YESUS MEMILIKI SEMUA KUASA DAN PENAKLUK ATAS KUASA KEMATIAN
A.YESUS MEMILIKI SEMUA KUASA
"Yesus mendekati mereka dan berkata: "KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi" (Matius 28:18)
Yesus telah mati di kayu salib dan pada hari yang ketiga Dia bangkit dari kematian. Selama empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya itu, Dia bertemu dengan murid-murid-Nya beberapa kali pada waktu yang berbeda. Para murid mengetahui bahwa Yesus telah mati di atas kayu salib, dikuburkan, dan sekarang hidup kembali. Mereka telah melihat-Nya dan berbicara secara langsung dengan-Nya. Mereka menjamah-Nya dengan tangan mereka sendiri. Lalu pada akhir
hari ke-40, Yesus memanggil semua murid-murid untuk berkumpul. Seperti yang dikatakan- Nya pada mereka, Dia mengucapkan kata-kata yang kita temukan dalam ayat di atas, "Kepadaku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi" Yesus ingin para murid mengerti kuasa-Nya dengan baik. Kemudian setelah selesai berbicara dengan
murid-murid-Nya, Yesus terangkat ke sorga. Mereka berdiri dan memandang sampai Dia menghilang di balik awan Jadi, orang Kristen tidak menyembah seorang Juru Selamat yang mati dan dikuburkan. Mereka menyembah Anak Allah yang bangkit, hidup, dan penuh kuasa. Dalam pelajaran kelima ini, kita akan bersama-sama mempelajari apa yang dikatakan oleh Alkitab mengenai Yesus yang memiliki semua kuasa, termasuk kuasa yang kelihatan maupun yang tidak
kelihatan oleh mata manusia. Ketika Yesus hidup di dunia, Dia menunjukkan kuasa-Nya dalam berbagai cara dan dalam waktu yang berbeda. Marilah sekarang kita melihat bagaimana Ia menunjukkan kuasa-Nya yang hebat itu.
1.Yesus Berkuasa atas Alam
a. Marilah kita lihat bagaimana Yesus berkuasa meneduhkan angin dalam kitab Matius 8:23-27. Pada waktu itu,Yesus bersama murid- murid-Nya berangkat naik perahu, tetapi tiba-tiba angin badai mengamuk di atas danau dan menghantam perahu mereka, sehingga mereka sangat ketakutan. Lalu mereka membangunkan Yesus yang tertidur di buritan kapal. Yesus kemudian meneduhkan angin itu sehingga danau menjadi tenang kembali.
b. Kita juga mengetahui bagaimana Yesus kuasa-Nya berjalan di atas air (Yohanes 6:16-21).
c. Kita juga mengetahui kuasa-Nya ketika melihat bagaimana Ia melipatgandakan lima roti dan dua ikan kecil sehingga lima ribu orang laki-laki dapat diberi makan. Bahkan setelah setiap orang kenyang, masih ada sisa makanan dua belas keranjang. (Yohanes 6:5-14).
d. Kita juga melihat kuasa-Nya ketika memerintahkan pohon ara dan menyebabkannya menjadi kering (Matius 21:18-21).
e. Yesus tidak hanya memiliki kuasa membuat langit dan bumi, tapi juga memiliki kuasa memelihara segala sesuatu dari kerusakan. Dunia yang kita diami sekarang akan hancur jika bukan karena kuasa dari Yesus.
Setiap hari kita diizinkan hidup di dunia ini karena kuasa Yesus. "Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia" (Kolose 1:16-17).
2. Yesus Berkuasa atas Roh-roh Jahat
Alkitab mengajarkan bahwa ada roh-roh jahat yang menaati perintah Setan/Iblis.
Alkitab juga mengajarkan pada kita bahwa kuasa Yesus Kristus lebih besar daripada kuasa Setan. Setiap orang yang percaya pada kuasa Yesus dapat menang atas semua kekuatan Setan.
Ada beberapa bagian dalam Perjanjian Baru yang dapat kita baca bahwa kuasa Yesus lebih besar daripada kuasa setan dan roh-roh jahat. Lihatlah salah satu bagian ini. Bacalah dengan teliti Lukas 8:26-39. Ayat-ayat ini menunjukkan dengan jelas pekerjaan Setan. Pekerjaan Setan adalah merusak. Setan menentang Allah dan orang yang ingin menyenangkan Allah. Ketika roh-roh jahat dari Setan berada dalam hati seseorang, Setan bekerja untuk
merusaknya. Yesus mengusir Setan keluar dengan Kuasa-Nya. Kemudian mereka masuk ke dalam babi-babi yang sedang makan di sekitar tempat itu. Akibatnya, babi-babi merusak dirinya sendiri dengan berlari masuk ke dalam danau dan mati di sana. Kuasa Setan selalu mencoba merusak segala sesuatu yang baik.
Kuasa Yesus selalu siap sedia menolong setiap orang yang sungguh- sungguh ingin menerima pertolongan-Nya.
Kita bisa menerima pertolongan yang kita perlukan karena kuasa Yesus lebih besar daripada kuasa Setan.
3. Yesus Berkuasa atas Penyakit
Beberapa orang disembuhkan dengan kuasa Yesus. Perhatikan beberapa dari peristiwa tersebut.
a.Penyakit kusta adalah penyakit kulit yang buruk dan pada masa Yesus tak seorang pun yang sakit kusta dapat disembuhkan. Dalam Markus 1:40-42, kita membaca seorang berpenyakit kusta yang datang kepada Yesus dan memohon pertolongan. "Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: 'Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.' Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata
kepadanya: 'Aku mau, jadilah engkau tahir.' Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu dan ia menjadi tahir." Yesus menyembuhkannya dengan satu sentuhan tangan.
b. Dalam Markus 5:25-34, kita melihat bagaimana seorang wanita yang sakit selama dua belas tahun yang telah berobat kepada beberapa dokter dan telah menghabiskan uangnya dalam usahanya agar sembuh. Tidak seorang pun dapat menolongnya, tetapi ketika dia menjamah jubah Yesus, dia segera sembuh
Ada banyak contoh lain saat Yesus menyembuhkan orang-orang sakit, tapi kita tidak akan membaca semua kisah tersebut saat ini.. Satu hal yang harus kita ingat terus ialah bahwa tidak ada penyakit yang tidak dapat disembuhkan Yesus. Dia memiliki kuasa yang sempurna mengatasi semua penyakit.
4. Yesus Berkuasa Mengampuni Dosa
Pertanyaan yang sering diajukan ialah, "Bagaimana saya dapat memperoleh pengampunan dosa-dosa saya?"
Beberapa orang mencoba mendapatkan pengampunan dengan mengakui dosa-dosanya kepada seorang imam. Yang lain berharap menemukan pengampunan dengan menggabungkan diri pada satu gereja. Beberapa orang lainnya berharap mendapat pengampunan pada waktu dibaptiskan. Tetapi Alkitab mengajarkan kita bahwa tidak ada satu pun dari hal-hal tersebut yang mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa.
Hanya Yesus yang mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa. Bacalah kembali Markus 2:1-12. Perhatikan khususnya ayat 10. "Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" Ini membuktikan bahwa Dia memiliki kuasa ini.
Jika Anda sedang mencari pengampunan atas dosa, Anda dapat yakin bahwa pengampunan dosa hanya ada dalam Yesus Kristus saja. "Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya" (Efesus 1:7). "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita
dapat diselamatkan" (Kisah Para Rasul 4:12). "Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada- Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya" (Kisah Para Rasul 10:43).
B. YESUS PENAKLUK KEMATIAN
"Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut." (Wahyu 1:18)
Sejak semula, manusia telah mengenal kematian sebagai musuh yang tidak dapat ditaklukkan. Manusia telah mencoba dengan banyak cara untuk meluputkan diri dari kematian tetapi selalu pada waktunya tiba, di mana mereka mati dan ini berarti kematian menjadi pemenang.
Semua orang Kristen seharusnya penuh sukacita karena kita mengikuti seseorang yang lebih besar daripada seorang guru besar atau nabi. Dia adalah Anak Allah yang hidup dan Dia memiliki semua kuasa di surga dan di bumi. Ini berarti Dia juga berkuasa atas kematian. Dia adalah Sang Penakhluk kematian. Dia telah rela untuk dihukum mati oleh orang-orang
berdosa. Tetapi pada hari ketiga Dia bangkit dari kematian sebagai bukti bahwa kematian tidak akan pernah menang dari-Nya, melainkan Dialah yang telah menakhlukkan kematian.
Selanjutnya, kita akan melihat bagaimana Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas kematian.
1. Yesus Menghidupkan Beberapa orang yang telah Mati.
Bacalah Matius 9:23-26 menceritakan tentang anak perempuan kepala rumah ibadah yang sudah meninggal. Ketika Yesus mengatakan kepada mereka bahwa anak itu tidak mati tetapi sedang tidur, mereka menertawakan-Nya karena mereka melihat jasad anak yang mati itu. Yesus masuk ke dalam ruangan dan menghidupkan anak itu. Sebagaimana kita membangunkan seseorang anak yang sedang tidur, demikianlah Yesus mampu memanggil anak ini dari
kematian.
Dalam Lukas 7:11-17 kita membaca kisah pertemuan Yesus dengan serombongan orang yang akan menguburkan seorang laki-laki, anak tunggal dari seorang janda. Ibu yang malang ini ditinggal sendirian. Yesus berbelas kasihan padanya. Yesus memerintahkan laki-laki yang mati itu bangkit, dan dia taat. Bayangkanlah keterkejutan dan sukacita yang dialami oleh orang-orang tersebut.
Lalu dalam Yohanes 11:1-46, Yesus membangkitkan Lazarus. Lazarus adalah teman Yesus. Maria dan Marta adalah saudara perempuan Lazarus. Mereka mengirim berita kepada Yesus ketika Lazarus masih sakit. Ketika Yesus sampai di rumah mereka, Lazarus ternyata sudah mati empat hari sebelumnya. Keluarganya dan teman-temannya telah menguburkannya. Tetapi Yesus meminta untuk menggulingkan batu yang menutup kuburan Lazarus.
Kemudian Yesus memerintahkan Lazarus untuk keluar. Sebagai jawaban suara Yesus, Lazarus berjalan keluar dari kuburnya.
Berdasarkan fakta-fakta itu, secara pasti Yesus membuktikan kuasa- Nya memberikan hidup kepada yang telah mati.
Tetapi ini bukan yang terbesar, kuasa yang terbesar adalah ketika Yesus sendiri yang telah mati dan bangkit dan menaklukkan kematian.
2. Yesus Berjanji bahwa Dia akan Menaklukkan Kematian
Yesus tahu bahwa Dia akan dihukum mati jauh sebelum hal itu terjadi. Dia juga tahu bahwa Dia akan bangkit dari kematian pada hari ketiga. "Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid- murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga" (Matius 16:21). "Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea" (Matius 26:32). "Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan
kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati" (Markus 9:9).
Yesus menceritakan hal-hal ini pada murid-murid-Nya sebelum semuanya terjadi. Dia memberitahukannya sehingga ketika Dia menggenapi janji-Nya dan bangkit dari kematian, murid-murid-Nya lebih percaya kepada-Nya. "Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi"
(Yohanes 14:29).
3. Yesus Benar-benar Mati
Agar setiap orang sungguh-sungguh memahami kemenangan Yesus atas kematian, kita harus memahami bahwa Yesus benar-benar mati. Dia tidak sekadar pingsan atau pura-pura seperti mati. Amatilah fakta- fakta berikut.
Bacalah dengan teliti Lukas 23:32-56 dan Yohanes 19:16-42.
a. Yesus mati dalam kerumunan banyak orang. Dia tidak mati di tempat tersembunyi yang hanya dihadiri orang tertentu saja. Banyak orang telah menyaksikan kematian-Nya, bahkan hampir sebagian besar penduduk Yerusalem datang untuk mengamati Yesus mati di atas kayu salib. Tidak ada keragu-raguan dalam pikiran orang-orang tersebut. Mereka tahu bahwa Yesus telah mati di atas kayu salib.
b. Ada tiga golongan yang benar-benar yakin bahwa Yesus sungguh mati. Pertama, para prajurit. Prajurit-prajurit ini terlatih untuk membunuh. Mereka mengetahui kematian Yesus sebab mereka melihat-Nya. Mereka tahu bahwa Yesus telah mati. Bahkan salah seorang dari prajurit-prajurit tetap menombak lambung Yesus. Ketika dia melakukan hal itu, darah dan air keluar. Ini menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh telah mati.
Kedua, musuh-musuh Yesus juga ada di sana untuk meyakinkan bahwa Yesus telah mati. Mereka pasti tidak akan mengizinkan Yesus di ambil dari kayu salib jika mereka tidak pasti bahwa Yesus telah mati. Ketiga, di sana juga ada orang-orang yang mengasihi Yesus. Mereka juga yakin bahwa Yesus telah mati. Seandainya ketika mereka mempersiapkan penguburan-Nya dan tangan mereka merasakan adanya tanda-tanda kehidupan sekecil apa pun, pasti mereka tidak akan pernah mengubur-Nya. Tidak ada keraguan tentang fakta bahwa
Yesus sungguh-sungguh telah mati.
4. Yesus Bangkit dari Kematian pada Hari Ketiga
Walaupun Yesus benar-benar telah mati, semua usaha untuk membunuh Yesus sia-sia saja. Pada hari ketiga kuburan itu telah kosong. Yesus telah bangkit. Sesudah kebangkitan-Nya, beberapa kali Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Mereka berbicara dengan- Nya. Mereka menyentuh-Nya dengan tangan mereka sendiri. Mereka tahu bahwa itu adalah Yesus dan Dia hidup dari antara orang mati. Yesus memang telah mati. Dia sudah dikuburkan.
Tetapi lihatlah, Dia telah menaklukkan kematian. Sekarang Dia hidup untuk selama-lamanya. Baca juga Lukas 24:1-53; Yohanes 20:1-31; Yohanes 21:1-25.
5. Makna Kemenangan Yesus Atas Kematian
Ada dua hal penting yang ingin kita tekankan dalam hal ini berkaitan dengan kebangkitan Yesus dari antara orang mati.
a. Kebangkitan-Nya dari kematian membuktikan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang hidup. Kita juga membaca hal ini dalam Roma 1:4, "dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita."
b. Yesus memiliki kuasa atas kematian dan membangkitkan semua orang mati di hari penghakiman. Penjelasan lebih rinci tentang apa yang akan terjadi pada waktu kebangkitan itu akan dijelaskan dalam artikel lainnya yaitu di dalam Artikel Yesus adalah hakim untuk semua orang.
Karena itu, "... janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua
orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara- Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum" (Yohanes 5:28-29).
Kita harus bergembira karena kita bisa menyembah dan melayani Juru Selamat yang adalah penakluk kematian. Dia dapat menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita, membangkitkan kita dari kematian, dan mengangkat kita untuk hidup bersama-Nya selama-lamanya. Kita seharusnya mempelajari berita ini dengan baik dan membagikan berita ini kepada orang yang belum mendengar atau kepada orang yang belum mengerti.
SIAPA YESUS KRISTUS ITU BAGI PENCIPTAAN
Kolose 1:15-23
Kita masih ingat bahwa menurut pandangan Gnostik karya penciptaan dikerjakan oleh suatu allah yang lebih rendah, yang tidak mengenal dan yang memusuhi Allah sejati. Ajaran Paulus yaitu bahwa perantara Allah dalam penciptaan adalah Anak-Nya dan dalam perikop ini ia memberikan empat hal mengenai Anak yang berkaitan dengan penciptaan.
i. Ia adalah yang sulung dari segala yang diciptakan (Kol. 1:15).
Kita harus berhati-hati untuk mengaitkan arti yang benar kepada frase ini. Ini dapat diartikan bahwa Anak merupakan manusia pertama yang diciptakan, namun dalam pemikiran Ibrani dan Yunani, kata "yang sulung" (PROTOTOKOS)
hanya menunjuk pada pengertian yang sangat tidak berkait langsung dengan waktu. Ada dua hal yang perlu dicatat. Pertama, "yang sulung" adalah sebutan yang sangat umum untuk penghormatan. Contohnya, Israel sebagai suatu bangsa adalah anak sulung Allah (Kel. 4:22). Artinya adalah bangsa Israel merupakan anak yang paling dikasihi Allah. Kedua, kita harus mencatat bahwa "yang sulung" juga merupakan gelar Mesias. Dalam Mazmur 89:28, seperti yang ditafsirkan oleh orang Yahudi sendiri, janji mengenai Mesias yaitu, "Aku pun juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung, menjadi yang mahatinggi di antara raja-raja bumi" "Anak sulung" jelas tidak dipakai dalam pengertian waktu, tetapi dalam pengertian penghormatan istimewa. Jadi, ketika Paulus berkata tentang
Anak bahwa Ia merupakan yang sulung dari segala yang diciptakan, maksudnya yaitu bahwa penghormatan tertinggi yang dimiliki oleh ciptaan adalah milik-Nya. Apabila kita ingin mengartikan makna waktu dan penghormatan sekaligus, mungkin kita dapat menerjemahkan frase itu demikian, "Ia dilahirkan sebelum segala sesuatu diciptakan".
ii.Oleh Anaklah segala sesuatu diciptakan (ay. 16).
Hal ini benar mengenai hal-hal yang ada di surga dan hal-hal yang ada di bumi, mengenai hal-hal yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Orang Yahudi sendiri, bahkan lebih-lebih lagi kaum Gnostik, mengembangkan ajaran yang amat canggih mengenai para malaikat. Berkaitan dengan kaum Gnostik kita dapat menduga bahwa malaikat adalah perantara antara manusia dan Allah. Singgasana, kerajaan, pemerintah, dan penguasa-penguasa adalah jenjang para malaikat yang berbeda, yang masing-masing menempati posisi yang berbeda di ketujuh surga. Paulus menyisihkan mereka semua sama sekali. Sebaliknya, ia ingin berkata kepada kaum Gnostik, "Kamu memberi tempat penting bagi para malaikat dalam pemikiranmu. Kamu menganggap Yesus Kristus hanya sebagai salah satu dari mereka. Sebenarnya jauh daripada itu, Dialah yang menciptakan mereka semua." Paulus menegaskan bahwa agen Allah
dalam penciptaan bukanlah Allah yang lebih rendah, yang tidak mengenal dan yang memusuhi Allah, melainkan Anak-Nya sendiri.
iii. Segala sesuatu diciptakan untuk Anak (ay. 16b).
Sang Anak bukan hanya pelaku penciptaan, Ia juga merupakan tujuan penciptaan. Maksudnya, penciptaan dikerjakan untuk menjadi milik-Nya dan bahwa di dalam penyembahan dan kasih dari ciptaan-Nya, la akan menemukan kehormatan dan sukacita-Nya.
iv.Paulus memakai frase yang aneh, "segala sesuatu ada di dalam Dia" (ay. 17).
Ini berarti bahwa Anak itu bukan saja pelaku penciptaan sejak awal dan tujuan penciptaan pada akhirnya, melainkan di antara yang pertama dan yang terakhir itu, dalam masa itu, Dialah yang memegang seluruh dunia. Ini hendak menyatakan bahwa semua hukum yang menata dunia ini dan yang tidak menimbulkan kekacauan (chaos) adalah ungkapan pikiran Sang Anak. Hukum gravitasi dan yang lain-lain, hukum Yang menjadikan alam semesta ini berjalan bersama-sama, bukan hanya hukum-hukum yang bersifat ilmiah, melainkan juga yang bersifat ilahi. Jadi, Sang Anak adalah awal penciptaan, dan akhir penciptaan dan Dialah pula kuasa yang memegang seluruh ciptaan, Sang Khalik, Pemelihara dan Tujuan Akhir dunia ini.
KEBANGKITAN YESUS
Semua penulis Perjanjian Baru sependapat bahwa Yesus dibangkitkan pada hari ketiga setelah kematian-Nya. Reaksi kita terhadap pernyataan ini sebagian besar tentu tergantung pada keyakinan dasar kita tentang hal- hal yang supernatural. Kalau kita tidak percaya bahwa seorang yang sudah mati itu dapat dipulihkan kembali, kita harus mencari penjelasan lain tentang apa yang orang-orang Kristen pertama yakini sebagai kebangkitan Yesus. Kalau kita bersedia menerima kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa supernatural, kita akan merasa ada manfaatnya untuk memeriksa secara kritis beberapa pernyataan Perjanjian Baru.
Dalam buku ini pernyataan dalam naskah-naskah Perjanjian Baru diterima sebagaimana adanya dan hal-hal supernatural diyakini bisa saja terjadi. Hal ini tentu tidak berarti bahwa segala sesuatu yang dinyatakan mengenai Yesus dapat diterima begitu saja berdasarkan keyakinan-keyakinan dasar tadi. Sebaliknya itu berarti bahwa bahan bukti yang ada dapat diperiksa tanpa rasa takut bahwa kita akan merasa malu dengan hasil-hasil penelitian kita - apa pun bentuk hasil-hasil tersebut.
Hal yang paling mencolok mengenai kebangkitan ialah orang-orang Kristen pertama yakin sepenuhnya akan peristiwa kebangkitan serta rangkaian peristiwa-peristiwanya. Menurut keyakinan mereka, kebangkitan merupakan suatu kejadian yang nyata dan historis, yang telah terjadi di dalam dunia mereka sendiri dan yang telah memberi dampak yang luar biasa terhadap hidup mereka. Kita telah melihat bahwa tidak mudah menentukan seberapa luas tersebar kepercayaan akan kelahiran Yesus dari seorang perawan. Kita tidak tahu, umpamanya, seberapa jauh pengetahuan Paulus mengenai hal tersebut. Tetapi kita tahu, Paulus
dan siapa pun juga tidak pernah menyatakan bahwa kepercayaan akan kelahiran dari seorang perawan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan orang Kristen.
Tetapi kebangkitan merupakan hal yang lain sama sekali. Paulus berbicara untuk seluruh jemaat mula-mula ketika ia menyatakan bahwa jika realitas kebangkitan Yesus itu disangkal, maka iman Kristen akan menjadi hampa tanpa makna: "Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu" (1Kor. 15:17). Oleh karena keyakinannya itu, dalam nats yang sama Paulus selanjutnya menyebutkan saksi-saksi yang dapat memberi kesaksian tentang kebangkitan Kristus. Jelas ia menganggap peristiwa kebangkitan sebagai sesuatu yang dapat dibuktikan oleh saksi-saksi - suatu
peristiwa umum secara lahiriah dan bukan suatu pengalaman religius secara pribadi. Namun sangat menyolok bahwa Perjanjian Baru sama sekali tidak menyebut adanya saksi-saksi atas peristiwa kebangkitan- Nya sendiri, tetapi hanya memberitakan hasil-hasil peristiwa itu, yakni penampakan-penampakan Yesus yang bangkit, serta kenyataan kubur yang kosong.
BUKTI-BUKTI KEBANGKITAN
a. Kepercayaan jemaat mula-mula
Bukti paling tua yang kita miliki tentang kebangkitan berasal dari saat-saat segera setelah peristiwa kebangkitan tersebut terjadi. Demikianlah keterangan yang terdapat dalam khotbah-khotbah di Kisah Para Rasul. Tentu Kisah Para Rasul disusun dalam bentuknya yang kita kenal sekarang, sekurang-kurangnya tiga puluh tahun setelah kematian Yesus dan mungkin malahan lima puluh tahun sesudahnya. Tetapi tidak diragukan bahwa dalam pasal-pasal pertama, penulis Kisah Para Rasul memakai bahan-bahan dari sumber-sumber yang sangat tua.
Para ahli telah menemukan bahwa bahasa yang dipakai mengenai Yesus dalam khotbah-khotbah Kisah Para Rasul ini sangat berbeda dengan bahasa yang dipakai ketika kitab itu disusun dalam bentuknya yang terakhir. Khotbah-khotbah tersebut juga sangat berbeda dengan surat- surat Paulus, yang pasti ditulis jauh sebelum Kisah Para Rasul. Jadi kita dapat
yakin bahwa khotbah-khotbah tersebut berasal dari sumber-sumber yang sangat tua.
Khotbah-khotbah tersebut mencerminkan kekristenan yang masih bersifat Yahudi dengan seperangkat kepercayaan tentang Yesus yang diungkapkan secara sederhana. Di dalamnya terdapat suatu gambaran yang pada umumnya cukup teliti mengenai apa yang benar-benar terjadi pada masa permulaan jemaat. Menurut gambaran ini, inti berita jemaat mula-mula
adalah cerita mengenai Yesus sendiri, yakni kedatangan-Nya untuk memenuhi janji-janji Allah, kematian-Nya di kayu salib, dan kebangkitan-Nya. Pemberitaan orang-orang Kristen pertama itu begitu konsisten sehingga Profesor C. H. Dodd berhasil menemukan suatu pola yang teratur dalam pernyataan-pernyataan mengenai Yesus sejak awal sekali. Ia menyebut pola pernyataan-pernyataan ini kerugma, sebuah kata Yunani yang berarti "pemberitaan". Setiap kisah asli mengenai pemberitaan Kristen mengandung pernyataan-pernyataan seperti berikut:
1. Yesus telah menggenapi janji-janji Perjanjian Lama;
2. Allah berkarya dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan-Nya;
3. Yesus sekarang telah diangkat ke surga;
4. Roh Kudus telah diberikan kepada jemaat;
5. Yesus segera akan kembali dalam kemuliaan; dan
6. orang yang mendengar berita tersebut harus memberi respons terhadap panggilannya.
Kalau kita menghilangkan kebangkitan dari kerugma, isi pemberitaan lainnya tidak bermakna lagi. Seluruh keberadaan jemaat mula-mula didasarkan atas keyakinan bahwa Yesus sudah hidup kembali.
Dari surat-surat Paulus dan Kisah Para Rasul kelihatan syarat bagi seorang rasul ialah bahwa ia telah melihat Yesus yang bangkit itu. Hal ini dijadikan syarat secara eksplisit ketika para rasul berkumpul guna memilih seorang pengganti Yudas Iskariot (Kis. 1:21-22) Paulus juga menyatakan bahwa penglihatannya sendiri di jalan menuju Damsyik - ketika ia melihat
Yesus - memberi kepadanya status yang sama seperti para rasul yang lebih dulu (Gal. 1:11-17).
b. Keterangan Paulus
Bahan bukti utama yang kedua tentang kebangkitan Yesus diberikan oleh Paulus sendiri. Pentingnya keterangan dalam Kisah Para Rasul dapat diperdebatkan namun tidak demikian halnya dengan keterangan yang disampaikan Paulus (1 Kor.15) Ia pasti menulis suratnya itu tidak lebih dari dua puluh lima tahun setelah Yesus disalibkan. Pernyataan- pernyataannya
jelas merupakan keterangan paling tua tentang kepercayaan akan kebangkitan Yesus. Kalau kita membaca 1 Korintus 15 dan melihat konteksnya, kita menemukan bahwa tujuan utama Paulus bukanlah untuk memberikan argumen yang beralasan agar orang dapat percaya mengenai kebangkitan Yesus. Sebenarnya ia berusaha membantu pembaca-pembacanya untuk mengatasi masalah-masalah tertentu yang timbul dalam jemaat setempat. Informasi yang diberikannya tentang kebangkitan Yesus dari antara orang mati seakan-akan disampaikan secara kebetulan. Hal ini lebih mengesankan lagi karena ia mengingatkan orang-orang Korintus bahwa apa yang disampaikannya sudah lama diketahui mereka. Walaupun hanya dengan beberapa kalimat saja, ia memperlihatkan bahwa pada waktu yang sangat awal orang-orang Kristen - termasuk yang berada di Yunani - sudah mengenal dengan baik seluruh kisah tentang kematian dan kebangkitan Yesus.
Dalam cerita itu Paulus menyebut sebuah peristiwa ketika Yesus yang bangkit dilihat oleh lebih dari lima ratus orang murid sekaligus, dan kebanyakan dari mereka masih hidup ketika ia menulis suratnya dan mereka dapat membenarkan apa yang dikatakannya (1Kor. 15:6). Selain itu, ia juga menyebut tentang penampakan kepada Yakobus, saudara Yesus.
Menurut Paulus pertobatannya sendiri merupakan akibat perjumpaannya dengan Tuhan yang bangkit (1Kor. 15:7-8).
Kitab-kitab Injil sendiri tidak memberitakan penampakan-penampakan Yesus tersebut. Padahal kitab-kitab itu mungkin sekali ditulis setelah surat Paulus kepada jemaat Korintus. Fakta kebangkitan Yesus rupanya dipercaya begitu luas, sehingga para penulis kitab-kitab Injil tidak merasa perlu mengumpulkan seluruh bahan bukti untuk itu. Sama seperti
cerita- cerita lainnya, mereka hanya memilih sebagian kecil bahan yang tersedia bagi mereka.
c. Tradisi kitab-kitab Injil
Kalau kita berbicara tentang kebangkitan, tentunya kita mula-mula memperhatikan kisah-kisah yang terdapat pada bagian akhir keempat kitab Injil. Ada sifat-sifat khas mengenai kisah-kisah itu.
Semua kisah itu menekankan dua fakta utama:
1. kuburan Yesus ditemukan dalam keadaan kosong; dan
2. Yesus yang bangkit dilihat oleh orang-orang yang berlainan pada waktu yang berbeda pula.
Kedua bahan bukti itu penting. Fakta kubur yang kosong saja tidak membuktikan apa-apa kecuali bahwa mayat Yesus tidak ada di situ. Dan tanpa kubur yang kosong, penglihatan-penglihatan itu tidak membuktikan sesuatu yang objektif, walaupun dapat memberi keterangan mengenai keadaan jiwa para murid. Tetapi gabungan kedua fakta tersebut, kalau
kedua-duanya memang benar, merupakan bahan bukti kuat yang mendukung pernyataan bahwa Yesus hidup.
Kalau kita membaca seluruh kitab-kitab Injil, ternyata kisah-kisah tentang kebangkitan Yesus diceritakan dengan sangat sederhana dibandingkan dengan banyak cerita lain mengenai Dia. Tidak ada simbolisme yang memerlukan pengetahuan khusus untuk dapat mengertinya. Tidak ada kutipan dari Perjanjian Lama. Juga tidak ada usaha untuk mengutarakan
makna teologis peristiwa-peristiwa yang dikisahkan itu. Dibandingkan dengan kisah-kisah tentang pembaptisan Yesus, misalnya, kisah-kisah tentang kebangkitan-Nya sangat berbeda.
d. Para murid
Bahan bukti keempat yang mendukung terjadinya peristiwa kebangkitan adalah fakta yang tidak dapat dipungkiri mengenai keadaan para murid setelah kematian Yesus. Setelah guru mereka disalibkan mestinya mereka merasa tertekan dan tanpa harapan. Namun, ternyata dalam jangka waktu tujuh minggu mereka diubah menjadi saksi-saksi yang berani dan
kelompok sebuah jemaat yang terus-menerus bertumbuh. Pokok utama kesaksian mereka adalah bahwa Yesus hidup dan tetap berkarya. Mereka tidak ragu-ragu menyatakan bahwa perubahan dalam hidup mereka terjadi sebagai akibat kebangkitan-Nya. Jelaslah, mereka yakin bahwa kebangkitan itu benar-benar telah terjadi. Sebab kebangkitan tersebut
bukan hanya sesuatu yang mereka bicarakan. Mereka bahkan rela mati untuk itu. Orang tidak bersedia mati untuk sesuatu kecuali kalau mereka yakin sepenuhnya tentang kebenarannya.
FAKTA DAN IMAN
Jadi demikianlah diskusi tentang bukti untuk kebangkitan Yesus. Bagaimana kita mesti menanggapinya? Untuk memahami pentingnya peristiwa itu, kita harus mengingat tiga hal.
Pertama, tidak ada bukti bahwa Yesus yang bangkit menampakkan diri kepada orang lain kecuali kepada pengikut-pengikut-Nya sendiri, walaupun mungkin saja Ia berbuat demikian. Para penulis Injil menulis untuk kalangan pembaca tertentu. Masing-masing
mereka menulis untuk para pembaca yang adalah orang Kristen. Yang pertama-tama mereka perhatikan ialah apa yang terjadi bila orang-orang Kristen bertemu dengan Tuhan yang sudah bangkit itu.
Kedua, keterangan tentang seseorang yang masuk dan keluar dari sebuah ruangan dengan pintu terkunci, jelas bukanlah sesuatu yang biasanya dipelajari oleh ahli-ahli sejarah. Kebenaran peristiwa seperti itu tidak dapat ditentukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang lazim mengenai bahan bukti.
Ketiga, Maria Magdalena, dua orang murid di jalan ke Emaus dan murid- murid di perahu di Danau Galilea tidak mengenali Yesus yang bangkit, walaupun sudah lama mengenal-Nya, bahkan masih melihat-Nya hanya beberapa hari sebelumnya.
Kenyataan itu memberi kesan bahwa penampilan fisik-Nya telah berubah sehingga membingungkan bagi saksi mata dalam memberikan keterangan.
Jadi apa yang merupakan basil penelitian kita terhadap bahan bukti tentang kebangkitan? Yang pasti jemaat mula-mula percaya Yesus telah hidup kembali. Para murid dan Pengikut-pengikut mereka tahu bahwa telah terjadi sesuatu yang mengubah kehidupan mereka setelah penyaliban guru mereka. Mereka menjelaskan perubahan itu disebabkan oleh kebangkitan-Nya. Tiap pembaca Perjanjian Baru harus menerima hal itu, karena fakta perubahan dalam kehidupan para murid telah terbukti dan tidak bisa diragukan lagi. Tetapi berbicara tentang "iman kebangkitan" tidak sama dengan berbicara tentang "fakta kebangkitan".
Hubungan antara fakta-fakta dan iman dibahas secara lebih terinci di bawah (pasal 12). Di sini kita hanya dapat catat bahwa pasti ada sesuatu yang dapat kita sebut sebagai "fakta kebangkitan" yang menyulut iman kebangkitan" para murid. Tetapi apa fakta itu? Ada beberapa kemungkinan yang dapat diberikan.
a. Pengalaman Subjektif
Apakah "fakta kebangkitan" merupakan pengalaman subjektif? Salah satu reaksi yang wajar terhadap cerita-cerita tentang kebangkitan adalah menganggap apa yang disebut "penampakan-penampakan kebangkitan" sebagai pengalaman yang subyektif belaka. Orang-orang saleh dapat menyebutnya penglihatan, sedangkan para ahli jiwa mungkin menamakannya halusinasi. Kalau kita dapat berasumsi bahwa memang itu yang terjadi, maka masalahnya sudah terpecahkan. Tetapi ada banyak fakta yang menentang penjelasan seperti itu.
1. Kitab-kitab Injil sangat menekankan fakta bahwa kubur-Nya kosong dan bahwa baik teman maupun musuh tidak dapat memperlihatkan mayat Yesus. Tekanan itu harus dijelaskan. Orang-orang Yahudi dan Romawi tentu ingin menemukan mayat-Nya, karena hal itu akan menumpas berita Kristen untuk selama-lamanya, jadi dapat dipastikan, mereka tidak mengambilnya. Sebaliknya, para murid bersedia mempertaruhkan hidup mereka karena Yesus hidup - dan secara psikologis tidak mungkin mereka melakukan hal itu kalau mereka sendiri mengambil mayat-Nya dan menguburkan-Nya di tempat lain.
2. Pengalaman pribadi seperti yang dialami Petrus dan Yakobus memang dapat dianggap sebagai sesuatu yang subjektif, dan penampakan Yesus kepada lima ratus orang mungkin kedengaran seperti halusinasi massal. Namun pertemuan seperti yang terjadi di jalan ke Emaus - menunjukkan ciri-ciri kisah asli. Pertemuan dua orang murid dengan Yesus tidak diwarnai emosi yang meluap-luap dan mereka mengenali Dia secara bertahap. Selain itu,
beberapa keterangan untuk diperhatikan dalam kitab-kitab Injil: tubuh Yesus yang bangkit dapat dipegang; Yesus yang bangkit makan bersama murid-murid-Nya; dan Dia mengembusi mereka. Semua ini menunjukkan keyakinan para murid bahwa mereka berhadapan dengan Yesus yang mempunyai tubuh nyata, bukan cuma suatu penglihatan.
3. Paulus pernah beberapa kali mendapat penglihatan yang bersifat ekstase (1Kor. 14:18). Tetapi menurut Paulus pengalamannya di jalan ke Damsyik lain sama sekali (1Kor. 12:1-4). Pengalaman itu sangat istimewa dan hanya dapat dibandingkan dengan penampakan Yesus yang bangkit kepada murid-Nya yang lain. Pertemuan dengan Yesus yang bangkit rupanya menjadi pengalaman unik. Memang tidak seluruhnya subjektif seperti mimpi, dan tidak
seluruhnya objektif seperti fakta yang diamati oleh para ahli. Pertemuan itu mempunyai sisi subjektif dan objektif.
b. Karangan Teologis
Apakah "fakta kebangkitan" merupakan karangan teologis? Ada yang berpendapat "iman kebangkitan" muncul karena para murid memerlukan suatu alasan teologis untuk keyakinan mereka. Karena mereka percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang diutus Allah, maka wajarlah orang yang menyatakan diri-Nya sebagai Mesias itu bangkit dari antara orang mati.
Tetapi penjelasan ini pun tidak dapat diterima. Ada beberapa alasan untuk keberatan ini.
Pertama, kita tidak mempunyai bahan dari sumber mana pun yang menyebutkan bahwa Sang Mesias diharapkan bangkit dari antara orang mati. Orang-orang Yahudi justru berharap Mesias akan membunuh orang- orang lain! Kalau Ia menderita dan malahan mati, maka Ia bukanlah Mesias yang ingin dikenal oleh kebanyakan orang Yahudi.
Kedua, Perjanjian Lama menunjukkan sikap yang sangat negatif terhadap gagasan kebangkitan, dan banyak orang Yahudi menganggap hal itu tidak mungkin. Para murid sendiri kelihatannya tidak mengerti hal itu semasa pelayanan Yesus (Mrk. 9:9-10).
Ketiga, sulit untuk memahami bagaimana gagasan kebangkitan dapat timbul dari penafsiran pengharapan-pengharapan Perjanjian Lama, sebab kisah-kisah kebangkitan sama sekali tidak ada dalam kutipan-kutipan Perjanjian Lama. Dalam hal ini terdapat perbedaan besar dengan kisah- kisah penyaliban, yang penuh dengan kutipan-kutipan seperti itu.
Masih banyak saran aneh yang lain dikemukakan dari waktu ke waktu untuk berusaha menjelaskan "fakta kebangkitan".
Tetapi seluruh bahan bukti yang besar jumlahnya itu menunjukkan bahwa "fakta kebangkitan" merupakan peristiwa historis yang benar-benar terjadi. Walaupun hal itu sulit dijelaksan secara ilmiah, tidak ada hipotesis lain yang lebih sesuai dengan seluruh bahan bukti yang ada.
MAKNA KEBANGKITAN
Kalau kita berusaha menjelaskan "fakta kebangkitan" secara ilmiah, berarti membicarakan sesuatu yang di luar pola pemikiran para murid yang pertama. Tentulah para murid sendiri tidak merasa perlu mempelajari bahan bukti tentang "fakta kebangkitan".
Mereka tahu, kebangkitan itu merupakan fakta nyata oleh karena pengalaman mereka sendiri. Mereka bertemu dengan Yesus yang bangkit dan melihat bukti kubur yang kosong. Jadi tidak digumbarkan bagi kita dalam tulisan mana pun bagaimana sebenarnya kebangkitan itu berlangsung. Beberapa orang Kristen pada abad ke-2 M menganggap hal ini sebagai sesuatu yang kurang dalam Perjanjian Baru. Para penulis Perjanjian Baru seharusnya menceritakan kisah menarik tentang bagaimana rupa tubuh Yesus, bagaimana Ia keluar darii kubur dan bagaimana peristiwa itu mempengaruhi orang-orang yang menyaksikannya.
Tetapi bagi saksi-saksi pertama, rincian seperti itu bukanlah fokus perhatian utama. Bagi mereka, kebangkitan bukan hanya penutup yang menggembirakan dari kisah Yesus. Kebangkitan merupakan puncak yang wajar dari seluruh kehidupan-Nya dan
membenarkan apa yang dikatakan- Nya tentang diri-Nya sendiri selama masa pelayanan-Nya. Peristiwa itu juga merupakan jaminan bahwa kehidupan dan ajaran Yesus bukanlah hanya suatu bagian menarik dalam sejarah pemikiran manusia, melainkan merupakan jalan bagi manusia untuk mengenal Allah. Itu sebabnya fakta tentang kebangkitan Yesus menjadi bagian sentral pemberitaan para murid yang disampaikan di seluruh dunia pada waktu itu.
Tetapi mengapa hal itu begitu penting? Mengapa Paulus menyatakan, tanpa kebangkitan Yesus seluruh pemberitaan Kristen itu sia-sia saja?
Pertanyaan ini sebaiknya dijawab dengan merumuskannya secara lain. Daripada bertanya apa ruginya kalau dapat dibuktikan kebangkitan itu tidak benar, kita harus bertanya apa pengaruh positif kebangkitan Yesus dalam kepercayaan orang-orang Kristen yang pertama. Kalau kita mengajukan pertanyaan ini, kita menemukan tiga hal yang dikemukakan tentang makna kebangkitan dalam Perjanjian Baru.
Pertama, melalui kebangkitan, pernyataan Yesus tentang diri-Nya sebagai Anak Allah terbukti benar. Petrus berkata pada hari Pentakosta bahwa kebangkitan merupakan bukti jelas, "Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus" (Kis. 2:36). Paulus menulis kepada jemaat di Roma bahwa Yesus "dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati . . . adalah Anak Allah yang berkuasa" (Rm. 1:4). Walaupun Yesus tanpa dosa, walaupun Dia menunjukkan wibawa-Nya dalam pengajaran dan perbuatan-Nya, walaupun Dia melakukan mujizat-mujizat-Nya, serta secara gamblang menyatakan peran utama dalam rencana Allah, kalau bukan karena kebangkitan-Nya, Ia hanya akan dianggap sebagai tokoh yang besar dan baik.
Tetapi setelah Ia bangkit dari kubur, pengikut-pengikut-Nya tahu dengan pasti bahwa apa yang dikatakan-Nya tentang diri-Nya memang benar. Mereka sekarang dapat melihat dan menghargai seluruh kehidupan-Nya di bumi dengan cara yang baru dan lebih lengkap, sebagai kehidupan Allah sendiri yang hidup di antara manusia.
Kedua, kebangkitan lebih dari sekadar pengertian baru tentang Yesus yang disalibkan. Di seluruh Perjanjian Baru ditekankan, teristimewa oleh Paulus, bahwa kebangkitan Yesus - sama seperti kematian-Nya - merupakan bagian yang tak terpisahkan dari karya Allah dalam membentuk umat baru.
Orang Kristen mula-mula hidup seperti kebanyakan orang pada umumnya dan mereka tidak bercita-cita menjadi teolog. Apa yang mereka kehendaki adalah sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mendambakan hubungan pribadi dengan Allah yang akan mengubah seluruh keberadaan mereka. Mereka ingin didamaikan dengan Allah dan dilepaskan dari sikap mementingkan diri sendiri agar mereka dapat hidup lebih baik. Mereka menyadari, mereka tidak dapat mencapainya dengan mengikuti peraturan-peraturan agama atau melalui usaha-usaha sendiri. Satu-satunya hal yang dapat benar-benar mengubah kepribadian manusia adalah pusat baru dan kuasa hidup yang baru.
Paulus menemukan kuasa hidup baru ini di dalam Yesus yang telah bangkit dari antara orang mati, hidup di dalam dunia nyata, dan hidup dalam kehidupan Paulus sendiri. Kenyataan ini begitu mencolok dalam kehidupannya sehari-hari sehingga Paulus dapat berkata, "Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (Gal. 2:20). Ucapan Paulus itu berarti bahwa: Yesus hidup dalam dirinya, sehingga seluk-beluk kehidupannya diatur oleh Tuhannya yang hidup.
Untuk mengungkapkan apa yang dimaksudkannya, Paulus memakai kiasan. Ia membandingkan baptisan orang Kristen dengan kematian serta kebangkitan Yesus. Ia mengatakan, sebagaimana orang Kristen diliputi air pada waktu baptisan dan kemudian keluar dari air, begitulah juga yang harus terjadi terhadap diri mereka secara batiniah dan rohani. Dicelup dalam air adalah seperti dikuburkan (sebagaimana yang terjadi pada Yesus); keluar dari air adalah seperti bangkit kembali. Yang Paulus maksudkan dialah seseorang yang menjadi Kristen mula-mula harus bersedia "mati", agar terlepas dari keberadaannya yang lama yang
mementingkan diri sendiri. Kemudian mereka dapat "dibangkitkan" kembali dan menerima keberadaan yang baru, hidup Yesus Kristus sendiri yang hidup dalam diri mereka (Rm. 6:1-11).
Jadi kebangkitan Yesus sangat penting. Seandainya Yesus hanya mati di atas kayu salib, apa yang dikatakan para teolog tentang Dia bisa saja benar. Misalnya saja, Ia dapat mati sebagai hukuman dosa, atau untuk membayar tebusan bagi kebebasan kita.
Tetapi, penderitaan-Nya tidak akan mempunyai kuasa untuk mengubah hidup kita. Paulus sangat yakin tanpa kebangkitan, salib tidak akan lebih daripada sekadar satu pokok diskusi teologis yang menarik. Kebangkitan-Nya tidak akan membawa manfaat yang langgeng dalam kehidupan orang biasa. Tetapi oleh sebab kebangkitan, Paulus menemukan hidup yang baru: "Bagiku hidup adalah Kristus" (Flp. 1:21). Ia yakin, hal itu akan menjadi pengalaman setiap orang yang menjadi Kristen: Yesus Kristus
benar-benar hidup di dalam orang-orang yang menyerahkan diri mereka kepada-Nya.
Ketiga, kebangkitan Yesus mempunyai implikasi bagi setiap orang yang sudah memiliki hidup Kristus di dalam dirinya. Yesus mengajarkan bahwa pengikut-pengikut-Nya akan menerima "hidup kekal" (Yoh. 3:15; 4:14; 17:3). "Hidup kekal" ini meliputi dua hal. Di satu pihak istilah tersebut berarti orang Kristen menikmati hidup baru, yakni hidup dari Allah. Demikian juga Paulus menulis tentang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman dengan Kristus yang hidup di dalam dirinya sendiri.
Tetapi memiliki hidup baru dari Allah tidak hanya berarti orang-orang Kristen mempunyai suatu dinamika baru bagi kehidupan di dunia ini. Itu juga berarti orang-orang Kristen memiliki hidup yang abadi. Ajaran Yesus ini ditekankan oleh Paulus waktu ia menulis bahwa Yesus yang bangkit itu adalah "yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal" (1Kor. 15:20). Maksudnya, kebangkitan Yesus adalah jaminan dan janji kepada pengikut-pengikut-Nya mengenai hidup abadi setelah kematian. Orang yang mengambil bagian dalam penderitaan dan kebangkitan Kristus secara rohani, diberi jaminan akan kehidupan setelah kematian
yang dikuasai oleh kehadiran Allah, sama seperti dalam hidup mereka saat ini juga. Tetapi hidup itu juga sama sekali berbeda dan baru, sebab orang Kristen berharap akan mengambil bagian dalam realitas hidup yang sekarang dimiliki Yesus. Dalam kehidupan itu maut dan dosa dikalahkan untuk selama-lamanya dan diganti dengan kemenangan yang diberikan Allah "oleh Yesus Kristus, Tuhan kita"
(1Kor. 15:57)
Tags:
Kristologi