu. Karena keputusan untuk menjadi pengikut Kristus
merupakan awal perkenalanmu dengan Kristus dan Ia mengenalmu sebagai salah satu
dari anak-anakNya. Pengenalanmu dengan Kristus bukan lagi seperti engkau
mengenal presiden suatu Negara yang sedang memimpin saat ini. Jikalau ada yang
bertanya kepadamu, apa engkau mengenal presiden saat ini, engkau akan berkata,
“ya, saya tahu dan kenal beliau.” Tetapi perkenalan seperti itu hanya sekedar
mengenal sosoknya saja dengan sering melihatnya di media. Pengenalan seperti
itu sangat sempit. Namun yang perlu dipertimbangkan kembali, apakah presiden
mengenalimu? Engkau pasti menjawab, tidak! Karena memang beliau tidak mengenal
engkau meskipun engkau rakyatnya. Ilustrasi ini akan menolong pembaca dalam
memahami akan pengenalan Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Cobalah
tanyakan diri sendiri, sejauh ini engkau sudah mengklaim bahwa engkau
mempercayai Yesus Kristus, apakah engkau yakin bahwa Yesus mengenalmu sebagai
salah satu anak-anakNya? Inilah yang engkau harus pastikan dan bukan hanya
merasa mengenal Kristus tetapi Kristus tidak mengenalmu sebagai pengikutNya.
Jangan pernah berkata, “saya berasal dari keluarga Kristen dan saya
sudah sering beribadah di gereja sejak masih kecil.” Klaim seperti ini juga
disampaikan umat Israel di masa pelayanan Tuhan Yesus dan hal seperti itulah
yang selalu diklaim umat Yahudi, tetapi mereka bukanlah pengikut Kristus dan
bukan juga umat percaya. Latarbelakang seseorang sebagai keluarga Kristen,
keluarga pendeta, dan keluarga majelis gereja, bukanlah jaminan keselamatan.
Alkitab tidak pernah mencatat hal-hal itu sebagai dasar keselamatan. Tiap-tiap
orang harus mengakui secara pribadi bahwa Yesus adalah Tuhan dan
Juruselamatnya.
Paulus menegaskan hal itu ketika ia menuliskan suratnya kepada jemaat Roma
yang pada saat itu belum pernah dikunjunginya. Meskipun demikian ia mengenal
beberapa anggota jemaat di sana (Roma 16) dan ia rindu untuk mengunjungi mereka.
Dari kejauhan, ketika berada di Korintus, Paulus menuliskan surat Roma agar
jemaat di sana memiliki pengetahuan yang benar dalam pengenalan akan Kristus.
Lalu ia berkata demikian,
“9Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu,
bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah
membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. 10Karena
dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan
diselamatkan” (Roma
10:9-10).
Apakah cukup hanya mengaku dengan mulut? Tentu tidak! Jutaan orang di dunia
mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, tetapi mereka tidak
pernah mendedikasikan diri untuk menaati perintah
Kristus. Penganut agama Hindu di Neval dan India misalnya tidak
mempersoalkan Yesus sebagai salah satu tuhan mereka tetapi tidak akan mengakui
Yesuslah satu-satunya Tuhan yang akan disembah. Jadi percaya kepada Yesus bukan
sekedar mengakui Yesus sebagai Tuhan saja. Kesunguhan dan dedikasi seorang
percaya menjadi kunci penting untuk melihat kesungguhan iman dan
kepercayaannya. Di saat ia sungguh-sungguh percaya, itulah momen terpenting
dalam hidupnya. Momen itu menjadi awal timbulnya kerinduan besar untuk semakin
berkenan kepada Kristus. Ia akan semakin ingin mengenal Yesus lebih
dalam lagi, dan memiliki kerinduan untuk berkomunikasi dan bersekutu denganNya
serta ingin mengetahui dan menaati perintah dan ajaranNya. Semakin
ia mengenal Kristus dan FirmanNya, semakin besar kasihnya kepada Kristus dan
kesetiaannya untuk menaatiNya. Ia semakin merindukan kehidupan kudus. Ia
semakin membenci dosa dan kejahatan karena Tuhan membenci semua itu. Itulah
bukti seseorang sungguh-sungguh percaya pada Yesus Kristus. Apakah
engkau sudah memiliki kerinduan sedemikian?
Jikalau engkau tidak pernah memiliki kerinduan seperti itu, kemungkinan
engkau belum percaya kepada Kristus dan belum memiliki keselamatan di dalam
Kristus. Cobalah selidiki hatimu! Apa benar engkau sudah memiliki keselamatan?
Jikalau engkau belum memiliki kepastian itu, ingatlah, tidak ada kata terlambat!
Mungkin Tuhan sedang memimpin engkau tiba pada tulisan ini. Datanglah kepada
Yesus dan akuilah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamatmu, dan biarkan Yesus
memimpin hidupmu. Katakan kepada Yesus bahwa engkau membutuhkanNya, dan
mintalah Dia mengampuni segala dosa-dosamu, dan dedikasikan dirimu untuk
menjadi anak-anak Allah yang mau setia dan taat kepadaNya.
Cobalah renungkan apa yang disampaikan Rasul Paulus kepada seseorang yang
putus asa dan tidak memiliki pengharapan yang dicatat dalam Kisah 16:31-34. Ia berkata
kepadanya (kepala penjara di Filipi) demikian,
“31Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus
dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu. 32Lalu
mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di
rumahnya. 33Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka
dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri
dibaptis. 34Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan
menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan
seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah” (Kisah 16:31-34).
Perhatikan ayat-ayat itu baik-baik bahwa kepala penjara itu diarahkan untuk
percaya kepada Yesus Kristus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat yang
akhirnya ia percaya dan memiliki keselamatan. Keselamatan itu tidak hanya
dimilikinya seorang diri, tetapi juga seisi rumahnya. Tentu bukan karena ia
percaya pada Yesus maka secara otomatis seisi rumahnya memiliki keselamatan.
Tidaklah demikian! Alkitab tidak pernah mengajarkan cara keselamatan seperti
itu. Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan itu urusan pribadi setiap orang.
Setiap anggota keluarga harus memiliki hubungan pribadi dengan Kristus melalui
iman maka ia akan memiliki keselamatan.
Yang terjadi pada malam itu adalah setelah kepala penjara itu percaya pada
Yesus, ia berkeinginan agar anggota keluarganya turut percaya pada Yesus. Maka
ia membawa Paulus ke rumahnya dan memberitakan Injil dan mereka percaya. Injil
harus diberitakan karena “Iman timbul dari pendengaran, dan pendengeran oleh
Firman Kristus” (Roma 10:17). Itulah sebabnya ia dan seisi rumahnya
dibaptis. Jikalau engkau percaya pada Yesus maka engkau akan melakukan dan
merindukan hal yang sama dan engkau akan menjadi berkat bagi anggota keluargamu
dan menuntun mereka kepada Kristus.
Jatuh Ke Dalam Dosa
Barangkali engkau berkata, “saya sudah percaya pada Yesus tetapi saya
sudah jatuh ke dalam berbagai dosa dan saya ragu apakah saya masih memiliki
keselamatan.” Setiap orang yang jatuh ke dalam dosa tentu akan tergoncang
keyakinan dan hatinya, apalagi berbagai perbuatan buruk dan jahat telah
dilakukan. Yang perlu dilakukan, datanglah kepada Yesus dan akuilah segala
dosa-dosamu, dan dedikasikan hati dan hidupmu untuk kembali mengikuti Yesus.
Semua orang percaya pasti pernah mengalami pergolakan dan pergumulan dosa,
tetapi yang membedakan satu dengan lainnya adalah kesensitifan kerohaniannya
dimana ketika jatuh ke dalam dosa, ia sadar telah berbuat kesalahan di hadapan
Tuhan. Ia dengan hati yang remuk dan hancur datang kepada Yesus meminta pengampunan
(Mazmur 51:19). Setelah pengampunan diterima ia bisa merasakan sukacita dan
damai sejahtera untuk bersekutu dan beribadah kembali kepada Tuhan. Ia tidak
dikutuki oleh perbuatan dosa yang dilakukannya. Ia dipulihkan di hadapan Tuhan.
Apakah dengan melakukan dosa dan kejahatan,
keselamatan seorang percaya akan hilang? Saya tahu ada berbagai pandangan dan perdebatan
teologi tentang hal ini, dan saya tidak akan menyinggung hal itu di sini. Saya
akan mengajak pembaca untuk memikirkan hal ini dengan baik: Dimanakah
ayat Alkitab yang mengajarkan bahwa keselamatan yang dimiliki seorang percaya
didasarkan atas kemampuannya dalam menjaga dan memelihara keselamatan yang
diberikan Tuhan? Adakah seorang percaya yang tidak pernah jatuh ke
dalam dosa semasa hidupnya?
Abraham sekalipun dikenal sebagai bapa orang beriman, ia juga pernah jatuh
ke dalam dosa dengan berbohong dan mengatakan isterinya adalah adek
perempuannya. Ia melakukan itu karena takut dibunuh oleh Abimelek, raja Gerar
jikalau ia mengakui Sarah adalah isterinya (Kejadian 20:2). Atas tindakan
Abraham, Tuhan menggungkapkan kebohongannya kepada Abimelek lewat mimpi.
Raja Daud juga pernah jatuh ke dalam dosa dengan melakukan perzinahan
dengan Batsyeba. Untuk menutupi perbuatannya ia mempergunakan akal busuknya
untuk membunuh suami Batseba dengan menempatkannya dibarisan depan peperangan.
Ia merencanakan segala sesuatu dan ingin memastikan suami Batsyeba terlihat
gugur dalam peperangan. Itulah kelicikan hati raja Daud dalam menyembunyikan
perbuatannya. Padahal ia dikenal sebagai orang yang dekat di hati Tuhan tetapi
ia juga tidak terlepas dari kelemahan. Maka Tuhan memakai Nabi Natan dalam
menyingkapkan dosa yang dilakukannya. Ia baru sadar dan terbangun bahwa ia
telah melakukan dosa besar dihadapan Tuhan. Mazmur 51 mencatat kondisi hati
Daud saat itu. Ia mengungkapkan penyesalan dan pertobatannya di hadapan Tuhan.
Rasul Petrus juga pernah jatuh ke dalam dosa dengan mengingkari Yesus
(Lukas 22:57). Ketika ia telah melakukan kesalahan itu, ia sadar telah berbuat
dosa di hadapan Tuhan, ia menangisi dosa dan perbuatannya. Tidak mudah bagi
Petrus untuk tetap berada di kumpulan para Rasul yang mengetahui bahwa selama
masa pelayanan Yesus, ia dikenal rasul-rasul lain sebagai seorang yang sangat
vokal dan mengklaim diri rela mati demi membela Yesus. Cobalah perhatikan
perkataan Petrus ini,
“Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali
tidak” (Matius 26:33).
Apa maksud pernyataan itu? Bukankah Petrus di sini sedang menyombongkan
rasa kecintaannya kepada Kristus di hadapan murid-murid lain? Memang betul
demikian! Ia di sini seakan-akan berkata, “Tuhan, Matius bisa saja gagal,
Yohanes bisa saja gagal, Yakobus bisa saja gagal, dan semua murid-murid lain
bisa saja gagal tetapi saya tidak akan pernah gagal.” Itulah ekspresi
keberanian Petrus dalam membela Kristus. Tidak merasa takut tentang apapun yang
akan terjadi. Yesus sendiri tahu betapa besar kasih Petrus kepadaNya. Namun Ia
juga tahu kekurangan dan kelemahannya. Lalu Yesus berkata dengan suatu prediksi
yang akan terjadi, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum
ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali” (Matius 26:34).
Lalu apa reaksi Petrus ketika mendengar pernyataan tersebut? Apakah ia mundur
dan sadar akan tetidakberdayaannya? Sama sekali tidak! Pernyatakan Yesus ini
tidak membuat Petrus menyadari kesombongan cintanya. Ia justru meresponnya
kembali seakan mengukuhkan kenyakinannya, “Sekalipun aku harus mati
bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau” (Matius 26:35).
Keberanian dan kebulatan hati Petrus untuk menyatakan pernyataan itu tentu
harus diajungkan jempol karena ia sangat yakin bahwa Kristus begitu berarti
baginya. Ia rela mati bagi Kristus. Paling tidak keinginan eperti ini
dimilikinya. Ia membulatkan hati bahwa ia tidak akan mengabaikan Kristus.
Keyakinan kokoh seperti inilah yang tidak dimiliki banyak orang yang mengklaim
diri sebagai pengikut Kristus. Mereka mengikut Kristus ketika segala sesuatu
baik-baik saja tetapi ketika malapetaka dan penganiayaan (Persekusi) datang,
mereka tidak memberanikan diri untuk mengatakan bahwa mereka adalah pengikut
setia Kristus.
Lalu apa yang terjadi kemudian? Petrus akhirnya jatuh mengingkari Yesus,
persis seperti yang sudah diprediksi Yesus. Kejatuhan Petrus tidak membuatnya
memiliki pemikiran bahwa ia tidak memiliki pengharapan dan keselamatan lagi di
dalam Kristus. Ia tahu isi hatinya bahwa ia sungguh mengasihi Yesus. Sekalipun
ia jatuh ke dalam dosa ia tidak menjaga jarak dengan kumpulan umat percaya. Ia
memilih tetap bersama mereka karena ia sungguh-sungguh percaya pada Yesus
Kristus. Namun kegagalan itu telah membuatnya menjadi seorang yang rendah hati
dan tidak sombong lagi. Tuhan Yesus memulihkannya di hadapan rasul-rasul lain
dan memerintahkannya untuk menggembalakan domba-dombaNya (Yohanes 21:15-17).
Saya merasa perlu untuk menggarisbawahi di sini bahwa kejatuhan orang lain
ke dalam dosa tidak boleh menjadi alasan bagi orang percaya untuk menganggap
ENTENG berbuat dosa. Janganlah berkata, “Raja Daud jatuh ke dalam dosa
perzinahan dan masih tetap dikasihi Tuhan, maka saya juga bisa melakukan hal
yang sama.” Dan jangan juga berkata, “Petrus juga pernah
mengingkari Yesus maka saya juga tidak jadi masalah jika suatu saat akan
mengingkari Yesus.” Pernyataan-pernyataan seperti ini keliru.
Contoh-contoh yang dicatat dalam Alkitab tidak semua harus ditiru karena ada
yang bersifat teguran dan nasihat untuk dihindari. Kejatuhan seseorang yang
dicatat di dalam Alkitab bukan menjadi lisensi bagi umat Kristen untuk
melakukan hal yang sama. Semua yang dicatat merupakan peringatan untuk
dihindari agar tidak jatuh pada dosa yang sama. Harus diingat bahwa setiap
kejatuhan ke dalam dosa ada konsekwensi yang harus ditanggung. Raja Daud
menanggung konsekwensi dari perbuatan perzinahan dan pembunuhan yang dilakukan
dengan kematian anak-anaknya sebagaimana dicatat dalam Kitab Perjanjian Lama.
Ia memang tetap dikasih Tuhan tetapi akibat perbuatannya harus ditanggungnya
sendiri.
Apakah masih tetap ada konsekwensi kejatuhan dosa seorang percaya saat ini?
Pasti! Namun tak seorangpun tahu jenis konsekwensi yang akan dialami seseorang.
Orang yang mengalami konsekwensi itulah yang akan menguji hatinya sendiri
apakah yang dialaminya merupakan hukuman dari Tuhan atau tidak. Satu hal yang
pasti, ketika seseorang jatuh ke dalam dosa, hatinya akan mengutukinya atas
kesalahan yang diperbuat. Iblis akan memakai momen itu untuk terus menggoncang
dan menghancurkannya serta mempengaruhinya untuk meninggalkan gereja dan Tuhan.
Di sinilah pergolakan luar biasa terjadi. Jika ia sadar telah berbuat dosa,
dan datang kembali kepada Yesus untuk meminta pengampunan ia akan dipulihkan.
Tetapi begitu banyak orang jatuh ke dalam dosa, dan momen kejatuhan itu dipakai
Iblis untuk mempengaruhinya agar semakin menjauhi Tuhan. Tanpa disadari, ia
mulai meninggalkan doa, persekutuan, ibadah, pembacaan Alkitab dan sebagainya.
Semua itu diawali karena ia melakukan dosa di hadapan Tuhan.
Perhatikanlah orang-orang di sekitarmu. Mereka yang tadinya begitu rajin
dan aktif dalam berbagai kegiatan rohani, tiba-tiba menjauhi dan meninggalkan
semua kegiatan rohani. Apa yang sedang terjadi dengan orang itu? Ia telah
berbuat dosa di hadapan Tuhan. Iblis selalu berbisik kepadanya dan
berkata, “Jangan munafik! Engkau sudah melakukan kesalahan dan dosa.
Oleh karena itu engkau tidak perlu beribadah, berdoa dan mengikuti semua
kegiatan itu. Engkau tidak layak dan pantas.” Ia mengalami pergolakan
dalam hati. Ia tidak memilih untuk datang kepada Kristus dan meminta
pengampunan atas segala dosa-dosa dan kesalahan yang diperbuat. Ia justru
mengikuti bisikan dan rayuan Iblis yang mempengaruhinya untuk meninggalkan
jalan Tuhan.
Hal-hal seperti ini dihadapi umat Kristen sekarang ini. Ingatlah, jikalau
ada dosa yang dilakukan, hal itu akan membuatnya meninggalkan semua kegiatan
rohani. Ia dipengaruhi dan ditaklukkan Iblis untuk mengikuti keinginannya.
Tujuan akhir dari semua pengaruh Iblis agar semua orang percaya meninggalkan
Tuhan dan gerejaNya.
Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa orang percaya pasti pernah
mengalami kejatuhan dalam hidupnya. Mungkin kejatuhan seperti membunuh orang
lain tidak dilakukan, tetapi ada banyak dosa lain yang bisa menjadi
kejatuhannya. Lalu apakah Tuhan akan membuang mereka? Apakah mereka
kehilangan keselamatan? Jika Abraham, Daud dan Petrus tidak mampu
memelihara keselamatan yang dimilikinya, apakah umat Kristen masa sekarang
lebih kuat dan hebat kerohaniannya dari mereka sehingga mampu memelihara
keselamatannya? Firman Allah dengan tegas mengatakan demikian,
“8Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 9itu
bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9).
Apa maksud ayat ini? Maksudnya adalah manusia tidak memiliki
kontribusi apapun untuk memperoleh keselamatan karena keselamatan itu pemberian
Allah. Manusia tidak bekerja keras atau berbuat baik untuk mendapatkannya. Jika
keselamatan bisa diperoleh dengan perbuatan baik, maka seorang percaya bisa
bermegah dan berakta bahwa keselamatan merupakan hasil usaha dan kerja
kerasnya. Paulus dengan tegas menentang pemikiran seperti itu. Oleh karena itu
janganlah pernah ada orang memegahkan diri dalam hal ini.
Nah, jikalau keselamatan semata-mata merupakan pemberian Allah dan bukan
hasil usaha manusia, apakah Tuhan memberikan keselamatan didasarkan
atas kemampuan seseorang dalam memelihara keselamatannya? Tentu tidak!
Keselamatan diberikan bukan didasarkan pada kemampuan manusia dalam menjaga dan
memeliharanya. Tuhan tahu segala kelemahan dan ketidakmampuan manusia jauh
sebelum ia percaya. Tuhan memilih seseorang diselamatkan bukan karena perbuatan
baik yang dilakukan. Bukan juga karena ia akan mampu memelihara keselaamtan
itu. Tuhan tahu siapa manusia. Itulah sebabnya, Yohanes menuliskan suratnya
bagi umat Kristen demikian,
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan
adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari
segala kejahatan” (1 Yohanes
1:9).
Kenapa ayat itu harus dituliskan? Karena orang percaya akan
jatuh ke dalam dosa, dan Tuhan tahu itu. Tidak ada orang percaya yang tidak
pernah jatuh ke dalam dosa sejak pertama kali percaya pada Yesus Kristus.
Berbagai jenis kelemahan dan dosa bisa saja dilakukan. Namun Tuhan tidak
membuangnya karena perbuatan itu. Ia diminta bertobat dan mengakui segala
dosa-dosanya. Seorang yang sungguh-sungguh ingin bertobat akan datang kepada
Tuhan dengan hati yang hancur dan remuk, serta menyesali segala perbuatannya.
Kemurahan Tuhan untuk mengampuni orang yang jatuh ke dalam dosa tidaklah
menjadi LISENSI untuk terus melakukan dosa. Jika ada orang yang berpikir
demikian, justru hal itu membuktikan bahwa ia bukanlah orang percaya.
Cobalah pertimbangkan kembali kejadian yang dialami Petrus ketika
mengingkari Tuhan Yesus. Apakah Petrus merasa bersalah? Apakah ia
merasa malu di hadapan rasul-rasul lain? Sebagai manusia, ia pasti
merasakan semua itu. Ia sangat menyesali segala yang sudah diperbuat. Ia
menangisi kegagalannya. Lalu ia bertobat dan meminta pengampunan dari Tuhan.
Namun karena kesungguhannya mencintai dan mempercayai Yesus, ia bertahan dalam
lingkungan umat percaya. Ia harus menahan malu dan tidak melarikan diri. Petrus
mengakui perbuatannya, dan menangisi apa yang telah diperbuat. Dan ketika Yesus
bertemu dengannya kembali, Yesus tidak berkata, “Petrus, engkau sudah gagal
dan kehilangan keselamatanmu, dan engkau tidak ada urusan lagi dalam kumpulan
ini.” Tetapi Yesus memulihkannya pada posisinya sebagai Rasul di
hadapan Rasul-Rasul lain dengan bertanya kepadanya, “Simon, anak Yohanes,
apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?”
Kenapa Yesus harus bertanya demikian? Bukankah Yesus sudah mengetahui bahwa
Petrus sudah bertobat dan meminta pengampunan dosa atas kegagalannya? Tentu!
Yesus menanyakan ini di hadapan rasul-rasul lain agar mereka tahu bahwa Petrus
sungguh-sungguh mencintaiNya. Mereka perlu mendengar kembali pengakuan Petrus.
Maka dengan penuh kerendahan hati, Petrus menjawab dengan tulus, “Benar
Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi engkau” (Yohanes 21:15-17).
Jikalau Petrus tidak memiliki Roh Kudus di dalam hatinya, ia sudah pasti
meninggalkan kumpulan umat percaya itu sama seperti yang dilakukan Yudas
Iskariot. Ingatlah Yudas Iskariot juga melakukan dan mengatakan seperti apa
yang dikatakan rasul-rasul lain selama tiga setengah tahun bersama Yesus.
Selama tahun-tahun itu ia berpura-pura sebagai orang percaya meskipun hadir
dalam berbagai mujizat yang dilakukan Yesus. Ia juga ikut dalam tim penginjilan
yang dibentuk Yesus. Hal yang sama bisa saja terjadi di kalangan umat Kristen
yang mengklaim diri sebagai orang percaya. Tetapi mereka yang sungguh-sungguh
percaya akan dituntun Roh Kudus untuk bertobat dan mengakui segala dosa-dosanya
ketika jatuh ke dalam dosa dan kesalahan. Mereka tidak akan dibuang Tuhan
meskipun mereka harus menghadapi konsekwensi akibat dari perbuatan dosa yang
dilakukan. Sama seperti seorang percaya yang murtad (backsliden) dan jatuh ke
dalam berbagai dosa dan kehidupan bebas. Akhirnya ia terjangkit penyakit AIDS.
Namun pada akhirnya ia sadar telah berbuat dosa di hadapan Tuhan dan meminta
pengampunan dosa dari Kristus. Di dalam hatinya ia merasa pemulihan dari Tuhan
dan menerima pengampunan darpadaNya. Ia menyesali segala perbuatan dosa yang
dilakukan. Ia akhirnya kembali mendedikasikan diri untuk mengikuti Yesus dalam
hidupnya dan mencintai apa yang dicintai Yesus dan membenci apa yang dibenci
Yesus.
Namun satu hal yang harus diingat, konsekwensi dari perbuatannya yaitu penyakit
AIDS itu sendiri harus dialaminya. Tuhan mengampuni jiwanya tetapi akibat dari
perbuatannya ia harus menanggung sakit penyakit itu bahkan ia akan mati akibat
penyakit itu. Ia akan masuk ke dalam sorga tetapi di dunia ini ia mengalami
konsekwensi dari dosa-dosa yang diperbuat.
Percaya Kepada Yesus (Corpus Delicti)
Bagi pengikut Kristus sejati, ia akan mempercayai Yesus dengan segenap
hatinya dan dengan segenap jiwanya. Kristus begitu berharga baginya dalam hidup
ini. Segala sesuatu bisa saja habis dan berlalu dalam sekejap mata tetapi
Kristus akan selalu melekat dalam hatinya. Ia tidak akan mengorbankan Kristus
demi harta, cinta, uang, kekayaan dan jabatan duniawi. Paulus dengan tegas
berkata bahwa seorang percaya tidak akan mengutuki Kristus. Hal inilah yang
diungkapkannya kepada jemaat Korintus ketika ia berakta,
“Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada
seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: “Terkutuklah
Yesus!” dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan,”
selain oleh Roh Kudus” (1 Korintus 12:3).
Hanya orang percaya di dalam Kristus yang akan mengakui Yesus adalah Tuhan
dan Juruselamatnya. Pengakuan seperti itu bukan didasarkan pada hikmat,
intelektual dan kepintaran seseorang tetapi karena Roh Kudus yang bekerja di
dalam hatinya.
Jadi hal yang paling penting dan terutama harus dilakukan seseorang yang
belum percaya pada Yesus Kristus adalah MENGAKUI dan MEMPERCAYAI Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Ia harus bertobat meninggalkan segala
perbuatan dosa dan kejahatannya sebagai bukti kesetiaannya mengikuti Tuhan yang
mengajarkannya hidup kudus. Itulah yang diberikan Petrus dalam khotbahnya di
hadapan orang-orang Yahudi yang sudah memiliki Kitab Perjanjian Lama,
“37Ketika mereka mendengar hal itu hati
mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang
lain: “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?” 38Jawab
Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi
dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu
akan menerima karunia Roh Kudus. 39Sebab bagi kamulah janji itu
dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan
dipanggil oleh Tuhan Allah kita.” 40Dan dengan banyak perkataan
lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan
menasihati mereka, katanya: “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang
jahat ini.” 41Orang-orang yang menerima perkataannya itu
memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga
ribu jiwa” (Kisah
2:37-41).
Mereka yang mendengarkan berita keselamatan merespon dengan memberi diri
dibaptis. Langkah ini membuktikan kesungguhan mereka mempercayai Yesus sebagai
Tuhan. Baptisan merupakan langkah awal kesetiaan kepada perintah Tuhan.
Baptisan tidak menyelamatkan tetapi baptisan harus dilakukan. Yesus
memerintahkan umat percaya untuk dibaptis (Matius 28:18-20).
Dengan baptisan seseorang menjadi bagian dari gereja lokal dimana ia
beribadah bersama-sama dengan umat percaya lainnya serta menunaikan
kewajibannya sebagai anggota gereja Kristus. Namun tanggungjawab umat percaya
bukan hanya sampai pada baptisan saja, lalu kemudian menghilang dari gereja
selama bertahun-tahun dan muncul kembali pada saat pemberkatan nikah. Perbuatan
seperti itu keliru. Umat percaya juga harus melanjutkan kesetiaannya dengan
terus berkumpul dan bersekutu dengan umat percaya lainnya. Itulah sebabnya
dalam ayat 41 di atas disebut orang-orang yang dibaptis, dihitungkan dan
ditambahkan kepada jumlah anggota jemaat gereja. Ia menjadi anggota gereja
dimana ia beribadah dan melayani Tuhan.
Seorang percaya tidak bisa berkata “saya sudah dibaptis dan itu
sudah cukup.” Dengan dibaptis di sebuah gereja, ia juga harus
berkomitmen menjadi bagian dari gereja itu. Ia tidak bisa memisahkan diri dari
gereja dengan asumsi sudah terdaftar sebagai anggota gereja. Keanggotaan
seseorang dalam gereja merupakan perjanjian antara sesama anggota lainnya bahwa
mereka harus saling membangun dan menguatkan di antara sesama jemaat.
Kesetiaan seseorang untuk terus menyembah dan beribadah kepada Tuhan Yesus
membuktikan ia membutuhkan Tuhan dan tanpa Kristus ia tidak bisa berbuat
apa-apa (Yohanes 15:5). Ia membutuhkan Tuhan setiap detik dalam hidupnya jika
ia ingin memiliki hidup yang berkemenangan dalam hidup Kekristenannya. Dengan
selalu bersekutu dengan Tuhan ia mengekspresikan diri telah memperoleh
keselamatan. Tidak ada orang yang bisa melakukan hal ini dengan setia dan penuh
dedikasi jika bukan Roh Allah bekerja di dalam diri orang itu. Ia yang dulunya
tidak memiliki pengharapan dan hidup kekal, namun sekarang ia memilikinya
dengan cuma-cuma ketika mempercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat. Meskipun dulunya ia pelaku dosa dan pelaku berbagai kejahatan, di
dalam Kristus ia diperbaharui dan diubahkan menjadi manusia baru yang
dibenarkan oleh karena kemurahan Tuhan.
Seorang pelaku dosa harus menyadari bahwa ia seorang berdosa dan tak
satupun perbuatan baik yang bisa dilakukan sesuai dengan standar yang
ditentukan Tuhan. Ia manusia keji dan jijik dihadapan Tuhan. Terkecuali ia
menyadari bahwa ia patut menerima hukuman abadi dari Tuhan atas segala
perbuatannya dan mempercayai bahwa Yesuslah yang bisa mengampuni segala
dosa-dosanya melalui darahnya yang tercurah di kayu salib, ia tidak akan pernah
memiliki hidup kekal. Kristuslah jalan keselamatan (Yohanes 14:4; Kisah 4:12).
Firman Tuhan dengan tegas memberitahukan demikian,
“23Karena semua orang telah berbuat dosa
dan telah kehilangan kemuliaan Allah, 24dan oleh kasih karunia
telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. 25Kristus
Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam
darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah
membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. 26Maksud-Nya
ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia
benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus” (Roma 3:23-26).
Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa manusia berdosa adalah musuh Tuhan.
Segala perbuatan dosa yang dilakukan merupakan suatu pemberontakan langsung
kepada Tuhan. Jika ia ingin diperdamaikan dengan Tuhan ia harus percaya pada
Kristus karena Yesuslah yang memperdamaikan manusia berdosa kepada Tuhan.
Dengan beriman kepada Yesus, Allah mengampuni segala dosanya. Ia telah ditebus
dari segala dosanya melalui darah Yesus Kristus. Ia bukan hanya ditebus tetapi
ia juga menjadi orang yang dibenarkan dihadapan Allah. Bukan karena segala
sesuatu yang akan dilakukannya selalu benar tetapi karena di mata Tuhan seorang
yang telah ditebus Kristus mengenakan jubah kebenaran Kristus sehingga Allah
tidak melihat orang percaya sebagai seorang berdosa tetapi seorang yang kudus
karena kekudusan Kristus.
Keselamatan Adalah Pemberian Allah
Tuhan tidak pandang buluh kepada siapapun di dunia. Siapa saja yang percaya
pada Yesus Kristus akan memperoleh keselamatan. Keselamatan ini diberikan hanya
dengan dasar percaya pada Yesus dan bukan berdasarkan kerja keras seseorang
dalam melakukan perbuatan baik. Bukan juga didasarkan atas tingkat intelektual
dan kepintaran seseorang. Bagi dunia ini, intelektual dan kerja keras menjadi
kunci keberhasilan mencapai segala hal yang ingin diperoleh tetapi hal ini
tidak berlaku dalam memperoleh keselamatan dari Tuhan Pencipta langit dan bumi.
Keselamatan diberikan kepada siapa saja yang sungguh-sungguh percaya pada Yesus
Kristus.
Paulus dengan tegas menuliskan demikian,
“28Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana
Allah. 29Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka
juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya,
supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. 30Dan
mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan
mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang
dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Roma 8:28-30).
Rasul Yohanes juga mengatakan hal yang sama ketika menuliskan Injil dan
suratnya, dengan berkata bahwa tujuan penulisan kitab-kitab tersebut bertujuan
agar manusia berdosa sungguh-sungguh mempercayai Yesus Kristus dan memiliki
hidup kekal.
“30Memang masih banyak tanda lain yang
dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab
ini, 31tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat,
supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh
imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yoh 20:30-31).
“Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada
nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (1 Yoh 5:13).
Pemberitaan Firman Tuhan di mimbar gereja setiap hari minggu bertujuan agar
umat percaya sungguh-sungguh percaya pada Yesus Kristus. Mereka yang sudah
percaya akan semakin mempercaya dan setia kepada Kristus dan perintahNya.
Jikalau engkau sudah beribadah setiap hari minggu dan membaca Firman Tuhan
dengan terarut namun engkau tidak semakin mempercayai Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamatmu, pasti ada sesuatu yang salah. Mungkin engkau tidak
sungguh-sungguh percaya pada Yesus dari awalnya. Engkau hanya merasa memiliki
keselamatan. Ketahuilah, keselamatan bukanlah perasaan tetapi suatu fakta nyata
dalam diri seorang percaya. Engkau bisa mengetahui bahwa engkau seorang percaya
atau tidak. Tidak perlu berpura-pura. Tuhan tahu isi hatimu.
Jikalau tidak yakin dengan pasti bahwa engkau sudah memiliki keselamatan
dari Kristus, engkau harus membuka hatimu agar Kristus masuk ke dalamnya.
“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok;
jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk
mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama
dengan Aku” (Wahyu
3:20).
Apakah engkau dengan hati jujur bisa berkata bahwa engkau percaya pada
Yesus Kristus? Jikalau engkau sungguh-sungguh percaya, engkau adalah anak-anak
yang diadopsi Allah menjadi pewaris sorga. Tetapi jikalau engkau tidak memiliki
keyakinan itu padahal engkau sudah mengklaim diri sebagai orang percaya dan
orang Kristen, betapa malangnya engkau karena jika Kristus datang kembali,
engkau tidak akan ikut menyongsong Dia di angkasa (1 Korintus 15:51-52). Engkau
akan tetap di dunia dan kemudian menerima penghakiman kekal. Terkecuali engkau
datang kepada Kristus, meminta pengampunan dosa, dan percaya bahwa Yesus
Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat yang sudah mati di kayu salib untuk
menggantikan dan menebusmu, engkau tidak akan memiliki hidup kekal.
Jadi indikator pertama dan yang terpenting adalah seorang berdosa harus
mengakui dosa-dosanya dan meminta pengampunan dari Kristus maka ia akan
diselamatkan. Ia kemudian dengan pertolongan Tuhan akan dengan setia dan taat
mendedikasikan diri untuk mengikuti perintah dan ajaran Kristus dalam
FirmanNya. Ia memiliki cinta yang besar kepada Kristus dan ingin hidup berkenan
kepadaNya setiap saat.