Hukum Kehidupan

 

harus ditegaskan bahwa yang dapat mengalahkan Iblis adalah Tuhan Yesus dan orang percaya yang memiliki kualitas seperti Tuhan Yesus sendiri

 HUKUM KEHIDUPAN

 Dalam lingkungan orang beragama berbicara mengenai hukum selalu dikaitkan dengan “perintah atau peraturan atau syariat”. Berbeda dalam Kekristenan, kalau diteliti dengan cermat, Alkitab bukan hanya menunjukkan adanya hukum dalam arti perintah atau peraturan atau syariat. tetapi juga berbicara mengenai kodrat atau natur atau ketetapan. Dalam kehidupan fisik di alam ini juga terdapat adanya hukum-hukum, seperti hukum gravitasi. hukum Archimedes dan lain sebagainya. Hukum-hukum alam ini bukan berbicara mengenai peraturan atau perintah yang ditujukan langsung kepada manusia untuk ditaati. tetapi fakta kehidupan yang harus dipahami dengan benar dan dihargai. Dan manusia mau tidak mau tunduk kepadanya. sebab hukum-hukum tersebut mengikat. Hukum dalam arti ini bisa juga berarti sebuah tatanan.

Dari pengertian dan penghargaan terhadap hukum-hukum alam tersebut manusia harus mau menaatinya karena tidak bisa menghindarinya, dan memang tidak boleh menghindarinya. Mengapa tidak bisa dihindari? Sebab memang semua itu merupakan fakta yang bertalian langsung dalam kehidupan manusia. Manusia hidup pasti berurusan dengan hukum-hukum tersebut. Oleh sebab itu manusia harus memahaminya dengan benar. Dengan memahaminya dengan benar, maka manusia bisa memanfaatkan bagi kesejahteraannya. Seperti misalnya dengan memahami hukum Archimedes maka orang bisa membuat kapal dan lain sebagainya.

Sebagaimana manusia harus memahami secara mutlak hukum-hukum alam yang bertalian dengan hidup mereka setiap hari di dunia ini, maka manusia juga harus memahami hukum kehidupan yang bertalian dengan Allah guna kehidupan kekal dan hubungan harmoninya dengan Pribadi Agung tersebut. Hukum kehidupan ini disebut sebagai hukum rohani. Hukum rohani memuat fakta-fakta dalam alam rohani yang pasti membawa dampak pula pada kehidupan jasmani atau hukum-hukum alam ini. Dengan demikian hukum rohani bisa dikatakan lebih bernilai dari hukum alam yang kelihatan yang bisa dibuktikan secara ilmiah. Adapun hukum rohani bisa dibuktikan kebenarannya secara sempurna nanti dalam penghakiman terakhir. Dengan memahami hukum rohani ini, manusia dapat menempatkan diri secara pantas di hadapan Tuhan dan menempatkan Tuhan secara terhormat.

Hukum rohani menyangkut ketetapan yang Allah tentukan yang berasal dari diri pribadi Allah Bapa yang Mahakudus, Mahabijaksana dan Mahaadil. Dalam hukum rohani terdapat ketetapan-ketetapan yang harus dihargai, baik oleh pihak Allah maupun pihak manapun atau siapapun. Allah juga konsekuen atas hukum yang ditetapkan-Nya tersebut yang menjadi semacam rule of the game kehidupan ini.

Kalau orang-orang Kristen yang baru dan orang-orang beragama pada umumnya berorientasi pada hukum Allah dalam pengertian perintah peraturan atau syariat, tetapi orang percaya yang dewasa Berorientasi Pada hukum dalam pengertian kodrat, natur atau ketetapan. Inilah yang membuat orang percaya bukan saja bisa melakukan hukum (to do), tetapi bisa memahami hukum kehiduan ini sehingga bisa berkeadaan melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah (to be). Dalam hal ini kesucian bukan hanya berarti tidak berbuat dosa, tetapi tidak bisa berbuat dosa. Kesucian bukan berangkat dari melakukan perintah, peraturan atau syariat Tuhan, tetapi melakukan kehendak-Nya, memuaskan dan menyenangkan hati-Nya.

“Dalam hukum rohani terdapat ketetapan-ketetapan yang harus dihargai, baik oleh pihak Allah maupun pihak manapun atau siapapun”

Dengan memahami hukum dalam pengertian yang kedua, maka kita akan menemukan jawaban mengapa Allah menciptakan manusia, mengapa harus ada dua buah pohon di taman Eden, mengapa Tuhan Yesus harus mati, apa arti kebangkitan-Nya itu, dan lain sebagainya. Hal ini akan membuka pengertian kita terhadap kebenaran Alkitab yang menakjubkan dan membuktikan bahwa Kekristenan memuat kebenaran Allah yang tidak tertandingi.

ADA HUKUM DALAM DIRI ALLAH

Pernah timbul pertanyaan yang sulit untuk menemukan jawabnya: Mengapa ketika Lusifer beserta para malaikat yang dihasut memberontak kepada Allah, Allah tidak segera membinasakan mereka seketika itu juga dan menghukumnya? Kalau pada waktu mereka memberontak, Allah segera atau seketika itu membinasakan mereka, maka tidak akan ada kejatuhan manusia dalam dosa. Dunia tidak akan menghadapi bencana oleh sepak terjang Lusifer dan para malaikat yang jatuh tersebut.

Dalam kitab Wahyu 12:7-9, dikatakan bahwa malaikat-malaikat Allahlah yang berperang melawan “naga” yang adalah gambaran Lusifer beserta dengan malaikat-malaikatnya. Mengapa bukan Allah sendiri yang bertindak, tetapi malaikat-malaikat-Nya yang berperang? Sulit dibantah, bahwa terkesan begitu alot untuk dapat menaklukkan Lusifer. Bukankah dengan jentikan jari Allah Bapa bisa memusnahkan Lusifer? Mengapa Ia tidak melakukannya? Memang di kitab Yehezkiel, terdapat catatan seakan-akan atau terkesan Allah langsung membuang Lusifer, tetapi kalau diamati dengan teliti ayat-ayat itu menunjuk ringkasan dari akhir hidup Lusifer. Di dalam ayat-ayat tersebut tidak diungkapkan mekanisme pengusiran tersebut dan kapan hal itu terjadi (Yeh. 28:16-19). Sebagai buktinya, di Perjanjian Lama Iblis masih bisa ada di surga di tengah-tengah anak-anak Allah, yaitu para malaikat (Ay. l:6). Ini berarti Iblis belum bisa diusir.

Ternyata pada akhirnya bukan malaikat-malaikat Allah yang bisa mengalahkan Iblis, tetapi darah Tuhan Yesus dan perkataan kesaksian mereka yang dikatakan “tidak menyayangkan nyawanya” (ini menunjuk orang percaya yang mengikuti gaya hidup Tuhan Yesus; Why. 12:11). Pada prinsipnya, jelas sekali bahwa Allah Bapa tidak segera membinasakan Lusifer yang memberontak kepada-Nya. Seakan-akan ada yang menahan Allah bertindak membinasakan Lusifer seketika itu. Jawaban mengapa Allah tidak membinasakan Lusifer seketika itu. akan dikemukakan secara panjang lebar dalam tulisan ini. Dengan demikian harus ditegaskan bahwa yang dapat mengalahkan Iblis adalah Tuhan Yesus dan orang percaya yang memiliki kualitas seperti Tuhan Yesus sendiri.

“harus ditegaskan bahwa yang dapat mengalahkan Iblis adalah Tuhan Yesus dan orang percaya yang memiliki kualitas seperti Tuhan Yesus sendiri.”

Pertanyaan yang senada dengan hal di atas adalah mengapa ketika Adam berbuat dosa, Allah tidak segera mengampuni seketika itu juga sehingga masalah dosa manusia segera bisa diselesaikan atau ditanggulangi, sehingga Allah tidak mengusirnya dari Eden. Bukankah itu hal yang mudah dilakukan oleh Allah? Ternyata ini bukan hal yang sederhana seperti yang dapat dipikirkan oleh pikiran manusia. Kalau kita tidak melihat hukum kehidupan di balik semua peristiwa tersebut, maka kita akan memandang Alkitab seperti kitab banyak agama yang tidak logis.

Di balik fenomena di atas, kita memperoleh pengertian adanya suatu hukum kehidupan yang luar biasa, sekaligus menemukan hakikat Allah yang Mahaagung yang sangat mengagumkan. Mengapa Allah tidak segera mengampuni Adam pada waktu itu sehingga tidak perlu mengusirnya dari Eden? Setiap kesalahan harus ada sangsinya. Allah memang Mahakasih dan penyayang, tetapi Ia juga Allah yang adil. Allah tidak mungkin menyangkali hakikat keadilan-Nya. Keadilan Allah menuntut setiap tindakan mendapat ganjarannya, juga setiap kesalahan harus ada konsekuensi dan sangsinya. Firman Tuhan mengatakan bahwa apa yang ditabur orang itu juga yang akan dituainya (Gal. 6:7; Nah. 1:3). Jadi, harus ada yang memikul kesalahan tersebut demi supaya manusia dapat diampuni dan kembali diterima oleh Dia.

Firman Tuhan mengatakan bahwa upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus (Rm. 6:23). Kalau Allah dengan mudah mengampuni kesalahan Adam dan Hawa, berarti Ia adalah Allah atau Pribadi yang tidak adil, Allah yang tidak tertib, Allah yang tidak memiliki tatanan dan aturan. Tetapi yang benar. Allah adalah Allah yang memiliki integritas yang sempurna. Di dalam diri Allah yang juga merupakan hakikat-Nya terdapat hukum (rule), sistem dan aturan. Ia adalah Allah yang tertib dan ber integritas, maka Allah tidak bertindak sembarangan tanpa aturan.

“Kalau Allah dengan mudah mengampuni kesalahan Adam dan Hawa, berarti Ia adalah Allah atau Pribadi yang tidak adil, Allah yang tidak tertib, Allah yang tidak memiliki tatanan dan aturan”

Dalam sejarah, Tuhan Yesus tampil menggantikan tempat manusia yang harus dihukum dengan memikul atau menanggung dosa manusia. Hal ini dilakukan-Nya untuk memenuhi atau menjawab keadilan Allah. Hanya dalam Kekristenan terdapat mekanisme keselamatan semacam ini. Itulah sebabnya hanya Kekristenan yang memiliki konsep keselamatan “hanya oleh anugerah” (Lat. sola gracia, Ing. only by grace). Wujud anugerah itu adalah pemberian Anak Tunggal Allah Bapa untuk menyelamatkan manusia. Dengan demikian kalau seseorang menolak keselamatan dalam Yesus Kristus, maka ia memandang Allah sebagai Allah yang tidak memiliki aturan.

Dengan hal ini kita mengerti mengapa keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia (Yesus Kristus). sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang dibenarkan kepada manusia yang olehnya manusia dapat diselamatkan (Kis. 4:12). Hanya dengan jalan penebusan dosa yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus, manusia memperoleh pengampunan. Dalam hal ini pengampunan tidak hanya berangkat dari kesediaan Allah Bapa mengampuni. tetapi juga terpenuhinya persyaratan pengampunan, yaitu adanya oknum yang bersedia menggantikan tempat manusia memikul hukuman atas kesalahan manusia. Mekanisme keselamatan dalam Kekristenan adalah mekanisme yang logis, jujur, adil dan cerdas.

“pengampunan tidak hanya berangkat dari kesediaan Allah Bapa mengampuni. tetapi juga terpenuhinya persyaratan pengampunan, yaitu adanya oknum yang bersedia menggantikan tempat manusia memikul hukuman atas kesalahan manusia”

Tidak bisa disalahkan kalau ada agama sebelum zaman penggenapan tidak memiliki konsep ini dan tidak mengenakannya dalam kehidupan mereka, sebab mereka tidak tahu. Tetapi kalau ada manusia yang hidup pada zaman anugerah atau zaman penggenapan ini. mendengar Injil tetapi berusaha membangun kebenarannya sendiri. maka ia akan menjadi alat Lusifer menyerang Kekristenan (Yoh. 9:41; 5:24). Dalam hal ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa pasti akan ada penyesat (Mat. 18:7). Dalam bagian lain di Alkitab tegas sekali menyatakan bahwa dunia pasti ada antikris, bisa suatu kekuatan atau gerakan politik atau komunitas agama yang akan menyerang Kekristenan. Lusifer akan selalu memiliki antek-antek untuk menyerang kebenaran.

Dari penahanan sejarah kehidupan manusia, di mana tindakan-tindakan Allah tercatat dalam Alkitab dengan jelas, dapat ditarik suatu kesimpulan seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa Allah tidak bertindak tanpa aturan; Ia adalah Allah yang adil, Allah yang tertib. Allah yang memiliki tatanan dan aturan. Hal ini akan memberi inspirasi kepada kita untuk tidak bertindak sembrono dalam hidup ini. Manusia terikat dengan hukum kehidupan yang ditetapkan oleh Allah, bahkan Allah sendiri juga konsekuen terhadap diri-Nya sendiri dengan apa yang telah ditetapkannya sebagai “rule of the life".

 


Jaminsen

Welcome, TO BE LIKE JESUS

Post a Comment

Previous Post Next Post