Yesus Sebagai Tuhan Dan Juruselamat

 

 

angan pernah berkata, “saya berasal dari keluarga Kristen dan saya sudah sering beribadah di gereja sejak masih kecil.” Klaim seperti ini juga disampaikan umat Israel di masa pelayanan Tuhan Yesus dan hal seperti itulah yang selalu diklaim umat Yahudi, tetapi mereka bukanlah pengikut Kristus dan bukan juga umat percaya. Latarbelakang seseorang sebagai keluarga Kristen, keluarga pendeta, dan keluarga majelis gereja, bukanlah jaminan keselamatan. Alkitab tidak pernah mencatat hal-hal itu sebagai dasar keselamatan. Tiap-tiap orang harus mengakui secara pribadi bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamatnya.



PERCAYA DAN MENGAKUI YESUS SEBAGAI TUHAN DAN JURUSELAMAT

Inilah indikator pertama yang menjadi kunci dalam membuktikan apa seseorang sungguh-sungguh pengikut Kristus. Apakah engkau sudah mempercayai dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatmu? Ini merupakan pertanyaan terpenting dalam hidupmu dan menentukan apakah engkau akan mengawarisi sorga atau neraka. Apa jawabanmu? Pikirkan matang-matang dan jangan sekedar menjawab karena jika sekedar menjawab, engkau tidak akan mengerti makna dan arti mempercayai Yesus Kristus. Saya tidak menanyakan apa engkau beribadah para hari Minggu atau apa engkau berdoa dan membaca Alkitab tetapi yang saya maksud, apakah engkau sungguh-sungguh mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatmu?

Untuk lebih memahami pertanyaan di atas saya ingin mengilustrasikan demikian, seandainya Yesus bertanya kepadamu pertanyaan sepert ini, “Apa yang membuatmu bisa masuk sorga?” Kira-kira apa yang akan engkau sampaikan kepada Yesus? Apa yang sedang terlintas dalam pikiranmu ketika mendengarkan pertanyaan itu. Kedengarannya pertanyaan ini sangat sederhana karena sudah begitu sering mendengarkan pertanyaan atau pernyataan yang mirip dengan itu. Mungkin jikalau ada orang yang menanyakan hal yang sama, dengan mudah bisa menjawabnya tetapi berbeda jikalau Yesus yang akan menanyakannya langsung karena Ia tahu isi hati setiap orang dan tidak bisa hanya sekedar memberi jawaban.

Jikalau engkau menjawab dengan penuh keyakinan bahwa engkau mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatmu maka engkau sudah melakukan langkah awal dan terpenting dalam hidupmu. Karena keputusan untuk menjadi pengikut Kristus merupakan awal perkenalanmu dengan Kristus dan Ia mengenalmu sebagai salah satu dari anak-anakNya. Pengenalanmu dengan Kristus bukan lagi seperti engkau mengenal presiden suatu Negara yang sedang memimpin saat ini. Jikalau ada yang bertanya kepadamu, apa engkau mengenal presiden saat ini, engkau akan berkata, “ya, saya tahu dan kenal beliau.” Tetapi perkenalan seperti itu hanya sekedar mengenal sosoknya saja dengan sering melihatnya di media. Pengenalan seperti itu sangat sempit. Namun yang perlu dipertimbangkan kembali, apakah presiden mengenalimu? Engkau pasti menjawab, tidak! Karena memang beliau tidak mengenal engkau meskipun engkau rakyatnya. Ilustrasi ini akan menolong pembaca dalam memahami akan pengenalan Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Cobalah tanyakan diri sendiri, sejauh ini engkau sudah mengklaim bahwa engkau mempercayai Yesus Kristus, apakah engkau yakin bahwa Yesus mengenalmu sebagai salah satu anak-anakNya? Inilah yang engkau harus pastikan dan bukan hanya merasa mengenal Kristus tetapi Kristus tidak mengenalmu sebagai pengikutNya.

Jangan pernah berkata, “saya berasal dari keluarga Kristen dan saya sudah sering beribadah di gereja sejak masih kecil.” Klaim seperti ini juga disampaikan umat Israel di masa pelayanan Tuhan Yesus dan hal seperti itulah yang selalu diklaim umat Yahudi, tetapi mereka bukanlah pengikut Kristus dan bukan juga umat percaya. Latarbelakang seseorang sebagai keluarga Kristen, keluarga pendeta, dan keluarga majelis gereja, bukanlah jaminan keselamatan. Alkitab tidak pernah mencatat hal-hal itu sebagai dasar keselamatan. Tiap-tiap orang harus mengakui secara pribadi bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamatnya.

Paulus menegaskan hal itu ketika ia menuliskan suratnya kepada jemaat Roma yang pada saat itu belum pernah dikunjunginya. Meskipun demikian ia mengenal beberapa anggota jemaat di sana (Roma 16) dan ia rindu untuk mengunjungi mereka. Dari kejauhan, ketika berada di Korintus, Paulus menuliskan surat Roma agar jemaat di sana memiliki pengetahuan yang benar dalam pengenalan akan Kristus. Lalu ia berkata demikian,

9Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. 10Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Roma 10:9-10).

Apakah cukup hanya mengaku dengan mulut? Tentu tidak! Jutaan orang di dunia mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, tetapi mereka tidak pernah mendedikasikan diri untuk menaati perintah Kristus. Penganut agama Hindu di Neval dan India misalnya tidak mempersoalkan Yesus sebagai salah satu tuhan mereka tetapi tidak akan mengakui Yesuslah satu-satunya Tuhan yang akan disembah. Jadi percaya kepada Yesus bukan sekedar mengakui Yesus sebagai Tuhan saja. Kesunguhan dan dedikasi seorang percaya menjadi kunci penting untuk melihat kesungguhan iman dan kepercayaannya. Di saat ia sungguh-sungguh percaya, itulah momen terpenting dalam hidupnya. Momen itu menjadi awal timbulnya kerinduan besar untuk semakin berkenan kepada Kristus. Ia akan semakin ingin mengenal Yesus lebih dalam lagi, dan memiliki kerinduan untuk berkomunikasi dan bersekutu denganNya serta ingin mengetahui dan menaati perintah dan ajaranNya. Semakin ia mengenal Kristus dan FirmanNya, semakin besar kasihnya kepada Kristus dan kesetiaannya untuk menaatiNya. Ia semakin merindukan kehidupan kudus. Ia semakin membenci dosa dan kejahatan karena Tuhan membenci semua itu. Itulah bukti seseorang sungguh-sungguh percaya pada Yesus Kristus. Apakah engkau sudah memiliki kerinduan sedemikian?

Jikalau engkau tidak pernah memiliki kerinduan seperti itu, kemungkinan engkau belum percaya kepada Kristus dan belum memiliki keselamatan di dalam Kristus. Cobalah selidiki hatimu! Apa benar engkau sudah memiliki keselamatan? Jikalau engkau belum memiliki kepastian itu, ingatlah, tidak ada kata terlambat! Mungkin Tuhan sedang memimpin engkau tiba pada tulisan ini. Datanglah kepada Yesus dan akuilah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamatmu, dan biarkan Yesus memimpin hidupmu. Katakan kepada Yesus bahwa engkau membutuhkanNya, dan mintalah Dia mengampuni segala dosa-dosamu, dan dedikasikan dirimu untuk menjadi anak-anak Allah yang mau setia dan taat kepadaNya.

Cobalah renungkan apa yang disampaikan Rasul Paulus kepada seseorang yang putus asa dan tidak memiliki pengharapan yang dicatat dalam Kisah 16:31-34. Ia berkata kepadanya (kepala penjara di Filipi) demikian,

31Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu. 32Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. 33Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis. 34Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah” (Kisah 16:31-34).

Perhatikan ayat-ayat itu baik-baik bahwa kepala penjara itu diarahkan untuk percaya kepada Yesus Kristus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat yang akhirnya ia percaya dan memiliki keselamatan. Keselamatan itu tidak hanya dimilikinya seorang diri, tetapi juga seisi rumahnya. Tentu bukan karena ia percaya pada Yesus maka secara otomatis seisi rumahnya memiliki keselamatan. Tidaklah demikian! Alkitab tidak pernah mengajarkan cara keselamatan seperti itu. Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan itu urusan pribadi setiap orang. Setiap anggota keluarga harus memiliki hubungan pribadi dengan Kristus melalui iman maka ia akan memiliki keselamatan.

Yang terjadi pada malam itu adalah setelah kepala penjara itu percaya pada Yesus, ia berkeinginan agar anggota keluarganya turut percaya pada Yesus. Maka ia membawa Paulus ke rumahnya dan memberitakan Injil dan mereka percaya. Injil harus diberitakan karena “Iman timbul dari pendengaran, dan pendengeran oleh Firman Kristus” (Roma 10:17). Itulah sebabnya ia dan seisi rumahnya dibaptis. Jikalau engkau percaya pada Yesus maka engkau akan melakukan dan merindukan hal yang sama dan engkau akan menjadi berkat bagi anggota keluargamu dan menuntun mereka kepada Kristus.

Jatuh Ke Dalam Dosa

Barangkali engkau berkata, “saya sudah percaya pada Yesus tetapi saya sudah jatuh ke dalam berbagai dosa dan saya ragu apakah saya masih memiliki keselamatan.” Setiap orang yang jatuh ke dalam dosa tentu akan tergoncang keyakinan dan hatinya, apalagi berbagai perbuatan buruk dan jahat telah dilakukan. Yang perlu dilakukan, datanglah kepada Yesus dan akuilah segala dosa-dosamu, dan dedikasikan hati dan hidupmu untuk kembali mengikuti Yesus.

Semua orang percaya pasti pernah mengalami pergolakan dan pergumulan dosa, tetapi yang membedakan satu dengan lainnya adalah kesensitifan kerohaniannya dimana ketika jatuh ke dalam dosa, ia sadar telah berbuat kesalahan di hadapan Tuhan. Ia dengan hati yang remuk dan hancur datang kepada Yesus meminta pengampunan (Mazmur 51:19). Setelah pengampunan diterima ia bisa merasakan sukacita dan damai sejahtera untuk bersekutu dan beribadah kembali kepada Tuhan. Ia tidak dikutuki oleh perbuatan dosa yang dilakukannya. Ia dipulihkan di hadapan Tuhan.

Apakah dengan melakukan dosa dan kejahatan, keselamatan seorang percaya akan hilang? Saya tahu ada berbagai pandangan dan perdebatan teologi tentang hal ini, dan saya tidak akan menyinggung hal itu di sini. Saya akan mengajak pembaca untuk memikirkan hal ini dengan baik: Dimanakah ayat Alkitab yang mengajarkan bahwa keselamatan yang dimiliki seorang percaya didasarkan atas kemampuannya dalam menjaga dan memelihara keselamatan yang diberikan Tuhan? Adakah seorang percaya yang tidak pernah jatuh ke dalam dosa semasa hidupnya?

Abraham sekalipun dikenal sebagai bapa orang beriman, ia juga pernah jatuh ke dalam dosa dengan berbohong dan mengatakan isterinya adalah adek perempuannya. Ia melakukan itu karena takut dibunuh oleh Abimelek, raja Gerar jikalau ia mengakui Sarah adalah isterinya (Kejadian 20:2). Atas tindakan Abraham, Tuhan menggungkapkan kebohongannya kepada Abimelek lewat mimpi.

Raja Daud juga pernah jatuh ke dalam dosa dengan melakukan perzinahan dengan Batsyeba. Untuk menutupi perbuatannya ia mempergunakan akal busuknya untuk membunuh suami Batseba dengan menempatkannya dibarisan depan peperangan. Ia merencanakan segala sesuatu dan ingin memastikan suami Batsyeba terlihat gugur dalam peperangan. Itulah kelicikan hati raja Daud dalam menyembunyikan perbuatannya. Padahal ia dikenal sebagai orang yang dekat di hati Tuhan tetapi ia juga tidak terlepas dari kelemahan. Maka Tuhan memakai Nabi Natan dalam menyingkapkan dosa yang dilakukannya. Ia baru sadar dan terbangun bahwa ia telah melakukan dosa besar dihadapan Tuhan. Mazmur 51 mencatat kondisi hati Daud saat itu. Ia mengungkapkan penyesalan dan pertobatannya di hadapan Tuhan.

Rasul Petrus juga pernah jatuh ke dalam dosa dengan mengingkari Yesus (Lukas 22:57). Ketika ia telah melakukan kesalahan itu, ia sadar telah berbuat dosa di hadapan Tuhan, ia menangisi dosa dan perbuatannya. Tidak mudah bagi Petrus untuk tetap berada di kumpulan para Rasul yang mengetahui bahwa selama masa pelayanan Yesus, ia dikenal rasul-rasul lain sebagai seorang yang sangat vokal dan mengklaim diri rela mati demi membela Yesus. Cobalah perhatikan perkataan Petrus ini,

Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak” (Matius 26:33).

Apa maksud pernyataan itu? Bukankah Petrus di sini sedang menyombongkan rasa kecintaannya kepada Kristus di hadapan murid-murid lain? Memang betul demikian! Ia di sini seakan-akan berkata, “Tuhan, Matius bisa saja gagal, Yohanes bisa saja gagal, Yakobus bisa saja gagal, dan semua murid-murid lain bisa saja gagal tetapi saya tidak akan pernah gagal.” Itulah ekspresi keberanian Petrus dalam membela Kristus. Tidak merasa takut tentang apapun yang akan terjadi. Yesus sendiri tahu betapa besar kasih Petrus kepadaNya. Namun Ia juga tahu kekurangan dan kelemahannya. Lalu Yesus berkata dengan suatu prediksi yang akan terjadi, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali” (Matius 26:34). Lalu apa reaksi Petrus ketika mendengar pernyataan tersebut? Apakah ia mundur dan sadar akan tetidakberdayaannya? Sama sekali tidak! Pernyatakan Yesus ini tidak membuat Petrus menyadari kesombongan cintanya. Ia justru meresponnya kembali seakan mengukuhkan kenyakinannya, “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau” (Matius 26:35).

Keberanian dan kebulatan hati Petrus untuk menyatakan pernyataan itu tentu harus diajungkan jempol karena ia sangat yakin bahwa Kristus begitu berarti baginya. Ia rela mati bagi Kristus. Paling tidak keinginan eperti ini dimilikinya. Ia membulatkan hati bahwa ia tidak akan mengabaikan Kristus. Keyakinan kokoh seperti inilah yang tidak dimiliki banyak orang yang mengklaim diri sebagai pengikut Kristus. Mereka mengikut Kristus ketika segala sesuatu baik-baik saja tetapi ketika malapetaka dan penganiayaan (Persekusi) datang, mereka tidak memberanikan diri untuk mengatakan bahwa mereka adalah pengikut setia Kristus.

Lalu apa yang terjadi kemudian? Petrus akhirnya jatuh mengingkari Yesus, persis seperti yang sudah diprediksi Yesus. Kejatuhan Petrus tidak membuatnya memiliki pemikiran bahwa ia tidak memiliki pengharapan dan keselamatan lagi di dalam Kristus. Ia tahu isi hatinya bahwa ia sungguh mengasihi Yesus. Sekalipun ia jatuh ke dalam dosa ia tidak menjaga jarak dengan kumpulan umat percaya. Ia memilih tetap bersama mereka karena ia sungguh-sungguh percaya pada Yesus Kristus. Namun kegagalan itu telah membuatnya menjadi seorang yang rendah hati dan tidak sombong lagi. Tuhan Yesus memulihkannya di hadapan rasul-rasul lain dan memerintahkannya untuk menggembalakan domba-dombaNya (Yohanes 21:15-17).

Saya merasa perlu untuk menggarisbawahi di sini bahwa kejatuhan orang lain ke dalam dosa tidak boleh menjadi alasan bagi orang percaya untuk menganggap ENTENG berbuat dosa. Janganlah berkata, “Raja Daud jatuh ke dalam dosa perzinahan dan masih tetap dikasihi Tuhan, maka saya juga bisa melakukan hal yang sama.” Dan jangan juga berkata, “Petrus juga pernah mengingkari Yesus maka saya juga tidak jadi masalah jika suatu saat akan mengingkari Yesus.” Pernyataan-pernyataan seperti ini keliru. Contoh-contoh yang dicatat dalam Alkitab tidak semua harus ditiru karena ada yang bersifat teguran dan nasihat untuk dihindari. Kejatuhan seseorang yang dicatat di dalam Alkitab bukan menjadi lisensi bagi umat Kristen untuk melakukan hal yang sama. Semua yang dicatat merupakan peringatan untuk dihindari agar tidak jatuh pada dosa yang sama. Harus diingat bahwa setiap kejatuhan ke dalam dosa ada konsekwensi yang harus ditanggung. Raja Daud menanggung konsekwensi dari perbuatan perzinahan dan pembunuhan yang dilakukan dengan kematian anak-anaknya sebagaimana dicatat dalam Kitab Perjanjian Lama. Ia memang tetap dikasih Tuhan tetapi akibat perbuatannya harus ditanggungnya sendiri.

Apakah masih tetap ada konsekwensi kejatuhan dosa seorang percaya saat ini? Pasti! Namun tak seorangpun tahu jenis konsekwensi yang akan dialami seseorang. Orang yang mengalami konsekwensi itulah yang akan menguji hatinya sendiri apakah yang dialaminya merupakan hukuman dari Tuhan atau tidak. Satu hal yang pasti, ketika seseorang jatuh ke dalam dosa, hatinya akan mengutukinya atas kesalahan yang diperbuat. Iblis akan memakai momen itu untuk terus menggoncang dan menghancurkannya serta mempengaruhinya untuk meninggalkan gereja dan Tuhan.

Di sinilah pergolakan luar biasa terjadi. Jika ia sadar telah berbuat dosa, dan datang kembali kepada Yesus untuk meminta pengampunan ia akan dipulihkan. Tetapi begitu banyak orang jatuh ke dalam dosa, dan momen kejatuhan itu dipakai Iblis untuk mempengaruhinya agar semakin menjauhi Tuhan. Tanpa disadari, ia mulai meninggalkan doa, persekutuan, ibadah, pembacaan Alkitab dan sebagainya. Semua itu diawali karena ia melakukan dosa di hadapan Tuhan.

Perhatikanlah orang-orang di sekitarmu. Mereka yang tadinya begitu rajin dan aktif dalam berbagai kegiatan rohani, tiba-tiba menjauhi dan meninggalkan semua kegiatan rohani. Apa yang sedang terjadi dengan orang itu? Ia telah berbuat dosa di hadapan Tuhan. Iblis selalu berbisik kepadanya dan berkata, “Jangan munafik! Engkau sudah melakukan kesalahan dan dosa. Oleh karena itu engkau tidak perlu beribadah, berdoa dan mengikuti semua kegiatan itu. Engkau tidak layak dan pantas.” Ia mengalami pergolakan dalam hati. Ia tidak memilih untuk datang kepada Kristus dan meminta pengampunan atas segala dosa-dosa dan kesalahan yang diperbuat. Ia justru mengikuti bisikan dan rayuan Iblis yang mempengaruhinya untuk meninggalkan jalan Tuhan.

Hal-hal seperti ini dihadapi umat Kristen sekarang ini. Ingatlah, jikalau ada dosa yang dilakukan, hal itu akan membuatnya meninggalkan semua kegiatan rohani. Ia dipengaruhi dan ditaklukkan Iblis untuk mengikuti keinginannya. Tujuan akhir dari semua pengaruh Iblis agar semua orang percaya meninggalkan Tuhan dan gerejaNya.

Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa orang percaya pasti pernah mengalami kejatuhan dalam hidupnya. Mungkin kejatuhan seperti membunuh orang lain tidak dilakukan, tetapi ada banyak dosa lain yang bisa menjadi kejatuhannya. Lalu apakah Tuhan akan membuang mereka? Apakah mereka kehilangan keselamatan? Jika Abraham, Daud dan Petrus tidak mampu memelihara keselamatan yang dimilikinya, apakah umat Kristen masa sekarang lebih kuat dan hebat kerohaniannya dari mereka sehingga mampu memelihara keselamatannya? Firman Allah dengan tegas mengatakan demikian,

8Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, 9itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9).

Apa maksud ayat ini? Maksudnya adalah manusia tidak memiliki kontribusi apapun untuk memperoleh keselamatan karena keselamatan itu pemberian Allah. Manusia tidak bekerja keras atau berbuat baik untuk mendapatkannya. Jika keselamatan bisa diperoleh dengan perbuatan baik, maka seorang percaya bisa bermegah dan berakta bahwa keselamatan merupakan hasil usaha dan kerja kerasnya. Paulus dengan tegas menentang pemikiran seperti itu. Oleh karena itu janganlah pernah ada orang memegahkan diri dalam hal ini.

Nah, jikalau keselamatan semata-mata merupakan pemberian Allah dan bukan hasil usaha manusia, apakah Tuhan memberikan keselamatan didasarkan atas kemampuan seseorang dalam memelihara keselamatannya? Tentu tidak! Keselamatan diberikan bukan didasarkan pada kemampuan manusia dalam menjaga dan memeliharanya. Tuhan tahu segala kelemahan dan ketidakmampuan manusia jauh sebelum ia percaya. Tuhan memilih seseorang diselamatkan bukan karena perbuatan baik yang dilakukan. Bukan juga karena ia akan mampu memelihara keselaamtan itu. Tuhan tahu siapa manusia. Itulah sebabnya, Yohanes menuliskan suratnya bagi umat Kristen demikian,

“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9).

Kenapa ayat itu harus dituliskan? Karena orang percaya akan jatuh ke dalam dosa, dan Tuhan tahu itu. Tidak ada orang percaya yang tidak pernah jatuh ke dalam dosa sejak pertama kali percaya pada Yesus Kristus. Berbagai jenis kelemahan dan dosa bisa saja dilakukan. Namun Tuhan tidak membuangnya karena perbuatan itu. Ia diminta bertobat dan mengakui segala dosa-dosanya. Seorang yang sungguh-sungguh ingin bertobat akan datang kepada Tuhan dengan hati yang hancur dan remuk, serta menyesali segala perbuatannya. Kemurahan Tuhan untuk mengampuni orang yang jatuh ke dalam dosa tidaklah menjadi LISENSI untuk terus melakukan dosa. Jika ada orang yang berpikir demikian, justru hal itu membuktikan bahwa ia bukanlah orang percaya.

Cobalah pertimbangkan kembali kejadian yang dialami Petrus ketika mengingkari Tuhan Yesus. Apakah Petrus merasa bersalah? Apakah ia merasa malu di hadapan rasul-rasul lain? Sebagai manusia, ia pasti merasakan semua itu. Ia sangat menyesali segala yang sudah diperbuat. Ia menangisi kegagalannya. Lalu ia bertobat dan meminta pengampunan dari Tuhan. Namun karena kesungguhannya mencintai dan mempercayai Yesus, ia bertahan dalam lingkungan umat percaya. Ia harus menahan malu dan tidak melarikan diri. Petrus mengakui perbuatannya, dan menangisi apa yang telah diperbuat. Dan ketika Yesus bertemu dengannya kembali, Yesus tidak berkata, “Petrus, engkau sudah gagal dan kehilangan keselamatanmu, dan engkau tidak ada urusan lagi dalam kumpulan ini.” Tetapi Yesus memulihkannya pada posisinya sebagai Rasul di hadapan Rasul-Rasul lain dengan bertanya kepadanya, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?”

Kenapa Yesus harus bertanya demikian? Bukankah Yesus sudah mengetahui bahwa Petrus sudah bertobat dan meminta pengampunan dosa atas kegagalannya? Tentu! Yesus menanyakan ini di hadapan rasul-rasul lain agar mereka tahu bahwa Petrus sungguh-sungguh mencintaiNya. Mereka perlu mendengar kembali pengakuan Petrus. Maka dengan penuh kerendahan hati, Petrus menjawab dengan tulus, “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi engkau” (Yohanes 21:15-17).

Jikalau Petrus tidak memiliki Roh Kudus di dalam hatinya, ia sudah pasti meninggalkan kumpulan umat percaya itu sama seperti yang dilakukan Yudas Iskariot. Ingatlah Yudas Iskariot juga melakukan dan mengatakan seperti apa yang dikatakan rasul-rasul lain selama tiga setengah tahun bersama Yesus. Selama tahun-tahun itu ia berpura-pura sebagai orang percaya meskipun hadir dalam berbagai mujizat yang dilakukan Yesus. Ia juga ikut dalam tim penginjilan yang dibentuk Yesus. Hal yang sama bisa saja terjadi di kalangan umat Kristen yang mengklaim diri sebagai orang percaya. Tetapi mereka yang sungguh-sungguh percaya akan dituntun Roh Kudus untuk bertobat dan mengakui segala dosa-dosanya ketika jatuh ke dalam dosa dan kesalahan. Mereka tidak akan dibuang Tuhan meskipun mereka harus menghadapi konsekwensi akibat dari perbuatan dosa yang dilakukan. Sama seperti seorang percaya yang murtad (backsliden) dan jatuh ke dalam berbagai dosa dan kehidupan bebas. Akhirnya ia terjangkit penyakit AIDS. Namun pada akhirnya ia sadar telah berbuat dosa di hadapan Tuhan dan meminta pengampunan dosa dari Kristus. Di dalam hatinya ia merasa pemulihan dari Tuhan dan menerima pengampunan darpadaNya. Ia menyesali segala perbuatan dosa yang dilakukan. Ia akhirnya kembali mendedikasikan diri untuk mengikuti Yesus dalam hidupnya dan mencintai apa yang dicintai Yesus dan membenci apa yang dibenci Yesus.

Namun satu hal yang harus diingat, konsekwensi dari perbuatannya yaitu penyakit AIDS itu sendiri harus dialaminya. Tuhan mengampuni jiwanya tetapi akibat dari perbuatannya ia harus menanggung sakit penyakit itu bahkan ia akan mati akibat penyakit itu. Ia akan masuk ke dalam sorga tetapi di dunia ini ia mengalami konsekwensi dari dosa-dosa yang diperbuat.

Percaya Kepada Yesus (Corpus Delicti)

Bagi pengikut Kristus sejati, ia akan mempercayai Yesus dengan segenap hatinya dan dengan segenap jiwanya. Kristus begitu berharga baginya dalam hidup ini. Segala sesuatu bisa saja habis dan berlalu dalam sekejap mata tetapi Kristus akan selalu melekat dalam hatinya. Ia tidak akan mengorbankan Kristus demi harta, cinta, uang, kekayaan dan jabatan duniawi. Paulus dengan tegas berkata bahwa seorang percaya tidak akan mengutuki Kristus. Hal inilah yang diungkapkannya kepada jemaat Korintus ketika ia berakta,

“Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: “Terkutuklah Yesus!” dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan,” selain oleh Roh Kudus” (1 Korintus 12:3).

Hanya orang percaya di dalam Kristus yang akan mengakui Yesus adalah Tuhan dan Juruselamatnya. Pengakuan seperti itu bukan didasarkan pada hikmat, intelektual dan kepintaran seseorang tetapi karena Roh Kudus yang bekerja di dalam hatinya.

Jadi hal yang paling penting dan terutama harus dilakukan seseorang yang belum percaya pada Yesus Kristus adalah MENGAKUI dan MEMPERCAYAI Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Ia harus bertobat meninggalkan segala perbuatan dosa dan kejahatannya sebagai bukti kesetiaannya mengikuti Tuhan yang mengajarkannya hidup kudus. Itulah yang diberikan Petrus dalam khotbahnya di hadapan orang-orang Yahudi yang sudah memiliki Kitab Perjanjian Lama,

37Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?” 38Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. 39Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita.” 40Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini.” 41Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa” (Kisah 2:37-41).

Mereka yang mendengarkan berita keselamatan merespon dengan memberi diri dibaptis. Langkah ini membuktikan kesungguhan mereka mempercayai Yesus sebagai Tuhan. Baptisan merupakan langkah awal kesetiaan kepada perintah Tuhan. Baptisan tidak menyelamatkan tetapi baptisan harus dilakukan. Yesus memerintahkan umat percaya untuk dibaptis (Matius 28:18-20).

Dengan baptisan seseorang menjadi bagian dari gereja lokal dimana ia beribadah bersama-sama dengan umat percaya lainnya serta menunaikan kewajibannya sebagai anggota gereja Kristus. Namun tanggungjawab umat percaya bukan hanya sampai pada baptisan saja, lalu kemudian menghilang dari gereja selama bertahun-tahun dan muncul kembali pada saat pemberkatan nikah. Perbuatan seperti itu keliru. Umat percaya juga harus melanjutkan kesetiaannya dengan terus berkumpul dan bersekutu dengan umat percaya lainnya. Itulah sebabnya dalam ayat 41 di atas disebut orang-orang yang dibaptis, dihitungkan dan ditambahkan kepada jumlah anggota jemaat gereja. Ia menjadi anggota gereja dimana ia beribadah dan melayani Tuhan.

Seorang percaya tidak bisa berkata “saya sudah dibaptis dan itu sudah cukup.” Dengan dibaptis di sebuah gereja, ia juga harus berkomitmen menjadi bagian dari gereja itu. Ia tidak bisa memisahkan diri dari gereja dengan asumsi sudah terdaftar sebagai anggota gereja. Keanggotaan seseorang dalam gereja merupakan perjanjian antara sesama anggota lainnya bahwa mereka harus saling membangun dan menguatkan di antara sesama jemaat.

Kesetiaan seseorang untuk terus menyembah dan beribadah kepada Tuhan Yesus membuktikan ia membutuhkan Tuhan dan tanpa Kristus ia tidak bisa berbuat apa-apa (Yohanes 15:5). Ia membutuhkan Tuhan setiap detik dalam hidupnya jika ia ingin memiliki hidup yang berkemenangan dalam hidup Kekristenannya. Dengan selalu bersekutu dengan Tuhan ia mengekspresikan diri telah memperoleh keselamatan. Tidak ada orang yang bisa melakukan hal ini dengan setia dan penuh dedikasi jika bukan Roh Allah bekerja di dalam diri orang itu. Ia yang dulunya tidak memiliki pengharapan dan hidup kekal, namun sekarang ia memilikinya dengan cuma-cuma ketika mempercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Meskipun dulunya ia pelaku dosa dan pelaku berbagai kejahatan, di dalam Kristus ia diperbaharui dan diubahkan menjadi manusia baru yang dibenarkan oleh karena kemurahan Tuhan.

Seorang pelaku dosa harus menyadari bahwa ia seorang berdosa dan tak satupun perbuatan baik yang bisa dilakukan sesuai dengan standar yang ditentukan Tuhan. Ia manusia keji dan jijik dihadapan Tuhan. Terkecuali ia menyadari bahwa ia patut menerima hukuman abadi dari Tuhan atas segala perbuatannya dan mempercayai bahwa Yesuslah yang bisa mengampuni segala dosa-dosanya melalui darahnya yang tercurah di kayu salib, ia tidak akan pernah memiliki hidup kekal. Kristuslah jalan keselamatan (Yohanes 14:4; Kisah 4:12). Firman Tuhan dengan tegas memberitahukan demikian,

23Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, 24dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. 25Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. 26Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus” (Roma 3:23-26).

Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa manusia berdosa adalah musuh Tuhan. Segala perbuatan dosa yang dilakukan merupakan suatu pemberontakan langsung kepada Tuhan. Jika ia ingin diperdamaikan dengan Tuhan ia harus percaya pada Kristus karena Yesuslah yang memperdamaikan manusia berdosa kepada Tuhan. Dengan beriman kepada Yesus, Allah mengampuni segala dosanya. Ia telah ditebus dari segala dosanya melalui darah Yesus Kristus. Ia bukan hanya ditebus tetapi ia juga menjadi orang yang dibenarkan dihadapan Allah. Bukan karena segala sesuatu yang akan dilakukannya selalu benar tetapi karena di mata Tuhan seorang yang telah ditebus Kristus mengenakan jubah kebenaran Kristus sehingga Allah tidak melihat orang percaya sebagai seorang berdosa tetapi seorang yang kudus karena kekudusan Kristus.

Keselamatan Adalah Pemberian Allah

Tuhan tidak pandang buluh kepada siapapun di dunia. Siapa saja yang percaya pada Yesus Kristus akan memperoleh keselamatan. Keselamatan ini diberikan hanya dengan dasar percaya pada Yesus dan bukan berdasarkan kerja keras seseorang dalam melakukan perbuatan baik. Bukan juga didasarkan atas tingkat intelektual dan kepintaran seseorang. Bagi dunia ini, intelektual dan kerja keras menjadi kunci keberhasilan mencapai segala hal yang ingin diperoleh tetapi hal ini tidak berlaku dalam memperoleh keselamatan dari Tuhan Pencipta langit dan bumi. Keselamatan diberikan kepada siapa saja yang sungguh-sungguh percaya pada Yesus Kristus.

Paulus dengan tegas menuliskan demikian,

28Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. 29Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. 30Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Roma 8:28-30).

Rasul Yohanes juga mengatakan hal yang sama ketika menuliskan Injil dan suratnya, dengan berkata bahwa tujuan penulisan kitab-kitab tersebut bertujuan agar manusia berdosa sungguh-sungguh mempercayai Yesus Kristus dan memiliki hidup kekal.

30Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, 31tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yoh 20:30-31).

Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (1 Yoh 5:13).

Pemberitaan Firman Tuhan di mimbar gereja setiap hari minggu bertujuan agar umat percaya sungguh-sungguh percaya pada Yesus Kristus. Mereka yang sudah percaya akan semakin mempercaya dan setia kepada Kristus dan perintahNya. Jikalau engkau sudah beribadah setiap hari minggu dan membaca Firman Tuhan dengan terarut namun engkau tidak semakin mempercayai Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatmu, pasti ada sesuatu yang salah. Mungkin engkau tidak sungguh-sungguh percaya pada Yesus dari awalnya. Engkau hanya merasa memiliki keselamatan. Ketahuilah, keselamatan bukanlah perasaan tetapi suatu fakta nyata dalam diri seorang percaya. Engkau bisa mengetahui bahwa engkau seorang percaya atau tidak. Tidak perlu berpura-pura. Tuhan tahu isi hatimu.

Jikalau tidak yakin dengan pasti bahwa engkau sudah memiliki keselamatan dari Kristus, engkau harus membuka hatimu agar Kristus masuk ke dalamnya.

“Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku” (Wahyu 3:20).

Apakah engkau dengan hati jujur bisa berkata bahwa engkau percaya pada Yesus Kristus? Jikalau engkau sungguh-sungguh percaya, engkau adalah anak-anak yang diadopsi Allah menjadi pewaris sorga. Tetapi jikalau engkau tidak memiliki keyakinan itu padahal engkau sudah mengklaim diri sebagai orang percaya dan orang Kristen, betapa malangnya engkau karena jika Kristus datang kembali, engkau tidak akan ikut menyongsong Dia di angkasa (1 Korintus 15:51-52). Engkau akan tetap di dunia dan kemudian menerima penghakiman kekal. Terkecuali engkau datang kepada Kristus, meminta pengampunan dosa, dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat yang sudah mati di kayu salib untuk menggantikan dan menebusmu, engkau tidak akan memiliki hidup kekal.

Jadi indikator pertama dan yang terpenting adalah seorang berdosa harus mengakui dosa-dosanya dan meminta pengampunan dari Kristus maka ia akan diselamatkan. Ia kemudian dengan pertolongan Tuhan akan dengan setia dan taat mendedikasikan diri untuk mengikuti perintah dan ajaran Kristus dalam FirmanNya. Ia memiliki cinta yang besar kepada Kristus dan ingin hidup berkenan kepadaNya setiap saat.

 

 

Jaminsen

Welcome, TO BE LIKE JESUS

Post a Comment

Previous Post Next Post